Usaha Mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 Juta Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300Juta
Usaha Kecil
Memiliki kekayaan bersih Rp50 Juta s.d. Rp500 Juta Memiliki hasil penjualan tahunan Rp300 Juta s.d. Rp2,5 Milyar
Usaha Menengah
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 Juta Memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp2,5 Milyar s.d. Rp50 Milyar
Penyelenggaran Pembukuan
* Menurut Pasal 28 UU KUP pihak-pihak yang wajib menyelenggarakan pembukuan antara lain: 1. Wajib Pajak (WP) Badan; termasuk UMKM (pengertian badan menurut Pasal 1 UU KUP) 2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah). *Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian.
Perpajakan untuk UMKM sebelum PP 46 Tahun 2013 - PPh Badan sesuai Pasal 31E UU PPh
Berdasarkan Pasal 31E UU PPh, Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
Contoh Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2010 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 Penghitungan PPh yang terutang: yang memperoleh fasilitas: = Rp4.800.000.000,00 x Rp3.000.000.000,00 Rp30.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00 yang tidak memperoleh fasilitas: = Rp3.000.000.000,00 Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00 PPh yang terutang: (50% x 25%) x Rp480.000.000,00 = Rp 60.000.000,00 25% x Rp2.520.000.000,00 = Rp630.000.000,00(+) Jumlah PPh yang terutang = Rp690.000.000,00 Kontribusi UKM pada perekonomian domestik mencapai 57,94%. Namun, pembayaran pajak dari UKM baru mencapai 0,7%. Karena itulah, muncul PP 46 Tahun 2013.
PP 46 Tahun 2013
Subjek Pajak/yang dikenai pajak: Orang pribadi Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), Pengecualian- Non Subjek Pajak/yang tidak dikenai pajak berdasarkan PP 46 Tahun 2013: Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. (catatan: Pedagang kaki lima dapat digolongkan dalam kategori ini) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar. Objek Pajak: Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak. Catatan: Jika memiliki beberapa cabang, perhitungan omzet dibuat jadi satu.
PP 46 Tahun 2013
Tarif Pajak Besarnya pajak adalah 1 persen dari omzet bulanan dan bersifat final. setiap bulan. Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria ini setiap bulannya menghitung dan menyetor PPh yang terutang atas penghasilannya sebesar 1% dari Peredaran Bruto selama satu bulan yang bersangkutan Penghasilan Yang Tidak Termasuk Dalam Akumulasi Bruto 4,8M/ penghasilan yang tidak dikenakan pajak 1%: Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3); Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri; Usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. Penyetoran Pajak Penyetoran penyetoran PPh Final 1% dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Contoh: pada bulan Agustus 2013, PPh yang sifatnya nal tersebut harus disetor untuk omzet bulan Juli 2013.
PP 46 Tahun 2013
Pelaporan Pajak Kewajiban pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) mulai diterapkan masa pajak Januari 2014. Sementara itu, secara normatif, SPT masa semestinya dilaporkan paling lambat 20 hari dari masa pajak berakhir. PP 46 TIDAK WAJIB Lapor SPT Masa Jika: Wajib Pajak pada bulan tersebut tidak mempunyai omset/NIHIL WP dengan omzet tertentu yang telah menyetor PPh Pasal 4 (2) dan telah divalidasi oleh Kas Negara tidak perlu melaporkan SPT Masa Angsuran Pajak Wajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pembukuan Walaupun penghitungan PPh atas penghasilan yang diperoleh cukup dihitung atas peredaran usaha, namun bagi Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini tetap harus memiliki pembukuan yang dapat menggambarkan kegiatan usahanya untuk menyajikan transaksi-transaksi yang menjadi objek pemotongan dan pemungutan PPh (baik PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Pasal 15).
WAWANCARA
Target
konsumen
atas :
Pajak apa saja yang anda lakukan : terkait usaha anda? Bagaimana sistem pencatatan dan : pembukuan usaha anda? Standar akuntansi yang anda gunakan?
