Anda di halaman 1dari 10

Judul

: Kasih di Tanah Kakekku

Tokoh

: Rain Bromo : Berperan sebagai pemilik perusahaan dan cucu dari kakek

Kakek Bromo : Berperan sebagai kakek dari Rain yang sangat mencintai istrinya dan berusaham mempertahankan kuburan istrinya. Sasya pribadi Rain : Berperan sebagai sahabat Rain sekaligus sebagai sekertaris

Bimo : Berperan sebagai orang kepercayaan kakek Bromo dan penjaga kakek Bromo saat keluarganya tidak ada. Anak-anak : Berperan sebagai anak-anak yang suka datang bermain di rumah kakek Bromo Penduduk : Orang-orang yang di berikan kuasa oleh kakek Bromo untuk mengolah lahannya Kepala desa : Berperan sebagai kepala desa di desa yang berada di dekat rumah kakek Bromo Dokter : Berperan sebagai orang yang merawat kakek Bromo ketika mengalami kecelakaan

BAGIAN 1 Sasya Rain Randi Rain Sasya : Permisi bu. : Silahkan masuk. *sambil mengecek data-data didalam komputernya* : Ini laporan perkembangan proyek kita bu. : Apa jadwal saya hari ini? : Anda punya tugas untuk mengecek segala laporan bulan ini. Dan pukul sepuluh nanti anda ada janji dengan pak Ray, setelah itu anda cuma tinggal menyelesaikan laporan-laporan yang tersisa. Ah, dan anda punya satu panggilan dari kakek anda. Tapi tadi saya belum sampaikan karena anda sedang tidak ada di tempat. : Apakah pertemuan dengan pak Ray tidak bisa di tunda? : Maaf bu, tapi sepertinya anda punya hal yang dipikirkan ya? Anda sudah menunda pertemuan dengan pak ray sebanyak tiga kali. Ini tidak seperti anda yang biasanya. : Haah... *menghela nafas berat* sepertinya kali ini bukan keputusan yang mudah Sas. Kali ini saya butuh pendapatmu. : Apa itu bu? Kalau saya bisa bantu, pasti akan saya bantu. : Kau tahu kan proyek yang ditawarkan oleh pak Ray? : Iya, pembangunan hotel bukan? Bukankah tanah yang dipakai justru merupakan tanah milikmu? Lalu ada masalah apa? : Benar memang tanah itu milik saya, atau lebih tepatnya milik kakek saya. Tapi justru itu masalahnya. Disana sudah ada sawah para penduduk. Itu pun atas keinginan kakek, dan lagi ada kuburan nenek disana. Kakek tidak akan mau menjual tanah itu begitu saja. : Sebagai bawahanmu dan berfikir dari segi keuntungan, maka menurutku gusur saja orang-orang yang ada di sana. Tapi sebagai temanmu, aku menyarankan dua pilihan. Tolak proyek itu, atau cari cara lain untuk membuat proyek itu tetap berjalan. : Pilihan pertama tentu saja tidak bisa kulakukan. Itu akan membuat kakekku marah besar! Meskipun aku memang pengusaha dan pastinya akan terus mencari untung aku tidak akan melakukan hal serendah itu. Pilihan kedua bisa membuatku kehilangan proyek bernilai milyaran, proyek itu akan

Rain Sasya

Rain

Sasya Rain Sasya

Rain

Sasya

Rain

membuat perusaahan lebih maju. Dan untuk pilihan terakhir.... mungkin itu pilihan yang terbaik. *tersenyum ke arah Sasya* Sasya Rain Sasya Rain : Nah, begitu dong! Senyum, itu baru temanku. : Hehehe, tapi untuk itu kau harus membantuku. Ok? : Oke deh... aku keluar dulu ya, masih banyak kerjaan. : Oke, dah! BAGIAN 2 Di sebuah jalan setapak, muncul dua orang gadis yang sedang berjalan berdampingan. Sasya Rain : Bi, masih jauh ya? : Sudahlah, jangan mengeluh terus! Bukannya kau yang mengusulkan kita harus memenuhi tuntutan kakek? : Iya, tapi manaku tahu kalau kita bakal jalan sejauh ini? : Sekarang kau mengertikan kenapa aku malas sekali mengunjungi kakek? : Oke, sekarang aku mengerti. Istirahat dulu yuk, capek. Kenapa sih rumah kakekmu jauh banget? Padahal sudah sampai di desa kok masih masuk lagi ke dalam hutan kayak gini? Mana tidak bisa dilewati kendaraan lagi. : Rumah kakek itu memang agak jauh dari desa. Soalnya dulu nenek ingin rumahnya ada di dekat sugai, jadi rumahnya dibuat agak jauh dari desa deh.

Sasya Rain Sasya

Rain

Dari arah masuknya mereka tadi, masuklah seorang pemuda sambil memanggul keranjang berisi rumput-rumput segar. Bimo Rain : Permisi, ada yang bisa saya bantu? : Ah, kebetulan. Kami ingin bertanya, rumah kakek Bromo sudah dekat dari sini? : Iya, sudah dekat. Mau saya antar? : Kalau tidak merepotkan... : Tentu, tidak merepotkan. Kamu pasti cucu kakek Bromo ya? Kalau tidak salah, Rain? : Benar, saya cucu kakek Bromo. Rain, dan ini teman saya Sasya. : Hai.

Bimo Rain Bimo

Rain Sasya

Bimo

: Saya Bimo, anak pak kades. Ayo biar saya antar.

Rain dan Sasya: Trimakasih. Merekapun berjalan melanjutkan perjalanan.

BAGIAN 3 Sasya Rain Sasya : Bi, kakekmu itu orangnya kayak bagaimana sih? Pasti baik hati ya? : Kakek memang baik sih.... : Tapi kakekmu pasti kerjanya baca buku atau hal-hal seperti itu ya? Pasti dia itu orangnya bijak.

Rain dan Bimo : Hahaha... Sasya Bimo : Kenapa sih kalian berdua? : Kalau soal itu mungkin kamu harus lihat sendiri.

Rain dan Bimo berjalan lebih dulu dari Sasya sambil menahan tawa mereka. Sedangkan Sasya hanya memandang mereka dengan heran. Tiba-tiba dari arah berlawanan suara teriakan bayak orang dan tepuk tangan yang bergemuruh. Sasya Rain Bimo : Apa itu di sana? Bukannya rumah kakekmu jauh dari pemukiman penduduk? : Memang, tapi aku tidak pernah bilang kalau rumahnya sepi kan? : Ayo daripada bingung, lebih baik lihat langsung saja.

Lalu merekapun bergegas pergi ke sumber suara. BAGIAN 4 Di sebuah lapangan bulutangkis terdapat seorang kakek-kakek sedang bertanding bulutangkis dengan seorang anak remaja. Disamping mereka berkumpul anak-anak yang seusia dengan anak yang sedang bertanding. Penonton Penonton 2 : Ayo kek! Jangan kalah! : jangan kalah Din!

Suara riuh pun akhirnya menyeru-nyerukan nama kakek Bromo karena kakek Bromo berhasil menang. Masuklah Rain, Sasya dan Bimo. Rain langsung menghampiri kakeknya. Rain : Kakek!

Kakek Bromo : Rain, ah cucu kakek pulang juga. *kakek Bromo mengelus puncak kepala Rain* Rain : Hahaha, benar juga. Aku sudah bertahun-tahun tidak datang. Ah kakek, kenalkan ini temanku Sasya. : Sore kek.. : Sore... : Kakek sehat-sehat saja?

Sasya Kakek Rain

Kakek Bromo : Iya, kakek sehat kok. Ayo masuk dulu. Hei kalian! Anak-anak yang masih asik bermain mulai berdatangan. Kakek Bromo : Ini cucu kakek. Rain, dan temannya Sasya. Rain dan Sasya: Halo... Kakek Bromo : Kalian pulanglah dan beritahu orang tua kalian untuk berkumpul di balai desa besok. Kakek dan cucu kakek ingin membicarakan prihal tanah yang dipakai oleh orang tua kalian sekarang ini. Anak 1 : Kakek akan menggusur kami? *bersedih*

Kakek Bromo : *menepuk kepala anak 1* justru itu yang akan kakek bicarakan dengan orang tua kalian. Akan kakek usahakan supaya kalian tetap punya tanah untuk sawah kalian ya? Sekarang pulanglah. Anak 1 Semua anak : Baik kek! Ayo teman-teman. : Dadah kakek! Kak Rain, kak Sasya, kak Bimo...

Kakek Bromo, Rain, Sasya dan Bimo hanya membalas lambaian tangan dari anak-anak tadi. Setelah mereka tidak terlihat, kakek Bromo pun memulai pembicaraan. Kakek Bromo : Bimo terimakasih sudah mengantar Rain ya, dia memang pelupa. Bahkan pada rumah kakeknya sendiri. Rain Bimo Sasya Rain : Kakek! : Hahaha... tidak papa kok kek. : Benar tu kek, dia memang pelupa! : Huh, Sasya kamu sama saja sama kakek.

Kakek Bromo : Sudah-sudah, ayo kita masuk kalian pasti lelah kan?

Bimo

: Kakek sepertinya saya harus pulang sekarang. Sudah mau gelap.

Kakek Bromo : Kalau begitu hati-hati di jalan ya nak Bimo. Rain dan Sasya: Terimakasih ya... Bimo : Sama-sama, saya pulang dulu...

Setelah Bimo pergi kakek Bromo, Rain, dan Sasya pun masuk ke dalam rumah.

BAGIAN 5 Dalam balai kota nampak berkumpul para penduduk desa dan termaksud Bimo. Setelah beberapa saat munculah kepala desa bersama kakek Bromo, Rain, dan Sasya. Kepala desa : Bapak-bapak, ibu-ibu, mohon tenang.

Suasana menjadi hening Kepala desa : Seperti yang kita tahu, bu Rain, cucu dari kakek Bromo akan memberikan tawaran-tawaran untuk mengganti tanaman yang sedang bapak-ibu tanam di sawah dan pengganti tanah yang akan dipakai untuk pembangunan hotel. Nah silahkan bu Rain. : Trimakasih pak. Baiklah kita mulai, pertama kami akan menunjukan beberapa saran kami untuk mengganti tanaman yang sekarang bapak-ibu tanam. Tentu saja, tanaman yang sedang di tanam akan diganti uang, sedangkan untuk lahannya kami akan menunjukan beberapa lokasi yang akan kami pakai untuk mengganti. Sasya, tolong pasang LCD-nya.

Rain

Sasya pun memasang laptop dan LCD untuk presentase. Setelah LCD menyala dan menampilkan gambar, mulailah suara-suara dan decak kagum bermunculan. Kepala desa : Di mohon semuanya tenang!

Setelah teguran dari kepala desa suasana mulai tenang kembali. Rain : Ehem, begini disana *menunjuk suatu daerah di peta yang tampil di LCD* adalah tempat yang bapak ibu pakai untuk berladang. Dan disini merupakan tempat yang kami rencanakan untuk kalian pakai sebagai ganti tempat yang akan kami pakai untuk mengganti lahan kalian. Disana ada air yang cukup dan tingkat kesuburan tanahnya pun memadai: Maaf menyela, tapi bukankah itu cukup jauh dari desa?

Bimo

Rain

: Memang benar, tapi tidak ada lagi daerah yang hampir sama dengan daerah yang kalian pakai sekarang.

Kakek Bromo : Rain, kakek juga mau bertanya bagaimana dengan kuburan nenekmu? Apa yang terjadi dengan kuburannya? Rain Sasya : Kami punya dua option kek, mungkin lebih baik akan dijelaskan oleh Sasya. : Baiklah, *Sasya bertukar tempat dengan Rain* kami punya tiga option untuk kuburan nenek. Pertama di ratakan, kedua di pindahkan, dan ketiga dijadikan tempat pemakaman umum.

Kakek Bromo : Maksudnya? Sasya : Saya akan jelaskan satu per satu. Pertama diratakan, ini artinya kami akan meratakan kuburan nenek dengan tanah-

Kakek Bromo : Tidak! *marah* Sasya : Oke, option pertama memang tidak mungkin. Kedua di pindahkan. Tulangtulang nenek akan dipindahkan dengan cara menggali kuburan lalu mengambil tulang-tulangnya dan meletakannya di temapat lain.

Kakek Bromo : Dan membiarkan nenekmu dilempar seperti koper? Yang benar saja! *terdengar bisik-bisik warga dari belakang kakek* Sasya : Oke kek. Kalau begitu tinggal option terakhir, menjadikannya pemakaman umum. Itu artinya kuburan nenek akan tetap disana dan dijadikan pajangan. : Benar kek, jadi nenek tidak akan kesepian lagi kan? Lagian dengan begitu kakek tidak perlu susah-susah untuk pergi ke makam nenek. Kakek sudah tua, nanti malah kakek sakit karena pergi ke makam nenek.

Rain

Kakek Bromo : Pilihanmu itu membuat makam nenekmu diinjak-injak orang! Aku tidak mungkin membiarkan makam nenekmu terinjak-injak seperti itu! Lagian kakek masih kuat untuk pergi ke makam nenekmu!*marah dan beranjak pergi dari balai desa* Rain Bimo : Kek? Kek! *berusaha mengejar namun ditahan oleh Bimo* : Tenanglah, selesaikan dulu pertemuan ini.

Bimo dan Rain kembali duduk. Kepala desa : Jadi bagaimana pendapat saudara-saudara sekalian?

Penduduk 1

: Begini bu, bukannya mau menyinggung anda, tapi kalau bisa kami memang tidak ingin dipindahkan. Apalagi di sana ada kuburan nenek anda. Nenek anda sudah terlalu baik pada kami, kami juga tidak tega jika kuburannya harus disingkirkan dengan cara-cara yang anda terangkan tadi. : Jadi ibu bisa mendengar pendapat penduduk di sini bukan.; mungkin kami tidak punya hak, tapi kami mohon ini jadi bahan pertimbangan. : Baiklah... saya akan coba pertimbangkan. :Dengan begini pertemuan kali ini saya nyatakan selesai.

Kepala desa

Rain Kepala desa

Semua orang muali bergerak meninggalkan balai desa.

BAGIAN 6 Sasya menghampiri Rain yang lagi termenung di ruang tamu. Menuggu kakek Bromo pulang. Sasya Rain Sasya : Belum tidur Bi? : Belum ngantuk, aku khawatir dengan kakek Sas. : Bi, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kakekmu itu orang yang kuat? Sekarang tidurlah, masih banyak yang akan diurus besok. : Tapi Sas, kali ini perasaanku tidak enak sekali.

Rain

Masuklah Bimo sambil mengetuk pintu. Bimo : Selamat malam....

Sasya dan Rain: Malam... Rain Bimo Rain Bimo : Ada apa kamu datang ke sini malam-malam Bim? : Kakek belum pulang ya bi? : Iya, kakek belum pulang. Ada apa? : Ini malam ulang tahun nenek, seharusnya aku dan kakek pergi mengambil bambu dan bunga malam ini *panik karena kakek belum pulang* : Bambu dan bunga? Untuk apa? : kakek selalu membuat rangkaian bunga untuk nenek di hari ulang tahunnya. Bukankah kakek memanggilmu ke sini untuk merayakan ulang tahun nenek yang terakhir?

Sasya Bimo

Rain Bimo

: Apa maksudmu Bim? : Kakek bilang, mungkin ini yang terakhir dia bisa berkunjung ke makam nenek. Soalnya dia tidak tega dengan permintaan orang tua mu yang mengajak tinggal bersama. Apa lagi kakek staminanya tidak sebaik dulu, dia tidak bisa lagi pergi mengambil bunga dan bambu itu sendirian. : Astaga, jangan-jangan kakek mau membuktikan kalau dia cukup kuat untuk pergi mengambil bunga dan bambu itu sendirian. Mungkin dia terpancing ucapanmu tadi siang rain. : Apa?! Bagaimana ini? : Sebaiknya kita pergi ke sana. : Ayo...

Sasya

Rain Bimo Rain

Lalu merekapun bergegas pergi. BAGIAN 7 Rain Bimo : Bagaimana ini? Kakek! : Tenanglah Rain! Kakekmu akan baik-baik saja, dia kuat.

Sasya merangkul Rain yang sedang sedih. Lalu munculah dokter dari dalam ruang pemeriksaan. Rain Dokter : Dok, bagaimana dok? Bagaimana keadaan kakek saya? : Tenanglah, kakekmu baik-baik saja. Dia Cuma terbentur di kepala dan membuatnya pingsan. Kakekmu orang yang kuat. : Bagaimana dengan kakek saya dok? Sudah bisa di jenguk? : Ya bisa silahkan.

Rain Dokter

Rain, Sasya dan Bimo pun melangkah masuk ke dalam ruangan pemeriksaan. Rain : Kakek!

Kakek Bromo : Rain... *tersenyum*Rain ada yang kakek mau bicarakan. Rain : Tidak, aku yang akan bicara duluan. *menghela nafas* Kek, aku sudah membatalkan proyek pembangunan itu.

Kakek Bromo : Kenapa? Bukannya itu proyek yang sangat penting untuk kemajuan perusaahaan kamu?

Rain

: *tersenyum* Kakek lebih penting daripada proyek itu kek, lagipula masih banyak proyek lain yang bisa aku kerjakan. : Betul Rain? Berarti kami tidak perlu pindah? : Benar, tapi dengan satu syarat. : Syarat apa? : Jaga kakekku yang keras kepala ini ya, jangan sampai dia melakukan tindakan bodoh seperti tadi lagi. : Hahaha pasti!

Bimo Rain Bimo Rain

Bimo

Merekapun melanjutkan perbincangan dengan gembira.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai