Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan akhir Fenomena Dasar tentang Putaran Kritis. Laporan ini berisikan tentang teori-teori dasar, alat dan bahan, prosedur kerja, pembahasan dan kesimpulan dari praktikum Governor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang telah memberikan motivasi sehingga laporan ini terselesaikan sesuai apa yang diinginkan. Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun penulis juga mempunyai keterbatasan pengetahuan, sehingga nantinya laporan ini ada kekurangan-kekurangan harap dimaklumi dan penulis berharap saran yang bersifat membangun sehingga laporan ini nantinya bisa menjadi lebih sempurna.

Pekanbaru, 10 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1. 1.2. 1.3. Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 1 Manfaat ..................................................................................................... 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2 2.1. 2.2. Teori Dasar ............................................................................................... 2 Aplikasi .................................................................................................. 11

BAB IIIMETODOLOGI ....................................................................................... 12 3.1. 3.2. 3.3. Peralatan ................................................................................................. 12 Prosedur Pratikum .................................................................................. 14 Asumsi-asumsi ....................................................................................... 14

BAB IVDATA DAN PEMBAHASAN ................................................................ 15 4.1. 4.2. 4.3. Data ........................................................................................................ 15 Perhitungan ............................................................................................. 16 Pembahasan ............................................................................................ 22

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 25 5.1. 5.2. Kesimpulan ............................................................................................. 25 Saran ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26 LAMPIRAN .......................................................................................................... 27

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram benda bebas putaran kritis ............................................................. 5 Gambar 2. 2 Struktur yang dikenai 1 beban ...................................................................... 5 Gambar 2. 3 Struktur yang dikenai 2 beban ...................................................................... 5 Gambar 2. 4 Struktur yang dikenai 3 beban ...................................................................... 6 Gambar 2. 5 Massa bergerak disuatu bidang horizontal ................................................... 7 Gambar 2. 6 Massa bergerak disuatu bidang vertikal ....................................................... 7 Gambar 2. 7 Grafik Getaran Kritis r/e ............................................................................. 10 Gambar 2. 8 Grafik dari peta r/e ...................................................................................... 11 Gambar 3. 1 Slide Regulator ........................................................................................... 12 Gambar 3. 2 Motor ...........................................................Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 3 Beban .......................................................................................................... 12 Gambar 3. 4 Tachometer ................................................................................................. 13 Gambar 3. 5 Mistar .......................................................................................................... 13 Gambar 3. 6 Kunci L 2 mm ............................................................................................. 13 Gambar 3. 7 Alat uji putaran kritis .................................................................................. 14 Gambar 4. 1 Grafik Putaran Perccobaan vs Posisi Rotor ................................................ 19 Gambar 4. 2 Grafik Putaran Teoritik vs Posisi Rotor.......Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 3 Grafik Defleksi vs Posisi Rotor ...................Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Putaran Percobaan vs Posisi Rotor ..............Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 5 Grafik Putaran Teoritik vs Posisi Rotor.......Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 6 Grafik Defleksi vs Posisi Rotor ...................Error! Bookmark not defined.

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Poros 1 Beban ..................................................Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 2 Poros2 Beban ...................................................Error! Bookmark not defined.

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan suatu hal yantg sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi maka struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau mengalami kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan jika itu merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut orang atau ditempati banyak orang, oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat matang untuk membangun suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada pembangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan putaran kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini.

1.2 Tujuan Adapun tujuan diadakannya pratikum fenomena dasar putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan. 2. Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan yang telah ditentukan. 3. Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi.

1.3 Manfaat Dengan adanya praktikum putaran kritis ini kita dapat melihat fenomena yang terjadi pada putaran yang diberikan defleksi paling besar dan mengetahui besarnya sehingga bisa dihindari dalam operasi suatu system.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a.1 Teori Dasar Sistem memiliki energi dalam diri sendiri, dimana bila diberi gaya gangguan pada frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan getaran dengan amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetik dan setiap pegas memiliki energi potensial. Mesin-mesin umumnyadibuat dari bahan dengan modulus elastisitas tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastis sehingga dapat berperilaku seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan bergerak dengan kecepatan tertentu, berarti elemen mesin tersebut memiliki energi kinetik. Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan enerdi dari potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam sistem tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang yang sangat penting, juga bergerak / berputar pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan (deflection) akibat momen puntir (torsion) dan atau momen bengkok (bending). Bila suatu poros atau elemen mesin yang diberi beban yang berubah terhadap waktu atau beban bolak-balik, poros tersebut akan bergetar. Apabila poros menerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros akan bergetar pada frekuensi pribadinya. Hal ini dinamakan dengan getaran bebas. Jika poros menerima beban yang berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal secara terus menerus, maka poros akan bergetar sesuai dengan frekuensi gaya gangguan tersebut. Ketika frekuensi gaya gangguan sama (coincide) dengan salah satu frekuensi pribadinya, maka simpangan atau amplitudo respons getarannnya akan lebih besar dari amplitudo gaya gangguan. Hal inilah yang disebut dengan resonansi. Bila putarab mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut.

2.1.1

Putaran Kritis Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration)

pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut

putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada kecepatan-kecepatan lainnya. Pada kecepatankecepatan semacam ini dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau getaran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau kombinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat ditunjukkan bahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastic, dan menunjukkan karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan analisa sebuah system massa dan pegas yang sederhana. Respons amplitudo menunjukan besaran tanpa dimensi (dimensionless ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman, ditunjukan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga dengan frekuensi kritis atau kecepatan kritis.

Gambar 2.1

Model Fisik Poros dengan beban di Tengah

Gambar 2.2

Model Fisik Poros dengan Beban Sembarang

Dimana : m g k Nc = Massa beban (kg) = Percepatan gravitasi bumi (m/s2) = Defleksi (mm) = Konstanta kekakuan poros (N/m) = Putaran kritis poros (rpm)

Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih dahulu putaran-putaran kritisNc1,Nc2, Nc3,...., dari masing-masing benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis keselurugan dari sistem Nc0dapat ditentukan oleh :

Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi kecil dibandingkan dengan panjangnya poros.

Gambar 2.2 Diagram benda bebas putaran kritis

Diagram benda bebas struktur/poros yang dikenai beban, F dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Struktur yang dikenai 1 beban

Gambar 2.4 Struktur yang dikenai 2 beban

Gambar 2.5

Struktur yang dikenai 3 beban

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung menggunakan persamaan berikut : ( )

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 2 beban dan 3 beban ditentukan dengan metode superposisi. ( )

Dimana : E I = Modulus elastisitas poros (mm4) = Momen inersia poros (N/mm2)

a. Massa bergerak disuatu bidang horizontal Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan. Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan mana dapat menggunkan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2.6 Massa bergerak disuatu bidang horizontal

b. Massa bergerak disuatu bidang vertical Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut sejauh xo. Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui garaknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 2.7 Massa bergerak disuatu bidang vertikal

2.1.2

Poros Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang

lingkaran dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

a. Macam-macamporos Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut : 1. Poros transmisi (transmission shafts) Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll. 2. Poros gandar Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban lentur. Bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. 3. Poros spindle Merupakan poros transmisi yang relatip pendek, seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. b. Klasifikasi poros berdasarkan bentuknya 1. Poros lurus Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus umum 2. Poros engkol Poros ini berbeda dengan poros diatas, poros ini digunakan sebagai poros utama pada mesin torak. c. Hal-hal penting dalam perencanaan poros 1. Kekuatan poros Suatu poros transmisi akan menerima beban ountir (twisting moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dll. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalanya : kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman menahan beban-beban tersebut.

