Adaro Indonesia
pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Kegiatan eksploitasi batubara di Indonesia umumnya
menggunakan sistem terbuka. Kegiatan ini membuka lahan dengan menggunakan alat berat yang mana bertujuan untuk mengupas tanah pucuk serta menghilangkan vegetasi yang ada pada lahan pertambangan. Kegiatan tambang dan sistem terbuka ( open pit mining) tentu memiliki kendala yang cukup besar tentunya hilangnya vegetasi yang ada, sehingga menyebabkan
berkurangnya tempat penyerapan karbon pada area pertambangan serta dapat meningkatkan pemanasan global. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak dari proses penambangan batubara dengan menggunakan sistem
penambangan terbuka adalah dengan program reklamasi yang dilakukan beriringan atau sejalan dengan kegiatan penambangan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jangka waktu dari proses reklamasi yang memerlukan waktu yang panjang. Oleh sebab itu perlunya pengelolan dan sistem yang baik untuk dapat menerapkan sistem reklamasi yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan kegiatan penambangan.
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang menerapkan kegiatan reklamasi beriringan dengan kegiatan pertambangan, dimana proses tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Laporan ini secara umum membahas mengenai pengelolaan lahan reklamasi dan perhitungan cadangan karbon (bank carbon) di PT. Adaro Indonesia
1.2
Tujuan
Tujuan dari kegiatan kerja praktik ini adalah : 1. Mengetahui pengelolaan lahan reklamasi yang ada di PT. Adaro Indonesia 2. Mengetahui kegiatan serta proses-proses pada kegiatan reklamasi 3. Mengetahui cadangan karbon di lahan reklamasi PT. Adaro Indonesia
1.3
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
1.4
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
2.1
Akhir tahun 1994 seluruh saham milik Enadimsa yaitu 20% dari seluruh saham perusahaan tersebut dibeli oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Panca Muspan. Beberapa tahun kemudian kepemilikan saham oleh Panca Muspan dibeli sebagian oleh MEC. Indo. Coal BV dengan masing-masing memegang saham 10%. PT. Adaro Indonesia melakukan kegiatan penambangan batubara disekitar Tanjung, Kalimantan Selatan. Berdasarkan kontrak kerjasama penambangan batubara tanggal 16 November
Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
1982 No.J2/J.i.DU/52/82 yang dibuat antara perusahaan ini (selaku kontraktor) dan Perum Tambang Batubara (sebagai Principal dan Pemegang Kuasa Pertambangan). Semula wilayah kontrak yang diselidiki PT. Adaro Indonesia seluruhnya mencakup luas sekitar 1480 km2, dan setelah beberapa kali diciutkan berdasar hasil eksplorasi saat ini masih dipertahankan untuk dikembangkan lebih lanjut tinggal seluas 355 km2. Kualitas batubara PT Adaro Indonesia termasuk dalam ketegori sub-bituminous yang mempunyai kadar air total relatif tinggi dengan nilai HGI rata-rata 49. Umumnya kandungan kalorinya 2700-6500 kkal/kg. Kandungan alami belerang dan abu yang merupakan pengotor batubara sangat rendah yaitu 0,1% dan 1% sehingga dalam pemrosesannya tidak perlu dilakukan
pencucian untuk menurunkan kadar abu tersebut. Batubara ini menurunkan emisi gas buang sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih ramah lingkungan sebagai envirocoal dan telah mendapat penghargaan 1999s Best Coa l Company dari Financial Times. Berkat kualitas batubaranya yang unggul yaitu dengan kadar abu rata-rata hanya sekitar 1% dan kadar belerang rata-rata hanya 0,1% sehingga batubara ini tidak menimbulkan masalah
lingkungan, karena itu batubara ini dipasarkan dengan merek dagang Envirocoal. Batubara PT. Adaro Indonesia telah berhasil memasuki pasaran batubara berbagai Negara Eropa (Spanyol, Denmark, Belanda, Bulgaria, Jerman, Yunani, Norwegia), Amerika Serikat, Chili, Jepang, Philipina dan Indonesia sendiri. Sejalan dengan terus berkembangnya pasaran, produksi batubara PT. Adaro terus ditingkatkan. Dimana PT. Adaro Indonesia memperluas
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
eksploitasinya selain di lapangan Paringin dan Wara juga di lapangan Tutupan. Kegiatan operasi penambangan telah menyerap tenaga kerja sekitar 11.878 orang (Juni 2008) yang terdiri dari karyawan PT. Adaro Indonesia sendiri dan karyawan sub kontraktor. Karyawan PT. Adaro Indonesia bertugas dan bertanggung jawab dalam manajemen dan pengawasan, administrasi, perencanaan dan pemasaran. Kegiatan penambangan dilapangan dikerjakan oleh kontraktor.
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
attitude (Sikap Mental) determine (Berketetapan) adaptive (Mudah beradaptasi) responsive (Tanggap) open minded (Berwawasan terbuka)
Integrity (Integritas) Balance (Seimbang) Team Spirit (Semangat Kerjasama) Plan Do Check Action (Merencanakan Mengerjakan Memeriksa Menindak) Keep it Simple Spirit (Cara Kerja yang Sederhana) Management by Love (Managemen Kasih)
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Wilayah operasional PT. Adaro Indonesia secara geografis terletak pada koordinat 1153330.. sampai 1153610 Bujur Timur 2730 sampai 22530 Lintang Selatan. Daerah
operasional PT. Adaro Indonesia secara administratif termasuk dalam dua propinsi, tiga kabupaten dan tiga belas kecamatan. Di daerah tingkat I Kalimantan Selatan meliputi Kabupaten Tabalong dengan Kecamatan Muara Harus, Murung Pudak, Upau, Tanta, Kelua dan Kabupaten Balangan meliputi Kecamatan Paringin, Lampihong, Juai, Awayan dan Batu Mandi. Di daerah tingkat I Kalimantan Tengah meliputi Kabupaten Barito Selatan dengan Kecamatan Kelanis, Murung Inung dan Pasar Panas.
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
dengan coastal plain, terletak di pegunungan Meratus dengan elevasi antara 1.380-1.892 meter. Daerah Kalimantan Selatan termasuk dalam daerah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan curah hujan rata-rata 2135 mm per tahun. Suhu ratarata setiap tahun sekitar 27C. Kelembaban udara rata-rata 82%, dimana variasi kelembaban dari bulan ke bulan relatif kecil. Lama penyinaran matahari 56%, dengan lama penyinaran tertinggi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan November. Pada bulan November sampai Maret bertiup angin Musim Barat Laut ke arah Selatan yang membawa hujan, sedangkan bulan Juli sampai September angin bertiup dari Timur atau Tenggara yang
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Gambar 2.2 Geologi Regional Kalimantan ( Modify from Moss & Finch, 1997)
10
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Stratigrafi regional pada Sub Cekungan Barito, terdiri atas 4 formasi yang berumur Eosen sampai Pleistosen, dari tua ke muda sebagai berikut: a. Formasi Tanjung Merupakan formasi yang paling tua berumur eosin, tebal mencapai 1100 m. Dari bawah ke atas terdiri dari konglomerat yang merupakan komponen utama, mengandung sisipan
batubara yang kurang berat. Lapisan ini ditutupi oleh batu pasir dan batu lanau serta batu lempung di bagian paling atas. Formasi ini diendapkan pada lingkungan paralik hingga neritik dengan ketebalan sekitar 900 meter dan berumur Eosen. Hubungannya tidak selaras dengan batuan dasar pra-Tersier. b. Formasi Berai Formasi Berai berumur Oligosen sampai Miosen Bawah, ketebalan mencapai 1300 m. Tersusun terutama di bagian
Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
11
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
bawah oleh batu kapur yang merupakan endapan laut dangkal dan di bagin atas oleh napal. Formasi ini juga mengandung lapisan batubara namun sangat tipis. Formasi ini memiliki ciri litologi berupa batu gamping massif (terumbu). Setempat ditemukan perselingan batu gamping, batu
lempung dan napal. Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagoon hingga neritik tengah dengan ketebalan sekitar 1075 meter dan berumur Oligosen sampai Miosen Awal.
Hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak di bawahnya. c. Formasi Warukin Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Bawah, ketebalan antara 1000 hingga 2000 m, merupakan formasi prosuktif batubara. Secara garis besar, Formasi Warukin dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan dari bawah ke atas sebagai berikut : 1. Satuan batu lempung dengan ketebalan + 250 m. 2. Satuan batu lumpu (mudstone) dan batu pasir dengan ketebalan 600 900 m. Di bagian atasnya mengandung batubara dengan ketebalan mencapi 4m. 3. Satuan lapisan batubara, pada bagian bawah terdiri dari perlapisan pasir dan batu pasir yang kurang kompak, sedangkan pada bagian atas terdiri dari lempung dan batu lempung. Ketebalan lapisan ini adalah antara 150 850 m. Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritic dalam hingga deltaic dengan ketebalan sekitar 2400 meter dan berumur Miosen Tengah Miosen Akhir. Hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang terletak di bawahnya.
12
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
d. Formasi Dahor Formasi Dahor terletak secara tidak selaras di atas Formasi Tanjung, Formasi Berai dan Formasi Warukin, Formasi Dahor berumur Miosen Atas hingga Plio Pleistosen dengan ketebalan mencapai 450 m. Formasi ini merupakan endapan darat, terdiri atas terutama sedimen klastik berbutir kasar. Formasi ini merupakan perselingan batu pasir dan konglomerat yang tidak kompak. Setempat ditemukan batu lempung lunak, lignit dan limonit. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral dengan ketebalan sekitar 840 meter dan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Hubungannya tidak selaras dengan Formasi Warukin yang terletak di bawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang terdapat di bagian atasnya.
