Anda di halaman 1dari 2

Dasar Pendidikan dan Pengajaran di INS (Indonesia Nederlansche School) Usaha Moh.

Syafei dengan Ruang Pendidikan INS kita masukkan dalam Landerziehungsheime, karena dasar yang terdapat dalam INS sejajar denga Landerziehungsheime. Beberapa dasar nya sebagai berikut: 1. Berfikir secara logis atau rasionil. INS mementingkan berfikir logis sebab menurut kenyataan, dalam masyarakat Indonesia masih banyak terdapat berfikir secara mistik tidak sesuai dengan fikir logis. Misalnya: orang ingin memperbaiki hasil panennya yang makin merosot. Ia berusaha tidak dengan jalan memperbaiki biji, pupuk, maupun pengolahan tanahnya, penyesuaian musim, pemberantasan hama dan sebagainya, melainkan dengan mengunjungi dukun minta nasihat dan kemudian mengadakan selamatan dan usaha lain, yang tidak dapat difikirkan secara logis. Perbuatan semacam itu terdapat pula dalam lapangan yang lain: perdagangan, penangkapan ikan, perkawinan. Cara bekerja dan berfikir seperti itu harus diubah menjadi berfikir secara rasionil, yaitu cocok dengan akal sehat. 2. Keaktifan atau kegiatan INS menggunakan banyak keaktifan anak dalam pengajaran, latihan skill dan pendidikan agar anak bekerja beraturan dan intensif. Lagi pula Moh. Syafei menginsyafi, bahwa besar sekali pengaruh keaktifan bagi pengalaman, fikir dan watak. Inilah sebabnya mata pengajaran ekspresi dinomersatukan di INS dengan tidak mengabaikan pengetahuan yang lain. Keaktifan itu dipakainya pula untuk menjalankan pekerjaan yang praktis: membuat sendiri alat bercocok tanam, beternak, membuat gedung dan berbagai lapangan olahraga dengan mempergunakan bahan yang banyak terdapat di Indonesia. Begitulah anak di sekolah tidak hanya duduk, melihat, mendengarkan, dan percaya saja. Sebagai contoh: pelajaran membaca. Sesudah bagian umum diterangkan dalam pelajaran membaca teliti, maka anak boleh melatih diri di luar atau tempat lain; hanya yang mendapat giliran harus tinggal dalam kelas. Dengan cara ini dipraktekkan dasar efisiensi. Cara ini dapat dipakai juga untuk mata pengajaran yang lain, guna menjaga jangan sampai anak tinggal mengganggur dalam kelas, tanpa kesibukan maupun berpura-pura berbuat. Pendidikan keaktifan ini bermaksud pula untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Banyak waktu yang terbuang oleh orang Indonesia dengan duduk mengobrol sepanjang hari atau tiduran saja. INS ingin mengisi waktu terbuang ini dengan mendidik anak agar suka bekerja dengan tangannya, yaitu membuat barang dari bahan yang banyak terdapat di Indonesia dan hanya dibuang saja: jerami, lidi, ijuk, berbagai rumput, getah dan sebagainya. Begitulah boleh dikatakan bahwa pendidikan di INS itu praktis tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat dan efisien, serbaguna, yaitu tidak menyia-nyiakan sesuatu. 3. Pendidikan kemasyarakatan Sesuai dengan sifat Indonesia, maka di INS diberikan banyak kesempatan bekerja sama. Majalah Rantai Mas dikerjakan bersama dan merupakan tempat untuk mengadakan ekspresi dengan bahasa; bersama menyelenggarakan pertunjukkan dan koperasi. Perkumpulan koperasi bukan saja untuk memenuhi keperluan murid sehari-hari, melainkan juga sebagai latihan bekerja bersama dalam lapangan ekonomi, yang menanti mereka, apabila mereka kelak terjun ke dalam masyarakat. Bergotong royong adalah ciri khas Indonesia.

Bekerjasama ini penting untuk menimbulkan rasa persatuan diantara para murid. Inilah sebab yang lain mengapa seluruh INS itu dulu harus dibuat sendiri oleh segenap murid. 4. Memperhatikan bakat anak Anak yang ternyata pandai dan mempunyai banyak kesanggupan dalam suatu mata pengajaran, setelah mengikuti semua mata pengajaran, mendapat pendidikan lebih lanjut dan mendalam untuk menyempurnakan bakat, hingga ia dapat menjadi ahli dalam bakat tersebut. 5. Menyeimbangkan antara intelektualisme dan keterampilan Hal tersebut di atas adalah beberapa usaha untuk menjauhkan intelektualisme dari INS. Kita tambahkan usaha yang lain sebagai berikut: a. pendidikan keindahan diperhatikan sungguh-sungguh. Contohnya bersama-sama murid mengatur gedung dan halamannya b. rasa tanggung jawab diperkembangkan dalam berbagai keaktifan, agar anak dididik berani berdiri sendiri. Penyelenggaraan dan perkembangan INS sendiri memberi contoh dalam hal ini. Atas usaha sendiri Moh. Syafei menyelenggarakan INS yang megah itu. Tidak diterimanya bantuan yang dapat mengikat hidup INS. c. perasaan keagamaan diberi kesempatan berkembang luas dan bersih jauh dari kepicikan dan kekolotan.

Anda mungkin juga menyukai