Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK Keberhasilan budidaya rumput laut tergantung dari kesesuaian lahan dan penguasaan teknologi budidaya.

Probiotik adalah jasad renik (bakteri atau fungi) yang telah dikembangkan secara massal yang kondisinya masih sehat. Tujuan utama menggunakan probiotik adalah untuk memperbaiki mutu lingkungan secara alami melalui kerja dari bakteri pengurai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas EM4 terhadap pertumbuhan rumput laut dan untuk mengetahui dosis EM4 yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu : perendaman 0 ppm (tanpa pemberian EM4) (kontrol), perendaman 10 ppm, perendaman 20 ppm dan perendaman 30 ppm. Selanjutnya dianalisa menggunakan ANOVA dan masing-masing spesies dianalisa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput laut yang diberi EM4 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ADG (Average Daily Gain) E.cottonii. Kata kunci: EM4, Rumput laut (E.cottonii), Pertumbuhan bobot.

PENDAHULUAN Hal yang harus diperhatikan dalam budidaya rumput laut adalah kesesuaian lahan, penguasaan teknologi budidaya, dan musim. Penyediaan benih, hasil budidaya yang tidak kontinu, atau masa pertumbuhan rumput laut lambat dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung akibat infeksi penyakit, merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pembudidaya rumput laut. Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroba hidup, yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi komunitas mikroba lingkungan hidupnya Tujuan utama menggunakan probiotik adalah untuk memperbaiki mutu lingkungan secara alami melalui kerja dari bakteri pengurai (Poernomo, 2004). EM4 merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan mikroba perairan, memperbaiki kesehatan dan kualitas perairan (Siburian, 2005). Usaha peningkatan produksi pada budidaya rumput laut dengan menanggulangi hambatan yang terkait dengan pertumbuhan rumput laut, seperti dilakukan penelitian pengaruh probiotik terhadap pertumbuhan rumput laut E.cottoni di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep

BAHAN, ALAT DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probiotik Effective Microorganism (EM4) dan rumput laut jenis E.cottonii. Alat yang digunakan antara lain (dalam tabel 1): 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probiotik Effective Microorganism (EM4) dan rumput laut jenis E.cottonii, yang diperoleh dari pembibitan kelompok tani di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep. 3.2.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Alat Dan Bahan Penelitian Tabel 3.1 Alat Dan Bahan Penelitian NO ALAT KEGUNAAN 1. Tali ris Tali untuk mengikat rumput laut yang dihubungkan dengan tali pengikat. 2. Tali Pengikat rumput laut Untuk mengikat rumput laut 3. Jangkar Sebagai pemberat rakit rumput laut 4. Terpal Tempat untuk peremdaman rumput laut. 5. Timbangan Menimbang bobot rumput laut 6. Penggaris Mengukur panjang rumput laut 7. Thermometer Mengukur suhu 8. Refraktometer Mengukur salinitas 9. Data BMG Mengukur arah dan kecepatan arus 10. Spektrophotometer Mengukur konsentrasi nitrat 11. Spektrophotometer Mengukur konsentrasi phosphat 12. Secchi disk Mengukur kecerahan 13. pH meter Mengukur pH 14. Alat tulis Untuk mencatat data METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data pada penelitian ini, meliputi : a. Perendaman rumput laut E.cottonii pada probiotik EM4, dengan merendam semua contoh rumput laut kecuali perlakuan tanpa perendaman (kontrol). Mengangkat contoh rumput laut yang telah direndam tiap 6 jam, sesuai dengan perlakuan. Melakukan penanaman pada perairan (Massawa, 2011). b. Menimbang bobot rumput laut contoh untuk tiap titik menggunakan timbangan analitik dan mengukur panjang rumput laut. Mencatat hasil pengukuran rumput laut sebelum dilakukan penanaman. c. Melakukan pengamatan kualitas perairan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut tiap pagi dan sore dalam 6 minggu meliputi : suhu, salinitas, pH, kecerahan.

3.7 ANALISA DATA a. Pertumbuhan Rumput Laut. Pemantauan pertumbuhan rumput laut dengan cara sampling. Menimbang bobot rumput laut tiap titik yang telah ditentukan untuk semua perlakuan dan membandingkan dengan bobot awal rumput laut. Menurut Bambang (2006), untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut (E.cottonii) dilakukan dengan menggunakan rumus rata-rata pertumbuhan harian atau Average Daily Gain (ADG) ; ADG = 0 -1 x 100% keterangan: ADG : ratarata pertumbuhan harian Wo : bobot awal (mg) Wt : bobot akhir (mg) t : waktu pemeliharaan (hari) b. Menurut Gaspers (1995), ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata pemberian dosis pada rumput laut E.cottonii. Penggunaan ANOVA ini asumsi yang di pakai yaitu homogenitas ragam. Mengetahui homogenitas ragam perlu dilakukan Lavenes test, dan terakhir hipotesis diuji menggunakan uji homogenitas ragam. Apabila nilai F berbeda nyata atau berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk memberikan hasil terbaik p<0,05 (derajat kepercayaan 95%).

HASIL DAN PEMBAHASAN i. Rata-Rata Pertumbuhan Rata-rata bobot mengalami peningkatan mulai minggu ke-0 sampai akhir penelitian. Bobot saat panen untuk perlakuan 0 ppm yaitu 87 g, perlakuan 10 ppm yaitu 96,2 g, perlakuan 20 ppm yaitu 91,3 g, perlakuan 30 ppm yaitu 91,9 g. Bobot E.cottonii menunjukkan peningkatan dari minggu ke-0 sampai akhir penelitian, diduga karena faktor-faktor lingkungan masih mendukung pertumbuhan rumput laut E.cottonii. Panjang rumput laut saat panen untuk perlakuan 0 ppm yaitu 31,4 cm, perlakuan 10 ppm yaitu 31,7 cm, perlakuan 20 ppm yaitu 31,4 cm dan perlakuan 30 ppm yaitu 32,8 cm. Pertumbuhan panjang rumput laut tertinggi saat panen terjadi pada perlakuan 30 ppm. Hal itu dikarenakan faktor lingkungan masih mendukung pertumbuhan rumput laut E.cottonii.

Hasil perhitungan (ADG) pada setiap periode pengamatan (7 hari) yang berbeda menunjukkan persentase yang relatif normal, yaitu 4%, sesuai dengan pernyataan Supratno (2007) bahwa suatu kegiatan budidaya rumput laut dikategorikan baik jika laju pertumbuhan hariannya rata-rata minimal 3%. Menurut Bulboa dan Paula (2005) nilai (ADG) E.cottonii yang dibudidayakan selama 45 hari adalah 4% sampai 5%. Menurut Aggadireja et al (2006), pertumbuhan rumput laut dikatakan baik jika laju pertumbuhan hariannya pada kisaran 3%. Perlakuan perbedaan dosis memberikan pengaruh nyata terhadap (ADG) E.cottonii dilakukan analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap (ADG) E.cottonii, tetapi usia budidaya memberikan pengaruh yang nyata terhadap (ADG) E.cottonii. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Zullaikah dan Sutimin (2008), bahwa pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh waktu dan usia budidaya. Oleh karena itu berdasarkan analisis tersebut diatas selanjutnya dapat dikatakan bahwa (ADG) rumput laut pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 tidak berbeda nyata tetapi (ADG) rumput laut pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 berbeda nyata dengan (ADG) rumput laut pada minggu ke 5 dan 6. ii. Faktor Lingkungan Suhu perairan mengalami perubahan secara mendadak baik pagi maupun sore hari disebabkan saat penelitian, sering mendung maupun hujan. Suhu terendah terjadi pada minggu ke-1 dan minggu ke-5 yaitu 26 C dan suhu tertinggi terjadi pada minggu ke-4 yaitu 30 C. Menurut Syaputra (2005), suhu perairan yang menunjang kehidupan beberapa jenis rumput laut berkisar 24-31 C. Suhu perairan pada lokasi penelitian baik untuk pertumbuhan rumput laut. Salinitas pada minggu ke-0 pada pagi hari 32 dan sore hari 30 dan minggu ke-1 pagi hari 29 dan sore hari 25 , karena di lokasi penelitian terjadi hujan. Menurut Sulistijo (1994) bahwa salinitas perairan pada lokasi budidaya sebaiknya dalam kondisi kadar garam air laut sekitar 24 32 . Menurut Doty (1985) bahwa, rumput laut tumbuh baik pada salinitas yang tinggi berkisar 29 34 dan optimal pada salinitas 33 . Nilai pH tertinggi terjadi pada minggu ke-0 yaitu 7,6 dan nilai pH terendah terjadi pada minggu ke-3 yaitu 6,9. Hal ini menunjukkan bahwa pH pada lokasi tersebut saat penelitian cocok untuk pertumbuhan rumput laut. Nilai kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan rumput laut E.cottonii berkisar 6 9, dan pertumbuhan optimal pada pH 7,55 8,0 (Amiluddin, 2007). Menurut Anggadiredja et al (2006), E.cottonii tumbuh baik pada kecerahan 2-5 m dan pertumbuhannya cukup baik pada kisaran 1,5 m. Kecerahan tertinggi terjadi pada minggu ke-3

yaitu 63 cm pada sore hari dan terendah terjadi pada minggu ke-0 yaitu 20 cm pada sore hari. Pada lokasi penelitian didapatkan nilai kecerahan yang relatif kecil dibandingkan dengan ideal. Rendahnya kecerahan perairan di lokasi penelitian disebabkan banyaknya partikel yang terlarut dan tersuspensi dan yang dijumpai pada tanaman rumput laut yaitu menempelnya suspensi lumpur. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada minggu ke-1 yaitu 31,5 cm/detik pada pagi hari. Kecepatan arus terendah pada minggu ke-2 dan minggu ke-3 yaitu 26,8 cm/detik menunjukkan bahwa kecepatan arus pada lokasi tersebut cocok untuk pertumbuhan rumput laut. Sesuai dengan pernyataan Apriyana (2006) bahwa pergerakan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 20 40 cm/det Nilai nitrat tertinggi terjadi pada minggu ke-3 yaitu 1,68 mg/l. Nilai nitrat terendah terjadi pada minggu ke-4 yaitu 0,28 mg/l. Nilai nitrat yang diamati selama penelitian masih dalam kisaran yang dapat ditolerir sehingga dapat mendukung pertumbuhan rumput laut. Nilai fosfat tertinggi di lokasi penelitian terjadi pada minggu ke-3 yaitu 0,16 mg/l. Kemungkinan yang menyebabkan tingginya fosfat adalah gelombang laut yang terlihat secara langsung pada lokasi penelitian rumput laut cukup besar yang bisa menyebabkan pengadukan massa air dan mengangkat kandungan fosfat yang terdapat di dasar perairan naik ke permukaan. Hal ini sesuai pendapat Simanjutak (2006) KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas EM4 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ADG E.cottonii. DAFTAR PUSTAKA Amiluddin, N. M. 2007. Kajian Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice-ice Di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Tesis. IPB. Bogor. 78 hal. Anggadiredja, J., S. Irawati dan Kusmiyati. 2006. Rumput laut : Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Jakarta. Apriyana, D. 2006. Studi Hubungan Karaketristik Habitat Terhadap Kelayakan Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Alga Eucheuma spinosum di Perairan Kec. Bluto Kab. Sumenep [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah Budidaya Rumput Laut Dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Universitas Hasanuddin. Makasar. Aslan, L. 1998. Budi Daya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius. Bambang. 2006. Kajian Parameter Oceanografi Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Di Perairan Bluto Sumenep Jawa Timur. Universitas Trunojoyo. Bangkalan.

Madura. Bulboa, C. R, and Paula, E. J. 2005. Introduction of Non-Native Species of Kappaphycus (Rhodophyta, Gigartinales) in Subtropical Waters: Comparative Analysis of Growth rates of Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum in vitro and in The Sea in South-Eastern Brazil. Phycological Research; 53: 183-188. Depertemen pertanian. 1992. Budidaya Beberapa Hasil Rumput Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. Doty MS. 1985. Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia. Di dalam: Abbot IA, Norris JN (editors). Taxonomy of Economic Seaweeds. California Sea Grant College Program. p 37 45. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Fatmawati, 1998. Studi Kesesuaian Budidaya Rumput Laut (Eucheuma) di Wilayah Perairan Laut Kab. Kota Baru Kalimantan Selatan. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 146 hal. Fuller, R. 1987. A review, probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology 66:365-378. Gaspers. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito, Bandung. 20-23 hal. Hamid, A. 2009. Pengaruh Berat Bibit Awal Dengan Metode Apung (Floating methhod) Terhadap Persentase Pertumbuhan Harian Rumput Laut (Eucheuma cottoni). Malang Indriani, H. dan Sumiarsih, E. 2003. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut (cetakan 7) Penebar Swadaya, Jakarta. Jalil, S. dan Masitha, L. 2006. Penggunaan Pupuk Bionik Pada Tanaman Rumput Laut (Eucheuma Sp). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Unidayan-Jl. Yos Soedarso 43 Baubau.

Anda mungkin juga menyukai