13
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Sebagian besar wilayah onsesi PT. Adaro Indonesia terdiri dari Formasi Warukin dengan ciri litologi berupa perselingan batu pasir kwarsa dan batu lempung dengan sisipan batubara. Batubara yang ditemukan terdiri dari beberapa seam utama dengan ketebalan bervariasi antara 13 40 meter serta kemiringan lapisan berkisar antara 20hingga 40. Nilai kalori batubara berkisar antara 2700 kcal/kg hingga 6050 kcal/kg yang termasuk dalam rank subTeknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
14
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
bituminous hingga bituminous. Total sulfur yang rendah berkisar antara 0,08 % hingga 0,13 % merupakan jenis batubara yang ramah lingkungan. Batubara ini menurunkan emisi gas buang sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih ramah lingkungan sebagai envirocoal dan telah mendapat penghargaan 1999s Best Coal Company dari Financial Times.
2.2
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Aktivitas penambangan batubara PT. Adaro Indonesia, dipimpin oleh seorang chief operating officer dimana dalam pelaksanaanya dibantu oleh general manager operational. Didalam bagian operasional dibagi menjadi beberapa divisi. Diagram struktur organisasi PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini.
16
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
17
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
18
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Sumber: PT. Adaro Indonesia, 2013
19
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
Luqmanul Hakim Edi Suhartono Syamsul Bahri 1 Vacant Topsoil & Drainage Foreman
Arif Abidin Muhammad Mesijan 2 Vacant Revegetation, Nursery & Project Foreman
Aries Sutanto Kursani Rahmat Hidayat Operator Tamsi Muhammad Zaini Yusran Operator
20
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
2.3
akumulasi tumbuh-tumbuhan di tempat setelah tumbuhan tersebut ditransportasikan. Akumulasi batubara tersebut berlangsung di daerah dengan drainase yang tidak baik sirkulasinya sehingga menimbulkan kondisi anaerob atau kondisi kekurangan oksigen. Akibatnya organisme pembusuk tidak aktif dan menyebabkan tumbuh-tumbuhan terawetkan disertai proses karbonisasi. Setelah akumulasi berlangsung, fasa proses sedimentasi oleh material lain menutupi bagian atasnya. Fasa tumbuhan menjadi batubara terjadi melalui beberapa tingkatan, yaitu pertama perubahan menjadi peat (gambut), dan seterusnya bisa menjadi lignit, brown coal, coal, dan antrasit. Perubahan dari gambut menjadi lignit diakibatkan proses diagnosis dan dari lignit menjadi brown coal atau sampai menjadi antrasit diakibatkan proses metamorfosa. Perubahan itu tidak sama untuk semua te,pat karena dipengaruhi oleh waktu (umur), temperatur, tekanan atau tektonik. Pada umumnya penambangan batubara dilakukan dengan teknik penambangan terbuka (open pit), mengupas tanah pucuk (stripping top soil), mengupas dan menimbun tanah penutup (over burden stripping), serta membersihkan dan menambang batubara. Penambangan dengan menggunakan metode tambang terbuka (open pit) di PT. Adaro Indonesia dimulai dengan tahapan land clearing atau pembersihan lahan. Tanah atas atau lapisan humus akan dipindahkan dan ditimbun pada tempat khusus yang nantinya akan digunakan untuk rehabilitasi. Setelah pengupasan lapisan
Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
21
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
penutup, dilanjutkan dengan pengupasan lapisan batuan yang ada di bawahnya. Dalam upaya peningkatan efisiensi, pengupasan lapisan batubara dilakukan pula dengan peledakan (blasting) dengan menggunakan bahan peledak ANFO (Amonium Nitrat Fuel Gel). Batubara yang telah ditambang akan diangkut ke lokasi stock ROM dan kemudian dari stock ROM ini, batubara akan diangkut ke Kelanis untuk diproses lebih lanjut dan siap dikirimkan dengan menggunakan tongkang melalui Sungai Barito. Teknik kerusakan penambangan fisik, seperti ini, akan menyebabkan dan biologis pada lahan
kondisi
kimia,
pertambangan. Secara alamiah dampak utama yang timbul akibat adanya penambangan batubara terhadap lingkungan adalah erosi dan sedimentasi, yang tentu saja dapat mencemari lingkungan hidup sekitarnya, meningkatkan kemiringan lereng, menurunnya stabilitas tanah dan kesuburan tanah, gangguan siklus hidrologi dan perubahan faktor-faktor klimatologi (iklim). Dengan dilakukannya teknik penambangan secara terbuka (open pit) maka untuk menghindari terjadinya longsor yang disebabkan oleh tekanan air tanah terhadap dinding bawah ( low wall), air tanah harus dikeluarkan dengan cara membuat lubang bor drain hole yang menembus lapisan akifer (dewatering). Dengan demikian maka dapat menurunkan permukaan air tanah sehingga dicapai kestabilan low wall. Air tanah yang masuk ke dalam lubang tambang, perlu dikeluarkan dengan dilakukan pemompaan dan kemudian disalurkan ke dalam sistem pengolahan air limbah yang tersedia. Selain air tanah yang tertampung di dalam lubang tambang, air hujan juga tertampung di dalamnya sehingga perlu dikeluarkan dari dalam lubang tambang.
22
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia
23