Anda di halaman 1dari 20

ULASAN STRUKTUR KRISTAL

Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace(SPR)

Struktur Kristal dan Pengaplikasian Struktur Kristal untuk Biosensor Diajukan untuk memenuhi syarat matakuliah Fisika Zat Padat Dosen Pengampu : Endah Kurnia Y, S.Si, M.PFis

Disusun Oleh: Ichsan Muhammad Halim 1210207047

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PRODI FISIKA UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013

Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas Ulasan Struktur Kristal. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Fisika Zat Padat yang diberikan sebagai sarana mempermudah pemahaman tentang struktur kristal. Saya pribadi menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang ada dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini namun dalam hal ini saya sudah berusaha memenuhi kewajiban mengerjakan tugas makalah ini. Sekian terima kasih.

Penyusun

17 September 2013

Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................. 2 Daftar Isi ............................................................................................................................ 3 BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 1 A. B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II Landasan Teori .................................................................................................... 1 A. B. C. Tipe-tipe lattice dasar .............................................................................................. 3 Volume sel primitive ............................................................................................... 6 Sistem Indeks (Indeks Miller) ................................................................................. 6

BAB III Pengaplikasian Struktur Kristal ....................................................................... 8 BAB IV Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace(SPR) ................ 10 BAB IV Penutup .............................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

BAB I Pendahuluan Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan

sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Struktur kristal dipelajari untuk mengetahui seberapa besarnya kegunaan suatu kristal tersebut untuk kehidupan sehari-hari, contohnya teori ini bermanfaat untuk bidang biosensor.

A. Rumusan Masalah Apa itu kristal? Bagaimana pola struktur dan jenis karakteristik struktur kristal? Bagaimana pengaplikasian struktur kristal? Bagaimana hasil analisis struktur kristal dan sifat magnetik pada nanopartikel
magnetit (Fe3O4) sebagai bahan aktif biosensor surface plasmon Resonace(SPR)

Struktur Kristal dan Pengaplikasian Struktur Kristal untuk Biosensor

B. Tujuan Mengetahui apa itu kristal. Mengetahui pola struktur kristal dan jenis-jenis struktur kristal

Mengetahui pengaplikasian struktur kristal Mengetahui hasil analisis struktur kristal dan sifat magnetik pada nanopartikel
magnetit (Fe3O4) sebagai bahan aktif biosensor surface plasmon Resonace(SPR)

Struktur Kristal dan Pengaplikasian Struktur Kristal untuk Biosensor.

BAB II Landasan Teori Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan

sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Sebuah kristal ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga di dalam setiap ruangnya. Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah-istilah lattice (kisi) dan sebuah basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (kisi). Dengan lattice (kisi) adalah sebuah susunan titik yang teratur dan periodik di dalam ruang sebuah abstrak simatematik sedangkan basis adalah sekumpulan atom-atom dengan jumlah atom dalam sebuah basis merupakan satu buah atom atau lebih. Gambaran struktur Kristal dapat digambarkan sebagai berikut:

Dengan Jarak antar kisi dalam arah sumbu Jarak antar kisi dalam arah sumbu 1 2

Jarak dari titik yang satu ketitik yang lain boleh sama atau berbeda, jika sama (dalam kisi dua dimensi) akan berbentuk bujur sangkar dan jika berbeda akan berbentuk 4 persegi panjang. Contoh: H2O= 1 basis (ada 3 atom)

H2SO4= 1 basis (ada 7 atom) Untuk Kristal monoatomik dalam 1 basis hanya 1 atom. Sebuah operasi translasi kisi didefinisikan sebagai perpindahan dari sebuah kristal oleh sebuah vector translasi kristal ( ). Dimana: u = bilangan bulat = Vektor translasi primirtif (jarak antar titik kisi Contoh:

Sel primitif merupakan sel satuan yang sisinya dibatasi oleh vector translasi primitive yang memiliki volume terkecil, cara mementukan sel primitive (sumbusumbu primitive /CP) yaitu sebagai berikut:

Cara lain untuk memilih sel perimitif yaitu dengan metode WignerSeitz.

1. Hubungkan sebuah titik lattice dengan titik lattice disekitarnya. 2. Pada tengah-tengah dan tegak lurus terhadap garis penghubung ini, lukislah garis-garis atau bidang-bidang. Luas terkecil atau volumeter kecil yang dilingkupi oleh garis-garis atau bidang-bidangini disebut dengan selprimitf Wignerseitz. Contoh:

A. Tipe-tipe lattice dasar a. Lattice (kisi) dua dimensi memiliki lima (5) jenis, yaitu 1. Kisi miring 2. Kisi bujursangkar 3. Kisi heksagonal 4. Kisi segi panjang 5. Kisi segi panjang berpusat Dimana jenis kisi no 1 merupakan jenis kisi umum dan jenis yang lainnya merupakan jenis khusus, contoh: Kisi bujur sangkar

| |

| |

Cel konvensional = 4 x = 1 buah Cel primitive = x 4 = 1 buah

Kisi Heksagonal

| |

| |

Cel konvensional = (4 x ) + 1 = 2 buah Cel primitive = x 4 = 1 buah

b. Lattice Tiga dimensi

Dengan

jumlah

kisi

triklinik=1,

monoklinik=4,

ortorombik=4,

tetragonal=2, kubus=3, trogonal=1 dan heksagonal=1 Contoh kristal 3 dimanesi: Kubus

Sel primitive = sel konvensional Jumlah titik lattice = 8 x 1/8 = 1 buah Kubus Pusat Badan

Sel primitive sel konvensional Jumlah titik lattice: Sel primitive = 8 x 1/8 = 1 buah Sel konvensional = (8 x 1/8) + 1 = 2 buah

B. Volume sel primitive

C. Sistem Indeks (Indeks Miller) Digunakan unuk menyatakan bidang kristal (indeks bidang) Aturan: 1. Tentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbusumbu / sumbu-sumbu primitf atau konvensional dalam satuan . konstanta lattice

2. Tentukan kebalikan (reciprok) dari bilangan-bilangan tadi, dan kemudian tentukan tiga bilangan bulat (terkecil) yang mempunyai perbandingan yang sama. Indeks(hkl). Contoh:

Bidang ABC memotong sumbu-sumbu: di 2 ; di 2 ; di 3 kebalikannya adalah Jika ketiga bilangan bulat yang mempunyai perbandingan yang sama seperti di atas adalah 3, 3, 2 dengan demikian indeks bidang ABC tersebut

adalah (3 3 2). Perhatikan bahwa dalam penulisan indeks kita tidak menggunakan tanda koma. Misal:

Jikasalahsatudari h k l negatif, makaindeksbidangtersebut ditulis( k l), artinya h bertanda negatif. Untuk Sel kubus, jarak antar bidang h k l dapat ditulis sebagai berikut:

BAB III Pengaplikasian Struktur Kristal Pengaplikasian struktur kristal lebih sering digunakan untuk bidang kesehatan dan pemeliharaan lingkungan separti yang sering digunakan oleh biosensor. Biosensor sendiri didefinisikan sebagai suatu perangkat sensor yang menggabungkan senyawa biologi dengan suatu tranduser. Dalam proses kerjanya senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan molekul yang akan dideteksi yang disebut molekul sasaran. Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh transduser. Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat dimengerti. Biosensor yang pertama kali dibuat adalah sensor yang menggunakan transduser elektrokimia yaitu elektroda enzim untuk menentukan kadar glukosa dengan metode amperometri. Aplikasi biosensor pada dasarnya meningkat seiring dengan berkembangnya keperluan manusia dan kemajuan iptek. Tetapi secara umum tetap didominasi untuk aplikasi dibidang medis dan lingkungan hidup. Beberapa bidang aplikasi lainnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Bidang Keahlian Kegunaan Biosensor Mengontrol penyakit : diabetes, kolesterol, jantung dll 1. Medis dan Farmasi Diagnosis untuk : obat, metabolit, enzim, vitamin Penyakit infeksi, alergi. Studi efisiensi obat Kontrol polusi 2. Lingkungan Hidup Monitoring senyawa-senyawa toksik di udara, air, dan tanah. Penentuan BOD (biological oxygen demand) Mengontrol kualitas makanan (mendeteksi

kontaminasi mikroba, menentukan kesegaran, analisis 3. Kimia lemak, protein dan karbohidrat dalam makanan. Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak.

NO

Bidang Keahlian

Kegunaan Biosensor Mengecek kualitas udara di ruangan. Penentuan parameter kualitas pada susu Mengontrol kualitas tanah. Penentuan degradasi seperti biodegradable pada kayu dan makanan. Mendeteksi keberadaan pestisida Mendeteksi zat-zat kimia dan biologi yang digunakan

4.

Pertanian

5.

Militer

sebagai senjata perang (senjata kimia/biologi) seperti virus, bakteri patogen, dan gas urat syaraf.

BAB IV Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetik pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace(SPR)

Struktur Kristal dan Pengaplikasian Struktur Kristal untuk Biosensor Nanopartikel magnetit memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan pada bidang biosensor yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat mengimmobilisasi analit pada permukaan sensing sehingga dapat meningkatkan kinerja biosensor tersebut. Dalam aplikasi biosensor, sifat magnetik dan ukuran butir serta tingkat dispersibilitas dan kereaktifan pada analit (biomolekul) merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga untuk dapat memanfaatkan nanopartikel magnetit dalam aplikasi biosensor membutuhkan analisis yang cukup matang mengenai watak nanopartikel magnetit. Sintesis nanopartikel Fe3O4dilakukan dengan metode kopresipitasi yaitu dengan melarutkan 4,170 g FeSO4.7H2O dan 8,109 g FeCl3.6H2O ke dalam 30 ml aquades. Kedalam larutan tersebut ditambahkan 60 ml NH4OH dan selanjutnya disentrifugasi menggunakan magnetic stirrer. Proses sintesis dilanjutkan dengan mekanisme dekantasi hingga diperoleh endapan nanopartikel magnetit. Endapan yang diperoleh dicuci hingga didapatkan Fe3O4 yang lebih murni. Sampel Fe3O4selanjutnya dikalsinasi pada suhu 800C hingga diperoleh sampel Fe3O4kering. Analisis struktur kristal dan ukuran butir dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffractometer/XRD (=1,54060) dan Transmition Electron Microscopy (TEM). Sedangkan, untuk mengkaji potensi sampel dalam mengikat target biomolekul maka sampel dalam fasa ferrofluidselanjutnya

difungsionalisasi dengan bahan PEG-4000 dan kemudian direaksikan dengan bahan biomolekul (-amylase) dan selanjutnya dilakukan pengamatan visual dengan menggunakan mikroskop. Secara umum proses sintesis yang dilakukan berhasil mendapatkan nanopartikel magnetit dengan diameter butir dalam orde di bawah 20 nm. Morfologi nanopartikel magnetit hasil sintesis ditunjukkan pada gambar berikut:

10

Sementara itu, pola difraksi XRD sampel magnetit hasil sintesis dengan variasi ukuran butir menghasilkan beberapa pola yang sama diantara setiap sempelnya seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Hal tersebut terbukti dari kemunculan puncak puncak difraksi dengan indeks Miller (220), (311), (400), (440), (511) yang merupakan indeks khas struktur kubik spinel dari bahan Fe3O4[3,4,5,6]. Sedangkan, puncak difraksi dengan tanda (*) merupakan puncak khas dari bahan -Fe2O3(hematit) [7]. Kemunculan -Fe2O3pada keempat jenis sampel mengindikasikan bahwa pada proses sintesis yang dilakukan juga terjadi proses oksidasi Fe3O4oleh oksigen menurut persamaan reaksi: 2Fe3O4+ O2 3(-Fe2O3) Sifat magnetik nanopartikel magnetit hasil sintesis digambarkan dengan kurva magnetisasi pada gambar berikut.

11

Dari gambar di atas nampak jelas terdapat perbedaan sifat magnetik seiring dengan peningkatan ukuran butir partikel. Teridentifikasi bahwa nanopartikel magnetit dengan ukuran butir paling kecil memiliki kurva magnetisasi berbentuk huruf S hampir tegak (sampel 13.21 nm), sementara itu sampel dengan ukuran butir yang lebih besar miliki kurva magnetisasi berbetuk S landai yang membentukloophisterisis. Informasi visual ini memberikan makna bahwa nanopartikel dengan ukuran butir yang lebih kecil memiliki respon magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel nanopartikel dengan ukuran butir yang lebih besar. Hal tersebut disebabkan semakin kecil ukuran butir partikel magnetit maka momen magnetik pada nanopartikel magnetit cenderung lebih tidak stabil. Dari sudut pandang aplikasi biosensor, partikel dengan ukuran butir yang lebih kecil memiliki potensi dispersibilatas yang besar. Disamping nanopartikel magnetit dengan ukuran butir terkecil memiliki respon magnetik yang lebih kuat dibandingkan nanopartikel.

12

(a) Morfologi nanopartikel magnetit sebelum dimodifikasi, (b) setelah dimodifikasi, (c) setelah direaksikan dengan biomolekul (-amylase) Gambar di atas menampilkan pengamatan fisis morfologi nanopartikel magnetit pada saat belum difungsionalisasi, setelah difungsionalisasi, dan setelah direaksikan dengan dengan biomolekul (-amylase). Tampak pada gambar (a) bahwa morfologi nanopartikel magnetit cenderung teraglomerasi. Fungsionalisasi nanopartikel dengan bahan PEG-4000 ternyata meningkatkan dispersibilitas sampel seperti diperlihatkan pada gambar (b). Sifat ini merupakan sifat yang diharapkan dalam pemanfaatan nanopartikel sebagai agen reaktif pengikat biomolekul untuk meningkatkan akumulasi biomolekul target pada permukaan biosensor SPR. Penampakan visual ini memberikan gambaran bahwa atom Fe pada permukaan nanopartikel magnetit yang sebelumnya berikatan dengan OH (gugus hidroksil) dari air merubah menjadi berikatan dengan PEG. Nanopartikel yang telah termodifikasi permukaannya ini memiliki tingkat kereaktifan yang cukup tinggi pada biomolekul. Kereaktifan nanopartikel magnetit terhadap biomolekul target ditunjukkan pada gambar (c). Kombinasi respon magnetik yang tinggi serta kereaktifan nanopartikel terhadap biomolekul yang ditunjukkan pada gambar (c) tentu memberikan peluang bagi peningkatan kinerja biosensor SPR.

13

BAB IV Penutup Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Tipe-tipe lattice dasar kristal terbagi menjadi du yaitu dua dimensi dan tiga dimensi dimana Lattice (kisi) dua dimensi memiliki lima (5) jenis, yaitu: Kisi miring; kisi bujursangkar; kisi heksagonal; kisi segi panjang; kisi segi panjang berpusat. Sedangkan lattice tiga dimensi terdiri dari 7 jenis yaitu triklini, monoklinik, ortorombik, tetragonal, kubus, trogonal dan heksagonal. Pengaplikasian struktur kristal lebih sering digunakan untuk bidang kesehatan dan pemeliharaan lingkungan separti yang sering digunakan oleh biosensor, akan tetapi pengaplikasiannya tidak selalu digunakan untuk kesehatan akan tetapi juga sering digunakan pada bidang kimia, pertanian dan militer. Nanopartikel magnetit dengan ukuran butir lebih kecil memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam aplikasi biosensor SPR karena memiliki respon magnetik yang tinggi serta berpotensi memiliki tingkat dispersibilitas yang tinggi. Namun, hal yang perlu diperhatikan dalam proses sintesis nanopartikel magnetit ialah menekan laju reaksi pembentukan hematit sehingga nanopartikel yang dihasikan memiliki respon magnetik yang lebih besar.

14

DAFTAR PUSTAKA S, Sudaryatno. Utari, Ning. Mengenal Sifat-sifat Material. Tersedia:

http://industri.ums.ac.id/sites/default/files/materi/BAB%207%20b5 %20Struktur%20Kristal%20dan%20Nonkristal.pdf. (16 September 2013). Anonimous. Struktur Krisatal. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19681 0151994031DADI_RUSDIANA/Struktur_Kristal_%5BCompatibility_Mode% 5D.pdf. (16 September 2013). Riyanto, Agus. Listiawati, Desi. Suharyadi, Edi. Abraha, Kamsul. 2012. Analisis Struktur Kristal dan Sifat Magnetikpada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) sebagai Bahan Aktif Biosensor Surface Plasmon Resonace(SPR). Yogyakarta: UGM Tersedia: http://hfi-

diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULLANALISIS%20STRUKTUR%20KRISTAL%20DAN%20SIFAT %20MAGNETIK%20PADA%20NANOPARTIKEL%20%20MA GNETIT%20(Fe3O4)%20SEBAGAI%20BAHAN%20AKTIF%20 BIOSENSOR%20SURFACE%20PLASMON%20RESONACE%2 0(SPR).pdf. (16 September 2013).

15

Anda mungkin juga menyukai