Sampai saat ini saya belum pernah bayar pajak atas usaha saya Sistem pembukuan omset dan pengeluaran hanya dilakukan sederhana, memakai aplikasi excel dan membukukan keluar masuk uang, dan melakukan pemisahan atas transaksi tersebut.
Usaha Kecil
KOPERASI SEJAHTERA ANGGARAN Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran
Waktu Pelaksanaan
Narasumber Tempat Pelaksanaan
: 15.00 16.00
: Rully Ardyansyah : Koperasi Sejahtera Anggaran
: Perpajakan UMKM : 1. 2. Mengetahui perpajakan terkait UMKM. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang bersangkutan.
: Pada intinya kami bergerak dalam bidang koperasi dengan beberapa unit kegiatan : Akta Pendirian Nomor : 57 Tanggal : 19 September 2007 Notaris : Titiek Irawati Sugianto, SH
Berapa
omset
penghasilan :
Omset KSA adalah sekitar Rp800.000.000 dalam setahun. Total kekayaan tidak bisa diukur secara pasti karena pencatatan tersebut ada di accounting koperasi, tetapi berkisar sebesar Rp 450.000.000
sebulan? berapa kira kira total kekayaan? Pajak apa saja yang anda :
Setiap bulan KSA menyetorkan PPh pasal 25 secara tepat waktu. Kemudian PPh tersebut nantinya dikreditkan untuk menghitung PPh Badan yang masih harus dibayar. Biasanya selalu lebih bayar. Selain itu, KSA juga dipotong pajak dan dipungut pajak seperti dipungut PPN. KSA mengaku sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena omsetnya telah melebihi Rp600.000.000 dalam setahun
Bagaimana
sistem
pencatatan :
Pembukuan telah dilakukan dengan baik. Hasil pembukuan dan laporan keuangan
dan pembukuan?
Bagaimana proses pelaporan :
Apakah
anda
sudah : KSA sudah mengetahui mengenai PP 46 tahun 2013 karena sudah mengikuti sosialisasi terkait peraturan tersebut yang diselenggarakan oleh Persatuan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) dan masih memikirkan kemungkinan atas penerapa PP tersebut dalam usaha kami. : KSA tergabung dalam Persatuan Koperasi Pegawai
mengetahui tentang PP No.46 Tahun 2013 di mana bagi yang omset setahun s.d. 4,8M
Usaha Menengah
Hari/ Tanggal Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Narasumber Tempat Pelaksanaan Tema Wawancara Tujuan Wawancara
: 17.00 21.00 : Nadya Rismaya : Kantor PT. Megadaya Maju Selaras : Perpajakan UMKM : 1. 2. Mengetahui perpajakan terkait UMKM. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang bersangkutan.
Usaha Menengah
Hari/ Tanggal Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Narasumber Tempat Pelaksanaan Tema Wawancara Tujuan Wawancara
: 17.00 21.00 : Nadya Rismaya : Kantor PT. Megadaya Maju Selaras : Perpajakan UMKM : 1. 2. Mengetahui perpajakan terkait UMKM. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang bersangkutan.
Usaha Menengah
Usaha
ini
bergerak : Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dibidang pembangunan, pengembang dan pemborong untuk BUMN dan perusahaan lainnya
dibidang apa?
Jasa
yang
ditawarkan : Kami menyediakan jasa instalasi sesuai dengan pesanan misalnya jasa pemasangan lampu pada proyek proyek BUMN atau pun menyediakan barang barang kebutuhan para kontraktor.
Target konsumen atas : BUMN dan perusahaan perusahaan kontraktor usaha anda siapa saja?
Usaha Menengah
Bagaimana
pencatatan
sistem :
dan
Masih manual menggunakan excel, karena transaksi kami tidak terlalu banyak
dan tidak rutin.
pembukuan usaha anda? Bagaimana pelaporan pajak usaha ini lakukan? proses : yang kami melaporkan pajaknya secara tepat waktu ke KPP tempat terdaftar, yaitu KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo. Sejauh ini belum pernah terkena sanksi pajak karena selalu tepat waktu dalam menyetorkan dan melaporkan pajak.
Usaha Menengah
saya
sudah
mengetahuinya
ketika
saya
dikukuhkan menjadi PKP bulan desember kemarin, dan langsung disarankan oleh AR di KPP tempat saya terdaftar untuk menggunakan PP No.46, akhirnya saya menggunaka PP No.46 tersebut.
Kesimpulan Wawancara
Wrg. Angkringan Bamboe Dorong Kriteria Usaha Jenis Usaha Tahun Pendirian Hasil Setahun Total Kekayaan Konsumen Rp 30.000.000 Masyarakat Rp 450.000.000 Pegawai Dirjen Anggaran Rp 2.500.000.000 BUMN dan Kontraktor Usaha Rp 270.000.000 Rp 800.000.000 Rp 3.000.000.000 Usaha Mikro Tata Boga 2011 Koperasi Sejahtera Anggaran Usaha Kecil Koperasi 2007 PT. Megadaya Maju Selaras Usaha Menengah Pemborong 2011
Kesimpulan Wawancara
Wrg. Angkringan Bamboe Dorong
PPh 21 PPh 22
PPh 23
PPh 4 (2)
Kesimpulan Wawancara
Wrg. Angkringan Bamboe Dorong
Pencatatan Pembukuan Standar Pelaporan Ada Tidak Ada Tidak Ada
Kesimpulan
1.
Usaha mikro yang dimiliki oleh perseorangan tidak melaksanakan aturan perpajakan, sedangkan untuk usaha kecil dan menengah yang biasanya sudah
Kesimpulan
4.
PT. Maju Daya Selaras adalah wajib pajak yang patuh karena telah menjalankan kewajiban pajak yaitu mendaftar (telah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP), PT. Maju Daya Selaras juga telah menerapkan peraturan terbaru yang mengatur perpajakan UMKM yaitu PP 46 Tahun 2013 dan telah menerapkannya dalam laporan perpajakannya, namun belum mengajukan surat keterangan bebas pajak.
5.
Semua jenis usaha hasil wawancara melakukan pencatatan, namun hanya Koperasi Sejahtera Anggaran dan PT. Maju Daya Selaras yang melakukan pembukan yang
melaporkan catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Hal ini dikarenakan adanya pemisahan antara kekayaan pemilik dan perusahaan.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada DJP, antara lain:
1. DJP dapat memberikan pengaturan bahwa bagi UMKM yang telah mendaftarkan diri dan melaporkan pajak terhutangnya sejak 1 Juli 2013 tidak akan dilakukan pemeriksaan atau verifikasi untuk tahun-tahun sebelumnya dengan persyaratan menghitung sendiri pajak yang terutang sejak 5 tahun sebelum 1 Juli 2013. 2. 3. 4. Bagi UMKM yang sudah memperoleh NPWP sebelum 1 Juli 2013, atas pajak yang sudah dibayar menjadi pasti besarnya dengan cara dikeluarkan ketetapan SKPN. Penggunaan formulir pelaporan dan perhitungan pajak yang lebih sederhana dan ringkas. Terhitung sejak 1 Juli 2013 hingga batas waktu yang ditetapkan DJP, DJP tidak akan melakukan pemeriksaan terhadap UMKM dengan syarat formil yang ditetapkan misal: menjadi WP Patuh dengan jangka waktu tertentu. 5. Membuka layanan khusus semisal KPP Khusus UMKM di setiap Kanwil agar lebih mampu mengetahui karakteristik UMKM dan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih bernuansa UMKM, misalnya dapat mencontoh strategi BRI dalam melayani nasabah mikro di tingkat pedesaan.