Anda di halaman 1dari 3

Pelaksanaan Pendekatan Problem posing dalam Pembelajaran

Pendek atan probelem posing (pengajuan masalah) dapat dilakukan secara individu atau kelompok (classical), berpasangan (in pairs) atau secara berkelompok (groups). Masalah matematika yang diajukan secara individu tidak memuat intervensi atau pemikiran dari siswa yang lain. Masalah tersebut adalah murni sebagai hasil pemikiran yang dilatar belakangi oleh situasi yang diberikan. Masalah matematika yang diajukan oleh siswa yang dbuat secara berpasangan dapat lebih berbobot, jika dilakukan dengan cara kolaborasi, utamanya yang berkaitan dengan tingkat keterselesaian masalah tersebut. Sama halnya dengan masalah matematika yang dirumuskan dalam satu kelompok kecil, akan menjadi lebih berkualitas manakala anggota kelompok dapat berpartsipasi dengan baik (Ham ah, !""#$ %"). &alam pelaksanaannya dikenal beberapa jenis model problem posing antara lain$ %.Situasi problem posing bebas, siswa diberikan kesempatan yang seluas'luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki . Siswa dapat menggunakan (enomena dalam kehidupan sehari'hari sebagai acuan untuk mengajukan soal. !.Situasi problem posing semi terstruktur, siswa diberikan situasi)in(ormasi terbuka. *emudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengkaitkan in(ormasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau in(ormasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. #.Situasi problem posing terstruktur, siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal baru. Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal)masalah. +erkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan perumusan masalah)soal dalam pembelajaran matematika, ,alter dan +rown (%--#$ #"!) menyatakan bahwa soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain gambar, benda manipulati(, permainan, teorema)konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari soal. Sedangkan .nglish (%--/) membedakan dua macam situasi atau konteks, yaitu konteks (ormal bisa dalam bentuk simbol (kalimat matematika) atau dalam kalimat verbal, dan konteks in(ormal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan khusus. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing mungkin bukan suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan. Pendekatan ini pada awal tahun !""" sempat menjadi kata kunci di setiap seminar pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Meskipun pendekatan ini lebih dikembangkan dalam pembelajaran matematika, namun belakangan ini pembelajaran (isika dan kimia juga menggunakan pendekatan ini. &an tidak menutup kemungkinan pendekatan ini juga sudah dikembangkan dalam pembelajaran rumpun 0PS dan bahasa. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing bisanya diawali dengan penyampaian teori atau konsep. Penyampaian materi biasanya menggunakan metode ekspositori. Setelah itu, pemberian contoh soal dan pembahasannya. Selanjutnya, pemberian contoh bagaimana membuat masalah dari masalah yang ada dan menjawanya. *emudian siswa diminta belajar dengan problem posing. Mereka diberi kesempatan belajar induvidu atau berkelompok. Setelah pemberian contoh cara membuat masalah dari situasi yang tersedia, siswa tidak perlu lagi

diberikan contoh. Penjelasan kembali contoh, bagaimana cara mengajukan soal dan menjawabnya bisa dilakukan, jika sangat diperlukan. Penerapan dan penilaian yang cukup sederhana dari pendekatan ini, yaitu dengan cara siswa diminta mengajukan soal yang sejenis atau setara dari soal yang telah dibahas. &engan cara ini kita bisa melihat sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang baru saja di sampaikan. 1ara yang seperti ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran untuk rumpun mata pelajaran M0P2. Melalui tugas membuat soal yang setara dengan soal yang telah ada, kita bisa mencermati bagaimana siswa mengganti variabel'variabel yang dikatahui lalu mencari variabel yang ditanyakan. +agi siswa yang memiliki daya nalar diatas rata, pendekatan seperti ini memberikan peluang untuk melakukan eksplorasi intelektualnya. Mereka akan tertatang untuk membuat tambahan in(ormasi dari in(ormasi yang tersediakan. Sehingga pertanyaan yang diajukan memiliki jawab yang lebih kompleks. Sedangkan bagi anak yang berkemampuan biasa cara ini akan memberikan kemudahan untuk membuat soal dengan tingkat kesukaran sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat juga dimulai dari membaca da(tar pertanyaan pada halaman soal latihan yang terdapat dalam buku ajar. Setelah itu baru membaca materinya. 1ara ini berkebalikan dengan cara belajar selama ini. 3ugas membaca yang diperintahkan pada siswa biasanya bermula dari materi, lalu menjawab soal pada halaman latihan. *elebihan membaca soal terlebih dahulu baru membaca materi, terletak pada (okus belajar siswa. *etika siswa membaca pertanyaan terlebih dahulu, maka mereka akan berusaha untuk mencari jawaban dari pernyaan yang telah mereka baca. 3api lain masalahnya ketika dibalik. +ila membaca materi terlebih dahulu, maka ketika sampai pada bagian soal latihan, ada kemungkinan siswa akan membacanya kembali atau membuka'buka bagian yang telah dibaca untuk menjawab soal yang ada. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk cara belajar membaca materi terlebih dahulu, lebih banyak dibandingkan dengan cara belajar membaca soalnya setelah itu baru membaca materinya. Pada pembelajaran bahasa 0ndonesia, pembelajaran dengan pendekatan problem posing akan melatih sikap kritis dan cara ber(ikir divergen. Misalnya, seorang guru cukup membagi'bagikan (oto kopian sebuah artikel yang diambil dari majalah atau koran. +erdasarkan artikel tersebut, siswa diminta membuat pertanyaan dan jawabannya. Maka akan muncul ratusan pertanyaan dan jawaban hanya berdasarkan sebuah artikel. Mungkin akan lebih dari itu. Sebab aspek kebahasaan yang dimuat dalam sebuah artikel banyak sekali. Sebenarnya banyak cara bagaimana mengakti(kan siswa. Salah satunya melalui pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Melalui pendekatan ini mereka bisa terangsang untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cara yang mudah dan murah. Pengetahuan siswa dengan pendekatan ini, bisa dikembangkan dari yang sederhana hingga pada pengetahuan yang kompleks. Selain itu, dengan pendekatan tersebut siswa akan belajar sesuai dengan tingkat ber(ikirnya. *arena antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai tidak diperlakukan sama. Mereka akan belajar dengan problem posing sesuai dengan pengetahuaan mereka yang telah dimiliki sebelumnya. &engan pendekatan ini diharapkan siswa lebih bersemangat, kritis dan kreati(. ,alhasil, dengan pendekatan problem posing siswa diharapkan lebih peka terhadap masalah yang timbul disekitanya dan mampu memberikan penyelesaian yang cerdas. Sebagai ilustrasi tentang perumusan soal, berikut disajikan contoh pembelajaran objek matematika yang berupa teorema, yang dikutip oleh Sutiarso dalam +rown dan ,alter (%--"). 4uru $ 52nak'anak, perhatikan persamaan 6! 7 y! 8 !, carilah nilai 6, y, dan yang memenuhi persamaan tersebut9:

Siswa $ 5Saya ingat, itu seperti persamaan dalam Pythagoras, tentu nilai 6 8 #, y 8 ;, dan 8 <:. 4uru $ 5+agus9 Sekarang apakah ada 6, y, dan yang lain=: Siswa $ 52da. +erapa ya=: 4uru$ 5>ah, sekarang tulis nilai 6, y, dan sebanyak'banyaknya di buku kalian9: (Setelah siswa menulis hasilnya, guru melanjutkan pertanyaan) 4uru$ 52nak'anak, setelah kita menentukan 6, y, dan yang sesuai, sekarang buatlah satu pertanyaan dari persamaan tersebut: Siswa$ 5+agaimana caranya pak=: 4uru$ 5+aik, sekarang +apak akan menunjukkan contoh merumuskan soal, misalnya, siapakah penemu pertama pesamaan itu=, atau 2pakah nilai 6, y, dan selalu bilangan bulat=. +agaimana, mudah bukan=: Siswa$ 5+aik pak, kami akan mencobanya.: +erdasarkan ilustrasi di atas, +rown dan ,alter (Sutiarso, !""") menjelaskan bahwa perumusan soal dalam pembelajaran matematika memiliki dua tahapan kegiatan kogniti(, yaitu accepting (menerima), dan challenging (menantang). 3ahap menerima adalah suatu kegiatan siswa menerima situasi'situasi yang diberikan guru atau situasi'situasi yang sudah ditentukan, sedangkan tahap menantang adalah suatu kegiatan siswa menantang situasi tersebut dalam rangka perumusan soal. &alam contoh ilustrasi di atas, tahap accepting'nya Siswa menerima situasi berupa persamaan 6! 7 y! 8 !, sedangkan tahap challengingnya, Siswa menantang situasi persamaan tersebut dengan merumuskan soal.

Anda mungkin juga menyukai