Anda di halaman 1dari 38

Bab 7

Curah Hujan
7.1. Distribusi Curah Hujan Regional
Curah hujan regional adalah curah hujan di seluruh daerah yang ditinjau dan dinyatakan dalam satuan mm. Curah hujan regional diperkirakan dari beberapa titik pengalaman curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan dari pengalaman curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut : 1. Cara rata-rata aljabar Adalah curah hujan di dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan, yang dinyatakan sbb :

R =

1 ( R1 + R 2 + ......... + Rn) n

(7-1)

Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan cara lain, jika titik pengamatan ini banyak dan tersebar merata di seluruh daerah itu. 2. Cara Thiessen Jika titik-titik pengamatan tidak tersebar merata, maka perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan, yang dapat dinyatakan sbb :
R = A1 R1 + A2 R2 + ....... + An Rn A1 + A2 ....... + An A1 R1 + A2 R 2 + ....... + An Rn = A = W1 R1 + W2 R2 + . + Wn Rn

(7-2)

Ri adalah curah hujan pada titik i dan Wi adalah daerah pengaruh pada titik i yang berupa luas poligon. Bagian-bagian daerah A1,A2, .. An ditentukan dengan cara seperti berikut : a. Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah itu pada peta topografi, kemudian hubungkan tiap titik berdekatan dengan sebuah garis lurus (dengan demikian akan terlukis jaringan segi tiga).

b. Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam polygon-poligon yang didapat dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah hujan dalam tiap polygon itu dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap polygon itu. Luas tiap polygon diukur dengan planimeter atau dengan cara lain. Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata-rata. Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat.

Gbr. 7.1: Cara Thiessen

Gbr. 7.2: Titik-titik pengamatan curah hujan dan curah hujan harian dalam DAS

Gbr. 7.3: Pembagian daerah dengan cara Thiessen 3. Cara garis isohiet Peta isohiet adalah garis kontur curah hujan dengan interval curah hujan 10 sampai 20 mm. Luas bagian daerah antara dua garis isohiet yang berdekatan diukur dengan planimeter. Berdasar cara ini curah hujan regional dinyatakan sbb :
R = A1 R1 + A2 R2 + ....... + An Rn A1 + ....... + An

(7-3)

Ai adalah luas daerah antara dua garis isohiet. Cara ini lebih rasional dan lebih teliti. Penggambaran kontur curah hujan bersifat sangat subyektif. Peta itu harus mencantumkan sungai-sungai utamanya dan garis-garis kontur ketinggian.

Gbr. 7.4 Cara garis isohiet

Gbr. 7.5 Cara garis potongan (satuan garis isohiet adalah mm)

4.

Cara kedalaman elevasi (depth elevation method) Curah hujan akan bertambah jika elevasi bertambah tinggi. Dengan demikian, maka dapat dibuat diagram mengenai hubungan antara elevasi titik pengamatan dan curah hujan. Kurva ini dapat dibuat dengan cara kwadrat terkecil (least square method) dan lain-lain. Pada peta topografi skala 1/50.000 atau yang lain, luas bagian-bagian antara garis-garis kontur selang 100 m atau 200 m dapat diukur. Curah hujan untuk setiap elevasi rata-rata dapat diperoleh dari diagram tersebut di atas, sehingga curah hujan untuk setiap elevasi rata-rata dapat diperoleh dari diagram tersebut di atas, sehingga curah hujan daerah pada daerah yang bersangkutan dapat dihitung menurut persamaan sebagi berikut :
R = A1 R1 + A2 R2 + ....... + An Rn A1 + A2 ....... + An

(7-4)

Ai adalah luas bagian-bagain dengan ketinggian tertentu. Cara ini cocok untuk penentuan curah hujan dengan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan bulanan, curah hujan tahunan dan sebagainya.

Gbr. 7.6: Cara kedalaman elevasi, angaka-angka dari garis lurus menunjukkan daerah yang bersangkutan pada peta

5.

Cara elevasi daerah rata-rata (mean areal elevation method) Cara ini dapat digunakan jika hubungan antara curah hujan dan elevasi daerah bersangkutan dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan linier sbb : Ri = a + b.hi (7-5)

a dan b adalah tetapan, sedangkan h adalah ketinggian. Jika elevasi ratarata antara garis-garis kontur yang berdekatan (selang 100 m atau 200 m) adalah hi dan luasnya Ai, maka elevasi rata-rata daerah dapat dinyatakan sbb : Ri = a + b.hi (7-5)

a dan b adalah tetapan, sedangkan h adalah ketinggian. Jika elevasi ratarata antara garis-garis kontur yang berdekatan (selang 100 m atau 200 m) adalah hi dan luas Ai, maka elevasi rata-rata daerah dapat dinyataka sbb :
hi =

A h A
i i

(7-6)

Dengan Curah hujan daerah R :

R =

A R A
i i

A (a + bh ) A
i i i
i

(a Ai + b A A
i

hi )

= a+b

A h A
i i

=q+bh

(7-7)

Jadi jika a, b dan h didapat, maka R dapat dihitung. Cara ini cocok untuk perhitungan curah hujan jangka waktu yang panjang.

7.2. Distribusi Curah Hujan dalam Jangka Waktu Tertentu


Distribusi curah hujan berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau, yakni curah hujan tahunan, bulanan, harian atau curah hujan per jam. Berikut ini akan diberikan perhitungan curah hujan jangka waktu yang pendek. 7.2.1. Intensitas curah hujan Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam dan disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It) dinyatakan dengan rumus sbb : It =
Rt t

(7-8)

Rt adalah curah hujan selama t jam. Besarnya intensitas curah hujan berbedabeda disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekwensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas curah hujan diantaranya adalah : I =

a t +b

(7-9)

Rumus ini dikemukanan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut rumus Talbot. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapantetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang diukur. I =

a tn

(7-10)

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut rumus Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. I = a t +b (7-11)

Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953.

R 24 I = 24 24 t

(7-12)

Rumus ini disebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus (7-10). Rumus (7-9) sampai (7-11) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek. Rumus (7-12) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian. Dalam rumus-rumus di atas : I t a, b, n, m R24 : : : : intensitas curah hujan (mm/jam) lamanya curah hujan (menit), atau untuk (7-12) dalam jam tetapan curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Gbr. 7.7: Nomogram intensitas curah hujan optimum

Gbr. 7.8: Tiga jenis kurva intensitas curah hujan dan contoh pemeriksaan penterapannya

7.2.2. Cara perhitungan curah hujan 7.2.2.1. Perhitungan dengan cara kwadrat terkecil (least square)

Cara ini digunakan untuk menentukan tetapan-tetapan a, b, dan n dalam rumusrumus (7-9), (7-10) dan (7-11) yang dikemukakan dalam (1) berdasarkan cara kwadrat terkecil dengan menggunakan data curah hujan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80 dan 120 menit. Semuanya curah hujan bersangkutan dengan ke delapan hal ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun pengamatan. Harga-harga tersebut di atas digunakan dalam perhitungan kemungkinan lebih (excess probability) dengan cara Iwai dan lain-lain yang dikemukakan dalam 7.2.2. Kemungkinan diadakan perhitungan itensitas curah hujan I (mm/jam) yang bersangkutan dengan harga t untuk setiap tahun kemungkinan (probable year). Dengan menggunakan ke 8 harga t dalam setiap tahun kemungkinan itu, maka diadakan perhitungan tetapan-tetapan dengan cara kwadrat terkecil. Perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap rumus intensitas curah hujan adalah sebagai berikut :

2.

3.

[Jenis I] I =

a t+a

[ I ][It ] N It2 b= 2 N I [I ][I ]

[ Ii ][I 2 ] [It2 ][I ] a= N [I 2 ] [I ][I ]

[ ]

[ ]

(7-13)

[Jenis II] I =

a tn

2 [ log I ][(logt) ] [logt logI ][logt] Loga = 2 N [(logt) ] [logt][logt]

n=

[log I][logt] N [logt logI] 2 N [(logt) ] [logt][logt]

(7-14)

[Jenis III] I =

a t +b
2 2

[I t ][I ] [I t ][I] a=
N I 2 [I ][I ]

[ ]

b=
di mana [ ] N

[I][I

t I t N I [I ][I ]
2

[ ]
2

][ ]

(7-15)

: Jumlah angka-angka dalam tiap suku. : Banyaknya data

Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat curah hujan otomatis sepanjang pengamatan yang lalu. Contoh perhitungan Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan t menit disusun dengan menggunakan data curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah stasiun pengamatan. Kemudian diadakan perhitungan kemungkinan lebih (perhitungan ini tidak dicantumkan disini). Harga-harga dalam table di bawah ini adalah hargaharga dengan kemungkinan 10 tahun. Dengan harga-harga ini, maka di hitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus (7-9), (7-10) dan (711). Dari hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang paling cocok.

Tabel 7-1
Lamannya curah hujan (menit) Intensitas curah hujan I (mm/jam) 5 150,8 10 105,2 20 76,5 30 62,3 40 54,5 60 46,1 80 39,9 120 32

Penyelesaian Pertama-tama ditentukan harga tiap suku dalam rumus-rumus (7-13), (7-14) dan (7-15) dari Tabel 7-2. Perhitungan harga tetapan-tetapan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 7-2 Tabel perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan
11 No T I It I
2

12
I

13 I
2

2t

Log t

Log I

Log.log I 1,5226

(log t)2

t
2,236

150,8

754,0

22740,64

113703,2

0,69897

2,17840

0,48856

337,19

50848,07

10

105,2

1052,2

11067,04

110670,4

1,00000

2,02201

2,0220

1,00000

3,162

332,64

34993,98

20

76,5

153,0

5852,25

117045,0

1,30103

1,88366

2,4507

1,69268

4,472

342,11

26171,26

30

62,3

1869,0

3881,29

116438,7

1,47711

1,79449

2,6506

2,18185

5,477

341,22

21257,83

5 6

40

54,5

2180,0

2970,25

118810,0

1,60206

1,73639

2,7818

2,56660

6,325

344,71

18786,83

60

46,1

2766,0

2125,21

127512,6

1,77815

1,66370

2,9583

3,16182

7,746

357,09

16461,88

80

39,9

3192,0

1592,01

127360,8

1,90309

1,60097

3,0467

3,62175

8,944

356,87

14238,94

8 []

120

32,0

3840,0

1024,00

122880,0

2,07918

1,50514

3,1294

4,32299

10,954

350,56

11217,92

567,3

17183,0

51252,69

954420,7

11,83959

14,38676

20,5623

19,03625

276,39

194058,88

[ Jenis I] I =

a = b = [ Jenis II] I =

a t +b 17.183.0 x 51.252,69 954.420,7 x 567,3 3.847 8 x 51.252,69 x 567,3 x 567,3 567.3 x 17.183,0 8 x 954.420,7 24 8 x 51.252,69 x 567,3 x 567,3

a tn

Log a = n= [Jenis III] I =

14.38476 x 19,03625 20,56237 x 11,83959 =2,50797 322 8 x 19.03625 11,83959 x 11,83959 14,38476 x 11.83959 8 x 20,56237 0,48 8 x 19,03624 11,83959 x 11,83959

a t +b 2.762,39 x 51.252,69 194.058,88 x 567,3 357 8 x 51.252,69 567,3 x 567,3 567.3 x 2.762,39 8 x 194.058,88 0,17 8 x 51.252,69 567,3 x 567,3

a = b =

Harga-harga ini disubstitusikan ke dalam rumus (7-9), (3-9) dan (7-11), sehingga rumus-rumus intensitas curah hujan itu menjadi sebagai berikut : I =

a 3.847 = t +b t + 24

(7-16)

I I

= =

a 3.22 = 0, 48 n t t a 375 = t+b t + 0,17

(7-17) (7-18)

Selanjutnya harus diadakan pemeriksaan mengenai rumus yang paling cocok digunakan. Harga-harga I dari rumus-rumus (7-16), (7-17) dan (7-18) yang didapat dengan menggantikan harga-harga t dalam kolom pada Tabel 7-3, tercantum dalam kolom 14, 16 dan 18 pada tabel yang sama. Deviasi antara harga-harga ini dengan data yang tercantum dalam kolom 3 tercantum berturutturut dalam kolom 15, 17 dan 19 dalam tabel yang sama. Demikianlah pula kurva-kurva yang dihitung tercantum dalam Gbr. 7.8. Dengan menelaah deviasi rata-rata M(1 1) = , dapat ditentukan bahwa untuk keadaan ini. Jenis II yakni I = a/tn memberikan hasil yang optimum sebagai rumus intensitas curah hujan.

Tabel 7-3 Tabel perbandingan kecocokan rumus-rumus intensitas curah hujan


14 No 1 2 3 4 5 6 7 8 t 5 10 20 30 40 60 80 120 I 150, 105, 76, 62, 54, 46, 39, 32, I(1) 132,7 113,1 87,4 71,2 60,1 45,8 36,0 26,7 15 16 I(2) 149,1 106,6 76,5 62,9 54,9 45,1 39,3 32,4 17 18 I(3) 148, 107, 76, 63, 55, 45, 39, 32, 19

(1)
-18, 7, 10, 8, 5, -0, -2, -5, 59, 7,4

( 2)
-1,7 1,4 0,0 0,6 0,4 -1,0 -0,6 0,4 6,1 0,76

( 3)
-2,7 2,0 0,4 0,9 0,5 -1,0 -0,7 0,1 8,3 1,04

M (1 1)

(11)

(a) Rumus intensitas curah hujan dengan cara koefisien spesifik (probable rainfall intensity formula by specific coefficient method) : Cara yang dikemukakan dalam (a) memerlukan data pengamatan curah hujan. Di samping itu kesemuanya harus dibaca dari kertas-kertas alat ukur otomatis. Mengingat hal ini memerlukan waktu yang lama (dimana angkaangkanya harus di baca dari kurva tercatat), maka ketelitiannya akan berkurang. Cara yang dikemukakan di bawah ini adalah cara untuk mendapatkan rumus intensitas curah hujan berdasarkan 2 jenis data curah hujan (umpamanya curah hujan 60 menit dan 10 menit). Jika data curah hujan 60 menit dan 10 menit atau lain-lain itu ada, maka rumus

pendekatan intensitas curah hujan itu dapat dihitung dengan mudah mempunyai ketelitian yang tinggi. Semuanya kurva intensitas curah hujan dapat dinyatakan dengan koefisien yang menunjukkan kemiringan kurva, dikali dengan intesitas curah hujan 1 jam. Koefisien ini ditentukan dari karakteristik curah hujan di tiap daerah dan disebut oleh Dr. Ishiguro koeffisien spesifik. Rumus-rumus intensitas curah hujan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : IN = N . R N di mana : rumus intensitas curah hujan (mm/jam) koefisien spesifik R : curah hujan 1 jam (mm) atau intensitas curah hujan 1 jam (mm/jam) Notasi N : kemungkinan dalam N tahun I (7-19)

Harga N dalam rumus (7-19) adalah sama seperti rumus (7-9), (7-10) dan (7-11) yang dikemukakan dalam (a). Rumus (7-19) dalam jenis I, jenis II dan jenis III berturut-turut akan menjadi : [Jenis I] IN = N . RN = [Jenis II] IN = N . RN = [Jenis III] IN = N . RN =

a' RN t +b

(7-20)

a' RN tn

(7-21)

a t +b

RN

(7-22)

RN dalam ketiga rumus ini adalah intensitas curah hujan 60 menit dengan kemungkinan N tahun dan didapat dengan perhitungan kemungkinan lebih (excess probability) dari angka-angka yang diperoleh dengan pengamatan (dengan cara Iwai dan lain-lain seperti di bawah ini). Tetapan-tetapan a, b dan n berturut-turut dihutung menurut rumus-rumus di bawah ini ( N = 1 jika t = 60 menit) :

[Jenis I] a = 60 + b
t 60 N .t b = t N 1

(7-23)

[Jenis II] a =
t log N . (log 60 log 1) log 6 log t

(7-24) n =

log a' log 60

[Jenis III] a = b = di mana :


t N :

60 b
(7-25)

60 . t t N 1
t N

harga koefisien spesifik dalam t menit dengan kemungkinan N tahun (Ini adalah perbandingan intensitas curah hujan t menit dalam kemungkinan N tahun).
t IN 60 IN

t N =

(7-26)

t IN

intensitas curah hujan per jam (mm/jam) termasuk perhitungan


T curah hujan R N dengan kemungkinan N tahun sesuai lamanya dalam t menit dengan menggunakan data curah hujan pengamatan yang lalu, yakni :

t IN

t . RN

60 t

(7-27)

60 IN =

intensitas curah hujan per jam dengan kemungkinan N tahun dengan RN yang sama dalam rumus (7-19).

Menurut penjelasan di atas, jika intensitas curah hujan per jam dengan 60 dan intensitas curah hujan t menit dengan kemungkinan N tahun R N

( )

t kemungkinan yang sama didapat, maka N , a dan b juga akan dapat dihitung. Dengan demikian rumus-rumus (7-20) (7-22) akan didapat.

( )

Contoh perhitungan Rumus intensitas curah hujan didapat dengan menggunakan data dalam 60 menit dan 10 menit pada perhitungan dalam contoh (a). Penyelesaian Yang dihitung di sini adalah hanya rumus Talbot (Jenis I) dalam kolom 3 pada Tabel 7-2.

10 I 10

= 105,2

60 I 10 = 46,1

Dalam rumus (7-26)

( ) =
t N

105,2 / 46,1 = 2,28

Dalam rumus (7-23) b =

60 x ,28 x 10 = 29 2,28 1

a = 29 + 60 = 89 Dalam rumus (7-20)

10 =

89 a' = t + b t + 29 = 89 4.103 .46,1 = t + 29 t + 29

I 10 = 10 . R10

Jadi rumus intensitas curah hujan dengan kemungkinan 10 tahun adalah :

I 10 =

4.103 t + 29

7.3. Frekwensi Curah Hujan dan Perioda Ulangnya


Cara perkiraan untuk mendapatkan frekwensi kejadian curah hujan dengan intensitas tertentu yang digunakan dalam perhitungan pengendalian banjir, rancangan drainasi dan lain-lain adalah hanya dengan menggunakan data pengamatan yang lalu. Jika data pada hidrologi itu dapat diperoleh dengan cara perhitungan kemungkinan tersebut di bawah ini. Perhitungan frekwensi ini adalah cara seperti yang digunakan di Amerika Serikat, yakni cara tahun-stasiun (station-year method) yang menjumlahkan banyaknya titik-titik pengamatan dengan banyaknya tahun-tahun pengamatan. Cara ini memperkirakan frekwensi dengan menjumlahkan banyaknya tahun pengamatan pada titik-titik pengamatan dalam daerah itu. Umpamanya jika terdapat data selama 20 tahun pada setiap 10 titik pengamatan, maka dianggap bahwa harga maksimum dari data-data ini mempunyai frekwensi sekali dalam 10 x 20 tahun, yang kedua (maksimum) sekali dalam 200 x = 100 tahun dan yang ketiga (maksimum) sekali dalam 200 x 1/3 = 67 tahun. Cara ini adalah cara yang paling sederhana, tanpa penyelesaian secara statistic. Penterapan cara ini dapat diadakan untuk daerah yang mempunyai kondisi meteorology yang sama, bukan seperti daerah pegunungan.

7.4. Distribusi Curah Hujan dan Perioda Ulang (Return Period)


(1) Distribusi curah hujan

Umpamanya data curah hujan disusun dan dibagi dalam selang 10 mm. Frekwensi tiap bagian dapat diperoleh dan dinyatakan dalam histogram. Jika frekwensi itu dinyatakan dengan garis lengkung yang baik, maka dapat diperoleh sebuah kurva frekwensi. (lihat Gbr. 7.9). Gbr. 7.9 (a)-(b) menunjukkan kurvakurva frekwensi data curah hujan tahunan, curah hujan bulanan, curah hujan 10 hari dan curah hujan harian. Dari gambar-gambar ini dapat dilihat bahwa distribusi curah hujan adalah distribusi asymetris, meskipun distribusi curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan tahunan hampir mendekati distribusi symmetris. Setelah fungsi distribusi yang paling cocok untuk distribusi itu didapat, maka halhal sebagai berikut dapat diketahui : berapa panjang rata-rata perioda kejadian atau berapa banyak kali rata-rata terjadinya suatu curah hujan harian melampaui suatu harga tertentu dalam suatu perioda tertentu.

Gbr. 7.9: Distribusi frekwensi curah hujan

(2)

Kemungkinan terlampau dan kemungkinan tak terlampau (probability of exceedance and non-exceedance)

Kemungkinan W(xi) data hidrologi (curah hujan, debit dan lain-lain) (x) melampaui suatu harga tertentu (xi), disebut kemungkinan terlampau dari (xi), dan kemungkinan S(xi) data (x) tidak melampaui suatu nilai tertentu (xi), disebut kemungkinan tidak terkampau dari (xi), W(x) adalah luas bagian bergaris pada Gbr. 7.10 yakni : W(xi ) =

xi

f(x) dx

(7-28)

Demikian pula kemungkinan tak terlampau dari xi , S(xi) adalah luas bagian di sebelah kiri xi, seperti Gbr. 7.10. S(xi ) =

Si

= f(x)dx = 1 W(xi)

(7-29)

Gbr. 7.10: Kemungkinan terlampau dan kemungkinan tidak terlampau

(3)

Periode ulang (return period)

Jika laju suatu data hidrologi (x) mencapai sesuatu harga tertentu (xi ) atau kurang dari (xi) diperkirakan terjadi sekali dalam T tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai perioda ulang dari (xi). (xi) ini disebut data dengan kemungkinan T tahun (Jika data itu berupa data curah hujan harian, maka disebut curah hujan harian kemungkinan T tahun). Kemungkinan suatu curah hujan harian melampaui 200 mm dinyatakan dengan rumus (7-28) : W(xi) =

200

f(x) dx

Jadi, umpamanya jumlah hari hujan rata-rata dalam 1 tahun adalah n, maka dalam satu tahun dapat diperkirakan bahwa kemungkinan curah hujan harian itu melampaui 200 mm adalah nW (x) dan dalam T tahun adalah nW(x)T. Panjang tahun T dengan kemungkinan sama dengan 1 disebut perioda ulang (return period). T =
1 n
200

f(x) dx

1 nW ( x)

(7-30)

Perioda ulang T untuk kemungkinan tak terlampau S(x) dihitung dengan cara yang sama. T =
1 n
200 -

f(x) dx

1 nS ( x)

(7-31)

Peristiwa yang terjadi sekali dalam setahun seperti curah hujan maksimum atau curah hujan harian minimum dalam setahun adalah : n = 1. Rumus-rumus (7-30) dan (7-31) menjadi : T =

1 1 dan T = W(x) S ( x)

(7-32)

Seperti telah dikemukakan di atas, perioda ulang itu dapat dengan mudah dihitung jika fungsi kerapatan f(x) dari curah hujan telah diketemukan.

7.5. Cara Memperkirakan Kemungkinan Curah Hujan


Hal-hal utama yang telah dikemukakan adalah analisa frekwensi data hidrologi, bagaimana perhitungan fungsi f(x) yang menggambarkan distribusi asymetris dari kurva kemungkinan kerapatan dan bagaimana harga kemungkinan terlampau W(x) yang kecil itu atau harga kemungkinan tak terlampau S(x) itu telah diperkirakan. Penyelidikan-penyelidikan yang banyak mengenai distribusi curah hujan telah berlangsung terus. Penyelidikan-penyelidikan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Cara yang menggunakan distribusi normal : Cara ini adalah cara untuk menyelesaikan/menghitung distribusi normal yang didapat dengan merubah variable distribusi asymetris (x) ke dalam logaritma atau ke dalam akar pangkat n. Cara Iwai adalah salah satu cara untuk hal yang pertama. Mengenai hal yang kedua Dr. C. K. Stidd menyatakan bahwa jika diambil akar pangkat 3 dari data curah hujan maka distorsi kurva distribusi itu hilang. Cara yang mempergunakan langsung kurva asymetris kemungkinan kerapatan : Cara-cara yang digunakan adalah jenis distribusi eksponensial dan distribusi harga ektrim. Cara yang mengkombinasikan cara dan : Cara Iwai adalah cara yang banyak digunakan di Jepang. Cara perhitungan sederhana yang menggunakan kertas kemungkinan logaritmis akan dikemukakan di bawah ini. (1) Cara Iwai

Seperti telah dikemukakan di atas, kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harus maksimum atau debit banjir maksimum dalam 1 tahun, tidak merupakan sebuah kurva distribusi normal tetapi sebuah kurva distribusi normal. Jadi, kemungkinan terlampau W (x) dapat diperoleh dengan assumsi bahwa data hidrologi itu mempunyai distribusi log-normal. Di samping itu cara memberikan harga b lebih besar dari 0 sebagai harga minimum variable kemungkinan (x) (lihat Gbr. 7.11). Supaya kurva kemungkinan kerapatan itu tidak menjadi lebih kecil dari harga bawah limit itu (-b), maka ambil suku (x + b) yang logaritmanya yakni (x + b) diperkirakan mempunyai distribusi normal.

Gbr. 7.11: Limit bawah dari x dalam kurva kerapatan kemungkinan

Jadi cara ini adalah cara distribusi terbatas sepihak (one sided finite distribution). Perhitungan cara Iwai akan diterangkan dengan sebuah contoh seperti di bawah ini, di mana :

= c log

x+b xo + b

(7-33)

Log (xo + b) adalah harga rata-rata dari log (xi + b) dengan (I = 1. n) dan dinyatakan dengan (Xo; b, c dan xo) diperkirakan dari rumus-rumus berikut> Harga perkiraan pertama dari xo : Log xo =

1 n log xi n i =1

(7-34)

Perkiraan harga b : b =

n 1 n bi , m m i =1 10
2 x s . xt x 0 2 x0 ( X s + X i )

(7-35)

bi =

(7-35)

Perkiraan harga X0 : X0 = log (x0 + b) =

1 n log ( xi + b) n i =1

(7-36)

Perkiraan harga c :
1 = c x +b 2 n log i n 1 i =1 x0 + b
2 2 2 x x0 n 1 2

(7-37) =

1 n 2 {log ( xi + b)} n i =1

(7-38)

dengan :

xs : xt : n : m :

harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terbesar. harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terkecil. banyaknya data. n : angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat). 10

Kadang-kadang jika harga b sangat kecil maka untuk mempermudah perhitungan harga b dapat diambil b = 0. Jika tetapan-tetapan tersebut di atas telah didapat, maka curah hujan yang mungkin (probable rainfall) yang sesuai dengan kemungkinan lebih sembarang (arbitrary excess probability) dapat dihitung dengan rumus berikut :

1 Log (x + b) = log (x0 + b) + c


Perhitungan ini harus dilaksanakan menurut urutan sebagai berikut :

(7-39)

Harga perkiraan pertama dari x0 didapat dengan rumus (7-34) dan b didapat dengan rumus (7-35). Log (xi + b) didapat dan log (x0 + b) didapat dengan rumus (7-36). {log (xi + b)}2 dihitung dan x dihitung dengan rumus (7-38). 2 Dengan menggunakan X2 dan X 0 , maka 1/c dihitung dengan rumus (7-37). Harga yang sesuai dengan kemungkinan lebih sembarang didapat dari Tabel 7-4 dan curah hujan yang mungkin diperkirakan dengan rumus (7-39). Contoh perhitungan Tabel 7-5 menunjukkan kumpulan data curah hujan harian maksimum dalam setahun 34 tahun di beberapa kota Jepang. Dengan cara Iwai, maka curah hujan harian yang mungkin dengan kemungkinan lebih dari 1/10, 1/50, 1/100, 1/200, dan 1/500 akan didapat berturut-turut sebagai berikut :
2

Tabel 7-4 Variabel normal yang sesuai pada W(x) utama T 500 400 300 250 200 150 100 80 60 50 40 W(x) = 1/T 0,002 00 0,002 50 0,003 33 0,004 00 0,005 00 0,006 57 0,010 00 0,012 50 0,016 67 0,020 00 0,025 00

2,035 2 1,984 0 1,922 7 1,875 3 1,821 4 1,749 9 1,645 0 1,585 1 1,504 9 1,452 2 1,385 9

T 30 25 20 15 10 8 5 4 3 2

W(x) = 1/T 0,033 33 0,040 00 0,050 00 0,066 67 0,100 00 0,125 00 0,200 00 0,250 00 0,333 33 0,500 00

1,297 1 1,237 9 1,163 1 1,061 4 0,906 2 0,813 4 0,595 1 0,476 9 0,304 5

Tabel 7-5 Data curah hujan harian maksimum tahunan di suatu kota tertentu di Jepang Derajat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Harga Tanggal Pengamatan kejadian 288,2 1959. 8.13 282,0 1971. 9.26 269,1 1944. 10.7 245,6 1961. 9.10 210,9 1952. 7.14 171,2 1941. 8.14 166,7 1949. 9.22 164,1 1947. 7. 1 155,3 1945. 6. 6 154,4 1948.8.28 153,1 1962.8.25 146,6 1942.8.27 141,5 1958.8.25 140,7 1967.8.12 139,2 1946.10.12 137,5 1972.8.11 131,7 1966.9.12 130,5 1950.7.12 129,8 1965.6.29 Derajat 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Harga Tanggal pengamatan kejadian 123,0 1969.8.23 121,3 1953.9.16 118,0 1973.7.2 115,6 1960.7.4 109,0 1968.6.19 108,6 1954.9.1 103,9 1964.8.3 99,8 1940.8.3 96,6 1956.10.30 92,0 1970.8.31 88,7 1943.6.1 85,7 1963.7.27 73,5 1957.8.27 62,3 1951.8.29 60,5 1955.7.7

Tabel 7-6 Perhitungan Derajat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah 1/n Xi 228,2 282,0 269,2 245,6 210,9 171,2 166,7 164,1 155,3 154,4 153,1 146,6 141,5 140,7 139,2 137,7 130,5 129,8 123,0 123,0 121,3 118,0 115,6 109,0 108,6 103,9 99,8 96,6 92,0 88,7 85,7 73,5 62,3 60,5 Log10 Xi 2,459 7 2,450 3 2,30 1 2,390 2 2,324 1 2,233 5 2,221 9 2,215 1 2,191 2 2,188 6 2,185 0 2,166 1 2,150 8 2,148 3 2,143 6 2,138 3 2,119 6 2,115 6 2,113 3 2,089 9 2,083 9 2,071 9 2,063 0 2,037 4 2,035 8 2,016 6 1,999 1 1,985 0 1,963 8 1,947 9 1,933 0 1,866 3 1,794 5 1,781 8 72,055 2 2,119 27 Xi + b 276,37 270,17 257,37 233,77 199,07 159,37 154,87 152,27 143,47 142,57 141,27 134,77 129,67 128,87 127,37 125,67 119,87 118,67 117,97 111,17 109,47 106,17 103,77 97,17 96,77 92,07 87,97 84,77 80,17 76,87 73,87 61,67 50,47 48,67 Log10 (Xi + b) 2,441 5 2,431 6 2,410 6 2,368 8 2,299 0 2,202 4 2,190 0 2,182 6 2,156 8 2,154 0 2,150 1 2,129 6 2,112 8 2,110 2 2,105 1 2,099 2 2,078 7 2,074 3 2,071 8 2,046 0 2,039 3 2,026 0 2,016 1 1,987 5 1,985 7 1,964 1 1,944 3 1,928 2 1,904 0 1,885 8 1,868 5 1,790 1 1,703 0 1,687 3 70,545 0 X0 = 2,074 9 {log10 (Xi + b)}2 5,960 9 5,912 8 5,810 8 5,611 2 5,285 4 4,850 6 4,795 9 4,763 8 4,651 6 4,639 8 4,622 7 4,535 2 4,464 1 4,452 7 4,431 3 4,406 8 4,321 0 4,302 9 4,292 2 4,186 0 4,158 7 4,104 7 4,064 5 3,950 3 3,943 2 3,857 8 3,780 4 3,718 1 3,625 3 3,556 1 3,491 2 3,204 4 2,900 3 2,846 8 147,499 5

= 4,338 2

Penyelesaian Pertama-tama, seperti terlihat pada Tabel 7-6, setiap data curah hujan maksimum dalam setahun disusun mulai dari harga yang terbesar dan kemudian dibuatkan perhitungan yang diperlukan. Harga perkiraan pertama dihitung menurut rumus (7-34) dengan menggunakan harga-harga pada Tabel 7-6. Log xi =

1 n 72.0552 log xi = = 2,11927 n i =1 34

X0 = 131,60 Tabel 7-7 Perhitungan b. No 1 2 3 Jumlah xs 288,2 282,0 269,2 xt 60,5 62,3 73,5 xs xt 17.436,10 17.568,60 19.782,20 Jadi b = xs + xt 348,7 344,3 342,7
2 xs xt - x o 117,54 250,04 2.467,64

2x0 (xs + xt) - 85,5 - 81,1 - 79,5

bt - 1,37 - 3,08 - 31,04 - 35,49

35,49 = 11,83 3

Tabel 7-8 Perhitungan curah hujan harian yang mungkin. 1/T 1/10 1/50 1/100 1/200 1/500

0,906 2 1,452 2 1,645 0 1,821 4 2,035 2

(1/c) 0,236 3 0,378 7 0,429 0 0,475 0 0,530 1

X0 + (1/a) X0 + 2,311 2 2,453 6 2,503 9 2,549 9 2,605 0

x+b 204,7 284,2 319,1 354,7 402,7

x 216,5 296,0 330,9 366,5 414,5

B dihitung menurut rumus (7-35) dengan menggunakan harga-harga pada Tabel 7-7. m =

n 34 = 3 10 10
x s xt x 0 2 x 0 ( x s + xt )

bi =

2 x0 = 17.318,56

dan

2x0 = 263,2

1/c dihitung menurut rumus (7-37) dengan menggunakan harga-harga pada Tabel 7-6.
1 = c 2 x 34 . 4,3382 (2,0749) 2 34 1

2,0606 . 0,0330 = 0,2608

Hasil perhitungan sederhana dengan kertas kemungkinan logaritmis. (logarithmic probability paper). Perkiraan kasar perioda ulang atau curah hujan yang mungkin, lebih mudah dilakukan dengan menggunakan kertas kemungkinan. Kertas kemungkinan normal (normal probability paper) digunakan untuk curah hujan tahunan yang mempunyai distribusi yang hampir sama dengan distribusi normal dan kertas kemungkinan logaritmis normal (logarithmic-normal probability paper) digunakan untuk curah hujan harian maksimum dalam setahun yang mempunyai distribusi normal logaritmis. Di sini akan dikemukakan contoh perhitungan curah hujan yang mungkin dengan menggunakan kertas kemungkinan log-normal.

Tabel 7-9 Pembagian ordinat kertas kemungkinan normal


Pembagian ke bawah Jarak dari garis dasar (50%) 3,09 2,89 2,75 2,65 2,58 2,51 2,46 2,41 2,37 Pembagian ke atas Pembagian ke bawah Jarak dari garis dasar (50%) 1,48 1,41 1,34 1,28 1,23 1,18 1,13 1,08 1,04 Pembagian ke atas Pembagian ke bawah Jarak dari garis dasar (50%) 0,706 0,643 0,583 0,524 0,468 0,413 0,359 0,306 0,253 Pembagian ke atas

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

99,9 99,8 99,7 99,6 99,5 99,4 99,3 99,2 99,1

7 8 9 10 11 12 13 14 15

93 92 91 90 89 88 87 86 85

24 26 28 30 32 34 36 38 40

76 74 72 70 6 66 64 62 60

Pembagian ke bawah

1 2 3 4 5 6

Jarak dari garis dasar (50%) 2,33 2,05 1,88 1,75 1,64 1,55

Pembagian ke atas

Pembagian ke bawah

99 98 97 96 95 94

16 17 18 19 20 22

Jarak dari garis dasar (50%) 0,99 0,95 0,92 0,88 0,84 0,77

Pembagian ke atas

Pembagian ke bawah

84 83 82 81 80 78

42 44 46 48 50

Jarak dari garis dasar (50%) 0,202 0,151 0,100 0,050 0

Pembagian ke atas

58 56 54 52 50

Pembagian (graduation) logaritmis biasa dicantumkan pada absis.

Pangkal pembagian digambar pada pertengahan ordinat. Pembagian ini dianggap sebagai pembagian 50%. Pembagian-pembagian itu ditemukan oleh jarak-jarak yang diperlihatkan dalam Tabel 7-9, yang diukur dari titik pangkal berturut-turut ke arah atas dan ke bawah. Angka-angka dari pembagian ini menunjukkan kemungkinan dalam %. Umpamanya jarak 0,524 cm yang diukur ke arah atas dan ke bawah dari titik pangkal (titik dari 50%) menunjukkan berturut-turut titik 70% dan titik 30%. Demikian pula titik-titik yang diukur dengan jarak 1,28 cm berturut-turut menunjukkan 90% untuk titik atas dan 10% untuk titik bawah. Kemudian data curah hujan dicantumkan (pada kertas kemungkinan itu) sebagai berikut : Umpamanya data n tahun dari curah hujan maksimum harian dalam setahun disusun mulai dari yang terbesar seperti x1, x2, .. xi, .xn ; kemungkinan lebih contoh (x) (sample excess probability) yang sesuai dengan xi dihitung menurut salah satu rumus yang tersebut di bawah ini. Kemudian data itu (sebanyak n buah titik) dicantumkan pada kertas kemungkinan. W(x) ini disebut plotting position (gambar letak titik) W(xi) =

i n i n +1

(cara California)

(7-40)

W(xi) =

(cara Thomas)

(7-41)

W(xi) =

2i 1 2n

(cara Hazen)

(7-42)

Garis lurus yang mewakili titik-titik yang dicantumkan pada kertas kemungkinan itu dapat ditarik secara kira-kira dan dengan demikian harga x yang sesuai dengan kemungkinan lebih W(x) dapat ditentukan. Garis lurus yang terdekat pada tiap titik yang dicantumkan pada kertas itu harus ditarik secara teliti karena untuk W(x) = 50%, maka x = x0. Jika x/x0 (x0 dihitung n dari log x0 = (1/n t =1 log xi ) yang digunakan pada absis maka standar akan lebih sederhana karena garis lurus yang theoritis melalui titik W(x) = 50% adalah pada (x/x0) = 1. Jika cara Iwai yan dipakai pada kertas kemungkinan itu, maka dapat digunakan (x+b) atau (x+b)/(x0 + b) pada absis kertas kemungkinan itu dan bukan x dan x/x0. Contoh perhitungan Contoh yang digunakan adalah contoh terdahulu/di muka. Curah hujan yang mungkin untuk 10, 50, 100, 200 dan 500 tahun diperkirakan pada kertas kemungkinan. Penyelesaian Seperti telah dikemukakan di atas, ada 3 cara untuk menentukan plotting position pada kertas kemungkinan logaritmis. Cara Thomas atau cara Hazen umumnya digunakan jika data yang ada itu sedikit dan cara California untuk data yang banyak. Demikian cara Iwai digunakan (x + b) atau (x + b)/(x0 + b). Di sini tiap cara akan diperlihatkan sebagai pedoman : Data curah hujan harian maksimum dalam setahun dalam Tabel 7-5 disusun mulai dari harga yang terbesar, kemudian diadakan perhitungan plotting position seperti terlihat pada Tabel 7-10.

Tabel 7-10 Curah hujan harian maksimum dan posisi penggambarannya


Derajat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Xi(mm) 288,2 282,0 269,2 245,6 210,9 171,2 166,7 155,3 164,1 155,3 153,1 146,6 141,5 140,7 139,2 137,5 131,7 130,5 129,8 123,0 Xi/x0 2,190 2,143 2,046 1,866 1,603 1,301 1,267 1,247 1,180 1,173 1,163 1,114 1,075 1,069 1,058 1,045 1,001 0,992 0,986 0,935 i/n (%) 2,94 5,88 8,82 11,76 14,71 17,65 20,59 23,53 26,47 29,41 32,35 35,29 38,24 41,18 44,12 47,06 50,00 52,94 55,88 58,82

2i 1 (%) 2n
1,47 4,41 7,35 10,29 13,24 16,18 19,12 22,06 25,00 27,94 30,88 33,82 36,76 39,71 42,65 45,59 48,53 51,47 54,41 57,35

Derajat 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

xi (mm)
121,3 118,0 115,6 109,0 108,6 103,9 99,8 96,6 92,0 88,7 85,7 73,5 62,3 60,5

i/n (%) 61,76 64,71 67,55 70,59 73,53 76,47 79,41 82,35 85,29 88,24 91,18 94,12 97,06 100,00

2i 1 (%) 2n
60,29 63,24 66,18 69,12 72,06 75,00 77,94 80,88 83,82 86,76 89,71 92,65 95,59 98,53

x0 didapat dari Tabel 7-6 : log x0 =

1 n

log x
i =1

= 2,11927

x0 = 131,60 Pertama-tama xi dicantumkan pada absis kertas kemungkinan logaritmis, kemudian cara Hazen dan cara California diterapkan pada ordinat. Kesemuanya dapat dilihat pada Gbr. 7.12. Selisih antara cara Hazen dan cara California adalah kecil seperti terlihat pada Tabel 7-9. Jika harga-harga ini digambarkan maka akan terlihat selisih bagian antaranya hampir tidak terdapat selisih, seperti terlihat pada Gbr. 7.12. Setelah harga-harga ini dicantumkan, tariklah garis lurus yang melalui titik x = x0 = 131,60 pada W(x) = 50% dan di dekat titik-titik itu.l Kemudian curah hujan harian yang mungkin yang sesuai dengan perioda ulangnya dapat ditentukan dari garis itu seperti terlihat pada Tabel 7-11.

Tabel 7-11 Harga-harga perkiraan curah hujan yang mungkin dengan kertas kemungkinan logaritmis
Perioda ulang (tahun) Curah hujan harian yang mungkin (mm) 10 215 50 295 100 330 200 365 500 410

Gbr. 7.12: Perkiraan curah hujan harian yang mungkin dengan kertas kemungkinan logaritmis (1)

Penentuan W(x) dengan cara Hazen dengan menggunakan (xi/ x0) dan bukan xi pada absis dihitung dalam Tabel 7-10, dapat dilihat pada Gbr. 7.13. Tarik garis lurus yang melalui titik (xi/ x0) = 1 dan W(x) = 50%. Harga-harga (xi/ x0) yang sesuai dengan perioda ulangnya dapat ditentukan dari garis lurus ini. Kemudian curah hujan yang mungkin dihitung seperi terlihat pada Tabel 7-12.

Gbr. 7.13: Perkiraan curah hujan harian yang mungkin dengan kertas kemungkinan logaritmis (2)

Tabel 7-12 Harga-harga perkiraan curah hujan harian yang mungkin dengan kertas kemungkinan (2)
Perioda ulang (tahun) 10 1,63 215 50 2,17 286 100 2,42 318 200 2,68 353 500 3,00 395

xi/ x0
Curah hujan harian yang mungkin (mm)

Pada cara Iwai, (xi + b) atau (xi + b)/ (x0 + b) digunakan pada absis kertas logarithmis. Harga x0 dan b berturut-turut didapat dari rumus-rumus (7-34) dan (7-35). Gbr. 7.14 memperlihatkan W(xi) berdasar Hazen dengan (xi + b) pada absis. Perhitungan-perhitungan b dan (xi + b) diperlihatkan dalam Tabel 7-7. Tiap titik pada Gbr. 7.14 hampir terletak pada garis lurus jika dibandingkan dengan Gbr. 7.12 dan 7-13, terutama pada bagian dengan harga W(x) yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa normalisasi akan lebih baik jika dimasukkan harga limit bawah b dari cara Iwai. Harga-harga (xi + b) yang sesuai dengan perioda ulang, didapat dari gambar dan curah hujan yang mungkin dihitung seperti terlihat pada Tabel 7-13.

Tabel 7-13 Harga-harga perkiraan curah hujan yang mungkin dengan kertas kemungkinan logaritmis (3)
Perioda ulang (tahun) 10 215 203 50 305 293 100 340 328 200 380 368 500 430 418

xi + b
Curah hujan harian yang mungkin (mm)

Gbr. 7.14: Perkiraan curah hujan harian yang mungkin dengan kertas kemungkinan logaritmmis (3).

7.6. Pengolahan Data Curah Hujan


Di sini cara pengolahan data curah hujan akan dikemukakan tahap demi tahap meskipun cara tersebut untuk perhitungan limpasan (hujan) telah dilakukan dengan cara yang dikemukakan dalam 7.1 dan 7.2.

7.6.1. Cara merubah curah hujan menjadi intensitas curah hujan Perhitungan adalah sama dengan perhitungan intensitas curah hujan seperti rumus-rumus intensitas curah hujan yang dikemukakan dalam 7.2.2 ; data curah hujan dalam suatu waktu tertentu (beberapa menit) yang tercatat pada kertas alat otomatis dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam. Umpamanya untuk merubah curah hujan 5 menit menjadi intensitas curah hujan per jam, maka curah hujan ini harus dikalikan dengan 60/5. Demikian pada curah hujan 10 menit, dikalikan dengan 60/10. Lihat kolom dalam Tabel 7-2. 7.6.2. Curah hujan rata-rata dan daerah yang bersangkutan Beberapa dari cara-cara untuk menghitung curah hujan daerah (areal rainfall) telah dikemukakan dalam 7.1.1 Meskipun cara yang terbaik belum diketahui, umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas daerah sebagai berikut : Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil, dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan. Untuk daerah antara 250 ha 50.000 ha dengan 2 atau 3 titik pengamatan, dapat digunakan cara rata-rata. Jika dihitung dengan sebuah titik pengamatan, harus dipakai pedoman pada Gbr. 7.15. Untuk daerah antara 120.000 500.000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan yang tersebar cukup merata dan dimana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara aljabar rata-rata. Jika titik-titik mengamatan itu tidak tersebar merata digunakan cara Thiessen. Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 ha, dapat digunakan cara isohiet atau cara potongan antara (inter-section-method).

Gbr. 7.15: Curah hujan pada titik pengamatan pada waktu yang singkat dan curah hujan rata-rata sesuai luas daerah yang bersangkutan

7.7. Kurva Massa (Mass Curve)


Kurva massa adalah kurva hubungan antara curah hujan akumulatif dengan waktu. Curah hujan daerah pada suatu waktu tertentu dalam daerah yang bersangkutan, dapat ditentukan dari kurva massa ini. Jika di daerah yang bersangkutan terdapat beberapa buah pos pengamatan curah hujan, maka kesalahan-kesalahan pengamatan dapat diketahui dari bentuk kurva massa pospos tersebut yang digambarkan bersama-sama pada sebuah sistem koordinat. Dari kurva massa dapat ditentukan juga sifat curah hujan yang terjadi apakah hujan deras atau lain-lain. Gbr. 7.16 memperlihatkan contoh kurva massa dua buah pos pengamatan (A dan B) dalam satuan 6 jam. Satuan selang 6 jam ini adalah kira-kira cocok untuk digunakan dalam analisa-analisa curah hujan. Jika satuan selang diambil lebih lama variasi intensitas curah hujan itu tidak akan jelas.

Gbr. 7.16: Kurva massa

7.8. Kurva Kedalaman-Daerah (Depth-Area Curve)


Curah hujan daerah berbeda-beda, tergantung dari luas daerah yang bersangkutan. Makin besar daerah itu, makin kecil curah hujan daerah yang diperhitungkan. Diagram yang menunjukkan hubungan itu disebut kurva dalam daerah.

Pembuatan kurva ini adalah sebagai berikut : Ukur luas tiap bagian daerah dari peta isohiet dengan planimeter. Angka-angka yang didapat itu dicantumkan secara akumulatif pada absis system koordinat. Curah hujan rata-rata yang sesuai dicantumkan pada ordinat. Lihat contoh pada Gbr. 7.17. Untuk membuat analisa mengenai hubungan antara curah hujan dan limpasan (runoff) maka adalah lebih mudah jika dibuat kurva untuk setiap lamanya curah hujan (umpamanya 6, 12, 18, 24 jam dan seterusnya).

Gbr. 7.17: Contoh kurva kedalaman luas - lama

7.9. Kurva Massa Ganda (Double Mass Curve)


Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang panjang, maka kurva massa ganda itu dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengamatan yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pamasangan yang tidak baik dari alat ukur curah hujan. Kesalahankesalahan pengamatan tidak dapat ditentukan dari setiap data bersangkutan itu harus dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok alat-alat ukur dalam perioda yang sama. Untuk itu harus dipilih sekurang-kurangnya 10 buah alat di sekitarnya yang mempunyai kondisi topografi yang sama. Gbr. 7.18 memperlihatkan kurva massa ganda berdasarkan data curah hujan dari tahun 1923 sampai tahun 1945. Dalam gambar dapat dilihat bahwa kemiringan garis lurus berubah pada tahun 1923, karena pada tahun itu alat ukur hujan di titik A telah dipindahkan. Dari perubahan kemiringan kedua garis lurus itu dapat ditentukan, bahwa data di titik A sebelum tahun 1923 harus dikalikan dengan koeffisien 0,95/1,12 supaya menjadi cocok dengan data tahun 1945.

Jika hasil perubahan itu digambar, maka akan terdapat sebuah garis lurus. Cara ini tidak dapat digunakan untuk data curah hujan waktu yang singkat (curah hujan harian satu perjam).

Gbr. 7.18: Contoh kurva massa ganda

7.10. Data Curah Hujan Abnormal dan Pemeriksaannya


Pada perhitungan curah hujan yang mungkin dalam 7.2.3, harga-harga yang terbesar (terkecil) itu telah dimasukkan dalam daftar harga pengamatan. Hasil perhitungan itu akan sangat berbeda jika harga itu dimasukkan dalam perhitungan kemungkinan. Jika tidak ada hal yang istimewa maka data-data itu tidak boleh disingkirkan. Jika disingkirkan maka penentuannya tidak boleh diambil secara subjektif. Pemeriksaan penyingkiran/penghapusan data hanya berlaku untuk harga-harga maximum atau minimum. Jika terdapat lebih dari 2 harga yang kira-kira abnormal, maka harus dipertimbangkan bahwa persitiwa itu telah terjadi oleh karena sesuatu sebab. Umpamanya harga abnormal itu (harga yang akan diperiksa) x dan laju abnormalitasnya (rate of abnormality) itu adalah , maka harga penyingkiranya yang terbatas 0 yang sesuai dengan laju resikonya 0 dinyatakan oleh persamaan berikut :

0 = 1 (1 0 )1 / n
di mana N : banyaknya data.

(7-43)

Jika laju abnormalitas dari harga yang diperiksa itu tidak lebih kecil dari 0 , maka x tidak dapat disingkirkan. Harga batas untuk penyingkiran 0 dengan harga 0 yang 5% dan 1% dapat dilihat dalam Tabel 7-14. Tabel 7-14 Harga-harga dari limit untuk penyingkiran 0

0
N 18 20 22 24 26 28 30 32

N 0,285% 0,056% 34 256 049 36 233 046 38 214 042 40 197 039 42 183 036 44 171 034 46 160 032 48

5%

1%

N 0,151% 0,030% 50 142 028 55 135 027 60 128 025 65 122 024 70 117 023 75 111 022 80 101 021

5%

1%

5%

1%

0,103% 0,020% 093 018 085 017 079 016 073 014 068 013 064 013

Dalam perhitungan sebenarnya, harga untuk x itu diperkirakan dengan (N 1) data, yang sisa banyaknya data tanpa data yang akan diperiksa dan kemudian dibandingkan dengan 0 dalam Tabel 7-14. Jika harga x tidak dapat disingkirkan, maka perkiraan harus dilakukan dengan N, data, termasuk x . Biasanya harga 0 diambil 5%. Rumus Iwai (7-39) untuk memperkirakan harga abnormal adalah : Log(x + b) = log (x0 + b) + . S x di mana : Sx =
2 x x0 2

(7-44)

X =

1 n {log ( xi + b)}2 n i =1 1 n log ( xi + b) n i =1

X0 =

Harga yang sesuai dengan laju abnormalitas = 1/T dapat dilihat dalam Tabel 7-15. Tabel 7-15 Koeffisien yang sesuai dengan derajat abnormalitas. = 1/T
N-1 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 65 70 75 80 25% 0,7205 7162 7128 7099 7073 0,7052 7033 7015 7000 6987 0,6975 6963 6953 6945 6936 0,6929 6922 6916 6909 6904 0,6898 6887 6876 6868 6860 12,5% 1,243 234 227 221 216 1,212 208 204 201 199 1,196 194 192 190 189 1187 185 184 183 182 1,181 178 177 175 173 Derajat abnormalitas sepihak 5% 2,5% 1,25% 0,50% 1,809 2,188 2,541 2,984 794 166 512 944 781 148 489 911 770 133 469 884 761 120 452 860 1,753 2,109 2,437 2,840 746 100 424 823 740 091 413 808 735 084 403 794 730 077 395 782 1,725 2,071 2,386 2,771 722 066 379 762 718 061 373 753 715 056 367 745 712 052 362 738 1,709 2,049 2,357 2,731 707 045 352 725 704 042 348 719 702 039 344 714 700 036 340 709 1,181 2,033 2,337 2,704 178 028 330 694 177 023 323 686 175 019 318 678 173 015 313 672 0,25% 3,307 257 217 183 154 3,129 108 089 073 058 3,045 033 022 013 004 2,996 988 981 974 969 2,963 951 940 930 923 0,05% 4,038 3,961 898 847 803 3,766 734 705 681 659 3,639 621 605 591 577 3,565 554 544 534 525 3,517 499 483 471 458

Contoh perhitungan Contoh perhitungan harga abnormal dengan menggunakan data dalam contoh perhitungan kemungkinan cara Iwai tersebut di muka adalah sebagai berikut : Penyelesaian Dengan rumus dasar cara Iwai (7-39) didapat Log (x 11,83) = 2,0749 + 0,2608 Dengan rumus untuk perkiraan harga abnormal (7-43). Log(x + b) = log (X0 + b) + .Sx

Sx =

x X 02 = 4,3382 (2,0749) 2

= 0,182 = log (x - 11,83) = 2,0749 + 0,182 Harga persamaan ini dihitung dengan menggunakan Tabel 7-15. Contoh perhitungan penyingkiran data Dalam contoh terdahulu dengan 34 buah data curah hujan dalam 34 tahun ditambah lagi 1 tahun pengamatan dengan curah hujan 350 mm. Periksa apakah harga ini abnormal atau tidak. Penyelesaian Mengingat harga maximum 350mm itu yang diperiksa, maka diperiksa adalah laju abnormalitas dari x = 350, meskipun N = 35. Perkiraan harga abnormal itu telah dinyatakan dalam persamaan di atas, Log (x + b) = 2,0749 + 0,182 Jadi laju abnormalitas yang sesuai dengan x = 350 adalah = 1,12% (harga ini lebih mudah didapat dari kertas kemungkinan logaritmis pada Gbr. 7.14 dari pada menggunakan Tabel perhitungan harga abnormal dalam Tabel 7-16. Dengan Tabel batas penyingkiran (limit for removal) yakni Tabel 7-14, dapat dilihat bahwa untuk N = 35 dan 0 = 5%, harga ini adalah lebih besar dari 0 = 5%, maka harga maximum ini tidak dapat disingkirkan. Jadi dalam perhitungan kemungkinan harus digunakan data N = 35. Jika lebih kecil dari 0 maka harga ini dapat disingkirkan, karena laju resiko untuk tidak menggunakan x = 350 adalah lebih kecil dari 5%.

Tabel 7-16 Cara perhitungan harga abnormal

(%)
0,05 0,25 0,50 1,25 2,50 5,00 12,50 25,00

F 99,95 99,97 99,50 98,75 97,50 95,00 87,50 75,00

T 2000 400 200 80 40 20 8 4

3,720 3,099 2,816 2,419 2,096 1,743 1,206 0,702

0,182 0,6770 0,5640 0,5125 0,4403 0,3815 0,3172 0,2195 0,1278

Log 10(x - 11,83) 2,7519 2,6389 2,5874 2,5152 2,4564 2,3921 2,2944 2,2027

x - 11,87 564,8 435,4 386,7 327,5 286,0 246,7 197,0 159,5

X 576,7 447,3 398,6 339,4 297,9 258,6 208,9 171,4

Anda mungkin juga menyukai