Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK KHUSUS BRKOMUNIKASI

Kelompok 10: 1. Icuk Susanto Putro 2. Rida Desiana 3. Rina Yuliastuti Asmanto

teknik adalah kepandaian, pengetahuan membuat sesuatu berkenaan dengan seni. Teknik disebut juga metode, daya upaya dan kemahiran yang terjadi karena pikiran yang lebih luas, dan perasaan yang lebih tajam. Mendengarkan merupakan hal yang penting dalam komunikasi. Mendengarkan dengan aktif berarti mengerti apa yang dikatakan di balik pesan yang diterima. Keterampilan dalam berbicara merupakan kemampuan mengekspresikan pembicaraan dalam bahasa kata-kata. Semuanya tergantung pada pengalaman, pengetahuan, panjang dan pendeknya pembicaraan, serta isi pembicaraan.

1. 2.

3.

4.

5.

Teknis khusus dalam organisasi Bentuk teknis khusus berdasarkan tingkat usia Bentuk komunikasi dengan penderita ganggunan sensoris pendengaran Bentuk teknik komunikasi dengan penderita gangguan penglihatan Bentuk teknik komunikasi dengan penderita gangguan berbicara

1. TEKNIK KHUSUS DALAM ORGANISASI


1.

2.
3.

4.
5.

Teknik Komunikasi Ke Bawah Teknik Komunikasi Ke Atas Teknik Komunikasi Horisontal Teknik Komunikasi Lintas-saluran Teknik Komunikasi Informal, Pribadi, atau Selentingan

1. 1. TEKNIK KOMUNIKASI KE BAWAH


Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Titik berat dalam komunikasi organisasi sering kali bergerak ke arah komunikasi manajerial yang perhatian utamanya adalah komunikasi ke bawah, membawa informasi ke kelompok manajemen kepada kelompok operatif. Ada dua masalah utama: (1) jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada para pegawai dan (2) bagaimana informasi tersebut disediakan.

Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn 1966): (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktikpraktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).

PEMILIHAN METODE DAN MEDIA


Level (1972) mensurvei para penyelia dan meminta mereka untuk menilai keefektifan kombinsai-kombinasi yang berbeda dari metode-metode untuk berbagai jenis situasi komunikasi yang berlainan. Ada empat metode sebagai berikut: (1) tulisan saja, (2) lisan saja, (3) tulisan diikuti lisan, dan (4) lisan diikuti tulisan. Metode lisan diikuti tulisan dinilai paling efektif dalam enam dari sepuluh situasi dan tidak pernah dinilai tidak sesuai untuk situasi apapun.

Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai (Leve & Galle, 1988). Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam oraganisasi cenderung dipergunakan. Setelah menginventariskan metode yang tersedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif. Surya. Metode yang dinilai paling murah cenderung dipillih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak. Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran informasi yang tidak rutin dan mendesak, metode yang lebih mahal tetapi cepat dapat digunakan. Pengaruh. Metode yang nampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku. Relevansi. Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis tertulis adalah yang mungkin dipilih. Respons. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap infomasi tersebut. Keahlian. Metode yang nampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator atau di luar kemampuan

METODE YANG PALING EFEKTIF/YANG PALING TIDAK EFEKTIF UNTUK BERKOMUNIKASI DENGAN BAWAHAN DALAM SEPULUH SITUASI YANG BERBEDA
Situasi Paling Efektif Paling Tidak Efektif Penyampaian informasi yang memerlukan tindakan segera Lisan diikuti tulisan Tulisan saja

Informasi yang memerlukan tindakan pada waktu


mendatang Penyampaian informasi yang bersifat umum Penyampaian arahan atau perintah

Tulisan saja

Lisan saja

Tulisan saja Lisan diikuti tulisan

Lisan saja Lisan saja

Penyampaian informasi mengenai perubahan kebijakan


yang penting Penyampaian kemajuna kerja kepada penyelia langsung anda

Lisan diikuti tulisan

Lisan saja

Lisan diikuti tulisan

Lisan saja

Promosi kampanye keamanan


Pemberian pujian atas prestasi kerja Pemberian teguran atas kelalaian kerja Penyelesaian perselisihan mengenai masalah kerja

Lisan diikuti tulisan


Lisan diikuti tulisan Lisan saja Lisan saja

Lisan saja
Tulisan saja Tulisan saja Tulisan saja

1.2. TEKNIK KOMUNIKASI KE ATAS Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Suatu permohonnan atau komentar yang diarahkan kepeda individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.

PENTINGNYA KOMUNIKASI KE ATAS


1.

2.

3.

Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979). Komunikasi ke atas memberitahukan kepadan penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty & machaver, 1952). Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).

4.

5.

6.

Komunikasi ke atas menimbulkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Planty & Machaver, 1952). Komunikasi ke atas mengjzinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty & Machaver). Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman, 1974).

APAKAH YANG HARUS DIKOMUNIKASIKAN KE ATAS?


1.

2.

3.

4.

Memberikan apa yang dilakukan bawahan pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana reancana untuk waktu meendatang. Menjelaskan pesoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.

5.

6.

Komunikasi ke atas mengjzinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty & Machaver). Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman, 1974).

APAKAH YANG HARUS DIKOMUNIKASIKAN KE ATAS?


Sharma (1979) mengungkapkan empat alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai. Perasaan bahwa penyelia tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap terhadap apa yang disampaikan pegawai.

PRINSI-PRINSIP KOMUNIKASI KE ATAS


Planty dan Machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas. Prinsip-prinsip ini tampaknya dapat digunakan sampai sekarang, sama seperti ketika digunakan pada saat dirumuskannya. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah. Program komunikasi ke atas yang efektif mencccakup mendengarkan secara efektif. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk mrnanggapi masalah.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.3. TEKNIK KOMUNIKASI HORISONTAL


Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Tujuan Komunikasi Horisontal Penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa komunikasi horisontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Berbagai informasi mengenai rencana dan kegiatan. Untuk memecahkan masalah. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Untuk mendamaikan. Untuk menumbuhkan dukungan antarpesona.

1.

2. 3. 4. 5.

6.
7.

METODE KOMUNIKASI HORIZONTAL


Komunikasi horisontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab. Yang penting kelompok ini adalah kelompok kerja biasa yang membuat atau memperbaiki sebagian produk. Lingkaran kualitas umumnya diberi tanggung jawab penuh untuk mengenali dan memecahkan masalah. (Yager, 1980). Hambatan-hambatan pada komunikasi horisontal banyak persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah.

1.4. TEKNIK KOMUNIKASI LINTAS-SALURAN


Pentingnya komunikasi lintas-saluran dalam organisasi mendorong Keith Davis (1967) untuk menyatakan bahwa penerapan tiga prinsip berikut akan memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf: Spesialis staf harus dilatih dalam keahlian berkomunikasi. Spesialis staf perlu menyadari pentingnya peranan komunikasi mereka. Manajemen harus menyadari peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi organisasi.

1.

2.

3.

1.5. TEKNIK KOMUNIKASI INFORMAL, PRIBADI, ATAU SELENTINGAN


Informasi mengalir ke atas, ke bawah, horisontal, dan melintasi saluran hanya dengan sedikit kalau ada perhatian pada hubungan-hubungan posisional. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi diantara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).

Sifat Sifat Selentingan

Meskipun penelitian tentang sifat sifat selentingan tidak ekstensif, sifat sifat selentingan cukup lengkap seperti yang digambarkan berikut ini (W.L.Davis & OConnor, 1977) : Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu rantai kelompok Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut : penghubung, penyendiri, atau pengakhir.

Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang orang dalam organisasi tersebut. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lain Bila suatu informasi yang disampaikan pada sesorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada oarang-orang lainnya Aliaran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional. Umumnya 75%-90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi.

2. TEKNIK KHUSUS BERKOMUNIKASI BERDASARKAN TINGKAT USIA

Teknik Berkomunikasi Dengan Anak Anak adalah individu yang unik, bukan miniatur orang dewasa. Untuk melakukan pendekatan perlu teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.

Teknik Non Verbal 1. Teknik Orang Ketiga 2. Neuro Linguistic Programming (NLP) 3. Fasilitative Responding 4. Bercerita (Story Telling) 5. Bibliotherapy 6. Fantasy 7. Mimpi 8. Pertanyaan 9. Tiga Permintaan 10. Rating Game 11. Word Assosiation Game 12. Sentence Completion (Melengkapi Kata) 13. Pros And Cons (Pro dan Kontra)

Teknik

Verbal

1. Menulis 2. Menggambar 3. Gerakan Gambar Keluarga 4. Sosiogram 5. Menggambar Bersama Dalam Keluarga 6. Bermain

Teknik Berkomunikasi Dengan Orang Dewasa Menurut Erikson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, monat, masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikaap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.

Dari segi psikologis, orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu: 1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak di ajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir. 2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran. 3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

Teknik Berkomunikasi Dengan Lansia Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan/perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Beberapa teknik komunikasi yang dapat terapkan antara lain:

Teknik Asertif Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika komunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia. Responsive Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu?. Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien.

Fokus Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengunggkapkan pertanyaan-pertaanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugan kesehatan. Supportif Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara terhadap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuan.

Klarifikasi Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien. Sabar dan Ikhlas Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

3. TEKNIK KHUSUS BERKOMUNIKASI DENGAN PENDERITA GANGGUNAN PENDENGARAN


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran: Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet). Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar

4. TEKNIK KHUSUS BERKOMUNIKASI DENGAN PENDERITA GANGGUAN PENGLIHATAN


Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan: Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan sentuhan pada klien. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi. Orientasikan klien dengan suara suara yang terdengar disekitarnya.

1.

2. 3.

4.

5.

6.

5. TEKNIK KHUSUS BERKOMUNIKASI DENGAN PENDERITA GANGGUAN BERBICARA Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu diperhatikan : Perhatikan mimik dan gerak bibir klien. Memperjelas kata-kata yang diucapkan kien dengan mengulang kembali. Batasi topik pembicaraan. Suasana rilek dan pelan. Bila perlu gunakan bahasa tulisan/simbol.

KESIMPULAN

Dalam berkomunikasi tidak hanya lisan yang dapat dijadikan perantara dalam berkomunikasi. Di samping itu terdapat pula teknik khusus dalam berkomunikasi. Berkomunikasi bukanlah sebuah kegiatan interaksi antar dua orang atau lebih, tetapi merupakan sarana bertukar informasi. Teknik khusus dalam berkomunikasi contohnya ialah teknik khusus berkomunikasi dalam berorganisasi, teknik khusus berkomunikasi berdasarkan tingkat usia, teknik khusu berkomunikasi dengan penderita ganggunan sensoris pendengaran , teknik khusus berkomunikasi dengan penderita gangguan penglihatan, teknik khusus berkomunikasi dengan penderita gangguan berbicara.

Anda mungkin juga menyukai