Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur pada masa 3-5 tahun setelah menars dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang la im dijumpai. !etapi pada masa reproduksi (umur "#-$# tahun), haid yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang la im, karena selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal. %i &ndonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan uterus dis'ungsional ini se(ara menyeluruh. )ebanyakan penulis memperkirakan kekerapannya sama dengan diluar negeri, yaitu *#+ dari kunjungan ginekologik. %i ,-.M/ 0)1& pada tahun *232 ditenukan 32+ kasus perdarahan uterus dis'ungsional dari kunjungan poliklinik endokronologi dan reproduksi. PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL 4dalah perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, 'rekuensi maupun lamanya, yang terjadi didalam atau diluar haid sebagai wujud klinis gangguan 'ungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipo'isis-o5arium, endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi, seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau gangguan sistemik lain. 6erdarahan uterus dis'ungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan o5ulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya. 7erdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus dis'ungsional dapat dibagi seperti table *. Tabel 1. Latar belakang kelainaan perdarahan ter ! di!" ng!i#nal $PUD% dan bent k kelainann&a. %asar kelainan 85ulasi -iklus 7entuk klinis 61% o5ulatorik 61% ano5ulatorik Metroragia 6olimenorea 8ligomenorea 9umlah perdarahan 4menorea Menoragia

6erdarahan ber(ak prahaid 4nemia 6erdarahan ber(ak paskahaid 61% ringan 61% sedang 61% berat !iga kategori yang berhubungan dengan 61% yaitu estrogen breakthrogh bleeding, estrogen wthdrawal bleeding dan progestin breakthrough bleeding. Estrogen breakthrough bleeding timbul bila estrogen berlebihan menstimulasi endometrium untuk berproli'erasi. %engan progesteron yang kurang endometrium lepas dengan inter5al yang irreguler dan menyebabkan 5asokonstriksi tidak adekuat dan menyebabkan perdarahan. 7ila kadar estrogen tinggi maka perubahan yang terjadi berlangsung lama dan dalam jumlah banyak. Estrogen withdrawal bleeding disebabkan kadar estrogen yang tiba-tiba rendah misal setelah oo'orektomi bilateral, penghentian terapi estrogen eksogen atau sebelum o5ulasi pada siklus menstruasi yang normal. Hal ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dan (enderung tidak timbul bila kadar estrogen tetap rendah. 6erdarahan yang terjadi relati' sedikit. Progestin breakthrough bleeding timbul bila rasio progesteron/estrogen tinggi seperti pada pemberian kontrasepsi yang mengandung progesteron. :ndometrium menjadi atro'i dan ulserasi oleh karena kekurangan estrogen dan menyebabkan perdarahan irreguler. 6ada perdarahan uterus dis'ungsional o5ulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus o5ulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang, insu'isiensi atau persistensi korpus luteum. 6erdarahan uterus dis'ungsional pada wanita dengan siklus ano5ulatorik mun(ul sebagai perdarahan reguler dan siklik. -edang pada perdarahan uterus dis'ungsional ano5ulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus ano5ulatorik dimana dasarnya adalah de'isiensi progesterone dan kelebihan progesterone akibat tidak terbentuknya korpus luteum akti', karena tidak terjadinya o5ulasi. %engan demikian khasiat estrogen terhadap endometrium tak ber lawan. Hampir 3#+ siklus mens ano5ulatorik pada tahun pertama menars dan akan menjadi o5ulatorik mendekati *3-"# bulan setelah menars.

"

6erdarahan uterus dis'ungsional dikatakan akut jika jumlah per darahan pada satu saat lebih dari 3# ml, terjadi satu kali atau berulang dan memerlukan tindakan penghentian perdarahan segera. -edangkan perdarahan uterus dis'ungsional kronis jika perdarahan pada satu saat kurang dari 3# ml terjadi terus menerus atau tidak tidak hilang dalam " siklus berurutan atau dalam 3 siklus tak berurutan, hari perdarahan setiap siklusnya lebih dari 3 hari, tidak memerlukan tindakan penghentian perdarahan segera, dan dapat terjadi sebagai kelanjutan perdarahan uterus dis'ungsional akut.

PATOFISIOLOGI PUD
7erdasarkan gejala klinis perdarahan uterus dis'ungsional dibedakan dalam bentuk akut dan kronis. -edangkan se(ara kausal perdarahan uterus dis'ungsional dapat terjadi pada siklus o5ulatorik, ano5ulatorik maupun pada keadaan dengan 'olikel persisten. a. 6ada siklus o5ulatorik, perdarahan dapat dibedakan menjadi; 6erdarahan pada pertengahan siklus - 6erdarahan yang terjadi sedikit dan singkat - 6enyebabnya karena rendahnya kadar estrogen 6erdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium - 7iasanya terjadi banyak, memanjang - 6enyebabnya adanya korpus luteum persisten, kadar estrogen rendah sedang progesteron terus terbentuk. 6erdarahan ber(ak, pra haid dan pas(a haid Hal ini disebabkan insu'isiensi korpus luteum sedangkan pas(a haid disebabkan oleh karena de'isiensi estrogen sehingga regenerasi endometrium terganggu. b. 6ada siklus ano5ulatorik, dasar perdarahan pada keadaan ini adalah tidak adanya o5ulasi karena tidak terbentuk korpus luteum yang disebabkan oleh de'isiensi progesteron dan kelebihan estrogen. 6erdarahan yang terjadi dapat normal, sedikit atau banyak dengan siklus yang teratur atau tidak teratur. (. 6erdarahan uterus dis'ungsional pada keadaan 'olikel persisten sering dijumpai pada masa perimenopause dimana terjadi hiperplasi endometrium oleh karena pengaruh estrogen baik jenis adenomatosa maupun atipik. Mula-mula haid biasa

kemudian terjadi perdarahan ber(ak yang selanjutnya dan diikuti perdarahan yang makin banyak terus-menerus dan disertai gumpalan. DIAGNOSA %iagnosa 61% se(ara umum ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan 'isik dan pemeriksaan penunjang. Hal yang pertama yang penting dilakukan adalah menyingkirkan adanya kelainan - kelainan organi(, sistemik, imunologi, keganasan dan kehamilan. *. 4namnesis ,iwayat penyakit perlu diketahui usia menar(he. -iklus haid setelah menar(he, lama dan jumlah darah haid, serta latar belakang kehidupan keluarga dan latar belakang kepribadian. ". 6emeriksaan a. 6emeriksaan 'isik 6emeriksaan ini ditujukan untuk menilai kemungkinan adanya sebab lain yang dapat menimbulkan 61%. 6erlu dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie. b. 6emeriksaan ginekologik !ujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan organik seperti perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip ser5iks, mioma uteri, dll. 6ada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak diperlukan kerokan. 6ada wanita premenopause perlu dilakukan untuk memastikan ada tidaknya keganasan. (. 6emeriksaan penunjang )elainan organik yang ke(il pada genitalia interna seringkali sulit dinilai apalagi pada wanita yang belum menikah, penilaian yang dilakukan per re(tal lebih sulit. 1ntuk itu dianjurkan penggunaan alat bantu diagnosti(, seperti ; *. 7iopsy endometrium (pada wanita yang sudah menikah) ". <aboratorium darah dan 'ungsi hemostasis 3. 1ltrasonogra'i (1-G) $. !era radioimunologik (!,&) atau radio imuno assay %. %iagnosis ano5ulasi 6enetapan ada atau tidaknya o5ulasi (ukup berperan pada penentuan jenis 61% $

'hara(teri!ti(! #" #) lat#r& and an#) lat#r& *en!tr al (&(le! 85ulatory (y(les ,egular (y(le length 6resen(e o' premenstrual symptoms %ysmenorrhea 7reast tenderness .hange in (er5i(al mu(us Mittles(hmert 7iphasi( temperature (ur5e 6ositi5e result 'rom use o' luteini ing Hormone predi(tor hit 4no5ulatory (y(les 1npredi(table (y(le length 1npredi(table bleeding pattern 0re=uent spotting &n're=uent hea5y bleeding Monophasi( temperature (ur5e

PENATALA+SANAAN

SE'ARA

U,U,

PERDARAHAN

UTERUS DISFUNGSIONAL
6enatalaksanaan perdarahan uterus dis'ungsional se(ara umum perlu memperhatikan 'aktor-'aktor berikut; a. 1mur, status pernikahan, 'ertilitas. Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan perimenars, reproduksi dan perimenopause. 6enanganan juga b. 7erat, jenis dan lama perdarahan. )eadaan ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan tindakan mendesak atau tidak. (. )elainan dasar dan prognosisnya. 6engobatan kausal dan tindakan yang lebih radikal sejak awal telah dipikirkan jika dasar kelainan dan prognosis telah diketahui sejak dini. Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional adalah: *. Memperbaiki keadaan umum. ". Menghentikan perdarahan. 3. Mengembalikan 'ungsi hormon reproduksi. >ang meliputi; pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus ano5ulatorik menjadi o5ulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk pemi(uan o5ulasi. seringkali berbeda antara penderita yang telah dan belum menikah atau yang tidak dan yang ingin anak.

$. Menghilangkan an(aman keganasan.

Lima prinsip dasar penatalaksanaan PUD :


*. -ingkirkan dahulu kelainan organi(/darah ". 7ila terjadi perdarahan banyak /keadaan umum wanita jelek /anemia, hentikan perdarahan segera dengan injeksi estrogen atau dengan progesterone, kemudian tran'usi. 3. 6erdarahan yang tidak sampai mengganggu keadaan umum pasien, pengobatannya (ukup dengan estrogen dan atau progesterone oral saja. $. -etelah perdarahan dapat dihentikan /gangguan haid dapat diatasi, maka tindakan selanjutnya adalah mengatur siklus haid penderita tersebut tiga bulan berturut ? turut 5. -etelah tiga bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali seperti semula maka harus di(ari penyebab lain ( analisis hormonal) Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: *. 6erbaikan keadaan umum 6ada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk, pada keadaan diatasi perdarahan uterus dis'ungsional akut anemia yang terjadi harus segera dengan trans'usi darah. 6ada perdarahan uterus dis'ungsional kronis

keadaan anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan trans'usi darah. ". 6enghentian perdarahan Pe*akaian h#r*#n !ter#id !ek!. a. :strogen %ipakai pada perdarahan uterus dis'ungsional untuk menghentikan perdarahan karena memiliki berbagai khasiat yaitu; *. 6enyembuhan luka (healing e''e(t) ". 6embentukan mukopolisakarida pada dinding pembuluh darah 3. @asokonstriksi, karena merangsang pembentukan prostaglandin $. Meningkatkan pembentukan trombin dan 'ibrin serta menghambat proses 'ibrinolisis. b. 6rogestin

7erbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. 7eberapa sedian tersebut antara lain adalah noretisteron, M64, megestrol asetat, didrogesteron dan linestrenol. Boretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah "$-$3 jam dengan dosis "#-3# mg/hari, medroksiprogesteron asetat dengan dosis *#-"# mg/hari selama *# hari, megestrol asetat dengan didrogesteron dengan dosis *#-"# mg/hari selama *# hari, serta linestrenol dengan dosis *5 mg/hari selama *# hari. 1raian lebih rin(i terhadap pemakaian progestin ini akan diberikan pada bagian tersendiri . (. 4ndrogen Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak (o(ok dengan estrogen dan progesterone. -ediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (dana ol) dan metil testosteron (dana ol merupakan suatu turunan *C--etiniltestosteron). %osis yang diberikan adalah "## mg/hari selama *" minggu. 6erlu diingat bahwa pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan berakibat maskulinisasi. Pe*akaian pengha*bat !inte!i! pr#!taglandin. 6ada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada 5askularisasi endometrium. %alam hal ini 6g:" dan 6g:" meningkat se(ara bermakna. %engan dasar itu, penghambat sintesis prostaglandin atau obat anti in'lamasi non steroid telah dipakai untuk pengobatan perdarahan uterus dis'ungsional, terutama perdarahan uterus dis'ungsional ano5ulatorik. 1ntuk itu asam me'enamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 D 5## mg/hari selama 3-5 hari terbukti mampu mengurangi perdarahan. Pe*akaian anti"ibrin#litik -istem pembekuan darah juga ikut berperan se(ara lo(al pada perdarahan uterus dis'ungsional. 6eran ini tampil melalui akti5itas 'ibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja en imatik. 6roses ini ber'ungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi penumpukan 'ibrin. 1nsur utama pada system 'ibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila diakti'kan akan mengeluarkan protease palsmin. :n im tersebut akan menghambat akti5asi palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses 'ibrinolisis akhirnya akan terhambat pula. -ediaan yang ada untuk

keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan adalah $ D *-*,5 gr/hari selama $-C hari). Peng#batan #perati" 9enis pengobatan ini men(akup; dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. %ilatasi dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operati' pada perdarahan uterus dis'ungsional. !ujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus dis'ungsional adalah untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya 'rekuensi keganasan pada usia tersebut. !indakan ini dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada endometrium. !ernyata dengan (ara tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada $#-A#+ kasus. Bamun demikian tindakan kuretase pada perdarahan uterus dis'ungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. 8leh karena itu kemungkinan kambuhnya (ukup tinggi (3#-$#+ sehingga a(apkali diperlukan kuretase berulang. 7eberapa ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus dis'ungsional, ke(uali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan perdarahan. 6ada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan (ara 5aporasi neodymium >4G laser. :ndometrium akan hilang permanen, sehingga penderita akan mengalami henti haid yang permanen pula. .ara ini dipilih untuk penderita yang punya kontrindikasi pembedahan dan tampak (ukup e'ekti' sebagai pilihan lain dari histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi. !indakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus dis'ungsional harus memperhatikan usia dan paritas penderita. 6ada penderita muda tindakan ini merupakan pilihan terakhir. -ebaliknya pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang menetap atau berulang. -elain itu histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus dis'ungsional dengan gambaran histologis endometrium hiper'lasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan kuretase. 3

3. Mengembalikan keseimbangan 'ungsi hormon reproduksi 1saha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus ano5ulatorik menjadi o5ulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk pemi(uan o5ulasi. Sikl ! #) lat#rik. 6erdarahan uterus dis'ungsional o5ulatorik se(ara klinis tampil sebagai polimenorea, oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan ber(ak prahaid atau pas(a haid. 6erdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi #,A"5-*,"5 mg/hari atau etinilestradiol 5# mikogram/ hari dari hari ke *# hingga hari ke *5. 6erdarahan ber(ak prahaid diobati dengan progesterone (medroksi progestron asetat atau didrogestron) dengan dosis *# mg/hari dari hari ke *C hingga hari ke "A. 7eberapa penulis menggunakan progesterone dan estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai dengan kontrasepsi oral, mulai hari ke 5 hingga hari ke "5 siklus haid. Sikl ! an#) lat#rik. 6erdarahan uterus dis'ungsional ano5ulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan progesterone. 8leh karena itu pengobatan untuk mengembalikan 'ungsi hormon reproduksi dilakukan dengan pemberian progesterone, seperti medroksi progesterone asetat dengan dosis *#-"# mg/hari mulai hari ke *A-"5 siklus haid. %apat pula digunakan didrogesteron dengan dosis *#-"# mg/hari dari hari *A-"5 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-*5 mg/hari selama *# hari mulai hari hari ke *A-"5 siklus haid. 6engobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus haid. 9ika gagal setelah pemberian 3 siklus dan o5ulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemi(uan o5ulasi. 6ada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan estrogen dosis #,A"5-*,"5 mg/hari atau kontrasepsi oral selama *# hari, dari hari ke 5 sampai hari ke "5.

PENGGUNAAN 6engobatan

PROGESTIN UNTU+ PENGO-ATAN perdarahan uterus dis'ungsional kronis

PERDARAHAN dengan hormon

UTERUS DISFUNGSIONAL +RONIS1 progesterone didasarkan pada gejala klinis dan pato'isiologinya. 6ada perdarahan 2

uterus dis'ungsional ano5ulatorik maksud pemberian progesteron selain untuk menghentikan perdarahan, juga adalah untuk mengembalikan panjang siklus haid kebatas normal. 6erdarahan uterus dis'ungsional o5ulatorik. 7entuk klinis perdarahan uterus dis'ungsional o5ulatorik adalah oligomenorea dan polimenorea. 6ada oligomenorea dasar dari terjadinya perdarahan ini adalah 'ase proli'erasi yang memanjang atau 'ase sekresi yang memanjang. 6ada 'ase proli'erasi yang memanjang diberikan progesterone selama *# hari, mulai hari ke *5 hingga hari ke "5 siklus haid. -edangkan pada 'ase sekresi yang memanjang progesterone diberikan mulai hari ke *C sampai hari ke "5. 6erdarahan uterus dis'ungsional karena kelainan korpus luteum. )elainan korpus luteum dapat berupa insu'isiensi korpus luteum atau korpus luteum persisten (memanjang). 7entuk klinis pada insu'isiensi korpus luteum adalah ber(ak prahaid dan polimenorea. )edua kelainan ini diobati dengan progestron mulai hari ke *C hingga hari ke "A. )orpus luteum persisten akan menimbulkan bentuk klinik oligomenorea, seperti juga pada oligomenorea yang lain, disini juga diberikan progesterone mulai hari ke *5 hingga hari ke "5. 6erdarahan uterus dis'ungsional ano5ulatorik. 6erdarahan uterus dis'ungsional kronik ano5ulatorik menampilkan gejala oligomenorea dan metroragia. %isini oligomenorea diatasi dengan pemberian progesterone mulai hari ke *5 sampai hari ke "5. Metroragia diatasi dengan progesterone mulai hari ke *A sampai hari ke "5. -emua pengobatan tersebut diatas diberikan dalam 3 siklus. 6erdarahan lu(ut akan terjadi sekitar "-3 hari paska penghentian obat. )eadaan yang sering menyertai pengobatan progesterone ini adalah terjadinya perdarahan ber(ak, yang diakibatkan oleh nisbah estrogen dan progesterone yang berubah. Hal tersebut dapat diatasi dengan peningkatan dosis atau pemberian gabungan estrogen dan progesterone dalam bentuk kontrasepsi oral. 6ada perdarahan uterus dis'ungsional kronis dengan bentuk perdarahan ber(ak prahaid dan paskahaid, pemberian progesterone terkadang masih menimbulkan perdarahan ber(ak. )eadaan ini tidak dapat dikatakan sebagai dampak pengobatan progesterone sebelum dilakukan pemeriksaan estrogen dan progesterone serum. 9ika nisbah estrogen/progesterone menunjukkan nilai yang berbeda dari keadan

*#

sebelumnya, perdarahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh pengaruh pengobatan progesterone. +ESI,PULAN 6erdarahan uterus dis'ungsional kronis adalah perdarahan abnormal dari uterus tanpa disertai kelainan organik, melainkan semata-mata sebagai perwujudan dari kelainan 'ungsional dan terjadi se(ara dis'ungsional akut yang (epat berulang. 7erbeda dengan perdarahan mendapatkan penanganan karena si'at gawat

daruratnya, maka perdarahan uterus dis'ungsional kronis ini seringkali kurang atau tidak mendapat penanganan se(ara seksama. 6adahal kalau dilihat dampaknya, keadaan ini justru memerlukan penanganan yang (epat, tepat, terarah dan sungguhsungguh. -emua perdarahan uterus abnormal yang terjadi semata-mata hanya karena gangguan 'ungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipo'ise-o5arium-endometrium, bukan disebabkan oleh kelainan organik alat reproduksi disebut perdarahan uterus dis'ungsional (61%). 4ngka kejadian 61% (ukup tinggi karena terjadi hampir pada setiap wanita, dimana 61% sering terjadi pada usia perimenars dan perimenopause (terkait dengan siklus ano5ulatorik) meskipun usia reproduksi pun tidak jarang terjadi 61%. 6ada dasarnya penanganan perdarahan uterus dis'ungsional kronik ini bertujuan memperbaiki keadaan umum, menghentikan perdarahan dan memulihkan 'ungsi hormon reproduksi. 6engobatan dilakukan sesuai dengan gejala klinis yang tampil. 6rogesteron dipikirkan lebih sesuai untuk pengobatan perdarahan uterus dis'ungsional kronik mengingat dasar pato'isiologinya. 6rogestin turunan progesterone alamiah tampak lebih menguntungkan daripada progestin turunan testosteron. 6olimenorea pada perdarahan uterus dis'ungsional o5ulatorik disebabkan oleh 'ase proli'erasi yang memendek atau 'ase sekresi yang memendek. 6ada 'ase proli'erasi yang memendek diberikan estrogen pada hari ke *#-*5 dengan dosis #,3#,A mg/hari, sedangkan pada 'ase sekresi yang memendek diberikan progesterone hari ke *C sampai hari ke "A.

**

Daftar pustaka
*. -arwono 6rawirohardjo, 6ro', dr, %-8G E Hani'a Fiknjosastro, 6ro', dr, %-8GG &lmu )andungan, >76--6, :disi ke tiga, (etakan ke lima, 0)1&, 9akartaG *222 ". Ha(ker E Moore, !ranslation o' :ssentials o' obstetri(s and Gyne(ology, F7 -aunder (ompany, 6hiladelphiaG *22" 3. )adarusman >, 9a(oeb !H, 7a iad 4. 6erdarahan uterus dis'ungsional kronis pada masa reproduksi ; 4spek pato'isiologi dan pengobatan dengan progesterone. Majalah 8bstet Ginekol &ndones *223G *2;AC-33. $. Guide 8bgyn, 9asran 5. http;//www.obgin-ugm.(om/IhalJarti(lesKdetail.phpEnoJ3$3 A. http;//www.obgin-ugm.(om/IhalJarti(lesKdetail.phpEnoJ"2* C. http;//www.deDa-medi(a.(om/test/htdo(s/deDamedi(a/arti(leK'iles

*"

Anda mungkin juga menyukai