2. Kekakuan poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlali besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise) misalnya pada turbin dan gear boc. Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut. 3. Korosi Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler dan pompa bila terjadi dengan fluida yang korosif dan poros-poros yang berhenti lama. 4. Material poros Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selali dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

2.1.3 Efek Gesekan Terhadap Putaran Kritis Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya menunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada kecepatan kritis, namun kondisi semacam ini secara praktek tidak

mungkin.Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan teoritik, poros yangberputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi, kitatahu bahwa poros-poros yang berjalan pada kecepatan kritis tidak perlupatah, dan mungkin berjalan dengan sangat kasar tetapi tanpa distorsipermanent.

Gambar 2.8 Grafik Getaran Kritis r/e Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan maksimum dari r/etidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu daerahpada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung dengantanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang agak jauh darikecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau tanpa gesekan.Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakandihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesala han yang sangat kecil.

10

Gambar 2.9 Grafik dari peta r/e Kecepatan olakan atau putaran kritis terjadi ketika sebuah poros punya jari-jari lendutan yang secara teori besarnya tidak hingga, dengan mengabaikan gesekan.

2.2

Aplikasi Aplikasi dari putaran kritis ini digunakan untuk merancang poros yang

digunakan turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Sehingga poros yang dibuat dapat menahan beban yang berikan baik itu beban puntir maupun beban bending dan tidak terjadi kerusukan yang dikarenakan putaran kritis baik pada poros maupun elemen-elemen mesin yang terdapat dalam sebuah sistem.

11

BAB III METODOLOGI 3.1 Peralatan Alat-alat yang digunakan dalam pratikum putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Seperangkat alat uji putaran kritis Terdiri dari motor, poros, slide regulator dan bantalan

Gambar 3.1

Alat Uji Putaran Kritis

Gambar 3.2 Slide Regulator 2. Beban (2 variasi massa) Agar mendapatkan fenomena-fenomena yang berbeda dari setiap massa yang diberikan.

Gambar 3.1 Beban 3. Tachometer


12

Digunakan untuk mengukur putaran kritis yang terjadi pada poros secara aktual. Tachometer yang digunakan dengan satuan rpm.

Gambar 3.2 Tachometer 4. Mistar Digunakan untuk mengukur panjang poros dan jarak pemberian beban pada poros.

Gambar 3.3 Mistar 5. Kunci L 2 mm Digunakan untuk membuka baut pada beban, agar beban dapat diubahubah posisinya.

Gambar 3.4 Kunci L 2 mm

13

3.2

Prosedur Pratikum Prosedur pratikum pada putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Pasanglah alat putaran kritis dengan baik dan benar (dibantu asisten), seperti yang dilihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. 5 Alat uji putaran kritis 2. Pasanglah semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan peralatan lain dalam keadaan baik. 3. Posisikan letak rotor. 4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator. 5. Ulangi percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda. 6. Catatlah data pengujian. 7. Buatlah grafik hasil percobaan data yang digunakan untuk pembahasan dan analisa data, yaitu : a. Posisi rotor terhadap putaran (rpm) percobaan. b. Posisi rotor terhadap putaran (rpm) teoritik c. Posisi rotor terhadap defleksi

3.3

Asumsi-asumsi Asumsi yang ada dalam pratikum putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan. 2. Batang penyangga rotor tidak melendut. 3. Percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2)

14

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 4.1.1

Data Hasil pengujian menggunakan 2 beban. Hasil pengujian menggunakan 2 beban. 2 Beban

Tabel 4.1

Percobaan

Volt 100 125 150 100 125 150 100 125 150

E (Mpa) 190000

d (mm) 20

L (mm) 640

m (kg) 3,25

a (mm) 150

190000

20

640

3,25

200

190000

20

640

3,25

250

Nc Percobaan (rpm) 1467 1485 1492 1454 1474 1482 1464 1482 1491

4.1.2

Hasil Pengujian menggunakan 1 beban. Hasil pengujian menggunakan 1 beban 1 Beban

Tabel 4.2

Percobaan

Volt 100 125 150 100 125 150 100 125 150

E (Mpa) 190000

d (mm) 20

L (mm) 640

m (kg) 1,625

a (mm) 150

190000

20

640

1,625

200

190000

20

640

1,625

250

Nc Percobaan (rpm) 1463 1483 1491 1468 1485 1493 1465 1482 1490

15

4.2 4.2.1

Perhitungan Perhitungan Nc teoritis menggunakan 2 beban. Diketahui : d = 0,02 m E baja = 190000Mpa = 1,9 x 1011 pa m = 3,25 kg L = 0,64 m

