Anda di halaman 1dari 18

KEBANGSAAN TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KADEHAM

Oleh : Kelompok 1 Aldri Frandinata (052.12.007) Alfin Kurniawan (052.12.008) Alfrieza Yudha Pramana (052.12.009) Anggariska Winarti (052.12.017) Annisa Fitri Septia (052.12.018) Annisa Muthiya (052.12.019) Billy Adriant (052.12.027) Bintang Ellita (052.12.028) David Tanuwidjaya (052.12.029)

DOSEN : Achmad Hussein

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2012

DAFTAR ISI
Halaman Judul. i Daftar Isi. ii I.PENDAHULUAN........................................... 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud dan Tujuan. 1 1.3 Studi Pustaka... 2 II.PEMBAHASAN. 3 2.1 Hakikat Nasionalisme.. 3 2.1.1 Pengertian Nasionalisme... 3 2.1.2 Perkembangan Konsep Nasionalisme... 4 2.1.3 Nasionalisme dalam Masyarakat Modern 5 2.2 Hakikat Bangsa 6 2.2.1 Memahami Konsep Bangsa.. 6 2.2.2 Perkembangan Konsep Bangsa. 7 2.2.3 Proses Pembentukan Negara-Bangsa 8 2.3 Bangsa Indonesia dan Identitas Nasional 9 2.3.1 Pengertian Bangsa Indonesia... 9 2.3.2 Pengertian Identitas Bangsa. 10 2.3.3 Nilai Identitas Bangsa.. 10 2.3.4 Faktor-faktor Pembentukan Identitas Nasional 12 III.PENUTUP 14 3.1 Kesimpulan.. 14 Daftar Pustaka 15 Lampiran 16

ii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan pokok yang belum terpecahkan di dalam proses menjadi negara bangsa (nation-state) Indonesia adalah

terbentuknya sebuah sistem politik demokratis yang berlandaskan pada nilai persatuan dan kesatuan, kebangsaan, dan integrasi sosial yang mampu beradaptasi dengan proses perubahan global. Mengingat dasar utama Negara Indonesia adalah kebangsaan (nationhood), maka merosotnya nasionalisme pada dasarnya akan membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia. Lebih lanjut gagalnya usaha menanamkan rasa kebangsaan dalam praksis penyelenggaraan negara itu membuka peluang bagi tumbuhnya kecemburuan, ketidakpuasan, konflik sosial, disintegrasi bangsa, separatism, dan lain sebagainya. Kalau kita tidak peka dan siap mental untuk menghadapi dan mengantisipasiny, maka kecenderungan disintegrasi bangsadan Negara Indonesia bisa melebar dan menguat. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang komprehensif dan mendalam tentang konsep kebangsaan Indonesia melalui penulusuran sejarah pertumbuhan, tantangan yang dihadapi serta implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah Kebangsaan ini adalah agar dapat dilakukannya kajian komprehensif dan mendalam tentang konsep Kebangsaan Indonesia sehingga dapat membantu menanamkan rasa kebangsaan kepada pembaca dan mencegah terjadinya masalah-masalah kebangsaan.

1.3 Metodi Studi Metodi Studi yang kami gunakan adalah studi pustaka atau studi kebukuan melalui buku mata kuliah.

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Nasionalisme 2.1.1 Pengertian Nasionalisme Istilah nasionalisme berasal dari bahasa latin yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran, dan dari kata nasci yang berarti dilahirkan. Nasionalisme berarti bangsa yang bersatu karena faktor kelahiran yang sama. Secara objektif nasionalisme mengandung unsur-unsur bahasa, ras, etnik, agama, peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan. Selain itu nasionalisme juga merupakan paham kebangsaan yang timbul karena adanya persamaan nasib dan sejarah, serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Nasionalisme juga merupakan filsafat politik dan sosial yang menganggap bahwa kebaikan bangsa adalah yang paling utama. Dalam perspektif ilmu politik maupun sosialterdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan nasionalisme, yaitu : National sebagai maslah kebangsaan yang menyeluruh seperi yang terkandung antara lain dalam istilah kepentingan nasional, keamanan nasional, dan pertahanan nasional. Nationalism sebagai semangat kebangsaan yang dilandasi oleh rasa sebangsa dan setanah air serta senasib sepenanggungan. Nationality sebagai pengalaman sebagai warganegara yang sadar akan hak adan kewajiban. Nationhood sebagai kulitas kesadaran setiap warganegara terhadap semua masalah national, nationalism, dan nationality.

2.1.2 Perkembangan Konsep Nasionalisme Nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi struktur sosial yang ada. Nasionalisme bangsa Indonesia lahir dibawah tekanan penjajahan. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia berdifat anti penjajahan, anti kolonialisme dan imperialisme. Nasionalisme Indonesia bersifat integratif, yang mencakup tiga aspek (Zamroni, 2001): Integrasi etnis, mewujudkan satu kesatuan bangsa yang disimbolkan lewat sumpah pemuda. Integrasi sosial, yang dicerminkan dengan upaya bangsa Indonesia untuk mewujudkan sistem kehidupan sama rata sama rasa. Integrasi kultural, yang dicerminkan dengan mewujudkan bahasa nasional. Berdasarkan dinamika sosial yang ada, perkembangan nasionalisme dapat diidentifikasi ke dalam beberapa tahap: Pertama, periode 19451950, yang dapat dinamakan tahap transitif. Pada tahap ini mulai muncul perbedaan pandangan-pandangan di antara berbagai kelompok masyarakat. Kedua, periode 1950-1960 yang disebut fase destruktif. Pada tahap ini pertentangan yang terjadi di masyarakat merupakan pertentangan yang bersifat ideologis. Ketiga, periode 1960-1965 yang disebut fase agresif, sebab nasionalisme bangsa bersifat sangat agresif terhadap perbedaan pendapat. Keempat, periode tahun 1965-1978an, yang dapat disebut periode integrative. Pada fase ini persatan dan kesatuan bangsa menjadi kokoh kembali. Konsensus di antara berbagai perbedaan dapat diwujudkan .

Sebagai akibat adanya perkembangan yang terjadi, bangsa Indonesia perlu mengembangkan nasionalisme baru yang sekurang-kurangnya bercirikan: Cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih menekankan kembali pada pola pikir yang mendahulukan penciptaan

kesejahteraan dan keadilan masyarakat. Budaya individualism, hedonism, konsumerisme, harus diganti dengan cita-cita kemasyarakatan, kebersamaan, toleransi, dan integrasi sosial. Orientasi yang cenderung elitis dan kekuasaan diganti orientasi massa dan pemberdayaan sosial. Cara melihat ideologi sebagai tertutup, sempit, dan sacral diubah menjadi ideologi terbuka dan rasional. Kesadaran untuk mengembangkan rasa percaya diri, keberanian, patriotism, dan tanggung jawab untuk menjaga martabat bangsa. 2.1.3 Nasionalisme dalam Masyarakat Modern Secara sosiologis masyarakat modern berkembang dan berubah dengan akselerasi yang tinggi. Kemajuan taknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa batas, sehingga seringkali manusia hidup dalam dunia tanpa batas. Di sinilah fungsi negara sebagai tempat diamana warganegaranya dapat hidup penuh ketenangan dan kedamaian. Warganegara mencari pegangan kepada identitas bangsa. Misalnya seorang warganegara hendak bepergian ke luar negri tanpa memunyai paspor nasional, maka ia tidak dapat memasuki negara lain dan tidak ada pegangan untuk kehidupan yang memberikan keamanan. Realitas keanggotaan seorang warganegara dalam suatu bangsa merupakan suatu kondisi yang tidak terbantahkan di dalam negara modern.

Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah memberikan identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa. Dengan demikian nasionalisme dalam konteks masyarakat modern diterjemahkan sebagai sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat yang merujuk pada loyalitas atau pengabdian padabangsa dan negaranya. Realitas menunjukkan bahwa nasionalisme Indonesia hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang sempurna, karena yang seringkali muncul adalah berkembangnya nasionalisme lokal, yang dibungkus dengan otonomi daerah, putera daerah, kepentingan daerah, anggaran daerah, dan kebijakan daerah.

2.2 Hakikat Bangsa 2.2.1 Memahami Konsep Bangsa Pengertian bangsa (nation atau natie) adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena mempunyai kesatuan politik yang sama. Dalam ilmu politik, kosep bangsa berkaitan erat dengan suku bangsa (ethnic group) dan ras. Suku bangsa adalah

pengelompokan masyarakat berdasarkan cirri-ciri sosial budaya, seperti adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya. Sedangkan ras yaitu sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena mempunyai cirri jasmaniah yang sama, seperti warna kulit, warna rambut, bentuk badannya dan sebagainya. Ras ini juga disebut pengelompokan manusia berdasarkan keturunan.

Sedangkan

bangsa

adalah

identitas

kolektif

yang

mendefinisikankita. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian bangsa: Ernest Renan (1823-1892) mendefinisikan bangsa sebagai suatu asas rohani, yang timbul dari peristiwa-peristiwa historis yang terus menerus dan berakar secara mendalam pada suatu komunitas yang mempunyai kehendak hidup bersama (jiwa). Hans Kohn (1852-1879) menyatakan bahwa bangsa adalah buah hasil perjalanan sejarah dan karena itu selalu mengalami pasang surut.

2.2.2 Perkembangan Konsep Bangsa Gerakan anti kolonial abad XX yang merambat ke Asia, Amerika Latin dan Afrika, menyebabkan perkataan bangsa memiliki arti yang sangat ambigu. Kata bangsa yang diterjemahkan dari nation, yang berarti sekelompok orang yang lahir disuatu tempat yang sama ( a group of people born in the same place). Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa masalah bangsa sering menjadi perdebatan terutama dalam hubungannya dengan kajian negara. Tetapi orang lebih dapat memahami penejelasan daripada definisi dari kata bangsa itu. Karakteristik objektif ialah wilayah territorial, sejarah dan struktur ekonomi.Sedangkan karakteristik subjektif adalah kesadaran,

kesetiaandan kemauan. Kebangsaan adalah suatu bentuk loyalitas yang sifatnya fluktuatif, dapat turun dan naik. Kebangsaan bukanlah state of being, tetapi suatu state of becoming ; nationhood is a form of loyality which is a matter of degree. Untuk meningkatkan derajat kebangsaan dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar karakteristik subjektif (kesadaran, kesetiaan dan kemauan) dan dilengkapi dengan menyatukan unsur-unsur karakteristik objektiuf (wilayah territorial, sejarah dan ekonomi).

2.2.3 Proses Pembentukan Negara-Bangsa Proses pembentukan bangsa-negara adalah proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa). Benedict Anderson (2001), merumuskan proses pembentukan bangsa pada hakikatnya berlangsung secara unik. Bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (Imagined Political Community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Secara umum dikenal adanya dua model proses pembetukan bangsanegara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras. Kedua model tersebut berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsure dalam pengelompokkan masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalma proses pembentukan bangsa dan negara. Ketiga kesadaran politik dalam model otodoks muncul setelah terbentuknya bangsa dan negara, sedangkan dalam model mutakhir kesadaran politik muncul mendahului dan menjadi kondisi awal bagi tebentuknya bangsa negara. Keempat derajat pentingnya partisipasi politik dan rezim politik dianggap sebagai hal yg terpisah dari proses intregasi nasional, sedangkna dalma model mutakhir kedua hal iut merupakan hal hal yang tak terpisahkan dari proses integrasi nasional. Kedua model diatas sangat berguna dalam menggambarkan secara sederhana proses pembentukan bangsa-negara yang dalam kenyataan bersifat rumit.

Suatu bangsa biasanya terbentuk disebabkan dua hal: Secara evolusi dibangun oleh suatu sistem feodal, dari kelompok keluarga menjadi penduduk suatu kerajaan besar. Kehendak bersama dari rakyat untuk mencapai masa depan yang lebih baik didasarkan pada pengalaman mereka sebelumnya. Faktor utama terbentuknya bangsa antara lain, kesamaan ras, agama, bahasa, dan kebudayaan.

2.3 Bangsa Indonesia dan Identitas Nasional 2.3.1 Pengertian Bangsa Indonesia Bangsa Indonesia tumbuh atau terbentuk karena kehendak suku bangsa- suku bangsa dan orang-orang bangsa lain yang ada di Indonesia untuk bersama-sama mencapai masa depan yang lebih baik yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Menurut seorang sejarahwan Indonesia, Taufik Abdulah (1999), bangsa Indonesia tumbuh sebagai sutu solidaritas dari kelompok dimulai pada pertengahan 1930. Menurutnya bahwa pada pertengahan tahun 1930-an telah nampak adanya suatu masyarakat baru yang dapat dinamakan masyarakat Indonesia. Secara formal istilah bangsa Indonesia digunakan melalui hasil Kongres Pemuda II pemuda Indonesia di Jakarta tanggal 27-29 Oktober 1928 butir kedua yaitu : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.

2.3.2 Pengertian Identitas Bangsa Pengertian identitas bangsa Indonesia itu berkaitan erat dengan pengertian suatu bangsa. Dibandingkan dengan konsep etnisitas, konsep bangsa (nation) merupakan konsep yang relative baru. Ahli-ahli ilmu politik (political science) melihat konsep bangsa merupakan konsep yang lahir sesudah revolusi prancis. Khon membedakan antara dua konsep nasionalisme : 1. Nasionalisme sebagai konsep politik atau suatu yang secara sukarela seseorang menjadi anggotanya, 2. Konsep nasionalisme sebagai konsep yang organik atau irasional. Salah seoorang ahli, Anthony sminth (2003), adalah penganut konsep yang organis mengenai nasionalisme.

2.3.3 Nilai Identitas Bangsa Identitas bangsa sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai keterikatan dengan tanah air, yang berwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan

istilah kebangsaan atau nasionalisme. Oleh karena itu, setiap warganegara perlu memiliki kesadraan akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan. Kesantunan meliputi pembawaan yang ramah, sikap hormat, dan sopan. (Thoby Mutis & Trubus Rahardiansah, 2007)

Karena suatu identitas bersama itu menetapkan dasar keanggotaan di dalam suatu komunitas negara, maka hal ini akan menjadi masalah yang paling mendasar dan perlu dikaji. Kelompok-kelompok

masyarakat semuanya memiliki nilai-nilai, norma-norma, dan simbolsimbol tersendiri (lagu, slogan, bendera, tata cara komunikasi).
10

Upaya penyatuan keragaman masyarakat dalam system politik dapat diakukan melalui penerapan integrasi politik secara

berkesinambungan (Surbakti, 1999 ; Trubus Rahardiansah,2006), yang meliputi : 1. Integrasi bangsa merupakan proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas nasional. Integrasi bangsa diartikan sebagai penggabungan unsure-unsur yang berbeda menjadi suatu kesatuan yang utuh. 2. Integrasi wilayah, yaitu pembentukan kewenangan nasional pusat terhadap wilayah atau daerah politik yang lebih kecil, yang terdiri atas, satu atau lebih kelompok budaya. 3. Integrasi nilai yaitu penciptaan suatu system nilai ( ideologi nasional) yang dipandang ideal, baik dan adil dengan berbagai kelompok masyarakat. 4. Integrasi elit politik dengan masa, yaitu upaya untuk menghubungkan antara golongan elit dengan masyarakat. 5. Perilaku integrative merupakan kesediaan individu untuk bekerja sama dalam satu organisasi dan berperilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Dalam hubungannya dengan semangat kebangsaan, integrasi bangsa perlu diterjemahkan kedalam 4 nilai ekstensial, yang meliputi : 1. Integrasi bangsa menuntut perlakuan persamaan hak bagi semua dan setiap individu. 2. Integrasi bangsa menuntut jaminan keadilan bagi semua dan setiap warganegara dan berlaku baik secara vertikal maupun horizontal.

11

3. Integrasi bangsa menuntut dukungan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan negara. 4. Integrasi bangsa menuntut sikap keterbukaan yang

akomomodatif mengembangkan potensi dan kekuatan bangsa. 2.3.4 Faktor-faktor Pembentukan Identitas Nasional a. Primordialisme Ikatan kekerabatan (darah dan keluaraga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktorfaktor primordial yang dapat membentuk bangsa negara. b. Keagamaan (Sakralitas Agama) Kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideology doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat merupakan faktor sacral yang dapat membentuk bangsa negara. c. Pemimpin Bangsa Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani, dihormati secara luas oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa negara. d. Sejarah Bangsa Persepsi yang sama tentang asal-usul dan atau persepsi yang sama tentang pesngalaman masa lalu seperti penderitaan yang sama yang disebabkan dengan penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas, tetapi juga tekad dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa sebab hal-hal ini akan membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat.

12

e. Bhinneka Tunggal Ika Faktor lain yang menjadi pembentuk identitas bangsa negara berupa prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) yang dimaksud dalam bersatu dalam perbedaan ialah kesetiaan warga masyrakat pada suatu lembaga yang disebut negara atau pemerintah yang diapandang akan mendatangkan kehidupan yang lebih manusiawi tetapi tanpa menghilangkan keterikatan kepada suku bangsa, adat istiadat, rasa atau agama. f. Perkembangan Ekonomi Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin bervariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung diantara berbagai jenis pekerjaan.

13

PENUTUP
3.1 Kesimpulan Kebangsaan dibedakan menjadi 3 pembahasan yakni hakikat nasionalisme yang berisi pengertian nasionalisme yaitu bangsa yang bersatu karena faktor kelahiran yang sama, perkembangan konsep nasionalisme yaitu nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi struktur sosial yang ada, nasionalisme dalam masyarakat modernsecara sosiologis masyarakat modern berkembang dan berubah dengan akselerasi yang tinggi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa batas, sehingga seringkali manusia hidup dalam dunia tanpa batas. hakikat bangsa yaitu memahami konsep bangsa pengertian bangsa (nation atau natie) adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena mempunyai kesatuan politik yang sama, dan lain sebagainya. Bangsa indonesia dan identitas nasional ,bangsa Indonesia tumbuh atau terbentuk karena kehendak suku bangsasuku bangsa dan orang-orang bangsa lain yang ada di Indonesia untuk bersama-sama mencapai masa depan yang lebih baik yang didasarkan pada pengalamanpengalaman sebelumnya, dan lain-lain.

14

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, H.A dan Trubus Rahardian P. 2011. Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (KADEHAM). Jakarta : Universitas Trisakti.

15

LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai