Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN FUNGSI PARU, KEBIASAAN MEROKOK dan KEBIASAAN OLAHRAGA pada NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING

KOTA MANADO
Francin Linelejan* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Based on the basic healty data 20thcentury, prevalence of indonesian people more than 15 years old which smoking everyday is average is avarage on 28,2%. Baset on working place, smoker prevalence is completely high on farmer/fisherman/worker. Smoking is one of influencing faktor on lungs fungtion. Sport behaviour, sport activity will raised the force vital capacity (FVC) by 30%-40%. The main purpose of this study is to describe the lungs fungtion, smoking behaviour and sport activity amung fishermans. This is a description study in bitung karangria, tuminting district, manado city on april-june 20 thcentury. With total sample is 40 fishermans, the result of this research is 8 people (20%), and 24 people (60%) has light resrictred lungs, 8 people (20%) has average restritred lungs mixed rasrictred lungs is zero. There is 36 people (90%) among fishermans which have regular smoking behaviour, only 4 people (10%) classified as non smoker and 12 people (30%) has good sport behaviour. The sugestion is all fishermans mushermans must doing regular sport and smoking lessly. Keyword: Lungs Fungtion, Smoking Behaviour, Sport Behaviour ABSTRAK Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2010 prevalensi penduduk umur 15 tahun keatas yang merokok tiap hari sebesar 28,2 %. Menurut pekerjaan, prevalensi perokok lebih banyak ditemukan pada petani/nelayan/buruh. Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi paru seseorang. Kebiasaan olahraga adalah salah satu wujud dari prilaku hidup sehat terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan manusia termasuk juga nelayan. Kebiasaan berolahraga akan meningkatkan Force Vital Capacity (FVC) seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30% sampai dengan 40%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran gambaran fungsi paru, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga pada nelayan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang dilakukan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado pada bulan AprilJuni 2012 dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 40 orang. Hasil Penelitian menunjukkan responden yang memiliki fungsi paru normal sebanyak 8 orang (20%), yang memiliki gangguan paru restriktif ringan sebanyak 24 orang (60%), dan yang memiliki gangguan paru restriktif sedang sebanyak 8 orang (20%) dan tidak terdapat gangguan fungsi paru obstruktif dan campuran pada responden dalam penelitian ini, Responden yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 36 orang (90%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok berjumlah 4 orang (10%) dan Responden yang memiliki kebiasaan berolahraga yaitu berjumlah 28 orang (70%) dan yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga berjumlah 12 orang (30%). Peneliti menyarankan kepada para nelayan agar dapat mencegah terjadinya gangguan fungsi paru, seperti menjaga kesehatan dengan mengurangi konsumsi rokok dan berolahraga secara teratur. Kata Kunci : Fungsi Paru, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga.

PENDAHULUAN Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terbesar di dunia, terdiri dari 17.500 pulau besar dan pulau kecil yang tersebar di sekitar garis katulistiwa, yang memanjang (yang terletak paling ujung barat provinsi Nangroe Aceh Darussalam) sampai ke Jayapura (yang terletak paling ujung provinsi Papua). negara kepulauan sering pula disebut negara maritim. Wilayah suatu negara maritim meliputi wilayah daratan dan wilayah perairan laut (Adisasmita, 2006). Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan. Kehidupan nelayan sampai saat ini belum dapat dikatakan layak bahkan jauh dari kata sejahtera. Jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir di berbagai daerah di tanah air (Anonimous, 2012). Banyak faktor yang menyebabkan nelayan masih dianggap sebagai golongan marginal. Beberapa penyebab nelayan di Indonesia masih dalam kondisi yang belum sejahtera dan dianggap golongan marginal seperti cara penangkapan yang masih tergolong tradisional, pendidikan, dan system rantai penjualan. Pendidikan di kalangan nelayan sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan berbagai faktor mulai dari infrastuktur, sumberdaya manusia dan kepedulian nelayan akan pentingnya pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan penanganan yang intensif dan keberlanjutan. Pendidikan dikalangan masyarakat pesisir yang masih minim harus segera ditingkatkan. 2

Pemerintah harus mengupayakan pendidikan yang layak bagi rakyatnya. Karena dalam amanat UUD 1945 bahwasanya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang sama dan setara (Anonimous, 2012). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2010 prevalensi penduduk umur 15 tahun keatas yang merokok tiap hari sebesar 28,2 %. Prevalensi perokok lebih banyak pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan tamat Sekolah Dasar (SD). Menurut pekerjaan, prevalensi perokok lebih banyak ditemukan pada petani/nelayan/buruh diikuti wirasuwasta dan yang tidak bekerja, dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi. Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi paru seseorang. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofili) dan kelenjar mukus bertambah banyak. Pada saluran pernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel penumpukan lendir. Pada jaringan paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul fungsi paru-paru dan segala macam perubahan klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (Depkes RI 2003). Kebiasaan olahraga adalah salah satu wujud dari prilaku hidup sehat terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan manusia termasuk juga nelayan. Kebiasaan olahraga merupakan latihan fisik teratur yang dapat meningkatkan kemampuan kapasitas pernapasan. Karena olahraga bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah, serta membantu sistem metabolisme tubuh, sehingga dengan aktivitas atau olahraga yang teratur dapat menjaga kebugaran paru dan

mencegah berbagai macam penyakit (notoatmodjo, 2010). Kebiasaan berolahraga akan meningkatkan Force Vital Capacity (FVC) seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30% sampai dengan 40%. Olahraga yang paling baik untuk pernapasan adalah renang dan senam. Dinegara berkembang seperti Indonesia, senam merupakan pilihan paling tepat karena jauh lebih murah, mudah dan berguna untuk memperkuat otot pernapasan. Latihan fisik yang teratur akan meningkatkan kemampuan pernapasan dan mempengaruhi organ tubuh sedemikian rupa hingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas fungsi paru bekerja maksimal. Hasil penelitian dari Mengkidi, 2006 menunjukkan responden yang tidak melakukan kegiatan olahraga mengalami gangguan fungsi paru sebanyak (43,1%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru adalah (56,9%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, masyarakat Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado yang merupakan permukiman nelayan khususnya di Lingkungan IV dan Lingkungan V Kelurahan Bitung Karangria, ditemui banyak masyarakat yang merokok di sembarang tempat. Dari data Kelurahan diperoleh jumlah penduduk keseluruhan Bitung Karangria berjumlah 2.801 jiwa, dengan jenis pekerjaan masyarakat yang bervariasi diantaranya adalah nelayan yang berjumlah 58 jiwa (Profil Kel. Bitung Karangria, 2010). Nelayan yang ada di Kelurahan Bitung Karangria, sebagian besar bertempat tinggal tetap di Lingkungan IV dan Lingkungan V. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran fungsi paru, kebiasaan merokok dan kebiasaan berolahraga dari nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado pada bulan April-Juni 2012. Populasi penelitian adalah 58

nelayan yang ada di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado. 1. Kriteria Inklusi : a. Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data b. Nelayan yang berdomisili di Kelurahan Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado. c. Bersedia menjadi responden dengan persetujuan tertulis. 2. Kriteria Eksklusi: Responden yang sudah tidak berprofesi utama sebagai nelayan. Sampel penelitian adalah total populasi nelayan di Kelurahan Bitung Karangria, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan kriteria-kriteria yang ada maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 40 orang. Instumen dari penelitian ini adalah: Kuesioner yang merupakan susunan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden dari hasil wawancara. Kuesioner yang digunakan untuk mendapatkan data tentang karakteristik, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Spirometer yang digunakan untuk mengukur fungsi paru dari responden. Mouthpiece adalah alat berbentuk pipa kecil berukuran 8 cm yang akan dimasukan ke dalam mulut pekerja yang digunakan bersamaan dengan spirometer. Timbangan digital untuk mengukur berat badan responden. Microtoise untuk mengukur tinggi badan responden. Definisi Oprasional 1. Nelayan adalah orang yang matapencaharian utamanya adalah menangkap ikan (di laut) (Anonimous, 2012). 2. Forced Vital Capacity (FVC) adalah pengukuran kapasits vital paru yang didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Volume udara ini dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital, tetapi pada orang yang menderita obstruksi akan mengalami pengurangan yang nyata karena 3

3.

4.

5.

6.

penutupan saluran napas yang kecil dan akibat udara yang terperangkap. Forced Expiratory Volume 1 Second (FEV1) yang merupakan petujuk untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas paru dari nilai yang kurang selama detik pertama. Gangguan faal/fungsi paru obstruktif, yaitu hambatan pada aliran udara yang ditandai dengan menurunnya kapasitas vital (Vital Capacity = VC) dan FVC/FEV1. Gangguan faal/fungsi paru restriktif, adalah hambatan pada pengembangan paru yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital (Vital Capacity = VC), volume tesidu (Residual Volume = RV) dan kapasitas paru total ( Total Lung Capasity =TLC). Gambaran fungsi paru adalah gambaran fungsi paru responden yang diukur dengan spirometer. Adapun klasifikasi hasil pengukuran fungsi paru adalah sebagai berikut: 1. Normal: Jika hasilnya menunjukkan FVC/nilai prediksi 80% untuk kriteria restriktif dan FEV1/FVC 75% untuk kriteria obstruksi maka dikategorikan normal.

2. Restriktif (Ringan, sedang, berat) : Hasil ada gangguan (ringan, sedang, berat) jika nilai persentase untuk ringan 6079%, sedang 30-59% dan berat <30%. 3. Obstruktif (Ringan, sedang, berat): Hasil ada gangguan (ringan, sedang, berat) jika nilai persentase untuk ringan 60-74%, sedang 30-59% dan berat <30%. 4. Campuran:(Restriktif,Obstrukti) Jika hasilnya menunjukan bahwa terdapat gangguan restriktif dan obstruktif. 7. Kebiasaan merokok adalah perilaku merokok yang dilakukan oleh responden yang dikategorikan merokok dan tidak merokok. 8. Kebiasaan olahraga adalah latihan fisik teratur yang dapat meningkatkan kemampuan kapasitas pernapasan dari nelayan dengan kategori Olahraga dan Tidak olahraga. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan fungsi paru pada nelayan di Kelurahan Bitung Karangria, tahun 2012 dengan 40 responden, dapat dilihat pada diagram berikut ini:

0% 20% 20%

Fungsi Paru Nelayan


Normal

Restriktif Ringan Restriktif Sedang


60%

Diagram diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki fungsi paru yang normal sebanyak 8 orang (20%), yang memiliki gangguan paru restriktif ringan sebanyak 24 orang (60%), yang memiliki gangguan paru restriktif sedang sebanyak 8 orang (20%), dan berdasarkan hasil tidak ada responden

yang mengalami gangguan paru obstruktif dan campuran. Gambaran distribusi frekuensi fungsi paru menurut kebiasaan merokok dari responden yaitu nelayan yang ada di Kelurahan Bitung Karangria, dapat dilihat di tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Gambaran Distribusi Frekuensi Fungsi Paru Menurut kebiasaan Merokok pada Nelayan Derajat Fungsi Paru Restriktif Ringan Restriktif Sedang Jumlah n % n % n % N % Ya 7 19.5 21 58.3 8 22.2 36 100 Tidak 1 25 3 75 4 100 Hasil penelitian pada tabel 14 Tenaga kerja yang perokok mendapatkan bahwa sebanyak 36 merupakan salah satu faktor risiko responden yang memiliki kebiasaan penyebab penyakit saluran pernapasan. merokok, diantaranya 7 orang nelayan Menurut Rahajoe dkk (1994) kebiasaan (19,5%) yang mimiliki ada dalam merokok dapat menimbulkan gangguan kondisi fungsi paru yang normal, 21 ventilasi paru karena dapat orang nelayan (58,3%) mengalami menyebabkan irittasi mukus yang penurunan fungsi paru restriktif ringan, berlebihan pada bronkus. Berdasarkan dan 8 orang nelayan (22,2%) mengalami Rasio Prevalens pekerja dengan penurunan fungsi paru restriktif sedang. kebiasaan merokok terhadap kejadian Sedangkan sebanyak 4 responden yang gangguan fungsi paru adalah 2,8 kali tidak memiliki kebiasaan merokok, yaitu lebih besar, dibandingkan pekerja yang 1 orang nelayan (25%) memiliki tidak merokok dari hasil penelitian keadaan fungsi paru yang normal, dan 4 Nugraheni, (2004). Hasil penelitian orang nelayan (75%) mengalami menunjukkan bahwa 90% dari nelayan penurunan fungsi paru restriktif ringan. yang termasuk dalam responden Kebiasaan merokok dapat penelitian ini adalah perokok, hal ini mempengaruhi kapasitas paru. Merokok dapat berdampak tidak baik bagi dapat menyebabkan perubahan struktur kesehatan paru mereka. Penyakit yang dan fungsi saluran pernapasan dan dapat mempengaruhi kapasitas paru bisa jaringan paru-paru. Pada saluran napas berupa emfisema Istilah emfisema paru besar, sel mucosa membesar berarti adanya udara yang berlebihan di (hipertrofili) dan kelenjar mucus dalam paru. Tetapi, istilah ini biasanya bertambah banyak. Pada saluran digunakan untuk menggambarkan proses pernapasan kecil, terjadi radang ringan obstruktif dan restruktif paru yang hingga penyempitan akibat kompleks akibat merokok selama bertambahnya sel penumpukan lender. bertahun-tahun (Guyton and Hall, 2007). Pada jaringan paru terjadi peningkatan Penelitian yang dilakukan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. menggambarkan distribusi frekuensi Akibat perubahan anatomi saluran fungsi paru menurut kebiasaan napas, pada perokok akan timbul fungsi berolahraga dari nelayan yang aktif paru-paru dan segala macam perubahan berprofesi sebagai nelayan dan bersedia klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama menjadi responden di Kelurahan Bitung terjadinya penyakit obstruksi paru Karangria, dapat dilihat di tabel 2 menahun (Depkes RI 2003). sebagai berikut: Kebiasaan Merokok Normal Tabel 2 Gambaran Distribusi Frekuensi Fungsi Paru Menutut Kebiasaan Olahraga Pada Nelayan Kebiasaan Olahraga Ya Tidak Normal N 7 1 % 29,2 6,2 Derajat Fungsi Paru Restriktif Ringan Restriktif Sedang N % n % 12 50 5 20,8 12 75 3 18.8 Jumlah N % 24 100 16 100

Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden yang memiliki kebiasaan berolahraga, diantaranya 7 orang nelayan (29,2%) yang memiliki kondisi fungsi paru yang normal, 12 orang nelayan (50%) yang mengalami penurunan fungsi paru restriktif ringan, dan 5 orang nelayan (20,8%) mengalami penurunan fungsi paru restriktif sedang. Sedangkan untuk responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga adalah 16 responden diantaranya 1 orang nelayan (6,2%) yang memiliki kondisi fungsi paru yang normal, 12 orang nelayan (75%) yang mengalami gangguan fungsi paru restriktif ringan dan 3 orang nelayan (18,8%) yang mengalami gangguan fungsi paru restriktif sedang. Kebiasaan olahraga merupakan latihan fisik teratur yang dapat meningkatkan kemampuan kapasitas pernapasan. Karena olahraga bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah, serta membantu sistem metabolisme tubuh, sehingga dengan aktivitas atau olahraga yang teratur dapat menjaga kebugaran paru dan mencegah berbagai macam penyakit (notoatmodjo, 2010). Kebiasaan berolahraga akan meningkatkan Force Vital Capacity (FVC) seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30% sampai dengan 40%. Olahraga yang paling baik untuk pernapasan adalah renang dan senam. Di negara berkembang seperti Indonesia, senam merupakan pilihan paling tepat karena jauh lebih murah, mudah dan berguna untuk memperkuat otot pernapasan. Latihan fisik yang teratur akan meningkatkan kemampuan pernapasan dan mempengaruhi organ tubuh sedemikian rupa hingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas fungsi paru bekerja maksimal. Hasil penelitian dari Mengkidi, 2006 menunjukkan responden yang tidak melakukan kegiatan olahraga mengalami gangguan fungsi paru sebanyak (43,1%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru adalah (56,9%)

Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem pernapasan. Dengan latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam paru. Kebiasaan berolahraga memberi manfaat dalam meningkatkan kerja dan fungsi paru, jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan; denyut nadi istirat menurun, isi sekuncup bertambah, kapasitas vital paru bertambah (Giam, 1996). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Responden yang memiliki fungsi paru normal sebanyak 8 orang (20%), yang memiliki gangguan paru restriktif ringan sebanyak 24 orang (60%), dan yang memiliki gangguan paru restriktif sedang sebanyak 8 orang (20%) dan tidak terdapat gangguan fungsi paru obstruktif dan campuran pada responden dalam penelitian ini. 2 Responden yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 36 orang (90%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok berjumlah 4 orang (10%). Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi paru seseorang. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. 3 Responden yang memiliki kebiasaan berolahraga yaitu berjumlah 24 orang (60%) dan yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga berjumlah 16 orang (40%). Latihan fisik atau kebiasaan olahraga sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernapasan. Dengan latihan fisik/kebiasaan olahraga secara teratur dapat meningkatkan pemasukkan oksigen ke dalam paru.

DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Amin, M. 2000. Penyakit Paru Obstriksif Kronik. Laboratorium-SMF Penyakit Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD DR. Sutomo. Anonimous.02012.NelayandiIndonesia,( Online)(http://jakarta.kompasian a.com/sosialbudaya/2012/04/26/ nelayan-indonesia/, di akses pada tanggal 30 juli 2012). Anonimous. 2010. Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri, (Online),(http://forum.kompas.c om/kesehatan/33638pemeriksaan-fungsi parudengan-alat-spirometri.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2012). Anonimous.02012PengertianNelayan,( Online),(http://kamusbahasaindo nesia.org/nelayan, diakses pada tanggal 29 Maret 2012). Anonimous.02012. Summary and analysis based on paper. Safety and Health in theFisingIndusrty,InternationalL obourOrganization(ILO).(http// www.ilo.org/public/english/sect or/links=translate.googleusercon tent.co.id. diakses pada tanggal 21 April 2012). Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta. Ganong. W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. Giam.C.K, dan The.K.C. 1996. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Binarupa Aksara. Guyton, A.C, and Hall, J.E. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Lintong, P.M. 2006. Patologi Paru dan Pleura. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unsrat, Manado. Martiana, T, dan Lestari, K.W. 2006. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal dan Lingkungan Perumahan Nelayan di Kabupaten Lombok Timur NTB. Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNAIR. Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkeo Sulawesi Selatan. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Mukono, J. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga Universitity Press. Surabaya. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugraheni, F.S.S. 2004. Analisis Faktor Resiko Kadar Debu Organik di Udara terhadap Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Industri Penggilingan Padi di Kabupaten Demak. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Pemkot Manado. 2010. Laporan Profil Kelurahan. Manado: Kelurahan Bitung Karangria. Pneumobile Project Indonesia. 1992. Standar Oprasional Prosedur Pemeriksaan Spirometer. Price, S.A, and Standridge M.P, 2005. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price, S.A, Wilson, L.M. Editor. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Vol. 2. Edisi 6. Jakarta : EGC. Pusat Peleyanan K3 Bagi Tenaga Kerja & Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Modul Petunjuk Pelaksanaan & Petunjuk Teknis. Sekretariat Jenderal Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja DIPA. 2012. 7

Rahajoe.N, Boediman.I, Said.M, Wirjodiarjo.M, Supriyantno.B. 1994. Perkembangan dan Masalah Pulmonology Anak Saat Ini. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Rahmah, L. 2008. Gambaran Fungsi Paru pada Pekerja CV. Silkids Garmindo Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakatra. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto, A. 2011. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi Ke-I. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sihombing, J. 2008. Analisis Potensi Bahaya Lingkungan Kerja Pada Nelayan Pesisir Tradisional Di Desa Sungai Kunyit Laut

Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Skripsi . FKM-UNDIP Semarang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.2003: Jakarta. World Health Organization (WHO). 2008. Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau. Jakarta. Wilson, L.M. 2006. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan. Dalam: Price, S.A, and Wilson, L.M. Editor. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Vol. 2. Edisi 6. Jakarta : EGC. Wilson, L.M. 2006. Prosedur Diagnostik pada Penyakit Pernapasan. Dalam: Price, S.A, and Wilson, L.M. Editor. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Vol. 2. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai