Anda di halaman 1dari 9

Berat Badan dan Tinggi Badan Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda.

Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks masa tubuh di atas normal. Microbial community atau komunitas mikrobia merupakan sekelompok mikroba yangt hidup pada suatu bagian tubuh tertentu pada manusia. Keberadaan mikroba ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Contohnya serat didalam usus besar akan terkonvensi menjadi glukosa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim selulase akan terurai menjadi SCFA (Sort Chain Fatty Acid), CO2 dan H2. Keberadaan CO2 dan H2 ini akan menekan kadar SCFA. CO2 dan H2 ini dapat meembentuk CH4 bila terdapat bakteri meatanoge Methanobacterium smithii. Bila jumlah Methanobacterium smithii berlebih, maka produksi SCFA di dalam usus besar akan meningkat karena sebagian besar CO2 dan H2 akan terkonvensi menjadi CH4. Akibatnya SCFA akan tertimmbun di dalam tubuh dan teerjadilah obesitas. Jadi, tidak menutup kemungkinan seseorang vegetarian dapat mengalami obesitas walaupun dia hanya menkonsumsi seraat atau sayur bila jumlah Methanobacterium smithii berlebih di dalam tubuh. Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan pada jaringan tubuh. Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat seta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan pangkal paha bagian dalam saling menempel menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Studi tentang pasien gemuk sekali menunjukkan bahwa suatu proporsi kegemukan yang sangat besar diakibatkan oleh faktor pshychogenic. barangkali faktor pshychogenic yang paling umum contributingto kemegukan menjadi gagasan yang lazim yang sehat makan kebiasaan memerlukan tiga makanan [adalah] suatu hari dan bahwa masing-masing makanan harus mengisi. (Guyton :2001) Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2 dan sebagainya. Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi penting lain. mereka mengevaluasi 186 di atas berat/beban dan anak-anak gemuk sekali untuk sekitar tiga tahun, menguji thryoid hormon mengukur dan zat darah penyerang kuman gondok dan imaging kelenjar/penekan yang gondok menggunakan ultrasound. Penanganan obesitas mempunyai beberapa cara tatalaksana diet, adalah tetap menyediakan makanan dengan nutrient yang cukup optimum (nutrisi seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan hidup sehat. Hanya dalam mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan mengandung tinggi gula / lemak atau minum-minuman manis dapat menghasilakn penurunan berat badan. Cara mengatur makanan lain yaitu dengan cara diet traffic light, makanan dibagi dalam kelompok seperti warna traffic light. Makanan-makanan dikategorikan kedalam makanan hijau yaitu makanan yan dapat dimakan dalam jumlah tanpa batas, sebagai contoh makanan non fat/low fat adalah : ikan, sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran, susu rendah/bebas lemak, keju bebas lemak. Makanan kuning, seperti gandum, ubi rambat.

Makanan dalam kategori kuning boleh dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. Yang termasuk makanan merah adalah makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi : makanan tinggi lemak, kacangkacangan, margarine, cokelat, makanan digoreng. Diet dengan cara mengurangi konsumsi makanan dalam kelompok makanan merah menunjukkan keberhasilan bila dikombinasikan dengan komponen perubahan perilaku dan aktifitas fisik. Diet tersebut sama dengan diet rendah lemak jenuh, gula dan garam, serta makan banyak sayuran dan buah. Ketika di atas berat badan mencoba untuk menyimpan semua untuk mampu memberi makan dirinya sendiri lebih baik, tetapi yang semakin gemuk mengenakan semakin itu berpikir harus mendukung berat/beban ekstra. ketika badan adalah di bawah berat/beban dan ilmu gizi bukanlah suatu masalah sangat mencoba untuk menyimpan semua gemuk, metabolisme adalah tinggi/kelebihan di dalam makanan dan kamu lewat segalanya selain itu, yang gemuk ketika kamu mempunyai semua jenis ilmu gizi dan makanan yang nampaknya tanpa akhir. Beberapa cara untuk menentukan obesitas diantaranya desintrometri, pengukuran total kalium tubuh, total air tubuh, USG,CT,MRI, pengukuran antropometri dengan mengkur berat badan total, tinggi badan, tebal lemak subkutis, anjang lingkar bagian tubuh tertentu, dan perhitungan berdasarkan nilai angka antropometri, diantaranya BMI,WHR, indeks ponderal, indeks broca, v/s,w/sks/,tetapi semuanya belum dapat digunakan sebagai standar utama mengukur total lemak tubuh. Cara yang paling sering digunakan diklinik dan dilapangan dalam menetukan obesitas adalah mengukur berat badan relative (berat badan subyek dibagi berat badan standar untuk tinggi tertentu), dan indeks masa tubuh (IMT/BMI), berat dibagi kuadrat tinggi badan. Dari segi makanan, hendaknya untuk sementara mengurangi atau sementara mmengurangi atau bahkan bahkan menghindari makanan yang berlemak, begitu juga makanan yang manis-manis. Makanan sumber lemak tinggi banyak terdapat makanan fast foot dan lain-lain yang memiliki kontribusi terhaadap kegemukan. Sangat dianjurkan mengkonsumsikan makanaan bersderta tinggi. Serat makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan mempunyai efek mengenyangkan dan relative rendah kalori tetapi kaya akan vitamin dan mineral.Satuan standard energi menjadi kalori, menggambarkan sebagai temperatur 1 g air 1 derajat tingkat, dari 15 [bagi/kepada] 16 celcius, apakah unit kalori gram, kalori kecil, atau kalori standard. unit yang biasanya yang digunakan di dalam phsyology dan obat kedokteran menjadi kalori, atau kilokalori. ( w.f.ganong: 2000). 3. Denyut Nadi Nadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010). Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam

aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006). Ada 2 faktor yang bertanggung jawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan, yaitu: 1. Pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir tetap dari jantung ke aorta, tekanan tetap, sehingga tidak ada denyutan. 2. Elastisitas dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis, seperti dinding sebuah gelas, masih tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan aliran dan mengembalikan aliran sehingga denyut pun tidak dapat dirasakan. Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan mnyebabkan perubahan tekanan pada arterinya yang ditunjukkan dengan membesar mengecilnya arteri, disebut juga denyut nadi. Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Normalnya denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali per menit. Kecepatan normal denyut nadi (jumlah debaran setiap menit): Pada bayi yang baru lahir 140 Selama tahun pertama 120 Selama tahun kedua 110 Pada umur 5 tahun 96 100 Pada umur 10 tahun 80 90 Pada orang dewasa 60 80 (Evelyn, 2006). Denyut Nadi yang Perlu Diketahui a. Nadi Basal (nadi saat baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur) b. Nadi Istirahat (nadi waktu tidak bekerja) c. Nadi Latihan (nadi saat latihan fisik) Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik). Tempat Meraba Denyut Nadi Ada beberapa tempat yang dapat digunakan mengukur denyut nadi, antara lain radialis, temporalis, karotid, brachialis, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedal. Kecepatan denytu nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali/ menit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan, obat-obatan, kondisi emosional (stress), dan lain-lain (Murtiati et all, 2010). Denyut nadi dapat dipalpasi pada beberapa tempat, misalnya: a. Di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis). b. Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri carolis). c. Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri temperalis)

d. Di pelipis Hal-hal yang Dapat Diperiksa pada Denyut Nadi a. Frekuensinya b. Isinya c. Iramanya (teratur/tidak teratur) Frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung meningkat. Bila kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan semakin cepat sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan yang dilakukan. Setelah latihan selesai, frekuensi nadi akan turun lagi. Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.

Cara Menghitung Denyut Nadi Penghitungan denyut nadi secara manual dapat dilakukan dengan cara: a. Nadi dihitung selama 6 detik; hasilnya dikalikan 10 atau b. Nadi dihitung selama 10 detik; hasilnya dikalikan 6 atau c. Nadi dihitung selama 15 detik; hasilnya dikalikan 4 atau d. Nadi dihitung selama 30 detik; hasilnya dikalikan 2. Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 60 - 80 denyut setiap menit. Penghitungan denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Pulse-Monitor atau Pulse-Meter, yaitu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengukur frekuensi nadi setiap menit. Panjang Denyut Nadi Istilah panjang digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi tipe ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah awal denyut, bagian kedua adalah puncak denyut dan bagian ketiga adalah akhir denyut. Denyut nadi pendek (short pulse) apabila denyut tidak mampu mengisi ruangan di bawah tiga jari yang digunakan untuk memeriksa dan biasanya terasa hanya pada satu posisi jari saja.Denyut ini seringkali menunjukkan kekurangan Chi. Denyut nadi panjang (long pulse) adalah lawan dari denyut nadi pendek. Denyut ini terasa pada posisi bagian pertama dan bagian ketiga; di mana hal itu, apabila terjadi terusmenerus dan terasa makin dekat dengan tangan atau akan naik ke siku. Apabila denyut ini mempunyai kecepatan dan kekuatan normal, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien sehat. Akan tetapi jika disertai dengan denyut nadi liat dan denyut nadi ketat maka menunjukkan kondisi kelebihan. Irama Denyut Nadi Istilah irama digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah tarik nafas dan buang nafas yang pertama kali, bagian kedua adalah tarik nafas dan buang nafas yang kedua kali dan bagian ketiga adalah tarik nafas dan buang nafas yang ketiga kali. Denyut nadi tersimpul (knotted pulse) adalah lambat, denyut tidak teratur dan ketukannya terputus-putus. Denyut ini menunjukkan bahwa dingin menghambat chi dan darah, yang mungkin memberi indikasi kekurangan chi, kurang darah, atau Jing. Denyut ini seringkali

menunjuk bahwa jantung tidak mampu mengatur darah dengan baik, dan makin banyak interupsi pada irama, menunjuk makin parah kondisi. Denyut nadi terburu-buru (hurried pulse) adalah denyut cepat dengan irama yang meloncatloncat tidak teratur. Hal ini merupakan pertanda bahwa panas menyerang chi dan darah. Denyut terputus-putus (intermittent pulse) biasanya mempunyai irama meloncat lebih dari dua kali denyut, tetapi mempunyai pola tetap dan diasosiasikan dengan organ jantung, yang mengalami ketidakharmonisan, atau dapat juga menunjukkan organ-organ lain yang terlalu lelah. Denyut nadi tersimpul, denyut nadi terburu-buru dan denyut nadi terputus-putus seringkali terkait dengan jenis kelamin, dan dalam banyak kasus tidak berhubungan dengan ketidak harmonisan dalam tubuh. Denyut nadi moderat (moderate pulse) adalah suatu denyut nadi yang bagus atau sempurna, kondisi badan sehat dan terjadi keseimbangan yang sempurna - normal pada kedalaman, kecepatan, kekuatan dan lebar denyut nadi. Kondisi ini sangat jarang terjadi, karena dalam banyak hal, denyut nadi juga dipengaruh oleh faktor usia. F. PEMBAHASAN 2. Berat Badan dan Tinggi Badan Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan dengan skala kilogram (kg)diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran ini akan menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai bagian protein, karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan. Setelah melakukan pengukuran terhadap 8 orang OP berjenis kelamin perempuan dengan usia 19-21 tahun., diperoleh hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang berbedabeda dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme dakam tubuh yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis pekerjaan. Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP. Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut : Nilai BMI < 18,5 = Berat badan di bawah normal Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal

Nilai BMI 30,0 = Obesitas Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa nilai berat ideal dari kedelapan OP terendah pada 35,8 kg dan tertinggi pada 68,2 kg. Sedangkan nilai BMI yang ada adalah terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2. Dari kedelapan OP hanya 4 orang yang memiliki berat badan dan BMI normal yaitu Siti Jumroh (21,9 kg/m2), Riski (21,64 kg/m2), Anis (19,85 kg/m2) dan Siti Hadianti (19,3 kg/m2), hal itu berarti berat badan dan tinggi badan ketiga OP tersebut sesuai/ideal. Sedangkan terdapat juga OP yang memiliki BMI di bawah normal yaitu Lia (18,1 kg/m2), Yulia (18,3 kg/m2), dan Afani (17,313 kg/m2). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi ketiga OP tersebut adalah kurus tingkat ringan. OP dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal sampai nilai interval pada BMI masing-masing. Nilai BMI OP yang lebih rendah dari standar nilai IBM dapat disebabkan konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi. Selain itu terdapat pula satu OP yang memiliki BMI di atas normal yaitu Rani Dwi (26,29 kg/m2) yang berarti OP memiliki risiko masalah kesehatan, salah satunya yaitu risiko mengalami obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi.Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktorgenetik. Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktorpsikis yaitu apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk). Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI : Resiko rendah : BMI < 27 Resiko menengah : BMI 27-30 Resiko tinggi : BMI 30-35 Resiko sangat tinggi : BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk tidak makan lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi kurang bergerak. Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung (Sherwood, 2001). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya. Masing-masing OP mungkin memiliki asupan gizi dan kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor genetic bias menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan. 3. Denyut Nadi Dari tabel hasil pengukuran denyut nadi di atas ternyata setiap OP memiliki kecepatan, irama, dan kekuatan yang berbeda. Cara pengukuran denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah selama satu menit. Pengukuran dengan cara ini tidak menggunakan jari kelingking dan ibu jari karena pada ibu jari dan kelingking terdapat perpanjangan arteri sehingga jika kita melakukan pengukuran dengan ibu jari atau kelingking tidak akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu jari atau kelingking berasal dari ibu jari dan kelingking tersebut bukan dariarteri radialis. Pada pengukuran denyut nadi dalam kondisi istirahat, OP diminta untuk duduk dengan tenang, tujuannya adalah agar OP pada saat diukur denyut nadinya benar-benar dalam keadan istirahat total. Secara umum dari hasil pengukuran kecepatan denyut nadi istirahat dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Kecepatan rendah (54-71) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I. 2. Kecepatan sedang (72-89) terdiri dari lima OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, Dwi Lusi R., Sintia Sundari, dan Anis Rahmawati. 3. Kecepatan tinggi (90-107) terdiri dari dua OP yaitu Veny Wuryaningrum dan Yunita kurniasih. Pada pengukuran kecepatan denyut nadi setelah beraktivitas lari selama 10 menit secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Kecepatan rendah (68-92) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I. 2. Kecepatan sedang (93-117) terdiri dari tiga OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, dan Sintia Sundari. 3. Kecepatan tinggi (118-142) terdiri dari empat OP yaitu Dwi Lusi R,.Veny Wurtaningrum, Anis Rahmawati dan Yunita kurniasih. Kecepatan denyut nadi paling rendah baik sebelum maupun sesudah beraktivitas lari selama 10 menit adalah Noor Andryan I. Sedangkan kenaikan denyut nadi tertinggi terjadi pada Anis Rahmawati, kecepatan denyut nadi istirahat hanya 87, tetapi setelah melakukan aktivitas berlari kecepatan denyut nadinya mencapai 137. Namun denyut nadi paling cepat adalah Yunita kurniasih yang mencapai 141, hal ini dapat terjadi karena OP tersebut

kemungkinan tidak terbiasa untuk melakukan banyak kerja dengan beban fisik yang besar, sehingga ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari selama 10 menit, tubuh merasa kerja berat, dan kecepatan denyut nadinya semakin tinggi. Dari data di atas juga diketahui bahwa OP laki-laki memiliki kecepatan denyut jantung yang lebih rendah, karena secara umum laki-laki lebih terbiasa melakukan aktivitas yang melibatkan fisik. Sedangkan untuk irama denyut nadi istirahat semua OP teratur, teratur di sini maksudnya adalah iramanya konstan (stabil, tidak berubah-ubah). Setelah melakukan aktivitas irama denyut nadi berubah mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada satu OP yaitu Noor Andryan I, hal ini terjadi karena OP tersebut sering melakukan olahraga, sehingga aktivitas olahraga berupa lari selama 10 menit sebelum melakukan percobaan tidak mempengaruhi irama denyut nadi, karena fisiologi tubuhnya sudah beradaptasi dengan kebiasaan aktivitasnya berolahraga, sedangkan pada OP yang lain terjadi perubahan irama denyut nadi karena reaksi fisiologi dalam tubuh akibat aktivitas lari selama 10 menit. Pada saat beraktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Kekuatan denyut nadi pada semua OP terjadi peningkatan, karena setiap OP diamati oleh pengamat yang berbeda, sehingga hasil pengamatan tersebut lebih bersifat subjektif, tidak seperti pengukuran kecepatan denyut nadi yang lebih objektif. Peningkatan kekuatan denyut nadi tersebut karena kecepatan aliran darah dalam tubuh juga meningkat. Perbedaan kecepatan denyut nadi baik saat istirahat maupun setelah beraktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin, aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional. Faktor lain yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi dalam praktikum dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada saat praktikum. G. KESIMPULAN 2. Berat Badan dan Tinggi Badan 1. Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak. 2. Berat badan OP terkecil adalah Lia yaitu 42 kg, sedangkan berat badan terbesar adalah Rani yaitu 66 kg, rata-rata berat badan OP adalah 51,8125 kg. Tinggi badan terendah adalah Lia yaitu 152 cm, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah siti hadianti yaitu 164 cm, rata-rata tinggi badan OP adalah 159,4625 cm 3. Nilai Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan OP berbeda-beda dengan BMI terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2. 3. Denyut Nadi

1. Tempat pengukuran denyut nadi yaitu pada arteri radialis di pergelangan tangan. 2. Irama dan kekuatan denyut nadi lebih teratur saat istirahat. 3. Cara mengukur denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. 4. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi yaitu jenis kelamin dan kebiasaan beraktivitas. 5. Denyut nadi istirahat terendah adalah 54 pada OP Noor Andryan I, sedangkan denyut nadi tertinggi setelah beraktivitas lari selama 10 menit adalah 141 pada OP Yunita Kurniasih. DAFTAR PUSTAKA Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak Utama. Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG. Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.\

Anda mungkin juga menyukai