Anda di halaman 1dari 12

Bab I Pendahuluan 1.

1 Latar belakang Dalam kehidupan biasa kita temukan kata iman diikuti oleh kata amal shaleh.Seakan kedua kata itu tidak dapat dipisahkan, ibarat pohon dengan akarnya, atau bangunan dengan pondasinya. Bangunan yang kekar dan tinggi mudah sekali akan roboh bila tidak memiliki pondasi yang kuat terhujam di dalam tanah. Demikian pula pohon yang tampaknya rindang dan subur jika tidak mempunyai akar yang kukuh , bila ditiup angin sedikit kencang saja ia akan tumbang. Demikianlah pula halnya iman dan amal shaleh.Iman seperti pondasi suatu bangunan, atau akar sebuah pohon.Ia amat penting sebagai pertahanan agar bangunan atau pohon tersebut tetap tegak. Sedang amal shaleh ibarat bangunan atau pohon itu, sehingga seakan pondasi dan akar tiada juga ada maknanya tanpa adanya bangunan atau pohon. Uraian diatas menjelaskan mengapa amal shaleh itu penting dalam kehidupan umat muslim, dan sebagai umat muslim yang taat kepada Allah SWT kita wajib mengetahui amal shaleh yang harus kita kerjakan guna mencapai keridhoan Allah SWT. Setelah kita mengetahui amal shaleh yang harus kita kerjakan, maka kita juga wajib untuk mengamalkan amal shaleh tersebut. 1.2 Topik bahasan Amal shaleh, Aspek ibadah ( shalat, zakat, puasa) 1.3 Tujuan penulisan Meningkatkan pemahaman mengenai amal shaleh Memotivasi untuk melaksanakan amal shaleh dengan baik Meningkatkan kesadaran kita sebagai umat muslim dalam menjalankan amal shaleh Menambah pengetahuan mengenai amal shaleh

Bab II Pembahasan 2.1 Amal Saleh Apakah amal saleh itu? Meski istilah ini berasal dari bahasa Arab, tapi ia sudah menjadi bahasa yang popular dalam bahasa Indonesia. Amal artinya perbuatan, dan saleh artinya baik.Amal saleh artinya perbuatan baik, karya yang berguna, aktivitas yang berkualitas, atau amal yang bermanfaat. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, amal saleh diartikan sebagai Perbuatan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan baik sesama manusia. Dengan demikian amal saleh itu amat luas artinya, ia mencakup aktivitas ibadah dalam arti yang luas,yaitu segala yang berguna yang dilakukan untuk mencari keridhoan Allah. Juga mencakup segala karya untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia ini. Setiap yang diperintahkan Allah adalah baik, dan yang dilarang adalah buruk.Hal ini merupakan prinsip dan berlaku umum, meski manusia belum lagi memperoleh bukti-bukti konkret atas aturan yang telah Allah tetapkan tersebut. Demikianlah AlQuran menyatakan dalam Q.S Al-araf :157)

Artinya :(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka bebanbeban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahayayang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. ( Q.S Al-araf :157)

Selanjutnya mengenai Amal saleh aspek ibadah. Ibadah, kendati ia berasal dari bahasa Arab, sudah menjadi istilah umum dan masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya atau dengan kata lain: segala usaha lahir dan bathin, sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun terhadap alam semesta. Ibadah secara khusus biasa dikaitkan dengan amal perbuatan yang bersifat ritual yang mempunyai pola dan tata cara yang baku sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ibadah semacam ini sering disebut saja ibadah, seprti shalat, zakat, puasa, haji.Kendati berbagai aktivitas dalam aspek kehidupan ini merupakan ibadah (dalam arti umum sebagaimana disebut di atas), di luar ibadah ritual itu biasa disebut muamalah.

Selanjutnya akan di bahas mengenai ibadah, antara lain : Ibadah shalat, zakat,dan puasa.

2.1.1 Ibadah Shalat Ibarat suatu bangunan, salat itu adalah tiangnya. Demikianlah Nabi

mengistilahkan shalat itu seperti tiangnya agama. Hal itu berarti: siapa yang mendirikannya sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan siapa yang meninggalkannya sesungguhnya ia telah merobohkan agama. Karena demikian pentingnya ibadah shalat itu, ia merupakan kewajiban yang bersifat universal. Perintah shalat sudah diturunkan kepada manusia sejak manusia ini ada. Mungkin dengan tata cara yang sederhana, akan tetapi para nabi menurut AlQuran sudah dikenakan perintah shalat. Nabi Ibrahim dalam rangka ini pernah berdoa memohonkan agar anak keturunannya konsisten melakukan shalat.

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Sebaliknya, orang tiada mau menegakkan shalat dianggap sebagai orang yang celaka.

Shalat itu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Salat menjadi subjek, artinya ia bersifat aktif mencegah seseorang dari keji dan mungkar. Dalam diri seseorang yang rutin dan sempurna shalatnya tumbuh suatu daya aktif yang befungsi control memeliharanya dari perbuatan-perbuatan tidak terpuji. Adakah orang yang tampaknya sudah rutin dan baik shalatnya, tapi di samping itu ia pun melakukan pekerjaan-pekerjaan keji dan mungkar? Mungkin ada, tetapi itu adalah pertanda bahwa shalatnya memang masih perlu ditingkatkan kualitasnya. Nabi, dalam rangka ini mengatakan Tidak ( belum bernilai) shalat seseorang, bila saatnya itu tidak berfungsi mencegahnya dari keji dan mungkar. Yang tak kalah pentingnya dalam aspek ibadah ini, terkandung latihan spiritual dan ajaran moral.

2.1.2 Ibadah Zakat Dalam Al-Quran dijelaskan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada keadilan dan kebajikan, dan salah satu upaya yang ditekankan dalam upaya mewujudkan keadilan pdan pemerataan adalah membagi-bagi harta agar tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya.Suatu sistem pemerataan kesejahteraan yang khas islami adalah sisitem zakat. Zakat diwajibkan kepada setiap muslim yang memiliki harta yang telah memenuhi syarat. Dengan kewajiban mengeluarkan sebagian kecil dari keseluruhan hartanya, seorang muslim sebenarnya tidaklah mengurangi hartanya secara kulaitas, justru dengan zakat yang artinya kesucian, dapat menyucikan harta yang pada hakikatnya tercampur dengan kotor. Dengan sistem zakat ini, harta benda dapat dikembangkan.Pengembangan ini setidaknya dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi spiritual, bahwa Allah memusnahkan riba dan mengembangkan sedekah atau zakat.Bahkan Allah mengumpamakan pengembangan harta dengan sistem zakat termasuk infak, sedekah, dan sebagainya. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-baqarah 261-262

(261)

.(262) 262
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartaNya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebutnyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawa-tiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 261-262). Disisi lain, ialah sisi ekonomis-psikologis yaitu ketenangan batin dari pemberi zakat, sedekah, infak, akan mengantarkannya berkonsentrasi dalam pemikiran dan usaha pengembangan harta. Di samping itu, penerima zakat atau infak, sedekah akan mendorong terciptanya daya beli dan produksi bagi produsen yang dalam hal ini pemberi zakat, atau infak, dan sedekah itu. Ibadah zakat juga dapat mengikis habis sifat-sifat kikir di dalam jiwa seseorang, serta melatihnya memiliki sifat-sifat dermawan, dan mengantarkannya mensyukuri nikmat Allah, sehingga pada akhirnya ia dapat menyucikan diri dan mengembangkan kepribadiannya. 2.1.3. Ibadah Puasa Allah mewajibkan manusia untuk berpuasa, yang salah satu maksudnya ialah agar manusia mampu mengendalikan dirinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pertamanya itu. Dalam berpuasa, dari segi hukum, seseorang berkewajiban

mengendalikan dirinya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan faali tesebut dalam waktu-waktu tertentu. Dalam berpuasa yang bersangkutan juga sekaligus berusaha mengembangkan potensinya agar mampu membentuk dirinya sesuai dengan peta Tuhan dengan jalan mencontoh Tuhan dalam sifat-sifatnya . Dan karena itu, Rasulullah SAW bersabda Berakhlaklah kamu sekalian dengan sifat-sifat Tuhan.. Dalam berpuasa, selain diwajibkan untuk menahan lapar dahaga dan seks, juga dianjurkan untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.Taqwa, merupakan suatu sikap lahir batin menuju keridhoan Allah SWT. Dalam batin diwarnai oleh iman, sikap tauhid, tawadu, ikhlas, dan sifat terpuji lainnya. Sedang sikap lahir diwarnai dengan berbagai aktivitas amal shaleh, baik dalam bentuk ibadah maupun muamalah. Ayat Al-Quran mengenai Puasa adalah sebagai berikut : 1. Surah Al Baqarah 183 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. 2. Surah Al Baqarah 184 Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Dikutip dari seorang Doktor dibidang tafsir, Ustad Sami'un Jazuli pada kajian Ba'da Dzuhur di Majlis Taklim Telkomsel, berikut akan coba saya paparkan inti dari 5 kekuatan surat Al Baqarah ayat 183 : 1. Iman Percaya yaitu kemudian membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dalam perbuatan. itulah Iman. secara bahasa percaya atau yakin. Percaya kepada siapa? kepada apa? Percaya kepada 6 rukun iman, yaitu kepada Allah, malaikat, rasulNya, kitabNya, Hari akhir, Qadha dan Qadar. Subhanallah, Allah menyeru dalam ayat ini hanya kepada orang yang beriman yang cirinya disebutkan diatas, siapa yang beriman? mereka yang percaya kepada Allah. konsekuensinya adalah mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. mereka juga yang percaya kepada malaikatNya. Sehingga dalam kesehariannya mereka yang beriman merasa senantiasa diawasi. Mereka yang percaya kepada KitabNya. Yang senantiasa membaca dan mentadaburi Al Qur'an dan mengamalkan setiap isinya. Mereka yang percaya kepada RasulNya. Yang menjadikan Rasul sebagai teladan, yang mengikuti sunah beliau. Mereka yang percaya hari Akhir. Sehingga mereka senantiasa menjaga amalnya, menjaga lisannya dan menjaga hatinya. Karena semua akan dimintai pertanggungjawab di hari akhir. Dan terakhir mereka yang yakin dengan qadha dan qadar. yakin dengan takdir dan ketetapan Allah swt. Allah swt menyediakan dan menyeru kepada mereka untuk berpuasa dibulan Ramadhan. Maka berbahagialah mereka yang beriman dan yang senantiasa menyempurnakan keimanannya, karena mereka adalah orang2 spesial yang diseru oleh Allah.

2. Karakter Ada pertanyaan menarik, kenapa Allah menyebutkan kalimat wajib dengan "kutiba"? Padahal, dalam bahasa arab bisa juga dengan kata wajib langsung, bukan dengan kutiba. Bahkan kutiba dalam bahasa Arab artinya menulis/ dituliskan? Inilah keagungan Allah swt, bukti keindahan Al Qur'an. Dalam Bahasa Arab, kutiba artinya dituliskan. Dalam kesehariannya, sering digunakan ketika seseorang menulis diatas sebuah batu yang tulisan tersebut bertahan sangat lama dan bahkan mungkin tidak bisa dihapus. Inilah rahasia kenapa Allah menggunakan kata Kutiba, karena Allah ingin menjadikan Ramadhan sebagai karakter kuat yang dituliskan kedalam dada manusia yang beriman. SUBHANALLAH. Maka berbahagialah mereka yang beriman, karena begitu spesialnya Allah memperlakukan mereka dengan Ramadhan ini. 3. Shiyam/ Shaum Secara bahasa artinya menahan (Imsak). menahan diri dari yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari, tidak hanya menahan dari yang membatalkan, akan tetapi juga menahan dari yang mengurangi nilai atau pahala puasa. 4. Umat terdahulu, Shaum bukan hanya dimiliki atau dilakukan oleh umat nabi Muhammad saja, akan tetapi umat-umat terdahulu. Artinya, kita adalah bagian dari rombongan umat itu. Ya. Rombongan umat yang taat dan beriman kepada Allah sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, kita ikut bersama mereka dalam berpuasa, ikut menjadi bagian dari manusia-manusia terbaik dimuka bumi ini. Berbahagialah kita, karena Allah mengumpakan kita dengan umat2 terdahulu dalam berpuasa.

5. Taqwa. Kekuatan yang kelima dan juga yang menjadi tujuan utama dalam perintah Allah Surat Al Baqarah ayat 183 adalah Takwa. Predikat yang hanya diberikan kepada orang-orang yang spesial yang bisa menjalankan ibadah Ramadhan dengan optimal dan maksimal, yang menahan diri mereka dari yang mengurangi pahala puasa, yang mengharap ridho dan balasan dari Allah swt, yang takut terhadap dosa dan hukuman dari Allah swt.

10

BAB III Penutup 3.1 Simpulan Simpulannya dari pembahasan diatas adalah bahwa kita sebagai manusia di dunia ini tidak terlepas dari kewajiban sebagai makhluk Allah. Kita hidup di dunia ini sudah diatur untuk melakukan apa saja, terutama ibadah apa saja yang harus laksanakan demi mencari keridhoan-Nya. Sebagai hamba yang taat, tentunya kita harus senantiasa taat dan patuh atas segala perintah-Nya. Sebagai makhluk yang awam, kita sudah dibekali pedoman yaitu Al-Quran dan Hadist untuk menjalankan semua kewajiban kita di dunia agar kita dapat meaksanakan kewajiban kita dengan baik sesuai dengan apa yang diperintahkan. Walaupun dalam proses pelaksanaannya kita pasti mendapat godaan untuk menyimpang dari ajaran Allah SWT. Dsitulah kita dituntut untuk tetap bepegang teguh terhadap pedoman hidup kita.

11

Daftar Pustaka
HD,Kaelani. 2000. Islam Iman dan Amal Shaleh. PT. Rineka Cipta,Jakarta.

http://nuaimy.org/index.php?option=com_content&view=article&id=151:kekuatanramadhan-dalam-surat-al-baqarah-183&catid=30:tafsir-dan-hadits http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=14&aid=37&pid=arabicid

12

Anda mungkin juga menyukai