Anda di halaman 1dari 29

LEUKEMIA MIELOID KRONIK

Oleh Ayu Ersya Windira 090610020 Pembimbing dr. Suhaemi, Sp.PD, Finasim

LEUKEMIA MIELOID KRONIK


Leukemia mielositik kronik (LMK) adalah penyakit sel induk (stems cells) hematopoietik yang ditandai oleh adanya leukositosis yang disertai imaturitas seri granulosit, basofilia, anemia, trombositosis dan splenomegali. LMK merupakan leukemia yang pertama ditemukan dan diketahui patogenesisnya Tahun 1960 Nowel dan Hungerford kromosom Philadelphia Tahun 1973 Rowley menemukan kromosom Ph terbentuk dari translokasi resiprokal kromosom 9 dan 22. Tahun 1980 diketahui adanya gen BCR-ABL

Seluruh lapisan umur dapat terkena CML akan tetapi paling sering mengenai usia pertengahan dengan puncak 40-50 tahun. Insidensi CML sekitar 1-2 per 100.000 populasi. LMK jarang dijumpai pada masa anak-anak dan diperkirakan hanya merupakan 1 5 % kasus Leukemia Di negara barat, sebagian besar laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan wanita, yaitu 4:1

faktor lingkungan (kontak dengan radiasi ionisasi ) Zat zat kimia (misalnya, benzen , arsen, agen antineoplastik)

Leukemia mieloid kronik, Ph positif (CML, Ph+) Leukemia mieloid kronik, Ph negatif (CML, Ph-) Juvenile chronic myeloid leukemia Chronic neutrophilic leukemia Eosinophilic leukemia Chronic myelomonocytic leukemia (CMML)

Gejala Klinis - Fase kronik Gejala hiperkatabolik : Berat badan menurun, lemah, anoreksia, berkeringat malam Splenomegali hampir selalu ada, sering massif Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan Gejala gout, gangguan penglihatan dan priapismus Anemia pada fase awal sering hanya ringan Kadang-kadang asimptomatik, ditemukan secara kebetulan pada saat check up atau pemeriksaan untuk penyakit lain.

Fase akselerasi
sel blast meningkat sebanyak 15% disertai dengan adanya pembesaran spleen dapat terjadi anemia, jumlah sel darah putih dapat meningkat atau menurun dan trombosit mengalami penurunan Pasien dapat mengeluhkan rasa sakit pada tubuhnya, seperti : demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif.

Fase blastik
Lebih dari 30% sel blast dalam sumsum tulang dan darah Jumlah sel darah merah dan trombosit mengalami penurunan Kemungkinan, pasien akan mengalami infeksi dan perdarahan. Pasien juga dapat merasa kelelahan dan sulit bernafas, nyeri abdomen atau nyeri tulang.

Hematologi Rutin Apusan Darah Tepi Apus sum-sum tulang Hasil Laboratorium lainnya FISH (fluorescent in situ hybridization) PCR

Tahapan CML; Fase Kronik, Fase Akselerasi dan Fase Blast

Chronic
WBC Blasts Basophils Platelets Marrow cellularity Chromosome 20 x 109/L <5% Normal or Ph+

Accelerated
10%-19% 20% / Ph+

Blast Crisis
>30% Ph

Goal treatment pada tiap fase CML ialah: A. Fase Kronik Mengembalikan jumlah sel darah seperti normal Menghilangkan gen yang dapat memunculkan gen cancer BCR-ABL B. Fase Akselerasi dan Fase Krisis Blast 1. Menghilangkan gen yang dapat memunculkan gen cancer BCR-ABL 2. Mengembalikan fase ini menjadi fase kronik

Sitostatika
Hidroksiurea
Dosis : 30 mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal maupun dibagi 2-3 dosis. Maksimal 2,5 gram/hari jika leukosit >300 ribu/mm3. Penggunaan dihentikan dulu jika leokeosit <8 ribu atau trombosit <100 ribu Selama penggunaan pantau Hb, leukosit, trombosit, fungsi ginjal dan hati

Busulphan (melyran)
Termasuk golongan alkil yang sangat kuat Dosis 4-8 mg/kgBB/hari per oralm, maksimal 12 mg/kgBB/hari. Harus dihentikan bila leukosit 10-20 ribu, dan harus dimulai kembali setelah leukosit >50 ribu. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil.

Imatinib Mesylate (Gleevec)


Tergolong autoantibodi monoklonal untuk menghambat aktivitasa tirosin kinase dan fusi gen BCR-ABL Diabsorbsi baik di mukosa lambung pada pemberian oral Pada fase kronik dosis 400 mg/hari DC, dapat ditingkatkan 600mg/hari bila tidak mencapai respon hematologik Dosis harus diturunkan apabila terjadi netropeni berat (<500) atau trombositopenia (<50 ribu) atau peningkatan SGOT atau bilirubin Pada fase akselerasi/blast dapat langsung diberikan 800 mg/hari Tidak boleh diberikan pada wanita hamil

Alpha interferon
Secara aktif dapat mengendalikan leukosit & trombosit. Tidak dapat menghasilkan remisi biologis walaupun dapat mencapai remisi sitogenetik Dosis 5 juta IU/m2/hari SC Diperlukan premedikasi dengan analgetik dan anti piretik sebelum pemberian untuk mencegah/mengurangi efek samping seperti flue like syndrom

Splenektomi
Splenektomi dilakukan apabila : 1. splenomegali tetap memberikan gejala setelah perbaikan hematologik dgn kemoterapi, 2. terjadi trombositopenia berat setelah kemoterapi walaupun dgn dosis rendah.

Transplantasi Sum-sum Tulang


Bisa allogenic atau autolog Merupakan pengobatan kuratif utk LMK Dianjurkan thn pertama setelah dx.

Logaritma Terapi CML pada Fase Kronik

Pengobatan CP Menurut Europian LeukemiaNet Update 2010

Pengobatan CP Menurut Europian LeukemiaNet Update 2010

Mengukur Respon Pengobatan


Responses Complete Hematologic Response (CHR) Sel-sel CML imatur dieliminasi dari deteksi dalam darah, jumlah sel darah putih tidak lagi tinggi, jumlah trombosit normal atau mendekati nilai normal (tidak lagi ditinggikan) dan pembesaran limpa dapat ditanggulangi Complete cytogenetic response (CCyR) Tidak ada sel-sel CML (jumlahnya diukur dari sel dengan kromosom Philadelphia dan gen kanker BCRABL) dalam darah atau sumsum yang dapat dideteksi dengan tes FISH. Jumlah sel CML sekarang diperkirakan kurang dari 1/100 dari level pada awal pengobatan.

Major molecular response (MMR) Kuantitatif tes PCR mengungkapkan "3-log" atau penurunan lebih besar pada BCR-ABL RNA atau DNA dalam darah atau sumsum. Penurunan 3-log adalah pengurangan 1/1, 000 atau 1.000 kali lipat dari tingkat pada awal pengobatan. Complete molecular response (CMR) Kuantitatif tes PCR tidak menunjukkan bukti BCR-ABL RNA atau DNA dalam darah atau sumsum. Hal ini umumnya dianggap sebagai pengurangan beban leukemia dengan 1/10,000 atau kurang di bawah tingkat pada awal pengobatan.

Sekitar 20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap tahunnya. Banyak penderita yang bertahan hidup selama 4 tahun atau lebih setelah penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal pada fase akselerasi atau krisis blast. Angka harapan hidup rata-rata setelah krisis blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa memperpanjang harapan hidup sampai 812 bulan

Anda mungkin juga menyukai