Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA

1. PENGERTIAN Menurut Isaac (2005) schizophrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta perilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial. Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang melibatkan perilaku psikotik, pemikiran kongkret, kesulitan dalam memperoleh informasi dan hubungan interpersonal serta kesulitan dalam memecahkan masalah (Stuart, 2007). Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya retak atau pecah (spilt), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) (Hawari, 2003). Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi (Direja, 2011). 2. ETIOLOGI a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

d. Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. i. Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 )

3. PEMBAGIAN SKIZOFRENIA Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain : a. Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali. c. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. d. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. e. Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f. Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejalagejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g. Skizofrenia Skizo Afektif Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

4. TANDA DAN GEJALA Menurut Hawari (2004, p.43-46), gejala gejala positif yang yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut: a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rational, namun penderita tetap meyakini keberanannya. b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya pederita mendenga suara suara / bisikan bisikan di telinganya padahal tdak ada sumber dari suara / bisikan itu. c. Kekacauan alam piker, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan. e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat, dan sejenisnya. f. Pekirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan akan ada ancaman terhadap dirinya. g. Menyimpan rasa permusuhan. Gejala gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa penderita berobat. Gejala negative yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut: a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi. b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming). c. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam. d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial. e. Sulit dalam berpikir abstrak. f. Pola piker stereotype. g. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton, serta tidak ingin apa apa, dan serba malas (kehilangan nafsu) 5. PATOFIS 6. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Townsend dan Stuart diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah; a. Perilaku kekerasan 1) Pengertian diagnosa keperawatan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagi ancaman. 2) Faktor yang berhubungan Perilaku kekerasan sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panic, reaksi kemarahan, waham, sukar berinteraksi di masa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut. Menurut Stuart & Sundeen, perilaku kekerasan disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya antara lain: Data subyektif; a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam b. Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar debar, rasa tercekik, dada terasa sesak, bingung. e. Klien mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lai dan lingkungan. f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya Data obyektif; a. Muka merah b. Mata melotot c. Rahang dan bibir mengatup d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal e. Tampak mondar mandir f. Tampak berbicara sendiri dan ketakutan g. Tampak bicara dengan suara tinggi h. Tekanan darah meningkat i. Frekuensi denyut jantung meningkat, j. Banyak keluar keringat k. Nafas pendek b. Perubahan sensori persepsi; halusinasi 1). Pengertian diagnose keperawatan Menurut maramis halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan suatu keadaaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus. 2). Faktor yang berhubungan Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panic, stress berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial dan menarik diri. 3). Kriteria Klien dengan halusinasi sering menunjukkan adanya: Data subyektif: a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat. b. Tidak mampu memecahkan masalah c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara suara atau melihat bayangan) d. Mengeluh cemas dan khawatir Data obyektif: a. Mudah tersinggung

b. Apatis dan cenderung menarik diri c. Tampak gelisah, perubahan perilaku, dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah olah mendenganrkan sesuatu. d. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai f. Gerakan mata yang cepat. g. Pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah h. Kadang tampak ketakutan i. Respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks). c. Isolasi sosial (menarik diri) 1) Pengertian diagnosa keperawatan Menurut towsaend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negative yang mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut Carpenito, isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. 2) Faktor yang berhubungan Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panic, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi di masa lampau, perkembangan ego yang lemah serta serta represi rasa takut. Menurut Stuart & Sundeen Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah. 3) Kriteria Menurut Towsend & Carpenito isolasi menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sbb: Data subjektif: a Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan b Menungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki Data objektif: a. Tampak menyendiri dalam ruangan b. Tidak berkomunikasi, menarik diri c. Tidak melakukan kontak mata d. Tidak bisa memulai pembicaraan e. Tampak sedih, afek datar f. Posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu g. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau immature dengan perkembangan usianya h. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya i. Kurang aktifitas fisik dan verbal j. Tidak mampu membuat keputusan dan konsentrasi k. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya d. Gangguan konsep diri; harga diri rendah 1. Pengertian diagnosa keperawatan Harga diri rendah adalah penilaian kepribadian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Menurut Towsend harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. 2. Faktor yang berhubungan Harga diri rendah sering disebabkan karena adaya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negative, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal 3. Kriteria Menurut Carpenito, Keliat perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain: Data subjektif: a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebihan c) Perasaan tidak mampu d) Rasa bersalah e) Sikap negatif pada diri sendiri f) Sikap pesimis pada kehidupan g) Keluhan sakit fisik h) Pandangan hidup yang terpolarisasi i) Menolak kemampuan diri sendiri j) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri k) Perasaan cemas dan takut l) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif m) Mengungkapkan kegagalan pribadi n) Ketidakmampuan menentukan tujuan Data objektif: a) Produktifitas menurun b) Perilaku destruktif pada diri sendiri c) Perilaku destruktif pada orang lain d) Penyalahgunaan zat e) Menarik diri dari hubungan sosial f) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah e. Gangguan proses pikir : waham 1) Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Towsend proses waham merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelainan dalam mengoperasionalkan kognitif dan aktifitas. 2) Faktor yang berhubungan Menurut Towsend kemungkinan etiologi dari waham ini adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panik, menekan rasa takut, stress yang cukup berat yang mengancam ego yang lemah dan kemungkinan karena faktor herediter. 3) Kriteria Menurut Towsend waham seringkali ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut: a Ide-ide yang salah (waham)

b Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi c Kewaspadaan yang berlebihan d Kelainan rending perhatian-distraktibilitas e Ketidaktepatan interpretasi lingkungan f Kelainan kemampuan mengambil atau membuat keputusan, menyelesaikan masalah, alasan, pemikiran abstrak atau konseptualisasi dan berhitung g Perilaku sosial yang tidak sesuai (merefleksikan ketidaksiapan pemikiran). f. Defisit perawatan diri 1) Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Towsend defisit perawatan diri atau kurang perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan hidup sendiri. 2) Faktor yang berhubungan Menurut Towsend kemungkinan etiologi yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah mekanik diri, regresi, panic, ketidakmampuan mempercayai orang lain. 3) Kriteria Menurut Townsend batasan karakteristik dari perawatan diri ini adalah: a) Mengalami kesukaran dalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa makanan dari piring atau wadah ke dalam mulut. b) Ketidakmampuan (menolak) untuk membersihkan tubuh atau bagian tubuh. c) Kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang memuaskan. d) Ketidakmampuan atau ketidakadanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa bantuan. 7. PENATALAKSANAAN Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental. Biarpun pasien mungkin tidak sembuh sempurna, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik, pasien dapat ditolong untuk dapat berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah ataupun di luar serta dapat membesarkan dan menyekolahkan anaknya. Adapun jenis pengobatan pada pasein skizofrenia, adalah sebagai berikut: a.Farmakoterapi Indikasi pemberian obat psikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan.Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan disini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 23 minggu. Biarpun tetap masih ada waham dan halusinasi, pasien tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dalam kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja. Setelah 4-8 minggu, pasien masuk tahap stabilisasi sewaktu gejala-gejala sedikit banyak sudah teratasi, tetapi risiko relaps masih tinggi, apalagi bila pengobatan terputus atau pasien

mengalami stres. Sesudah gejala-gejala mereda, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.Setelah 6 bulan, pasien fase rumatan (maintenance) yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan. Pasien dengan skizofrenia menahun, neuroleptika diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien. Senantiasa harus waspada terhadap efek samping obat.Strategi rumatan adalah menemukan dosis efektif terendah yang dapat memberikan perlindungan terhadap kekambuhan dan tidak mengganggu fungsi psikososial pasien. Hasil pengobatan akan lebih baik bila antipsikotik mulai diberi dalam dua tahun pertama dari panykit. Tidak ada dosis standar untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual.Pemilihan obat lebih banyak berdasarkan profil efek samping dan respons pasien pada pengobatan sebelumnya. Ada beberapa kondisi khusus yang perlu diperhatikan, misalnya wanita hamil lebih dianjurkan haloperidol, karena obat ini mempunyai data keamanan yang paling baik. Pada pasien yang sensitif terhadap efek samping ekstrapiramidal lebih baik diberi antipsikotik atipikal, demikian pula pada pasien yang menunjukkan gejala kognitif atau gejala negatif menonjol.Untuk pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping, karena pengalaman yang buruk dengan pengobatan akan mengurangi ketaatanberobatan (compliance) atau ketidaksetiaberobatan (adherence). Dianjurkan menggunakan antipsikotik atipikal atau antipsikotik tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah. b.Terapi elektro-konvulsi (TEK) Terapi elektro-konvulsi (TEK) baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor, terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat. c. Psikoterapi dan rehabilitasi Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada pasien dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan autisme. Psikoterapi suportif individual atau kelompok dapat membantu pasien serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan pasien ke masyarakat. Teknik terapi perilaku kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) dicoba pada psien skizofrenia dengan hasil yang menjanjikan. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi, karena bila pasien menarik diri dan membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai