Anda di halaman 1dari 0

BAB II

LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah jika kenaikan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (JNV,
VI 1998; hal 115), adapun pernyataan lain dari (Sylvia Anderson andprice, 2005 : hal 583)
berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Lain hal yang didefinisikan oleh (Elizabeth Corwin 2000 : hal
356) hipertensi adalah apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari pada 140mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik ditulis 140/90mmHg. Maka penulis menyimpulkan hipertensi adalah tekanan
darah yang sistoliknya melebihi 140mmHg dan distoliknya melebihi 90 mmHg.
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab diantaranya ateroskleriosis (penebalan
dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), selain itu hipertensi
disebabkan karena faktor usia, keturunan, stress yang berlebih, aktifitas yan berlebih, tidak
terkontrol pola makan, terdapat dua golongan hipertensi yaitu golongan hipertensi primer,
dimana hipertensi ini tidak / belum diketahui penyebabnya, terdapat kurang lebih 90% dari
seluruh hipertensi, hipertensi primer ini kemungkiann memiliki banyak penyebab.
7
Beberapa perubahan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Golongan hipertensi yang kedua adalah hipertensi sekunder, dimana yang
disebabkan akibat dari adanya penyakit lain, jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder, pada sekitar 5-10% penyebabnya adalah penyakit ginjal, dan sekitar 1-2%
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi ini tidak mempunya keluhan, tetapi beberapa
pasien mengeluh sakit kepala pusing, lemas, sesak nafas, gelisah, mata berkunang-kunang, kaki
kesemutan mual, dan muntah.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi adalah menurunnya tonus otot vaskuler merangsang saraf simpatis
yang diturunkan ke sel junggularis, dari sel junguralis ini dapat meningkatkan tekanan darah,
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi ekskresi rennin yang berkaitan dengan
angiostensinogen, dengan adanya perubahan angiostensinogen II berakibat pada terjadinya
vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah, selain itu dapat
meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium, hal tersebut akan berakibat
pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ seperti kerusakan pada ginjal, dan mata, maka dari itu jika hipertensi itu
tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan akibat lanjut seperti terjadinya stroke, gagal
jantung,gagal ginjal, dan gangguan penglihatan.
Proses Terjadinya Hipertensi
Saraf Simpatis
Renin
Angiotensinogen (hati)
Angiotensin ( paru)
ACE (angiontensin
Converting Enzyme)
Anginotensin II
Rangsang Saraf Vosokontriksi Aldosteron
Pusat haus
ADH Retensi Na
Over Volum T.D. Over Volum
(Bidang Pendidikan dan Penelitian Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita 2001)
4. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Farmakologi
1) Diuretik
a) Diuretik Tiazid
Golongan obat: bendrofluazid, klortalidon, hidroklortiazid, indapamid, metolazon,
dan xipamid.
b) Diuretik hemat kalium
Golongan obat: amilorid hidroklorida, spironolakton, dan triamteren.
2) -bloker
Golongan obat: propanolol hidroklorida, asebutolol, antenolol, betaksolol, bisoprolol
fumarat, karvedilol, labetolol hidroklorida, metroprolol tartrat, nadolol, oksprenolol
hidroklorida, pindolol, dan sotalol hidroklorida.
3) Antagonis kalsium
golongan obat: amlodipin busilat, amlodipin maleat, ditiazem hidroklorida, felodipin,
nikardipin hidroklorida, nifedipin, nimodipin, lerkadipin hidroklorida, lacidipin, dan
isradipin.
4) Penghambat ACE
golongan obat: kaptopril, benazepril, delapril, enalapril maleat, fosinopril, perindopril,
kuinapril, ramipril, silapril, imidapril, moexipril, dan trandolopril.
5) Penyekat reseptor angiotensin II (ARD)
Golongan obat: losartan, kandesartan, telmisartan, irbesartan, dan olmesartan.
b. Terapi non farmakologi
1) Penurunan berat badan
2) Pembatasan konsumsi alkohol
3) Pembatasan asupan garam
4) Diet vegearian
5) Aktivitas visik
6) Hindari merokok
5. Definisi Proses Penuaan
Pada tahap ini, akan dijelaskan lebih rinci mengenai tahap kehidupan usia lanjut atau proses
menua (aging proses).
a. Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia adalah orang tersebut telah mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidup sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain. (Undang-undang No. 4 tahun 1965).
b. Menua (menjadi tua), adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan, kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dari mengamati dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
(Constantinide, 1994)
c. Menurut WHO, lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun
3) Usia lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
d. Factor-faktor yang mempengaruhi penuaan, meliputi :
1) Hereditas seperti usia yang sudah tua
2) Nutirsi seperti pola makan, frekwensi makan, kuantitas makan, kualitas makan.
3) Status kesehatan,
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stress
e. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
1) Perubahan fisik
a) Sel
Pada lansia ukuran sel akan membesar, jumlah sel lebih sedikit, berkurangnya jumlah
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intra seluler, maka dapat terjadi penurunan proporsi
protein diotak, ginjal, darah, hati serta jumlah sel otak menurun.
b) Sistem persarafan
Pada sistem ini akan mengalami penurunan hubungan persarafan, diberat otak menurun
10-12% sehingga pada lansia mengalami kelambatan dalam berespon dan waktu untuk
bereaksi, khususnya dengan stress
c) Sistem pendengaran
Terjadi penurunan pendengaran sampai hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata. Hal ini akan terjadi pada lansia berusia diatas 65 tahun.
d) Sistem penglihatan
Sfinger pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, karena lebih berbentuk sferis
(bola), lensa lebih suram, meningkatnya ambang peningkatan sinar, daya adopsi kegelapan lebih
lambat, sulit melihat cahaya dalam gelap, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang
pandang.
e) Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompakan darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah:
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke
duduk/berdiri bisa menyebabkan tekanan darah turun mendadak dan akan mengakibatkan
pusing. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
f) Sistem respirasi
Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas dari silia, paru-
paru kehilangan elastisitas pernafasan menurun, alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan
jumlah berkurang. Moksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg dan karbondiaksida pada
arteri tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang.
g) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi: penyebab utama adanya periodontal disease yang biasanya terjadi setelah umur
30 tahun penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun,
eshopagus melebar. Lambung rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristalik lemah dan timbul konstipasi, fungsi obstipasi melemah.
h) Sistem urinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun sampai 50%. Fungsi
tubulus berkurang akibat kemampuan memfiltrasi urine menurun, otot vesikaurinaria melemah,
kapasitas menurun, dan sulit dikosongkan pada pria. Pembesarann prostat 75% dialami oleh pria
usia 65 tahun atropi vulva pada wanita dan vagina: selaput darah mongering, elastisitas jaringan
menurun serta daya seksual menurun.
i) Sistem endoktrin
Produksi dari semua hormone menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pituitary:
pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya
produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid. Menurunnya BM,
menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon
kelamin: eastrogen, progresteron, dan testosterone.
j) Sistem kulit
Kulit mengkerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya elastisitas akibat dari
menurunnya cairan dan vaskularisasi jari menjadi keras dan rapuh. Kelenjar keringat berkurang
fungsinya.
k) Sistem musculoskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, persendian membesar dan menjadi kaku.
Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis. Atropi serabut otot mengecil, sehingga bergerak
menjadi lamban, otot kram dan tremor.
(Buku Asuhan Keperawatan Geriatrik, editor, Jaine L Stocklager, 2007: hal 839)
2) Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi mental: fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan,
kenangan (memori)
3) Perubahan psikososial
Faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial: pension, merasakan atau sadar akan
kematian, perubahan dalam cara hidup, penyakit kronis, kesepian akibat pengasingan dari
lingkungan sosial, gangguan saraf panca indra dan gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
4) Perubahan spiritual
Apakah secara teratur lansia masih menjalankan ibadah atau terlibat dalam kegiatan keagamaan
sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan.
5) Peran lansia dalam keluarga
Meskipun mengalami kemuduran dalam kondisi fisik dan juga mental, namun lansia masih dapat
berperan dalam keluarga sesuai dengan kemampuan dan keahlian/ketrampilan yang dimilikinya.
Lansia masih dapat berperan dalam keluarga. Lansia masih dapat menjadi pengayom dan tempat
bertanya bagi anggota keluarganya.
6) Peran keluarga dalam pembinaan lansia
Pembinaan agama dan religious, pembinaan fisik, pembinaan mental kejiwaan, pembinaan social
ekonomi, dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi lansia, dan memotivasi untuk
mengembangkan hobbi atau melakukan pekerjaan yang ringan sebagai pengisi waktu agar lansia
tetap aktif.
B. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep keluarga
a. Definisi keluarga
Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional,
dimana setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai bagian dari
keluarga (Friedman dalam Suprajitno, 2004: hal 1)
b. Jenis atau tipe keluarga
menurut sussman (1973) dan Maclin (1988) tipe keluarga di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Tipe keluarga tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
b) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja
c) Keluarga dengan orang tua tunggal: satu orang yang mengepalai keluargasebagai
konsekuensi perceraian
d) Bujangan yang tinggal sendirian
e) Keluarga besar tipe generasi
f) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia
g) Jaringan keluarga besar
2) Keluarga non tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
c) Pasngan yang hidup bersama tanpa menikah ( kumpul kebo)
d) Keluarga gay
e) Keluarga lesbi
f) Keluarga komuni: keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogamy dengan anak-
anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki
pengalaman yang sama.
Tipe keluarga menurut Anderson Carter (dalam Agus Citra, 2008 hal 7)
1) Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
baru menikah lebih dari satu kali, dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
c. Struktur keluarga
Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri
maupun peran di lingkungan masyarakat
2) Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang di pelajari dan di yakini dalam keluarga.
3) Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi di antara orang tua, orang tua dan anak, di
antara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
4) struktur kekuatan keluarga
menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang
lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.
d. Peran keluarga
Beberapa peran yang terdapat di dalam keluarga menurut (Nasrul Efendi, 1998: hal 14) adalah
sebagai berikut:
1) Peran ayah : sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.
2) Peran Ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dan lingkungannya. Disamping itu ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
e. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut (friedman, 1998 dalam Supprayitno, 2004 : hal ) adalah
sebagai berikut :
1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial, anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3) Fungsi Repoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
4) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tepat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi Perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga
agar tetap memiliki produksifitas tinggi.
f. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Tahap dan tugas perkembangan kelurga yang di adaptasi dari Duval adalah:
1) Pasangan pemula atau pasangan baru menikah
Tahap ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan
cinta dan kasi sayang. Tugas pada tahap perkembangan keluarga pemula antara lain saling
memuaskan antara pasngan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak,
merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas peran masing-masing pasngan.
2) Keluarga dengan child bearing ( kelahiran anak pertama)
Tahapan ini di mulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
dengan anak pertama berusia 30 tahun. Tugas keluarga pada tahap ini antara lain:
mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan
berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain: memberikan asi
sebagai kebutuhan utama bayi ( minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan
kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks,
mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
3) Keluarga dengan anak prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan beraktivitas saata anak berusia 5 tahun.tugas
yang di miliki pada keluarga dengan anak prasekolah diantaranya: menanamkan nilai-nilai dan
norma kehidupan, mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur keluarga,
memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkungan kecil, memperhatikan dan memberikan
stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembanyan anak prasekolah.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahundan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang
di miliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain: memenuhi kebutuhan sekolah anak baik
alat-atat sekolah maupu biaya sekolah, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat
pentung untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan
lingkungan sekitar.
5) Keluarga dengan anak remaja
Di mulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun.
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai
menurun perhatiannya terhadap orang tua di bandingkan dangan teman sebayanya. Pada tahap
ini sering kali di temukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini
tidak di selesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas keluarga pada tahap ini
antara lain: memberikan perhatian lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang
rencana sekolah ataupun kegiatan di luar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6) Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuanya untuk
mulai hidup baru, bekerja, dan berkeluaraga, sehingga tugas keluarga pada tahap ini antara lain:
mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dan mertua, menata kembali peran
dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anak.
7) Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas bagi keluarga setelah di tinggal pergianak-anaknya untuk memulai rkehidupan baru antara
lain: menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga
komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan masing-masimg pasangan.
8) Keluarga dengan tahapan masa tua
Masa tua bisa di hinggapi dengan perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga
pada tahap ini adalah: saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara pasangan,
memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling
mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga Konsep Proses Keperawatan Keluarga
Dalam konsep proses keperawatan akan di uraikan langkah-langkah proses keperawatan sebagai
berikut:
a) Pengkajian
Secara garis besar data yang perlu di kaji pada keluarga dengan masalah hipertensi menurut
friedman (1998), meliputi data dasar keluarga, data lingkungan keluarga, polo dan proses
komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran
keluarga, nilai-nilai keluarga, fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan,
proses dan strategi koping.
1) Data dasar keluarga, data yang perlu di kaji antara lain nama keluarga, alamat,
komposisi keluarga, tipe bentul keluarga, latar belakang kebudayaan ( etnis),
identifikasi religius, status kelas keluarga, aktifitas-aktifitas rekreasi atau aktifitas
waktu luang.
2) Data lingkungan keluarga, data yang perlu di kaji antara lain karakteristik-karakteristik
rumah, karakteristik-karakteristik lingkungan sekitar rumah dan komunitas yang lebih
besar, mobilitas geografis keluarga, asosiasi-asosiasi dan transaksi-transaksi keluarga
dengan komunitas, jaringan dukungan sosial.
3) Pola dan proses komunikasi keluarga, data yang perlu di kaji antara lain observasi
seluruh anggota keluarga dalam berhubungan, apakah komunikasi dalam
keluargaberfungsi atau tidak, seberapa baik setiap anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi,
apakah keluarga melibatkan emosi dalam penyampaian pesan.
4) Struktur kekuatan keluarga, data yang perlu di kaji antara lain siapa pengambil
keputusan dalam keluarga, siapa yang mengambil penting seperti anggaran keluarga,
pindah kerja tempat tinggal, mengatur disiplin dan aktifitas anak. Dalam proses
pengambilan keputusan dengan konsensus tawar menawar dan sebagainya.
5) Struktur peran keluarga, data yang perlu di kaji antara lain peran formal: peran dan
posisi formal setiap anggota keluarga, tidak ada konflikdalam peran, bagaimana
perasaan terhadap perannya, jika di butuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel, jika
ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang
memberikan meraka penilaian tentang pertumbuhan pengalaman baru, peran dan
teknik komunikasi.peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa yang
ada di keluarga, bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya, apakah anggota
keluarga konsisten dengan peran yang di lakukannya, apakah sudah sesuai posisi
keluarga dengan peran yang di laksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan
siapa yang biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya.
6) Nilai-nilai keluarga, data yang di kaji antara lain nilai-nilai kebudayaan yang dominan
di anut oleh keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan mencari nafkah,,
kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran keluarga,
apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai dan nilai-nilai subsistem keluarga, bagaimana
pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga apakah keluarga menganut nilai-nilai keluarga
secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu
sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi lesehatan keluarga.
7) Fungsi afektif, data yang perlu di kaji antara lain pola kebutuhan keluarga dan respon.
Apakah keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orang tua
atau pasngan ini mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dari anggota yang
lain, bagaimana sensitifnya anggota keluaraga dengan melihat tanda-tanda yang
berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga
mempunyai orang yang di percayainya saling memperhatikan, kemampuan anggota
keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sebagai keluarga
mendukung mendukung satu sama lain, apakah terdapay perasaan akrab dan intim di
antara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan
anggota keluaraga lainnya, apakah ada kedekatan khusus antara anggota keluarga satu
dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga
menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah sesuai
perpisahan yang terjadi di keluarga dengan tahap perkembangan keluarga saat ini.
8) Fungsi sosialisasi, data yang perlu di kaji antara lain bagaimana keluarga
membesarkan anak dari keluarga dalam area bidang kontrol, perilaku, disiplin,
penghargaan, hukuman anatomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta
serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan
peran membesarkan anak serta fungsi anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi
tersebut di pikul bersama, bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak di
hargai dalam keluarga, kebudayaan yang di anut dalam membesarkan anak, apakah
keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak, faktor
resiko apa yang memungkinnkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam
perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri).
9) Fungsi perawatan kesehatan, dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, data
yang perlu di kaji meliputi:
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu di kaji adalah
sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan hipertansi
yang meliputi: pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat, hal yang perlu di kaji adalah kemampuan keluarga mengerti sifat dan luasnya
masalah hipertensi, apakah masalah kesehatan hipertensi di rasakan oleh keluarga,
apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang di hadapi,
apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan kesehatan,
dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan, apakah keluarga mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Kemampuan keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga sakit,dan yang
perlu di kaji adalah sejauh mana anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komlpikasi, prognosa, dan cara perawatan), sejauh mana
keluarga mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang di butuhkan, sejauh
mana keluarga mengetahui tentang keberadaan fasilitas yang di perlukan untuk
perawatan, sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang ada
dalam keluarga ( anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau
finansial, fasilitas fisik, psikososial), bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu di
kaji adalah apakah keluarga mengetahui tantang sumber-sumber yang di miliki
keluarga, pengetahuan keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, apakah keluarga mengetahui tantang pentingnya hygiene dan
bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi dan
kekompakan antar keluarga.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat,
hal yang perlu di kaji adalah pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas
kesehatan, apakah keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat di
peroleh dari fasilitas kesehatan, bagaimana tingkat kepercayaan keluargan yerhadap
petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan, apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga.
10) Proses dan strategi koping, hal yang perlu di kaji adalah stresor jangka pendek dan
jangka panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap sumber stressor, strategi
koping yang di gunakan strategi adaptasi yang di gunakan, strategi adaptasi
disfungsional.
.
b) Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul dan
berupa rumusan tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta faktor penyebab yang
berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi tindakan atau intervensi
keperawatan. Setelah data dikumpulkan di lanjutkan dengan analisa data untuk menentukan
diagnose keperawatan keluarga, adapun tipolodi diagnose keperawatan di bagi 3 yaitu:
1) Aktual ( devisit atau gangguan kesehatan), bila di dapatkan data dan tanda dan gejala
gangguan kesehatan
2) Resiko ( ancaman kesehatan) sudah ada data yang menunjang, namun belum terjadi
gangguan.
3) Potensial ( keadaan sejahtera atau wellnes), keadaan di mana keluarga dalam keadaan
sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Pada pembuatan diagnosa keperawatan keluarga ini, etiologi berdasarkan hasil pengkajian
terhadap lima tugas perawatan kesehatan keluarga. Apabila di temukan lebih dari satu tugas
kesehatan yang terganggu maka yang menjadi etiologi adalah ketidak mampuan keluarga
merawat. sedangkan bila di temukan satu tugas yang dominan, maka yang menjadi etiologi
adalah tugas yang dominan tersebut.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien dengan hipertensi menurut teori
adalah sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri sakit kepala.
Gejala ini timbul sesuai bahwa adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral akan
menimbulkan disporporsi antara kapasitas aorta dan peninkatan curah jantung.
2) Koping individu dan kurang pengetahuan.
3) Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan serebral.
Gejala ini timbul sesuai teori bahwa sebagian besar hipertensi sistolik yang dijumpai pada
lansia disebabkan karena kekuatan aorta dan pembuluh darah arteri yang tanda dan
gejalannya timbul tekanan darah lebih dari 160/95 mmHg
4) Perubahan perfusi jaringan serebral
Berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi masalah ini timbul karena pada Ibu N saat pengkajian didapat data tekanan darah
170/100 mmHg. Kepala pusing, tengkuk terasa pegal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
sebagian besar hipertensi sistolik disebabkan karena kekuatan aorta dan pembuluh darah
arteri membesar yang tanda dan gejalanya timbul tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg.
5) Resiko terjadinya stroke
Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang hipertensi.
Masalah ini timbul pada Ibu. N didapat kaki sering kesemutan, kepala sering sakit.
c) Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi di lanjutkan dengan perencanaan. Langkah pertama
pada perencanaan adalah prioritas masalah dengan menggunakan kriteria penapisan masalah
sebagai berikut
(Balion dan Maglaya, 1978)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
-Aktual
-Resiko
1
2 1
Potensial 3
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah
-Mudah
-Sebagian
-Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi / mudah
-Cukup / sedang
-Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
-Bersifat harus segera ditangani
-Tidak perlu segera dtiangani
-Tidak dirasakan
2
1
0
1
Skoring
- Tentukan scor untuk setiap criteria
- Score dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan denga bobot.
x bobot
- Jumlah scor untuk semua criteria
- Jumlah scor untuk setiap criteria.
- Scor tertinggi adalah lama dan sama dengan seluruh bobot factor-faktor yang mempengaruhi
penentuan prioritas.
1. Sifat masalahnya : Dalam hal menentukan sifat atau yang mengancam, bobot yang paling besar
diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga yaitu keadaan sakit
atau pertimbangan yang tidak sesuai dengan usia baru kemudian diberikan kepada hal-hal yang
mengancam kesehatan dan selanjutnya kepada situasi kritis dalam keluarga yaitu dimana terjadi
situasi penyesuaiana dalam keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, faktor yang mempengaruhi, pengetahuan, teknologi dan
tindakan untujk penanganan masalah. Sumber daya keluarga , diantaranya pengetahuan,
ketrampilan, dan waktu. Sumber dana dan masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas organisasi,
seperti posyandu dan polidas.
3. Potensi masalah untuk mencegah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi
pencegahan masalah adalah kepelikan/ kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya
penyakit atau masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah, lamanya
masalah, berhubungan dengan jangka waktu berjadinya masalah, beratnya masalah yang
menimpa keluarga, potensi masalah untuk dicegah. Adanya kelompok resiko tinggi dalam
keluarga atau kelompok yang peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Masalahnya yang menonjol : untuk menentukan scor menonjolnya masalah perawat perlu
menilia perspsi keluarga atau bagaimana keluarga melihat masalah itu.
d. Pelaksanaan Keperawatan Hipertensi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada rencana asuhan yang
disusun. Dimana pelaksanaan ini adalah usaha yang dilakukan perawat untuk membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatan keluarga agar keluarga mampu mengatasi masalah
kesehatan dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi keluarga dan respon keluarga.
e. Evaluasi Keperawatan
Dalam keperawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam
menilai keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan sudah
tercapai.Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasannya apakah tujuan tidak
realistis,mungkin tindakan tidak tepat,mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu:evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kwalitatif.Evaluasi kwantitatif adalah evaluasi terkait dengan jumlah kegiatan keperawatan yang
telah dialakukan.Sedangakan evaluasi kwalitatif atau evaluasi mutu yang difokuskan pada tiga
dimensi yang saling terkait yaitu evaluasi struktur atau sumber yaitu dengan tenaga manusia atau
bahan-bahan yang diperlakukan dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi proses yaitu berkaitan
dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.Evaluasi hasil yaitu bertambahnya
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas keluarga.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dari tindakan keperawatan
telah tercapai adalah sebagai berikut:
1) Observasi langsung,metode ini merupakan metode yang paling valid untuk menentukan
adanya perubahan,yaitu bila interpretasi yang subyektif dari pengamat dapat dikurangi
dengan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai
proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostict yang menunnjukan perubahan
dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dari kartu penderita.
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,
wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
4) Latihan simulasi , ini berguna menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti
seperti kecakapan dalam membuat keputusan,menaggapi masalah dan menganalisa
masa
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah diberikan berdasarkan data
subyektif dan obyektif yang ditemukan pada keluarga untuk dilakukan penilaian kebersihan
asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi disusun dengan menggunakan criteria SOAP
(Subyejtif, Obyektif, Analisa dan Planning) secara operasional adalah :
S. Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif, setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya keluarga mengatakan bahwa pengertian hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah diatas normal.
O. Hal-hal yang ditentukan oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
misalnya telah mampu menangani pencegahan terhadap hipertensi.
A. Analisa dari hasil yang telah dicapai yang mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
P. Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi

Anda mungkin juga menyukai