Ditanya : a. Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,15 m) b. Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,20 m) c. Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,25 m) Solusi : a. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,15 m ( ) ( )

b. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,20 m ( )

16

c. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,25 m ( ) ( )

4.2.2

Perhitungan Nc teoritis menggunakan 1 beban. Diketahui : d = 0,02 m E baja = 190000Mpa = 1,9 x 1011 pa m = 1,625 kg L = 0,64 m

17

Ditanya : Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,15 m dan b = 0,49 m) Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,20 m dan b = 0,44 m) Nc teoritis = ... ? ( Untuk a = 0,25 m dan b = 0,39 m) Solusi : a. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,15 m dan b = 0,49 m ( ) ( )

b. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,20 m dan b = 0,44 m ( ) ( )

c. Perhitungan Nc teoritis Untuk a = 0,25 m dan b = 0,39 m ( )

18

4.2.3

Grafik hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai

tegangan secara teoritik. a. Grafik hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor menggunakan 2 beban
0.00025

0.0002

0.00015

100V 125V

0.0001

150V

0.00005

0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Gambar 4. 1 Grafik hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor menggunakan 2 beban b. Grafik hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor menggunakan 1 beban

19

Defleksi vs Posisi Rotor


0.00006 0.00005 Defleksi (m) 0.00004 0.00003 0.00002 0.00001 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Posisi Rotor (m) 100V 125V 150V

c.

Gambar 4. 2 Grafik hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor menggunakan 1 beban 4.2.4 Grafik hubungan antara putaran kritis dengan posisi rotor secara teoritik.

a. Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 2 beban


24500 24000 23500 23000 22500 22000 21500 21000 20500 20000 19500 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 100V 125V 150V

Gambar 4. 3 Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 2 beban

20

b. Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 1 beban

Nc Teoritik vs Posisi Rotor


6000 Nc Teoritik (rpm) 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Posisi Rotor (m) 100V 125V 150V

Gambar 4. 4 Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 1 beban 4.2.5 Grafik hubungan antara putaran kritis dengan posisi rotor secara percobaan. a. Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 2 beban

Nc Percobaan vs Posisi Rotor


1495 1490 1485 1480 1475 1470 1465 1460 1455 1450 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Nc Percobaan (rpm)

100V 125V 150V

Posisi Rotor (m) Gambar 4.5 Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 2 beban.

21

b. Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 1 beban.

Nc Percobaan vs Posisi Rotor


1495 Nc Percobaan (rpm) 1490 1485 1480 1475 1470 1465 1460 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Posisi Rotor (m) 100V 125V 150

Gambar 4.5

Grafik hubungan putaran kritis dengan posisi rotor menggunakan 1 beban.

4.1.Pembahasan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat fenomenafenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu. Pada tegangan mula-mula poros berputar dengan stabil dan mengeluarkan getaran dan suara yang kecil. Kemudian tegangan terus ditingkatkan secara perlahan dari 100V, 125V, hingga 150V sehingga poros berputar semakin kencang, poros menunjukan fenomena-fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros, poros berputar secara tak stabil dan menunjukan getaran yang hebat dan suara yang kencang maka dapat disimpulkan bahwa getaran ini adalah getaran kritis. Adapun data-data atau nilai-nilai pada peralatan percobaan adalah :
22

Diameter poros E stanless steel m rotor

= 20 mm = 190.000 N/mm2 = 1,625 kg

Beban 1,625 kg adalah beban rotor. Panjang poros adalah 640cm dengan rotor yang bisa dipindah-pindahkan posisinya. Putaran kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan putarnya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor memiliki beban yang mempengaruhi batang poros sehingga terjadi defleksi pada poros. Putaran kritis : Nilai kekakuan (k) :

Defleksi () : Untuk 1 beban ( )

Untuk 2 beban
( )

Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil yang berbeda antara hasil praktikum dengan hasil teoritis untuk semua hasil pengamatan. Contohnya pada hasil percobaan dengan 1 beban diperoleh hasil pada posisi a = 0,19 m dan b = 0,45 m yaknipada 75 volt = 1174 rpm, 100 volt = 1444 rpm, dan 125 volt = 1468 rpm sedang pada hasil secara teoritis didapat hasil 4812,816 rpm untuk setiap tgangan. Hasil secara teoritis tersebut berbeda jauh dengan hasil yang didapat dengan hasil praktikum dan hasil secara teoritis ini memiliki nilai yang sama walaupun tegangan yang diberikan berbeda. Perbedaan hasil teoritik dengan hasil percobaan disebabkan diameter poros yang digunakan terlalu besar sehingga defleksi yang terjadi tidak terlalu

23

terlihat. Untuk hasil teoritik yang memiliki besar yang sama untuk setiap tegangan hal ini dikarenakan posisi beban tidak berubah walaupun tengangan listrik diubah, sehingga besar defleksi memiliki nilai yang tetap pula yang artinya konstanta kekakuan untuk posisi beban yang tetap tidak berubah juga. Namun nilai putaran kritisnya berbeda untuk posisi poros yang berbeda. Yang mengakibatkan nilai putaran kritis teoritis memiliki nilai yang sama untuk posisi beban yang tetap. Begitu pula dengan hasil percobaan yang lainnya mengalami hal seperti itu juga. Defleksi yang terjadi semakin besar jika jarak rotor semakin jauh dari motor penggeraknya. Karena defleksi berbanding lurus dengan jarak pembebanan.

24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan 1. Semakin besar jarak rotor dari motor maka defleksi yang ditimbulkan semakin besar untuk pembebanan 1 beban. 2. Defleksi maksimum masing-masing posisi, terjadi tepatdi posisi beban atau rotor itu sendiri pada pembebanan 1 beban. Sedangkan pada pembebanan 2 beban, defleksi maksimum terjadi pada bagian poros yang berada diantara 2 beban atau rotor. 3. Nilai Nc teoritis untuk posisi rotor yang tetap adalah sama walau tegangan yang diberikan berbeda. Nc teoritis berbeda jika posisi rotornya berbeda.

5.2.Saran 1. Diameter poros digunakan sebaiknya lebih kecil, sehingga defleksi yang terjadi terlihat jelas perbedaannya. 2. Pemasangan alat atau beban sebaiknya lebih teliti dan hati-hati. 3. Hati-hati dalam menggunakan slide regulator.

25

DAFTAR PUSTAKA 1. William T. Thomsun. 1998. Thori of Vibration with Application Practice. Hall int : London 2. Modul Pratikum. 2013. Fenomena Dasar Mesin Bidang Konstruksi dan Perancangan. Jurusan Teknik Mesin-UR
3. http://id.scribd.com/doc/46582157/PUTARAN-KRITIS

Percobaan

Volt 100 125 150 100 125 150 100 125 150

E (Mpa) 1,9 x 10

d (mm) 0,02

L (mm) 0,64

m (kg) 3,25

a (mm) 0,15

1,9 x 10

0,02

0,64

3,25

0,2

1,9 x 10

0,02

0,64

3,25

0,25

2 Beban Nc P (N) Percobaan (rpm) 1467 1485 1492 1454 31,8825 1474 1482 1464 1482 1491

1 Beban Percobaan Volt 100 125 150 100 125 150 100 125 150 E (Pa) 1,9 x 10 d (m) 0,02 L (m) 0,64 m (kg) 1,625 a (m) 0,15 Nc Percobaan (rpm) 1465 1483 1491 1468 1485 1493 1465 1482 1490
P (N)

1,9 x 10

0,02

0,64

1,625

0,2

15,9413

1,9 x 10

0,02

0,64

1,625

0,25

26

LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai