Ikhlas Dalam Beramal
Ikhlas Dalam Beramal
BERAMAL
Saturday, 29 October 2005 03:19
Allah berfirman dalam S.Al Bayyinah : 5;
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada
Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya, secara hanif."
" Allah tidak menerima amal, kecuali yang dikerjakan dengan ikhlas karena
Dia semata, dan dimaksudkan untuk mencari ridho-Nya." ( HR. Ibnu Majah ). Masih
melekat dalam ingatan kita mengenai kisah 3 pemuda yang
terperangkap dalam gua yang digunakan untuk berteduh.
Salah seorang diantara mereka berkata, "Sungguh tidak ada yang dapat
menyelamatkan kalian dari bahaya ini, kecuali jika kalian berdo'a kepada
Allah SWT dengan menyebutkan amal -amal shalih yang pernah kalian
perbuat".
Maka bermunajatlah mereka:
Seorang dari mereka berdoa: "Ya Allah, aku memepunyai orang tua yang sudah
renta, kebiasaanku, mendahulukan mereka minum susu sebelum aku berikan
kepada anak istriku dan budakku. Suatu hari, aku pergi mencari kayu bakar
dan pulang terlambat sampai keduana tertidur. Maka akupun memerah susu
utnuk persediaan minum keduanya. Aku pun enggan untuk membangunkannya.
Meskipin demikian aku tidak memberikan susu tsb kepada keluargaku/budakku
sebelum keduanya minum. Aku menunggu keduanya terbangun hingga terbit
fajar, sedangkan anak-anakku menangis tersisak-isak meminta susu sambil
memegangi kakiku. Ketika keduanya terbangun, kuberikan susu itu".
"Ya Allah jika engkau jika aku berbuat itu karena mengharap ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini". Kemudian bergeserlah sedikit batu
itu, namun mereka belum bisa keluar.
Orang kedua melanjutkan doanya: "Ya ALlah, sesunggguhnya aku memepunyai
saudara sepupu yang aku cintai.Aku selalu ingin berbuat zina dengannya,
tetapi ia selalu menolaknya. Beberapa tahun kemudian , ia tertimpa
kesulitan. Ia pun datang untuk meminta bantuanku dan aku berikan 120 dinar
dengan syarat menyerahkan dirinya kapan saja aku mau. Sehingga suatu hari
aku memliki kesempatan dengannya ia berkata, 'Takutlah kamu kepada ALlah.
Janganlah kamu sobek darahku kecuali dengan jalan yang benar (nikah)'.
Mendengar yang demikian aku meninggalkannya dan merelakan emas yang aku
berikan, padahal dia adalah yang sangat aku cintai. "Ya Allah, jika
perbuatan itu karena mengaharap ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang
menimpa gua ini". Kemudian bergeser, namun belum bisa juga keluar.
Orang yang ketiga melanjutkan doanya:"Ya Allah, aku mempekerjakan beberapa
karyawan dan digaji dengan sempurna, kecuali ada seseorang yang
meninggalkan aku dan tidak mau mengambil gajinya terlebih dahulu. Kemudian
gaji itu aku kembangkan sehingga menjadi banyak. Selang beberpa tahun dia
datang dan berkata, berikanlah gajiku. Aku berkata,'Semua yang kamu lihat
maupun batin, sekecil apapun, selalu dilihat dan didengar Allah SWT dan
kelak Dia memperlihatkan seluruh gerakan dan bisikan hati tanpa ada yang
terlewatkan. Kemudian kita menerima balasan atas perbuatan-perbuatan tadi.
Firman Allah dalam S Al-Zalzalah 7-8:
" Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" .
Dan yang sering tidak kita sadari adalah penyimpangan niat dari ikhlas
lillahi Ta'ala menjadi riya. Dalam hadis Qudsi dikemukakan: "Kelak pada
Hari Kiamat akan didatangkan beberapa buku catatan amal yang telah
disegel. Lalu dihadapkan kepada Allah SWT tetapi kemudian Dia berfirman:
"Buanglah semua buku-buku ini !" Malaikatpun berkata: "Demi kekuasaan-Mu,
kami tidak melihat didalamnya selain kebaikannya saja." Lalu Allah
berfirman; "Sesungguhnya amalan yang memenuhinya dilakukan bukan karena
Aku, dan Aku tidak menerima kecuali apa yang dilakukan karena mencari
keridlaan-Ku."
Kedua, memahami makna dan hakikat ikhlas serta meluruskan niat dalam
beribadah hanya kepada Allah dan mencari keridlaan-Nya semata, setelah
yakin perbuatan kita sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Maka
ketika niat kita menyimpang dari keikhlasan, kembalikanlah kepada keimanan
dan ketaqwaan serta segeralah mensucikan diri dengan bertaubat dan
meluruskan kembali niat baik tadi. Firman Allah: "Kecuali orang-orang yang
bertaubat dan memperbaiki amal mereka serta berpegang teguh kepada agama
Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama mereka karena Allah, maka mereka
itu adalah bersama orang yang beriman dan kelak Allah memberikan kepada
orang yang beriman pahala yang besar."
Ketiga, Berusaha membersihkan hati dari sifat yang mengotorinya seperti
riya, nifaq atau bentuk syirik lainnya sekecil apapun. Allah berfirman:
"Barang siapa yang berharap menemui Rabb-nya, hendaklah ia mengerjakan
perbuatan baik dan janganlah mempersekutukan dalam beribadah kepada
Rabb-nya dengan sesuatu apapun.
"Kehati-hatian" ini sebagai cerminan sikap ikhlas kita, meskipun tidak
jarang kita khilaf dan menyimpang dari niat semula. Namun, dengan memahami
seluk beluk penyakit hati ini, diharapkan kita dapat mengambil sikap yang
benar.
Fudhail Bin `Iyadh mengatakan: "Meninggalkan amal karena manusia adalah
riya, sedang beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah
menyelamatkanmu dari kedua penyakit tersebut."
Keempat, Memohon petunjuk kepada Allah agar menetapkan hati kita dalam