Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

SINTESIS GARAM RANGKAP

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: Qorry Dinnia Fatma : 111810301035 : IX : Ainul Maghfiroh

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013

PERCOBAAN 3 SINTESIS GARAM RANGKAP

BAB I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan kali ini adalah mempelajari pembuatan Kalium Aluminium Sulfat Hidrat Garam Rangkap

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MSDS (Material Safety Data Sheet) Bahan 2.1.1. Alumunium Foil Alumunium foil memiliki sifat fisik padatan dan berwarna silver putih. Alumunium fil memiliki berat molekul 26,98 g/mol. Senyawa ini memiliki titik didih 2327C (4220.6F) dan titik leleh 660C (1220F). Massa jenis senyawa ini lebih besar daripada air yakni 2,7 gr/ml. Alumunium foil sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), non-berbahaya dalam kasus menelan dan dalam kasus inhalasi (Nilechemicals, 2013). 2.1.2. Asam Sulfat pekat ( H2SO4 ) Asam Sulfat pekat memiliki sifat fisik larutan dengan berat molekul 98.08 g/mol. Senyawa ini memiliki titik didih 270C (518F) dan titik leleh -35C (-31F). Larutannya tidak berwarna/bening dengan bau asam yang kuat. Massa jenis asam sulfat sebesar 3,4 gr/ml, jauh lebih besar daripada air. Jika terjadi kontak dengan mata, segera bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit dengan sesekali mengangkat atas dan kelopak mata bawah. Basuh kulit jika terjadi kontak langsung dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit dan keluarkan pakaian dan sepatu yang tercemar. Cuci mulut dengan air jika tertelan. Segera hapus dari paparan dan pindah ke udara bila terhirup. Berikan pernapasan buatan dan oksigen jika sulit bernapas. Segera dapatkan bantuan medis (Sciencelab, 2013). 2.1.3. Kristal Kalium sulfat ( K2SO4 ) Kristal Kalium sulfat ( K2SO4 ) memiliki sifat fisik padatan dengan berat molekul 174.26 g/mol. Padatannya berwarna putih. Massa jenis K2SO4 sebesar 2,66 gr/ml. Senyawa ini memiliki titik didih 1689C (3072.2F) dan titik leleh 1067C (1952.6F). Jika terjadi kontak dengan mata, segera bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit dengan sesekali mengangkat atas dan kelopak mata bawah. Basuh kulit jika terjadi kontak langsung dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit dan keluarkan pakaian dan sepatu yang tercemar. Cuci mulut dengan air jika

tertelan. Segera hapus dari paparan dan pindah ke udara bila terhirup. Berikan pernapasan buatan dan oksigen jika sulit bernapas. Segera dapatkan bantuan medis (Sciencelab, 2013). 2.1.4. Aquades ( H2O ) Aquades ( H2O ) memiliki sifat fisik larutan dengan berat molekul 18 g/mol. Larutannya tidak berwarna/bening dengan tidak berbau. Massa jenis aquades sebesar 1 gr/ml dengan pH netral 7. Senyawa ini memiliki titik didih 100C (212F) dan tekanan uap sebesar 2,3 kPa (@ 20C). Belum ada data yang menunjukan bahwa senyawa ini beracun dan berbahaya sehingga aman untuk digunakan (Sciencelab, 2013).

2.2. Dasar teori: Pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak menggunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat) dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (Svehla, 1985). Sebuah ligan yang mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam biasanya molekul netral dan ligan ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam. Ligan karben atau karbin merupakan kekecualian. Rumus kimia senyawa organologam diungkapkan dalam banyak kasus dengan menggunakan kurung siku seperti untuk senyawa kompleks (Tarro, 1990). Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan merupakan ikatan kovalen namun terkadang interaksinya dapat merupakan gaya penarik coulomb. Beberapa kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan kompleks sehingga dikatakan labil (Underwood, 1980). Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III) klorida, Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat (III), K3Fe(CN)5.Garam kompleks

berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO4)12H2O dan ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO4.6H2O, garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. (Arifin, 2011). Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam tunggal penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr. Kombinasi antara ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan ammonium nikel sulfat. Ketiga garam tersebut memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan atom pusat yang berbeda (Anggraini, 2006).

BAB III. METODOLOGI KERJA 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat - erlenmeyer - corong gelas - gelas ukur - pengaduk gelas - botol semprot - pipet tetes - bunsen - kaki tiga - neraca analitik - kertas saring 3.1.2. Bahan - aquades - kristal Kalium sulfat - Aluminium foil - H2SO4 pekat

3.2.Prosedur Kerja Pembuatan Kalium Aluminium Sulfat Hidrat Kalium sulfat Hasil Ditimbang 1,45 gram dan dilarutkan dalam 15 mL aquades Ditimbang alumuinum foil sebanyak 5,6 gram dan dipotong kecil-kecil Dipanaskan dengan menambahkan H2SO4 pekat 8 ml sedikit demi sedikit agar terlarut sempurna Dilarutkan dalam 25 mL aquades Dicampurkan kedua larutan diuapkan dan diamkan di udara terbuka selama 24 jam Dipisahkan kristal dari filtratnya dan keringkan dalam udara terbuka

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan Fenomena Yang Terjadi

4.1. Hasil

Larut secara homogen, warnanya bening

K2SO4 dilarutkan dalam aquades

Awalnya larutan berwarna bening, setelah dipanaskan larutan berwarna hitam, alumunium foil berubah warna menjadi putih dan didasar beaker glass terdapat hitam hangus Alumunium foil dilarutkan dalam H2SO4

Kalium alumunium sulfat hidrat dibiarkan selama 24 jam sebelum disaring Kalium alumunium sulfat hidrat setelah disaring

Larutan berwarna bening, tidak ada kristal

Terdapat kristal garam besar-besar yang berwarna bening

4.2.Pembahasan Praktikum sintesis garam rangkap ini bertujuan mempelajari pembuatan garam rangkap Kalium aluminium sulfat hidrat. Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam

kompleks ini berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap terbentuk dari dua garam yang mengkristal secara bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Garam rangkap memiliki struktur molekul lebih panjang dibandingkan dengan struktur garam kompleks. Larutan garam rangkap merupakan campuran berupa ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi, berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion kompleks apabila dalam bentuk larutan. Prinsip yang mendasari terbentuknya garam rangkap adalah terdiri dari 2 kation dan 1 anion atau sebaliknya dan membentuk susunan kristal yang tetap serta jumlah ekuivalen dari ion penyusunnya, yaitu mengandung 2 kation yang berbeda dengan proporsi tertentu sehingga diperoleh susunan kristal yang tetap. Langkah awal dalam pembuatan kalium aluminium sulfat hidrat ialah membuat larutan kalium sulfat dengan melarutkan 1,45 gram Kalium sulfat ke dalam 15 mL aquades. Kemudian langkah kedua yaitu membuat larutan alumunium sulfat dengan mereaksikan 0,864 gram alumunium foil yang dilarutkan dalam 11 mL asam sulfat pekat, sambil dipanaskan. Ukuran alumunium foil harus diperkecil agar mempermudah proses pemanasan. Pemanasan dilakukan agar alumunium sulfat dapat larut sempurna dalam asam sulfat. Proses ini menimbulkan gas berwarna putih kehitaman dan bau yang cukup menyengat. Gas ini berupa gas H2 yang terbentuk ketika reaksi berlangsung. 2Al (s) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 3H2 (g) Berdasarkan percobaan, alumunium foil tidak sepenuhnya larut. Hal ini dimungkinkan karena praktikan kurang cermat dalam memperkecil ukuran alumunium sehingga ukurannya masih terlalu besar untuk proses pemanasan Langkah selanjutnya ialah penambahan aquades sebanyak 25 mL pada larutan alumunium sulfat. Berdasarkan percobaan, aluminium sulfat yang diperoleh berupa larutan yang berwarna putih kehitaman. Seharusnya, larutan berwarna putih hal ini dikarenakan praktikan terlalu lama dalam proses pemanasan sehingga larutan yang merupakan campuran alumunium foil dan asam sulfat menjadi menjadi gosong. Langkah selanjutnya ialah mencampurkan larutan kalium sulfat dengan alumunium sulfat dan diuapkan hingga volume larutan menjadi 30 mL. Proses ini menimbulkan buih seperti soda sehingga penambahan Kalium sulfat harus dilakukan sedikit demi sedikit agar reaksinya sempurna. Langkah terakhir, larutan difiltrasi menggunakan kertas saring. Filtrat yang jernih diambil untuk kemudian didiamkan selama kurang lebih 16 jam sampai

membentuk kristal. Larutan harus ditutup rapat agar energi solvasi turun. Pendiaman dilakukan untuk mempercepat pembentukan atau pengendapan garam kupri ammonium sulfat, karena kompleks Kalium membutuhkan waktu yang lama dalam penggantian ligannya. Hasil yang didapatkan adalah kristal kalium aluminium sulfat hidrat yang berwarna putih bening, namun karena keterbatasan alat massa kristal kalium aluminium sulfat tidak dapat dihitung. Kristal yang terbentuk merupakan garam rangkap yaitu garam yang dalam kisi kristalnya mengandung 2 kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam ini biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan garam tunggal penyusunnya. Reaksinya sebagai berikut: K2SO4(l) + 2Al2(SO4)3(l) 2K[Al2(SO4)3nH2O] Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan bergantung pada dua faktor penting yaitu, laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Laju pembentukan inti bergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Kristal akan terbentuk cukup banyak jika laju pembentukan inti tinggi. Namun terkadang terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Faktor kedua yang mempengaruhi adalah laju pertumbuhan kristal. Laju pertumbahan kristal berbanding lurus dengan ukuran kristla. Semakin cepat laju pertumbuhan kristal maka ukuran semakin besar pula ukuran kristal. Berdasarkan percobaan, kristal yang terbentuk ukurannya cukup besar. Hal ini disebabkan larutan aluminium sulfat yang digunakan dalam pembuatan merupakan kristal jenuh, sehingga laju pembentukan inti tinggi dan menghasilkan kristal yang terdiri dari partikel-partikel besar. Praktikan, tidak melakukan uji titik leleh untuk memastikan garam yang terbentuk. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat. Sehingga, praktikan tidak mengetahui dengan pasti apakah garam yang didapatkan merupakan garam kompleks atau garam rangkap.

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan untuk praktikum Sintesis Garam Rangkap kali ini adalah: - Kristal kalium aluminium sulfat hidrat ukuran kristalnya besar-besar dan berwarna putih bening - Kristal kalium aluminium sulfat hidrat merupakan salah satu contoh garam rangkap.

5.2. Saran Saran untuk praktikum Sintesis Garam Rangkap kali ini adalah:

- Praktikan harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan namun tidak disediakan dalam percobaan, misalnya gunting dan masker - Potong kecil-kecil alumunium foil untuk mempermudah proses reaksi - Proses pemanasan harus selalu diaduk dan jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan alumunium foil menjadi gosong (hitam) - Lakukan percobaan dilemari asap - Lakukan pencampuran kedua larutan sedikit demi sedikit - Pastikan larutan akhir yang terbentuk berwarna putih

DAFTAR PUSTAKA

- Anggraini, Devina I.2006. Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Senyawa Kompleks Kobal(II)hipoksantin. http://eprints.undip.ac.id/5959/2/Abstrak_Devina_IA.pdf. [23 Mei 2011]. - Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia FKIP. Universitas Haluoleo. Kendari - Day, Underwood, A. L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta. - Nilechemicals, 2013. MSDS Alumunium Foil (serial on line) http://www.nilechemicals.com/ALUMINIUM%20METAL%20FOIL%20%20MS DS.htm [18 November 2013] - Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Permission Of Iwanami Shorter Publisheis. Tokyo. - Sciencelab, 2013. MSDS H2O (serial on line) http://www.sciencelab.com/msds. php?msdsId=9927321 [15 November 2013] - Sciencelab, 2013. MSDS H2SO4 (serial on line) http://www.sciencelab.com/msds. php?msdsId=9925146 [15 November 2013] - Sciencelab, 2013. MSDS K2SO4 (serial on line) http://www.sciencelab.com/msds. php?msdsId=9927236 [15 November 2013] - Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Media Kalman Pustaka. Jakarta.

LAMPIRAN
- Stoikiometri pembuatan 5,6 gram Al2(SO4)3 2Al(s) Mula : 0,032 mol Reaksi : 0,032 mol Stb : Mol Al2(SO4)3 = Mol Al Mol H2SO4 Mol H2 Massa Al + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3 + 0,048 mol 0,048 mol 0,016 mol 0,016 mol = 0,016 mol 3H2 (g) 0,048 mol 0,048 mol

= x 0,016 = 0,032 mol = x 0,016 = 0,048 mol = x 0,016 = 0,048 mol = mol Al x BM Al = 0,032 mol x 27 g/mol = 0,864 gram

Volume H2SO4 =

= 4,3 mL

Anda mungkin juga menyukai