Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kedaruratan Psikiatri adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang memerlukan intervensi terapeutik segera.1 Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 196 !an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut." #unuh diri adalah kematian yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan disengaja. $dwin %chneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai &tindakan pembinasaan yang disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan dirasakan sebagai pemecahan yang terbaik.& #unuh diri bukan tindakan yang acak atau tidak bertujuan. %ebaliknya, bunuh diri merupakan cara keluar dari masalah atau kerisis yang hampir selalu menyebabkan penderitaan yang kuat." 'ntara tahun 19( dan 19) lebih dari "* . orang melakukan bunuh diri di 'merika %erikat kira!kira satu dalam setiap " menit., (+ bunuh diri dalam sehari. 'ngka bunuh diri total agak tetap setiap tahunnya. 'ngka sekarang adalah 1",+ kematian bunuh diri per 1 . . Pada tahun 19(( bunuh diri berada dalam puncaknya yaitu 1*,* per 1 . ."

B. Tujuan 1. ,ujuan -mum ,ujuan pembuatan refrat ini adalah untuk mengetahui panatalaksanaan pada kegawatdaruratan psikiatrik ". ,ujuan Khusus ,ujuan khusus diantaranya ialah . a. /engetahui terapi somatik pada pasien gawatdarurat psikiatrik b. /engetahui terapi psikososial pasien gawatdarurat psikiatrik c. /engetahui perawatan dirumah sakit pada pasien gawatdarurat psikiatrik

"

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK 1. Def n ! Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting. " ". Te#$at Rujukan Pela%anan Kega&at'aruratan P! k atr k ,empat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai Psychiatric $mergency %ervice, Psychiatric $mergency 0are 0entres, atau 0omprehensive Psychiatric $mergency Programs. ,enaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. -ntuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama "1 jam. 2i dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. #ahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis. " 3ungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama "1 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon. " (. Sejara) %ejak tahun 196 s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan spesialis medis, *

dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan psikiatriks. %ekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat dengan mantap, terutama di daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik berhubungan dengan orang!orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin. #anyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik. " B. BUNUH DIRI #unuh diri adalah kematian yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan disengaja. $dwin %chneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai &tindakan pembinasaan yang disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan dirasakan sebagai pemecahan yang terbaik.& #unuh diri bukan tindakan yang acak atau tidak bertujuan. %ebaliknya, bunuh diri merupakan cara keluar dari masalah atau kerisis yang hampir selalu menyebabkan penderitaan yang kuat. #unuh diri adalah berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan keputusasaan dan ketidakberdayaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung, menyempitnya pilihan yang dirasakan, dan kebutuhan untuk meloloskan diri4 orang yang bunuh diri menunjukkan tanda! tanda penderitaan.* 1. EPIDE*I+L+GI In! 'en! 'an Pre,alen! ,iap!tiap tahun kira!kira * . kematian di 'merika %erikat disebabkan oleh bunuh diri 5* ."*" kematian pada tahun 19)96. 'ngka tersebut adalah untuk bunuh diri yang berhasil4 jumlah usaha bunuh diri diperkirakan ) sampai 1 kali lebih besar dari angka tersebut. 7ilang dalam pelaporan adalah kekeliruan klasifikasi yang disengaja tentang penyebab kematian, kecelakaan dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan, dan yang disebut bunuh diri kronis sebagai contoh, kematian melalui penyalahgunaan alkohol dan 8at lain dan buruknya kepatuhan terhadap regimen medis untuk diabetes, obesitas, dan hipertensi yang disadari. * 'ntara tahun 19( dan 19) lebih dari "* . orang melakukan bunuh diri di 'merika %erikat kira!kira satu dalam setiap " menit., (+ bunuh diri dalam sehari. 'ngka bunuh diri total agak tetap setiap tahunnya. 'ngka sekarang adalah 1",+ kematian bunuh diri per 1 . . Pada tahun 19(( bunuh diri berada dalam puncaknya yaitu 1*,* per 1 . . 1

%ejak saat itu, terdapat penurunan sedikit. %ekarang, bunuh diri berada dalam urutan kedelapan dari sernua penyebab kematian di 'merika %erikat, setelah penyakit jantung, kanker, penyakit serebrovaslcular, kecelakaan, pneumonia, diabetes melitus, dan sirosis. * 'ngka bunuh diri di 'merika %erikat adalah berada pada pertengahan angka nasional yang dilaporkan ke P## oleh negara!negara industri. %ecara internasional, angka bunuh diri terentang dari yang tinggi lebih dari "+ per 1 1 per 1 . . orang di %kandinavia, %wiss, 9erman, 'ustria, dan negara!negara $ropa ,imur 5sabuk bunuh diri6, dan 9epang sampai kurang dari di %panyol, :talia, :rlandia, /esir, dan #elanda. * 'nalisis bunuh diri dari negara ke negara dari tahun 19(9 sampai 19)1 pada mereka yang berusia 1+ sampai 11 menemukan bahwa ;ew 9ersey memiliki angka bunuh diri nasional yang terendah untuk kedua jenis kelamin. ;evada dan ;ew /e<ico memiliki angka yang tertinggi untuk laki!laki, dan ;evada dan =yoming memiliki angka yang tertinggi untuk wanita. =anita di ;evada membunuh dirinya sendiri pada frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan yang dilakukan oleh laki!laki di ;ew 9ersey. ,empat bunuh diri nomor satu di dunia adalah 9embatan >olden >ate di %an 3rancisco, dengan lebih dari ) dibuka tahun 19*(. * -akt.r %ang Terka t Jen ! Kela# n. ?aki!laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri dibandingkan wanita, suatu angka yang stabil pada keseluruhan usia. ,etapi, wanita adalah empat kali lebih mungkin berusaha bunuh diri dibandingkan laki!laki.*,1 *et.'a. ?ebih tingginya angka bunuh diri yang berhasil pada laki!laki adalah berhubungan dengan metoda yang mereka gunakan. ?aki!laki menggunakan pistol, menggantung diri, atau lompat dari tempat yang tinggi. =anita adalah lebih mungkin menggunakan 8at psikoaktif overdosis atau racun, tetapi rnereka mulai lebih sering menggunakan pistol dibandingkan sebelumnya. Pemakaian senjata api telah berkurang sebagai cara untuk bunuh diri pada negara!negara dengan hukum yang mengendalikan senjata api. *,1 U! a. 'ngka bunuh diri adalah meningkat dengan bertambahnya usia. Kepentingan krisis dalam kehidupan pertengahan adalah digarisbawahi oleh angka bunuh diri. Pada laki! laki, puncak bunuh diri adalah setelah usia 1+ tahun4 pada wanita, jumlah terbesar bunuh diri yang berhasil adalah di atas usia ++ tahun. 'ngka sebesar 1 per 1 . populasi ditemukan pada laki!laki yang berusia 6+ tahun dan lebih. @rang lanjut usia kurang sering melakukan usaha bunuh diri dibandingkan orang muda tetapi lebih sering berhasil. ?anjut usia berjumlah untuk "+ persen dari bunuh diri, walaupun mereka hanya berjumlah 1 persen dari total + bunuh diri sejak

populasi. 'ngka untuk mereka yang berusia (+ tahun atau lebih adalah lebih dari tiga kali dibandingkan angka untuk orang muda. *,1 'ngka bunuh diri adalah naik paling cepat pada orang muda. -ntuk laki!laki yang berusia 1+ sampai "1 tahun, angka meningkat 1 persen antara tahun 19( dan 19) , dan angka tersebut masih terus naik. 'ngka bunuh diri untuk wanita dalam kelompok usia yang sama hanya menunjukkan sedikit kenaikan. 2i antara laki!laki yang berusia "+ sampai *1 tahun, angka bunuh diri meningkat hampir * persen. #unuh diri adalah penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia 1+ sampai "1 tahun setelah kecelakaan dan pembunuhan. -saha bunuh diri pada kelompok usia tersebut adalah antara 1 juta dan " juta setiap tahunnya. %ebagian besar bunuh sekarang terajdi pada mereka yang berusia 1+ sampai 11 tahun. *,1 Ra!. 'ngka bunuh diri di antara orang kulit putih adalah hampir dua kali lebih besar dari angka di antara bukan kulit putih, tetapi angka tersebut masih diragukan, karena angka bunuh diri pada kelompok kulit hitam adalah meninggi. Pada tahun 19)9 angka bunuh diri untuk laki!laki kulit putih 519,6 per 1 . orang6 adalah 1,6 kali lebih besar dibandingkan angka untuk laki!laki kulit hitam 51",+6, 1 kali lebih besar dibandingkan wanita kulit putih 51,)6 dan )," kali lebih besar dibandingkan wanita kulit hitam 5",16 5>ambar 16. 2i antara pemuda ghetto dan penduduk asli 'merika tertentu dan kelompok :ndian 'laska4 angka bunuh diri telah sangat melebihi angka nasional. #unuh diri pada kelompok imigran adalah lebih tinggi dibandingkan populasi yang lahir di tempat tersebut. 2ua dari setiap tiga korban bunuh diri adalah laki!laki kulit putih. *,1 Aga#a. %ecara historis, angka bunuh diri di antara populasi Katolik adalah lebih rendah dibandingkan angka untuk Protestan dan Aahudi. Kemungkinan bahwa derajat ortodoksi dan integrasi keagamaan adalah lebih akurat untuk mengukur risiko dalam kategori ini dibandingkan keanggotaan keagamaan institusional sederhana. *,1 Statu! $erka& nan. Perkawinan yang diperkuat oleh anak tampaknya secara bermakna menurunkan risiko bunuh diri. 2i antara orang yang menikah angka bunuh diri adalah 11 per 1 . . @rang yang hidup sendirian dan tidak pernah menikah memiliki angka keseluruhan yang hampir dua kali lipat angka untuk orang yang menikah. ,etapi, orang yang sebelumnya pernah menikah menunjukkan angka yang jelas lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak pernah menikah. "1 per 1 dibandingkan dengan 1) per 1 . . untuk janda4 1 per 1 . . , untuk orang yang bercerai, dan laki!laki yang bercerai memiliki angka 69 per 1

untuk wanita yang bercerai. #unuh diri adalah lebih

sering dari biasanya pada orang yang memiliki riwayat bunuh diri 5usaha atau nyata6 di dalam keluarganya dan yang terisolasi secara sosial. Aang disebut bunuh diri ulang tahun 6

5anniversary suicide6 adalah bunuh diri yang dilakukan oleh orang yang mencabut hidupnya pada hari yang sama seperti yang dilakukan oleh anggota keluarganya. *,1

Ga#/ar 1. 'ngka kematian karena bunuh diri, menurut ras dan jenis kelamin. 'merika %erikat, 19)9. 'ngka kematian disesuaikan menurut usia. 5>ambar dari ;ational 0enter for 7ealth %tatistic. 7ealth, -nited %tates, 1991. Public 7ealth %ervice, 7yattsville, /d, 199".6 Pekerjaan. %emakin tinggi status sosial seseorang, semakin besar risiko bunuh diri, tetapi penurunan status sosial juga meningkatkan risiko. Pada umumnya, pekerjaan menghalangi bunuh diri. *,1 2i antara urutan pekerjaan, profesional, khu!susnya dokter, secara tradisional dianggap memiliki risiko terbesar untuk bunuh diri. ,etapi, penelitian yang terakhir telah menemukan tidak adanya peningkatan risiko bunuh diri untuk dokter laki!laki di 'merika %erikat. 'ngka bunuh diri tahunan untuk kelompok tersebut adalah kira!kira *6 per 1 . , yang sama dengan angka untuk laki!laki kulit putih di atas usia "+ tahun. %ebaliknya, data dari :nggris dan %kandinavia yang terakhir, menunjukkan bahwa angka bunuh diri untuk dokter laki!laki adalah dua sampai tiga kali angka yang ditemukan pada populasi laki!laki umum pada usia yang sama. *,1 Penelitian setuju bahwa dokter wanita memiliki angka risiko bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan wanita lain. 2i 'merika %erikat angka bunuh diri tahunan untuk dokter wanita adalah kira!kira 11 per 1 . dibandingkan dengan angka 1" per 1 . pada semua wanita kulit putih di atas usia "+ tahun. 2emikian juga, di :nggris dan =ales angka bunuh diri untuk dokter wanita yang tidak menikah adalah ",+ kali lebih besar daripada angka untuk wanita yang tidak menikah di dalam populasi umum, walaupun sebanding dengan yang ditemukan pada kelompok wanita profesional lainnya.* Penelitian menunjukkan bahwa dokter yang melakukan bunuh diri memiliki suatu gangguan mental. >angguan mental yang paling sering ditemukan di antara dokter dan di antara dokter yang menjadi korban bunuh diri adalah gangguan depresif dan ketergantungan (

8at. %ering kali, dokter yang melakukan bunuh diri telah mengalami kesulitan profesional, pribadi, atau keluarga yang belum lama terjadi. #aik dokter laki!laki maupun wanita secara bermakna lebih sering melakukan bunuh diri akibat overdosis 8at dan lebih jarang dengan senjata api dibandingkan orang di dalam populasi umum4 tersedianya obat dan pengetahuan tentang toksisitas adalah faktor yang penting dalam bunuh diri yang dilakukan dokter. #eberapa bukti menyatakan bahwa dokter wanita memiliki risiko seumur hidup untuk gangguan mood yang tinggi secara tidak biasanya, yang mungkin merupakan determinan utama untuk meningkatnya risiko bunuh diri. * 2i antara dokter, dokter psikiatrik dianggap memiliki risiko bunuh diri yang paling tinggi, diikuti oleh dokter ahli mata. dan ahli anestesi, tetapi terdapat kecenderungan menjadi sama di antara semua spesialisasi. Populasi yang berada dalam risiko khusus adalah musisi, dokter gigi, petugas hukum, pengacara, dan agen asuransi. #unuh diri adalah lebih tinggi pada orang yang pengangguran dibandingkan orang yang bekerja. %elama resesi ekonomi dan depresi dan waktu tingginya pengangguran, angka bunuh diri adalah meningkat. %elama waktu tingginya pekerjaan dan selama perang, angka bunuh diri menurun. * Ikl #. ,idak ada hubungan musiman dengan bunuh diri. /usim semi dan gugur memiliki sedikit peninggian bunuh diri, tetapi, berbeda dengan kepercayaan populer, bunuh diri tidak meningkat selama bulan 2esember dan musim liburan. * Ke!e)atan f ! k. 7ubungan antara kesehatan fisik dan bunuh diri adalah bermakna. Perawatan medis sebelumnya tampaknya merupakan indikator risiko bunuh diri yang berhubungan secara positif4 *" persen dari semua orang yang melakukan bunuh diri pernah mendapatkan perhatian medis dalam enam bulan kematian. Penelitian postmortem menunjukkan bahwa suatu penyakit fisik ditemukan pada "+ sampai (+ persen dari semua korban bunuh diri4 penyakit fisik diperkirakan merupakan faktor penyumbang yang penting pada 11 sampai +1 persen dari semua bunuh diri. 2alam setiap keadaan persentasi meningkat dengan bertambahnya usia. * %ebagai contoh, + persen orang dengan kanker yang melakukan bunuh diri melakukannya dalam satu tahun setelah mendapatkan diagnosis. Kanker payudara atau genital ditemukan pada ( persen dari semua wanita dengan kanker yang melakukan bunuh diri. ,ujuh penyakit sistem saraf pusat meningkatkan risiko bunuh diri. epilepsi, sklerosis multipel, cedera kepala, penyakit kardiovaskular, penyakit 7untington, demensia, dan sindrom imunodefisiensi didapat 5':2%6. %emua adalah penyakit di mana diketahui terjadi gangguan mood yang menyertai. Pasien epileptik mendapatkan barbiturat dan medikasi lain yang digunakan untuk bunuh diri. * )

#eberapa kondisi endokrin adalah berhubungan dengan meningkatnya risiko bunuh diri. penyakit 0ushing, sindrom Klinefelter, dan porfiria. >angguan mood juga ditemukan pada gangguan tersebut. 2ua gangguan gastrointestinal yang meningkatkan risiko bunuh diri adalah ulkus peptikum dan sirosis, keduanya adalah gangguan fisik ditemukan pada orang yang tergantung alkohol. 2ua masalah urogenital dengan peningkatan risiko bunuh diri adalah hipertrofi prostat dan penyakit ginjal yang diobati dengan hemodialisis, keduanya adalah masalah di mana terjadi perubahan mood. * 3aktor yang berhubungan dengan penyakit dan terlibat di dalam bunuh diri dan usaha bunuh diri adalah hilangnya mobilitas pada orang yang aktivitas fisiknya memiliki kepentingan pekerjaan atau rekreasional4 kecacatan, terutama pada wanita4 dan rasa sakit kronis yang tidak dapat diobati. 2i samping efek langsung dari penyakit, efek sekunder penyakit sebagai contoh, gangguan hubungan dan hilangnya status pekerjaan adalah faktor prognostik. * @bat tertentu dapat menyebabkan depresi, yang dapat menyebabkan bunuh diri pada beberapa kasus. 2i antara obat!obat tersebut adalah reserpine 5%erpasil6, kortikosteroid, antihipertensi 5sebagai contoh, propranolol B:nderalC6, dan beberapa obat antikanker. * Ke!e)atan #ental. 3aktor psikiatrik yang sangat penting dalam bunuh diri adalah penyalahgunaan 8at, gangguan depresif, ski8ofrenia, dan gangguan mental lainnya. 7ampir 9+ persen dari semua pasien yang melakukan bunuh diri atau berusaha bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. >angguan depresif berjumlah untuk ) persen dari angka tersebut, ski8ofrenia berjumlah 1 persen, dan demensia atau delirium untuk + persennya. 2i antara orang!orang dengan gangguan mental, "+ persen juga mengalami ketergantungan dengan alkohol dan memiliki diagnosis ganda. Pasien yang menderita depresi delusional berada pada risiko tertinggi untuk bunuh diri. Disiko bunuh diri pada pasien dengan gangguan depresif kira!kira adalah 1+ persen. 2ua puluh lima persen dari semua pasien yang memiliki riwayat perilaku impulsif atau tindakan kekerasan juga berada dalam risiko untuk bunuh diri. Perawatan psikiatrik sebelumnya untuk alasan apapun meningkatkan risiko bunuh. * 2i antara orang dewasa yang menjadi korban bunuh diri, terdapat perbedaan bermakna antara yang muda dan tua untuk diagnosis psikiatrik dan stresor sebelumnya %uatu penelitian di %an 2iego menunjukkan bahwa diagnosis penyalahgunaan 8at dan gangguan kepribadian antisosial ditemukan paling sering di antara korban bunuh diri yang berusia di bawah * tahun, dan diagnosis gangguan mood dan gangguan kognitif paling sering tahun dan lebih. %tresor yang 9 ditemukan pada korban bunuh diri yang berusia *

berhubungan dengan bunuh diri pada orang yang berusia di bawah * paling sering di antara korban bunuh diri yang berusia di atas * tahun. *

tahun adalah

perpisahan, penolakan, pengangguran, dan masalah hukum4 stresor penyakit ditemukan Pa! en $! k atr k. Disiko pasien psikiatrik untuk melakukan bunuh diri adalah * sampai 1" kali lebih besar dibandingkan yang bukan pasien psikiatrik. 2erajat risiko adalah bervariasi menurut usia, jenis kelamin, diagnosis, dan status rawat inap atau rawat jalan. %etelah penyesuaian menurut usianya, pasien psikiatrik laki!laki dan wanita yang suatu waktu sebagai pasien rawat inap masing!masing memiliki risiko bunuh diri yang + dan 1 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. -ntuk pasien rawat jalan laki!laki dan wanita yang tidak pernah dirawat di rumah sakit untuk terapi psikiatrik, masing!masing memiliki risiko bunuh diri tiga dan empat kali lebih besar, dibandingkan populasi umum. Disiko bunuh diri yang lebih tinggi untuk pasien psikiatrik yang merupakan pasien rawat inap mencerminkan kenyataan bahwa pasien dengan gangguan mental yang parah cenderung dirawat di rumah sakit sebagai contohnya, pasien gangguan depresif yang memerlukan terapi elektrokonvulsif 5$0,6. 2iagnosis psikiatrik yang memiliki risiko tertinggi untuk bunuh diri pada kedua jenis kelamin adalah gangguan mood. * @rang di dalam populasi umum yang melakukan bunuh diri cenderung berusia paruh baya atau lanjut usia4 tetapi semakin banyak penelitian yang melaporkan bahwa pasien psikiatrik yang melakukan bunuh diri cenderung relatif muda. 2alam satu penelitian usia rata!rata untuk korban bunuh diri laki!laki adalah "9,+ tahun dan untuk wanita adalah *),1 tahun. Delatif mudanya korban bunuh diri sebagian adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa dua gangguan mental kronis yang memiliki onset awal ki8ofrenia dan gangguan depresif berat rekuren berjumlah lebih dari setengah dari semua bunuh diri tersebut, yang mencerminkan usia dan pola diagnostik yang ditemukan pada sebagian besar penelitian pasien psikiatrik yang bunuh diri. * %ejumlah kecil tetapi bermakna pasien psikiatrik yang melakukan bunuh diri adalah melakukan hal tersebut saat mereka sedang dalam rawat inap. %ebagian besar pasien rawat inap yang melakukan bunuh diri tidak bunuh diri di dalam bangsalnya sendiri tetapi di lapangan rumah sakit, saat kunjungan atau libur akhir minggu, atau jika tidak hadir tanpa libur. * Disiko bunuh diri adalah paling tinggi untuk kedua. jenis kelamin dalam minggu pertama perawatan psikiatrik setelah tiga sampai lima minggu, pasien rawat inap tidak memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan risiko populasi umum. 9uga angka bunuh diri untuk pasien rawat inap tidak meningkat secara seragam dengan bertambahnya usia, seperti 1

yang terjadi pada populasi umum. Pada kenyataannya, angka bunuh diri untuk pasien psikiatrik wanita adalah menurun dengan bertambahnya usia. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh fakta bahwa orang lanjut usia yang melakukan bunuh diri tidak datang sendiri ke pelayanan medis. %aat rotasi staf, khususnya pada residen psikiatrik, adalah periode yang berhubungan dengan bunuh diri pasien rawat inap. $pidemik bunuh diri pasien rawat inap cenderung berhubungan dengan periode perubahan ideologis di, dalam bangsal, disorganisasi staf, dan demoralisasi staf. * 2i antara pasien rawat jalan psikiatrik periode setelah pemulangan adalah periode peningkatan risiko bunuh diri. %uatu pemeriksaan follow!up terhadap +. pasien yang dipulangkan dari rumah sakit psikiatrik :owa menunjukkan bahwa, pada tiga bulan pertama setelah pemulangan, angka bunuh diri untuk pasien wanita adalah "(+ kali lebih tinggi dibandingkan semua wanita :owa4 angka bunuh diri untuk pasien laki!laki adalah ( kali lebih tinggi dibandingkan semua laki!laki :owa. * Pasien yang menghubungi pelayanan psikiatrik, khususnya pasien dengan gangguan panik, juga memiliki peningkatan risiko bunuh diri. %atu penelitian melaporkan bahwa pasien tersebut memiliki angka bunuh diri menurut usia dan jenis kelamin yang tujuh kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum 5tetapi angka tersebut adalah serupa untuk populasi psikiatrik klinis lainnya6. ,erdapat dua kelompok risiko yang utama. pasien dengan gangguan depresif, ski8ofrenia, dan penyalahgunaan 8at dan pasien yang melakukan kunjungan berulang kali ke ruang gawat darurat. 9adi, profesional kesehatan mental yang bekerja di pelayanan psikiatrik harus terlatih dengan baik dalam menggali riwayat psikiatrik pasien, pemeriksaan status mental pasien, penilaian risiko bunuh diri pasien, dan membuat disposisi yang tepat dan harus menyadari perlunya menghubungi pasien yang berada dalam risiko yang tidak menghadiri perjanjian follow!up . * GANGGUAN DEPRESI-. >angguan mood adalah diagnosis yang paling sering berhubungan dengan bunuh diri. Karena risiko bunuh diri pada pasien depresif adalah meningkat terutama jika pasien terdepresi, kemajuan psikofarmakologi dalam "+ tahun terakhir telah menurunkan risiko bunuh diri di antara pasien dengan gangguan depresif. ;amun demikian, angka bunuh diri menurut usia untuk pasien yang menderita gangguan mood diperkirakan adalah 1 pasien wanita. * ?ebih banyak pasien gangguan depresif yang melakukan bunuh diri pada awal perjalanan penyakitnya dibandingkan setelahnya4 lebih banyak pasien laki!laki yang melakukan bunuh diri dibanding pasien wanita4 dan kemungkinan orang terdepresi yang 11 per 1 . untuk pasien laki!laki dan 1) per 1 . untuk

melakukan bunuh diri adalah meningkat jika mereka tidak menikah, dipisahkan, diceraikan, janda, atau baru saja mengalami kehilangan. Pasien gangguan depresif di dalam masyarakat yang melakukan bunuh diri cenderung berusia pertengahan atau lanjut usia. * %edikit penelitian yang telah meneliti pasien dengan gangguan mood mana yang memiliki peningkatan risiko bunuh diri. Penelitian tersebut menyatakan bahwa, di antara pasien yang terdepresi, isolasi sosial meningkatkan kecenderungan bunuh diri. ,emuan tersebut adalah sesuai dengan data dari penelitian epidemiologis yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan bunuh diri cenderung kurang berintegrasi dengan masyarakat. * #unuh diri di antara pasien depresif kemungkinan terjadi pada saat onset atau akhir episode depresif %eperti pada pasien psikiatrik lainnya, bulan!bulan setelah pemulangan dari rumah sakit adalah waktu terjadinya risiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa sepertiga atau lebih pasien depresi yang melakukan bunuh diri adalah melakukannya dalam enam bulan setelah meninggalkan rumah sakit, kemungkinan menderita relaps. * SKI0+-RENIA. Disiko bunuh diri adalah tinggi di antara pasien ski8ofrenik4 sampai 1 persen meninggal akibat bunuh diri. 2i 'merika %erikat diperkirakan 1. pasien ski8ofrenik melakukan bunuh diri setiap tahunnya -sia onset ski8ofrenia biasanya pada masa remaja atau dewasa awal, dan sebagian besar pasien ski8ofrenik yang melakukan bunuh diri adalah melakukannya selama tahun!tahun pertama penyakitnya4 dengan demikian, pasien ski8ofrenik yang melakukan bunuh diri cenderung relatif muda. * Kira!kira (+ persen dari semua korban bunuh diri ski8ofrenik adalah laki!laki yang tidak menikah Kira!kira + persen pernah melakukan usaha bunuh diri sebelumnya. >ejala depresif adalah berhubungan erat dengan bunuh diri mereka. Penelitian di rumah sakit telah melaporkan bahwa gejala depresif ditemukan pada periode kontak terakhir pada sekurangnya duapertiga dari semua pasien ski8ofrenik yang melakukan bunuh diri4 hanya sejumlah kecil yang melakukan bunuh diri karena instruksi halusinasi atau untuk melepaskan waham penyiksaan. %ampai + persen bunuh diri di antara pasien ski8ofrenik cenderung terjadi selama minggu!minggu dan bulan!bulan pertama setelah pemulangan dari rumah sakit4 hanya sejumlah kecil yang melakukan bunuh diri saat dalam rawat inap. * 9adi, faktor risiko untuk bunuh diri di antara pasien ski8ofrenik adalah usia yang muda, jenis kelamin laki!laki, status tidak menikah, usaha bunuh diri sebelumnya, kerentanan terhadap gejala depresif, dan baru dipulangkan dari rumah sakit. /engalami tiga atau empat kali perawatan di rumah sakit saat usia " tahunan kemungkinan mengurangi penyesuaian sosial, pekerjaan, dan seksual pasien ski8ofrenik dengan potensi bunuh diri. 2engan demikian, korban bunuh diri yang potensial kemungkinan adalah laki!laki, tidak menikah, 1"

pengangguran, terisolasi secara sosial, dan hidup sendirian kemungkinan dalam ruangan yang tunggal. %etelah pemulangan dari perawatan terakhir di rumah sakit, mereka mungkin mengalami kesengsaraan baru atau kembali mengalami kesulitan. %ebagai akibatnya, mereka menjadi sedih, mengalami perasaan putus asa dan tidak berdaya, dan berkembang menjadi mood terdepresi, dan, pada keadaan tersebut, memiliki ide bunuh diri yang akhirnya dilakukannya. * KETERGANTUNGAN ALK+H+L. %ampai 1+ persen dari semua orang yang tergantung alkohol adalah melakukan bunuh diri. 'ngka bunuh diri untuk alkoholik diperkirakan kira!kira "( per 1 . setahun4 di 'merika %erikat, antara (. dan 1*. orang yang tergantung pada alkohol adalah korban bunuh diri setiap tahunnya. * Kira!kira ) persen dari semua korban bunuh diri yang tergantung alkohol adalah laki!laki, mencerminkan rasio jenis kelamin untuk ketergantungan alkohol. Korban bunuh diri yang tergantung alkohol cenderung merupakan golongan kulit putih, usia pertengahan, tidak menikah, tidak memiliki teman, terisolasi secara sosial, dan baru saja minum. %ampai 1 persen pernah melakukan usaha bunuh diri sebelumnya. %ampai 1 persen dari semua bunuh diri oleh pasien yang tergantung alkohol terjadi dalam satu tahun perawatan terakhir pasien di rumah sakit4 pasien lanjut usia yang tergantung alkohol berada dalam risiko khusus selama periode setelah pemulangan dari rumah sakit. * Penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien tergantung alkohol yang akhirnya melakukan bunuh diri dinyatakan sebagai terdepresi selama perawatan di rumah sakit dan sampai duapertiga dinyatakan menderita gejala gangguan mood selama periode mereka melakukan bunuh diri. %ebanyak + persen dari semua korban bunuh diri yang tergantung alkohol telah mengalami kehilangan hubungan kasih sayang yang erat selama tahun sebelumnya. Kehilangan hubungan interpersonal tersebut dan jenis peristiwa kehidupan lainnya yang tidak diinginkan kemungkinan diakibatkan oleh ketergantungan alkohol dan berperan dalam perkembangan gejala gangguan mood, yang seringkali ditemukan dalam beberapa minggu atau bulan sebelum bunuh diri. * Kelompok terbesar pasien laki!laki yang tergantung alkohol adalah mereka dengan gangguan kepribadian antisosial yang menyertai. Penelitian menunjukkan bahwa pasien tersebut kemungkinan berusaha bunuh diri4 menyalahgunakan 8at lain4 menunjukkan perilaku impulsif, agresif, dan kriminal4 dan ditemukan di antara korban bunuh diri yang tergantung alkohol. * KETERGANTUNGAN 0AT LAIN. Penelitian dalam berbagai negara telah menemukan peningkatan risiko bunuh diri di antara penyalahguna 8at. 'ngka bunuh diri 1*

untuk orang yang tergantung heroin adalah kira!kira " kali lebih besar dibandingkan angka untuk populasi umum. Demaja perempuan yang menggunakan 8at intravena juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi. ,ersedianya 8at dalam jumlah letal, pemakaian intravena, gangguan kepribadian antisosial yang menyertai, gaya hidup yang kacau, dan impulsivitas adalah beberapa faktor yang mempredisposisikan orang tergantung 8at pada perilaku bunuh diri, terutama jika mereka adalah disforik, terdepresi, atau terintoksikasi . * GANGGUAN KEPRIBADIAN. %ejumlah besar korban bunuh diri memiliki berbagai macam kesulitan atau gangguan kepribadian yang menyertai. /enderita suatu gangguan kepribadian mungkin merupakan suatu determinan perilaku bunuh diri dalam beberapa cara. dengan mempredisposisikan kepada gangguan mental berat seperti gangguan depresif atau ketergantungan alkohol, dengan menyebabkan kesulitan dalam hubungan dan penyesuaian sosial, dengan mencetuskan peristiwa kehidupan yang tidak diinginkan, dengan mengganggu kemampuan untuk mengatasi gangguan mental atau fisik, dan dengan menarik orang ke dalam konflik dengan orang di sekitar mereka, termasuk anggota keluarga, dokter, dan anggota staf rumah sakit. * 2iperkirakan + persen pasien dengan gangguan kepribadian antisosial melakukan bunuh diri. #unuh diri adalah tiga kali lebih sering pada narapidana dibandingkan populasi umum. ?ebih dari sepertiga narapidana pernah menjalani terapi psikiatrik di masa lalunya, dan setengahnya pernah melakukan usaha atau ancaman bunuh diri sebelumnya, sering kali dalam enam bulan sebelumnya. * Perilaku bunuh diri sebelumnya. -saha bunuh diri di masa lalu kemungkinan merupakan indikator terbaik bahwa seorang pasien berada dalam risiko tinggi untuk bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa kira!kira 1 persen dari pasien depresi yang melakukan bunuh diri pernah melakukan usaha bunuh diri sebelumnya. Disiko untuk pasien melakukan usaha bunuh diri kedua adalah tertinggi dalam tiga bulan setelah usaha pertama. 7ubungan antara gangguan mood, bunuh diri yang dilakukan, dan usaha bunuh diri ditunjukkan pada >ambar ". * 2epresi adalah berhubungan tidak hanya dengan bunuh diri yang dilakukan tetapi juga dengan usaha bunuh diri yang serius. Penelitian yang menghubungkan karakteristik klinis dari mereka yang berusaha bunuh diri dan berbagai ukuran keseriusan medis usaha atau maksud untuk mati menunjukkan bahwa ciri klinis yang paling sering berhubungan dengan keseriusan maksud untuk mati adalah diagnosis gangguan depresif. 9uga, skor maksud untuk mati berhubungan secara bermakna dengan skor risiko bunuh diri dan jumlah serta keparahan gejala depresif. 9ika orang yang melakukan usaha bunuh diri dinyatakan sebagai memiliki maksud 11

bunuh din yang tinggi dibandingkan dengan mereka dengan maksud yang rendah, mereka secara bermakna lebih banyak adalah laki!laki, berusia lebih tua, tidak menikah atau bercerai, dan hidup sendirian. Kesimpulan dari korelasi tersebut adalah bahwa pasien depresi yang melakukan usaha bunuh. diri yang serius lebih menyerupai korban bunuh diri dibandingkan mereka yang berusaha bunuh diri. * ". ETI+L+GI -akt.r S.! al Te.r Durk)e #. %umbangan pertama yang besar untuk penelitian pengaruh sosial dan kultural terhadap bunuh diri dilakukan pada akhir abad yang lalu oleh ahli sosiologi Prancis $mile 2urkheim. 2alam upaya menjelaskan pola statistikal, 2urkheim membagi bunuh diri menjadi tiga kategori sosial. egoistik, altruistik, dan anomik. #unuh diri egoistik diterapkan pada mereka yang tidak terintegrasi secara kuat ke dalam kelompok sosial. ,idak adanya integrasi keluarga dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang tidak menikah adalah lebih rentan terhadap bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah dan mengapa pasangan dengan anak!anak adalah kelompok yang paling terlindung dari semua kelompok. /asyarakat perkotaan memiliki lebih banyak integrasi sosial dibandingkan daerah pedesaan, jadi, lebih sedikit bunuh diri. 'jaran Protestan adalah agama yang kurang bersatu dibandingkan Katolik, dan dengan demikian penganut Protestan memiliki angka bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan Katolik. * #unuh diri altruistik dimaksudkan pada orang yang integrasi ke dalam masyarakatnya terganggu, dengan demikian menghalangi mereka dari norma perilaku yang biasanya. 'nomik dapat menjelaskan mengapa mereka dengan situasi ekonomi yang berubah secara drastik adalah lebih rentan dibandingkan mereka sebelum perubahan keberuntungan mereka. 'nomik juga dimaksudkan pada ketidakstabilan sosial, dengan kehancuran standar dan nilai!nilai masyarakat. * -akt.r P! k.l.g ! Te.r -reu'. ,ilikan psikologis pertama yang paling penting ke dalam bunuh diri berasal dari %igmund 3reud. :a menggambarkan hanya satu pasien yang mencoba bunuh diri, tetapi ia melihat banyak pasien depresi. * 2alam tulisannya, &/ourning and /elancholia,& 3reud .menyatakan keyakinannya bahwa bunuh diri mencerminkan agresi yang dibelokkan ke dalam terhadap objek cinta yang terintroyeksi, dan ditangkap secara ambivalen. 3reud meragukan bahwa seharusnya terdapat bunuh diri tanpa keinginan untuk membunuh orang lain yang direpresikan sebelumnya. 1+

Te.r *enn nger. #erdasarkan konsep 3reud, Karl /enninger dalam Man Against Himself menyimpulkan bahwa bunuh diri adalah pembunuhan yang diretrofleksikan, pembunuhan yang dibalikkan sebagai akibat kemarahan pasien kepada orang lain, yang dibalikkan pada diri sendiri atau digunakan sebagai pengampunan akan hukuman. :a juga menggambarkan instink kematian yang diarahkan pada diri sendiri 5konsep Thanatos dari 3reud6. :a menggambarkan tiga komponen permusuhan dalam bunuh diri. keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati. *

Ga#/ar ". 2iagram Eenn yang meringkaskan data tentang bunuh diri dan hubungannya dengan gangguan mood dan usaha bunuh diri. 5>ambar oleh 'lec Doy, /.2.6 Te.r 1te.r /aru. Peneliti bunuh diri kontemporer tidak yakin bahwa struktur psikodinamika atau kepribadian spesifik adalah berhubungan dengan bunuh diri. ,etapi, mereka telah menulis bahwa banyak yang dapat dipelajari tentang psikodinamika pasien bunuh diri dari khayalan mereka seperti apa yang akan terjadi dan apa akibatnya jika mereka melakukan bunuh diri. Khayalan tersebut sering kali termasuk keinginan untuk balas dendam, kekuatan, pengendalian, atau hukuman4 untuk pertobatan, pengorbanan atau pemulihan4 untuk meloloskan diri atau untuk tidur4 atau untuk pembebasan, kelahiran kembali, berkumpul kembali dengan orang yang telah meninggal, atau untuk hidup baru. Pasien bunuh diri yang paling mungkin melakukan khayalan bunuh diri adalah mereka yang telah menderita kehilangan objek cinta atau menderita cedera narsistik, yang mengalami afek yang berat seperti kemarahan dan rasa bersalah, atau yang beridentifikasi dengan seorang korban bunuh diri. 2inamika kelompok mendasari bunuh diri masal seperti yang terjadi di /asada dan 16

9onestown.* @rang yang depresi mungkin berusaha bunuh diri tepat sebelum mereka tampaknya pulih dari depresinya. 2an suatu usaha bunuh diri dapat menyebabkan hilangnya depresi yang berlangsung lama, khususnya jika hal tersebut memenuhi kebutuhan pasien akan hukuman. 2engan relevansi yang sama, banyak pasien bunuh diri menggunakan preokupasi dengan bunuh diri sebagai cara untuk melawan depresi dan rasa keputusasaan yang tidak dapat ditoleransi. Pada kenyataannya, menurut penelitian oleh 'aron #eck, keputusasaan ditemukan sebagai indikator yang paling akurat untuk risiko bunuh diri jangka panjang. * -akt.r - ! .l.g Genet ka. %uatu faktor genetik dalam bunuh diri telah diajukan. Penelitian menunjukkan bahwa bunuh diri cenderung berjalan di dalam keluarga. %ebagai contoh, pada semua stadium siklus kehidupan, adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga telah ditemukan lebih banyak secara bermakna pada orang yang pernah mencoba bunuh diri dibandingkan orang yang tidak pernah melakukannya. %atu penelitian besar menemukan bahwa risiko bunuh diri untuk sanak saudara derajat pertama dari pasien psikiatrik hampir delapan kali lebih tinggi dibandingkan sanak saudara dari kontrol. %elain itu, risiko bunuh diri pada sanak saudara pasien psikiatrik yang melakukan bunuh diri adalah empat kali lebih tinggi dibandingkan pada sanak saudara pasien yang tidak melakukan bunuh diri. 2alam beberapa situasi, khususnya pada remaja, anggota keluarga yang telah melakukan bunuh diri mungkin berperan sebagai model peran dengan siapa mereka beridentifikasi jika pilihan untuk melakukan bunuh diri menjadi salah satu kemungkinan pemecahan terhadap penderitaan psikologis yang tidak dapat ditoleransi. * %atu penelitian terhadap +1 pasangan kembar mono8igotik menemukan sembilan kasus bunuh diri4 tidak ada kembar di8igotik yang sesuai unfuk bunuh diri. %uatu penelitian longitudinal pada masyarakat 'mish menemukan "6 bunuh diri yang dilakukan hanya dalam empat keluarga, semuanya menunjukkan beban genetik yang berat untuk gangguan depresif berat, gangguan bipolar :, dan gangguan mood lain. * /ungkin terdapat faktor genetik dalam bunuh diri, terutama faktor yang terlibat dalam transmisi gangguan bipolar :, ski8ofrenia, dan ketergantungan alkohol yaitu gangguan mental yang paling sering disertai oleh bunuh diri. ,etapi, suatu faktor genetik untuk bunuh diri mungkin berdiri sendiri atau sebagai tambahan untuk transmisi genetik dari suatu gangguan mental. 7al ini mungkin merupakan faktor genetik untuk impulsivitas, yang mungkin berhubungan dengan kelainan dalam sistem serotonin sentral. 1(

Neur.k # a& . 2efisiensi serotonin, diukur sebagai penurunan metabolisme +! hydto<yindo!leacetic acid 5+!7:''6, telah ditemukan dalam kelompok pasien depresi yang mencoba bunuh diri. Pasien tersebut yang mencoba bunuh diri dengan cara keras 5sebagai contoh, senjata api atau meloncat6 memiliki kadar +!7:'' yang lebih rendah di dalam cairan serebrospinalisnya dibandingkan pasien depresi yang tidak melakukan bunuh diri atau yang mencoba, bunuh diri dalam cara yang kurang keras 5sebagai contoh, overdosis 8at6. * #eberapa penelitian terhadap binatang dan manusia telah menyatakan suatu hubungan antara defisiensi sistem serotonin sentral dan pengendalian impuls yang buruk. #eberapa peneliti telah memandang bunuh diri sebagai salah satu tipe perilaku impulsif. %elain itu, suatu korelasi negatif yang bermakna antara kadar +!7:'' cairan serebrospinalis dan skor agresi seumur hidup telah dilaporkan di antara pasien dengan gangguan kepribadian. Kelompok pasien lain yang diperkirakan memiliki masalah dengan pengndalian impuls adalah pelaku kekerasan, pembakar rumah, dan mereka dengan ketergantungan alkohol, kelompok yang telah juga ditemukan memiliki kadar +!7:'' cairan serehrospinalis yang lebih rendah dibandingkan kontrol. * Petanda perifer yang mungkin untuk perilaku bunuh diri juga telah diperiksa. Pengeluaran kortisol bebas dalam urin yang tinggi, nonsupresi kortisol plasma setelah pemberian deksametason, peningkatan respons kortisol plasma terhadap infus +! hydro<ytryptophan, suatu penumpulan thyroid stimulating hatinone 5,%76 plasma terhadap infus thyrotropin releasing hormone 5,D76, kelainan konduktansi kulit, perubahan rasio katekol urin, penurunan ambilan serotonin trombosit atau jumlah ikatan imipramine 5,ofranil6 yang meninggi semuanya telah dilaporkan berhubungan dengan perilaku bunuh diri pada pasien depresi. * #eberapa penelitian telah menemukan pembesaran ventrikular dan elektroensefalogram 5$$>6 yang abnormal pada beberapa pasien bunuh diri. * %ampel darah dari kelompok sukarelawan normal yang dianalisis untuk monoamin oksidase trombosit menemukan bahwa orang dengan kadar en8im yang terendah di dalam trombositnya memiliki prevalensi bunuh diri delapan kali lebih besar di dalam keluarganya, dibandingkan dengan orang yang memiliki kadar en8im yang tinggi. ,erdapat bukti!bukti kuat adanya perubahan aktivitas monoamin oksidase trombosit pada gangguan depresif. * (. 2EDERA 3ANG DIAKIBATKAN DIRI SENDIRI 1)

Penelitian menunjukkan bahwa kira!kira 1 persen dari semua pasien di rumah sakit psikiatrik telah memotong dirinya sendiri4 rasio wanita terhadap laki!laki adalah hampir * berbanding 1. :nsidensi cedera yang diakibatkan diri sendiri 5self!injury6 pada pasien psikiatrik diperkirakan lebih dari + kali lebih besar dibandingkan populasi umum. Pemotong yang dibawa ke dokter psikiatrik cenderung telah memotong secara kronis selama beberapa tahun. 0edera yang diakibatkan diri sendiri ditemukan pada kira!kira * unit terapi 8at. * Pasien biasanya berada dalam usia " tahunan dan mungkin tidak menikah atau menikah %ebagian besar pemotongan dilakukan dengan lembut, tidak secara kasar. /emotong biasanya dilakukan sendirian dengan silet, pisau, pecahan kaca, atau cermin. Pergelangan tangan, lengan, lipat paha, dan tungkai adalah tempat pemotongan yang tersering4 wajah, payudara, dan abdomen jarang dipotong. %ebagian besar pemotong menyatakan tidak mengalami nyeri. 'lasan yang diberikan adalah kemarahan pada diri sendiri atau orang lain, menghilangkan ketegangan, dan keinginan untuk mati. %ebagian besar pemotong diklasifikasikan sebagai orang dengan gangguan kepribadian dan secara bermakna lebih introvert, neurotik, dan bermusuhan dibandingkan kontrol. Penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan 8at lain adalah sering ditemukan, dan sebagian besar pemotong pernah mencoba bunuh diri. * /utilasi diri telah dipandang sebagai destruksi diri yang setempat, dengan kesalahan penanganan impuls agresif yang disebabkan oleh harapan yang tidak disadari untuk menghukum diri sendiri maupun objek yang diintroyeksikan. #eberapa ahli memandang pemotong sebagai bunuh diri semu (pseudosuicidal). * 4. PREDIKSI Klinisi harus menilai risiko pasien individual untuk bunuh diri atas dasar pemeriksaan klinis. 7al yang paling prediktif yang berhubungan dengan risiko bunuh diri dituliskan dalam ,abel 1. 2i antara karakteristik risiko tinggi adalah usia di atas 1+ tahun, jenis kelamin laki!laki, ketergantungan alkohol 5angka bunuh diri adalah + kali lebih tinggi pada orang yang ketergantungan alkohol dibandingkan yang tidak ketergantungan alkohol6, perilaku kekerasan, perilaku bunuh diri sebelumnya, dan perawatan psikiatrik sebelumnya. #unuh diri dikelompokkan ke dalam faktor berhubungan dengan risiko tinggi dan risiko rendah 5,abel "6. * Ta/el 1 -akt.r1fakt.r %ang Ber)u/ungan 'engan R ! k. Bunu) D r 19 persen dari semua penyalahguna 8at oral dan 1 persen pada semua pemakai intravena yang dibawa ke

Ta/el " Pen la an R ! k. Bunu)

"

Klinisi harus selalu menanyakan tentang gagasan bunuh diri sebagai bagian dari pemeriksaan status mental, khususnya jika pasien terdepresi. Pasien harus ditanya secara langsung. &'pakah 'nda atau pernahkan 'nda mencoba bunuh diriF * 'pakah 'nda ingin meninggalF& 2elapan dari 1 orang yang akhirnya melakukan bunuh diri memberikan peringatan akan usahanya. ?ima persen mengatakannya secara terbuka bahwa mereka ingin mati. 9ika pasien mengakui adanya rencana, hal tersebut merupakan tanda yang cukup berbahaya. 9uga, jika pasien yang pernah mengancam bunuh diri menjadi tenang dan kurang teragitasi dibandingkan sebelumnya, hal tersebut mungkin merupakan tanda yang tidak menyenangkan. Klinisi harus memperhatikan secara khusus faktor!faktor yang tertulis dalam ,abel *. *

Ta/el ( R &a%at5 Tan'a5 'an Gejala R ! k. Bunu) D r "1

1. -paya atau khayalan bunuh diri sebelumnya ". Kecemasan, depresi, kelelahan *. ,ersedia alat!alat untuk bunuh diri 1. Kepedulian efek bunuh diri dari anggota keluarga +. >agasan bunuh diri yang diungkapkan 6. /embuat surat wasiat, ditandatangani kembali setelah depresi teragitasi (. Krisis hidup, seperti dukacita atau akan menjalani pembedahan ). Diwayat bunuh diri dalam keluarga 6. TERAPI %ebagian besar bunuh diri pada pada pasien psikiatrik dapat dicegah. #eberapa pasien mengalami penderitaan yang sangat berat dan kuat atau sangat kronis dan tidak responsif terhadap pengobatan di mana mereka akhirnya bunuh diri dianggap sebagai tidak dapat dicegah4 untungnya, pasien seperti itu relatif jarang. #eberapa pasien lainnya menderita gangguan kepribadian yang parah, sangat impulsif, dan melakukan bunuh diri dalam cara yang tampaknya impulsif, sering kali jika disforik atau terintoksikasi. #ukti!bukti bahwa penilaian atau terapi yang tidak adekuat adalah berhubungan dengan bunuh diri menyatakan bahwa sebagian besar bunuh diri pada pasien psikiatrik kemungkinan dapat dicegah. * Penilaian potensi bunuh diri melibatkan penggalian riwayat psikiatrik yang lengkap4 pemeriksaan status mental pasien yang menyeluruh4 dan pertanyaan tentang gejala depresif, pikiran, maksud, rencana, dan usaha bunuh diri. ,idak adanya rencana masa depan, memberikan barang!barang miliknya, membuat surat wasiat, dan baru mengalami kehilangan berarti peningkatan risiko untuk bunuh diri. Keputusan untuk merawat pasien di rumah sakit tergantung pada diagnosis, keparahan depresi dan gagasan bunuh diri, kemampuan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah, situasi hidup pasien, tersedianya dukungan sosial, dan tidak adanya atau adanya faktor risiko untuk bunuh diri. * Tera$ Ra&at lna$ La&an Ra&at Jalan 'pakah perlu merawat pasien dengan ide bunuh diri di rumah sakit adalah keputusan klinis yang paling penting. ,idak semua pasien tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit4 beberapa dapat diobati atas dasar rawat jalan. ,etapi tidak adanya sistem pendukung sosial yang kuat, suatu riwayat perilaku impulsif, dan rencana tindakan bunuh diri adalah indikasi untuk perawatan di rumah sakit. -ntuk menentukan apakah dimungkinkan terapi rawat jalan, klinisi harus menggunakan pendekatan klinis yang langsung meminta pasien yang diduga bermaksud bunuh diri untuk setuju menelpon segera jika mencapai titik di mana ""

mereka tidak yakin akan kemampuan mereka untuk mengendalikan impuls bunuh dirinya. Pasien yang dapat membuat persetujuan tersebut memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kekuatan yang cuk!up untuk mengendalikan impuls tersebut dan untuk mencari bantuan. * %ebagai balasan komitmen pasien, harus dapat dihubungi pasien dalam "1 jam sehari. 9ika pasien yang, dipertimbangkan secara serius akan bunuh diri tidak dapat membuat komitmen, perawatan gawat darurat di rumah sakit adalah diindikasikan, dan baik pasien maupun keluarga pasien harus dianjurkan demikian. ,etapi, jika pasien dapat diobati atas dasar rawat jalan, ahli terapi harus memberitahukan nomor telepon rumah dan kantornya untuk dihubungi dalam keadaan gawat4 kadang!kadang, pasien menghubungi secara tidak diharapkan pada larut malam atau hanya memberikan nama pada alat penjawab. 9ika pasien menolak perawatan di nunah sakit, keluarga harus mengambil tanggung jawab untuk bersama! sama dengan pasien selama "1 jam sehari. * /enurut %chneidman, klinisi memiliki beberapa tindakan preventif praktis untuk menghadapi orang yang ingin bunuh diri. 516 turunkan penderitaan psikologis dengan memodifikasi lingkungan pasien yang penuh dengan stres, menuliskan bantuan dari pasangan, perusahaan, atau teman4 5"6 membangun dukungan yang realistik dengan menyadari bahwa pasien mungkin memiliki keluhan yang masuk akal4 dan 5*6 menawarkan alternatif terhadap bunuh diri. * #anyak dokter psikiatrik percaya bahwa tiap pasien yang pernah melakukan usaha bunuh diri, terlepas dari letalitasnya, harus dirawat di rumah sakit. =alaupun sebagian besar pasien tersebut secara sukarela masuk ke rumah sakit, bahaya terhadap dirinya sendiri adalah salah satu indikasi yang jelas yang sekarang diterima pada semua negara untuk perawatan involunter. * 2alam rumah sakit pasien mungkin menerima medikasi antidepresan atau antipsikotik sesuai indikasi4 terapi individual, terapi kelompok, dan terapi keluarga adalah tersedia4 dan pasien mendapatkan dukungan sosial rumah sakit dan rasa aman. ,indakan terapeutik lain tergantung pada diagnosis dasar pasien. %ebagai contoh, jika ketergantungan alkohol adalah masalah yang berhubungan, terapi harus diarahkan untuk menghilangkan kondisi tersebut. * =alaupun pasien yang diklasifikasikan sebagai memiliki gagasan bunuh diri akut memiliki prognosis yang lebih baik, pasien yang secara kronis mencoba bunuh diri adalah sukar untuk diobati, dan mereka melelahkan pengasuhnya. Pengamatan yang terus!menerus oleh perawat khusus, pengurungan, dan pengikatan tidak dapat mencegah bunuh diri jika pasien teguh. ,erapi elektrokonvulsif 5$0,6 mungkin diperlukan untuk beberapa pasien yang "*

terdepresi parah, yang mungkin memerlukan beberapa kali pengobatan . * ,indakan yang berguna untuk terapi pasien rawat inap yang mencoba bunuh diri dan mengalami depresi adalah memeriksa barang!barang pasien dan orang yang berkunjung ke bangsal untuk mencari benda!benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri dan secara berulang mencari eksaserbasi gagasan bunuh diri. :dealnya, pasien rawat inap yang mencoba bunuh diri dan mengalami depresi harus diobati dalam bangsal yang terkunci di mana jendela dipasang terali, dan ruang pasien harus berlokasi dekat dengan tempat perawat untuk memaksimalkan pengamatan oleh staf perawat. ,im yang mengobati harus memeriksa secara berulang atau terus!menerus mengawasi secara langsung. ,erapi yang aktif dengan medikasi antidepresan harus dimulai. * Psikoterapi suportif oleh dokter psikiatrik menunjukkan perhatian dan dapat menghilangkan beberapa penderitaan kuat yang dialami pasien. #eberapa pasien mampu untuk menerima pendapat bahwa mereka menderita akibat penyakit yang diketahui dan bahwa mereka kemungkinan sembuh lengkap. Pasien harus diminta supaya jangan membuat keputusan hidup yang besar saat mereka tertekan untuk bunuh diri, karena keputusan tersebut sering ditentukan secara morbid dan mungkin tidak dapat ditarik kembali. 'kibat dari keputusan yang buruk tersebut dapat menyebabkan rasa bersalah dan kesengsaraan lebih lanjut bila pasien telah pulih. * Pasien yang sedang pulih dari depresi bunuh diri berada pada risiko khusus. %aat depresi menghilang, pasien menjadi memiliki energi dan dengan demikian mampu untuk melakukan rencana bunuh dirinya. Kadang!kadang pasien depresi, dengan atau tanpa terapi, secara tiba!tiba tampak damai dengan dirinya sendiri karena mereka telah mengambil keputusan rahasia untuk melakukan bunuh diri. Klinisi harus secara khusus mencurigai perubahan klinis yang dramatis tersebut, yang mungkin meramalkan usaha bunuh diri. %eorang pasien mungkin melakukan bunuh diri walaupun berada dalam rumah sakit. /enurut satu penelitian, kira!kira 1 persen dari semua bunuh diri dilakukan oleh pasien yang sedang diobati dalam rumah sakit umum medis!bedah atau psikiatrik4 tetapi, angka bunuh diri tahunan dalam rumah sakit psikiatrik hanya , * persen. * Pert #/angan )uku# 'an et ka. /asalah tanggung jawab yang berasal dari bunuh diri di rumah sakit psikiatrik sering kali melibatkan pertanyaan tentang kecepatan pemburukan pasien, adanya tanda klinis yang menyatakan risiko selama perawatan di rumah sakit, dan pengetahuan dan respons dokter psikiatrik dan anggota staf terhadap tanda klinis tersebut. * "1

Pada kira!kira setengah kasus di mana terjadi bunuh diri saat pasien berada dalam unit psikiatrik, terjadi tuntutan hukum. 'pa yang diperlukan pengadilan adalah bukan bahwa bunuh diri tidak pernah terjadi tetapi apakah pasien secara berkala diperiksa untuk risiko bunuh diri, apakah rencana pengobatan dengan tingkat keamanan yang tinggi telah disusun, dan apakah anggota staf mengikuti rencana pengobatan. * %ekarang ini, bunuh diri dan usaha bunuh diri masing!masing secara bervariasi dipandang sebagai suatu kejahatan berat dan pelanggaran hukum ringan4 pada beberapa negara tindakan tersebut tidak dipandang sebagai kriminal tetapi tidak sah di bawah hukum dan undang!undang yang biasanya. Peranan penolong dan sekutu dalam bunuh diri menambah dimensi lain terhadap kekacauan hukum4 beberapa keputusan pengadilan telah menyatakan bahwa, walaupun bunuh diri maupun usaha bunuh diri tidak dapat dihukum, setiap orang yang membantu tindakan bunuh diri dapat dihukum. * 2. KEGAWATDARURATAN PSIKIARTIK LAIN %uatu kegawatdaruratan psikiatrik adalah tiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan di mana diperlukan intervensi terapeutik yang segera. Karena berbagai alasan seperti bertambah banyaknya kekerasan, meningkatnya pemahaman peranan penyakit organik pada perubahan status mental, dan epidemik ketergantungan alkohol dan gangguan berhubungan 8at lainnya jumlah pasien gawat darurat adalah meningkat. 2okter, termasuk dokter psikiatarik, adalah memiliki peranan yang luas sebagai klinisi primer atau konsultan sebagai bagian dari pelayanan medic gawat darurat yang terpadu. /eluasnya lingkup psikiatri gawat darurat lebih luas dari praktek psikiatrik umumnya dengan memasukkan masalah khusus seperti penyalahgunaan 8at, penyiksaan anak, dan pasangan4 kekerasan dalam bentuk bunuh diri, pembunuhan, dan pemerkosaan4 dan masalah sosial seperti tuna wisma, lanjut usia, kompetensi, dan sindrom imunodefisiensi didapat 5':2%4 acquired immuno deficiency syndrome). 2okter psikiatrik gawat darurat harus tetap mengetahui perkembangan terakhir masalah medikolegal dan perawatan. * 1. EPIDE*I+L+GI Duang gawat darurat psikiatrik sama banyak digunakan oleh laki!laki dan wanita dan lebih banyak oleh orang yang tidak menikah dibandingkan orang yang menikah. Kira!kira " persen pasien adalah pelaku percobaan bunuh diri, dan kira!kira 1 persen adalah kekerasan. 2iagnosis yang paling sering adalah gangguan mood 5termasuk gangguan depresif dan episode manik6, ski8ofrenia, dan ketergantungan alkohol. Kira!kira 1 persen dari semua pasien yang dijumpai dalam ruang gawat darurat psikiatrik membutuhkan perawatan di rumah sakit. "+

%ehagian besar kuniungan teriadi selama malam hari, tetapi tidak ada perbedaan yang dida! sarkan pada hari dalam seminggu atau bulan dalam setahun. #erbeda dengan kepercayaan umum, penelitian tidak menemukan peninggian penggunaan ruang gawat darurat dibandingkan biasanya selama bulan pumama atau selama musim ;atal. * ". WAWAN2ARA PSIKIATRIK GAWAT DARURAT =awancara gawat darurat adalah serupa dengan wawancara psikiatrik standar kecuali keterba! tasan waktu yang dimikili pasien lain yang menunggu untuk diperiksa dan kemungkinan men! desaknya dalam memeriksa risiko pasien atau pasien lain. Pada umumnya, dokter memusatkan perha! tian pada keluhan yang diajukan dan alasan pasien * datang ke ruang gawat darurat pada saat tersebut. Keterbatasan waktu mengharuskan klinisi menyusun wawancara, khususnya dengan pasien yang mungkin berespons dengan jawaban penyakitnya yang panjang dan tidak teratur. 9ika teman, sanak saudara, atau polisi menyertai pasien, riwayat penyakit pelengkap harus didapatkan dari mereka, khususnya jika pasien membisu, negativistik, tidak dapat bekerja sama, atau tidak sanggup untuk memberikan riwayat penyakit yang koheren. * Pasien mungkin sangat termotivasi untuk menceritakan dirinya sendiri untuk mendapatkan kesembuhan dari penderitaannya, tetapi mereka juga termotivasi secara sadar maupun tidak disadari untuk menyembunyikan perasaan yang paling dalam yang mereka rasa akan memalukan atau mengancam. 9ika pasien telah dibawa ke rumah sakit secara paksa, kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama mungkin terganggu karena alasan tersebut. 7ubungan dokter psikiatrik dengan pasien sangat mempengaruhi apa yang dikatakan pasien dan apa yang tidak dikatakan pasien, walaupun dalam konteks wawancara pertama di ruang gawat darurat4 dengan demikian, sebagian besar wawancara psikiatrik gawat darurat melibatkan teknik mendengarkan, observasi, dan interpretasi yang spesifik dan canggih, yang memberikan dasar untuk latihan psikiatrik pada umumnya. #ersikap langsung, sopan, tenang, dan tidak mengancam adalah hal yang sangat penting, karena kemampuan untuk menyampaikan gagasan kepada pasien bahwa klinisi menguasai keadaan dan akan bertindak secara tegas untuk melindungi mereka dari melukai diri sendiri atau orang lain. * ,abel 1 meringkaskan sejumlah faktor awal yang diperlukan dalam penilaian kegawat! daruratan psikiatrik. * Kadang!kadang kontak dengan ruang gawat adalah melalui telepon. pada kasus tersebut dokter psikiatrik harus mendapatkan nomor telepon dari mana pasien menghubungi dan alamat yang pasti. 7al tersebut adalah penting jika hubungan terputus4 hal tersebut mungkinkan dokter psikiatrik langsung menolong pasien. 9ika pasien sendirian dan dokter psikiatrik yakin bahwa "6

pasien berada dalam bahaya, polisi harus diberi tahu. 9ika mungkin, seorang asisten harus menghubungi polisi melalui jalur telepon lain saat dokter psikiatrik terus menahan pasien di telepon sampai datang bantuan. Pasien tidak boleh diminta untuk mengemudikan kendaraan sendirian untuk datang ke rumah sakit. /alahan, tim medis gawat darurat harus dikirim untuk membawa pasien ke rumah sakit. * Ta/el 4 %trategi -mum dalam /emeriksa Pasien :. Perlindungan diri sendiri '. Ketahui sebanyak mungkin tentang pasien sebelum menjumpainya. #. %erahkan prosedur pengikatan fisik pada mereka yang terlatih untuk melakukannya. 0. =aspada terhadap risiko ancaman kekerasan. 2. Perhatikan keamanan fisik di sekitarnya 5misalnya, pintu, benda!benda di ruangan6. $. /intalah orang lain hadir selama pemeriksaan jika diperlukan. 3. Perhatikan untuk mengembangkan ikatan dengan pasien 5misalnya, jangan mendebat atau mengancam pasien dengan psikosis paranoid6. ::. /encegah bahaya '. 0egah melukai diri sendiri dan bunuh diri. ?akukan cara apa saja yang diperlukan untuk mencegah pasien melukai dirinya sendiri selama pemeriksaan. #. 0egah kekerasan terhadap orang lain. %elama pemeriksaan, secara singkat nilailah pasien untuk risiko kekerasan. 9ika risiko dianggap bermakna, pertimbangkan pilihan berikut. 1. #eritahukan kepada pasien bahwa kekerasan tidak dapat diterima. ". 2ekati pasien dengan cara yang tidak mengancam, *. ,enteramkan dan tenangkan pasien atau bantu dalam tes realitas. 1. >unakan medikasi. +. #eritahukan kepada pasien bahwa pengikatan atau pengurungan akan dilakukan jika diperlukan. 6. /intalah tim untuk siap mengikat pasien. (. 9ika pasien terikat selalu dengan cermat amati mereka, dan sering periksalah tanda vital mereka. lsolasi pasien yang terikat dari stimuli yang menimbulkan agitasi. %egera rencanakan pendekatan lebih lanjut ! medikasi, penenteraman, pemeriksaan medis. :::. %ingkirkan gangguan kognitif yang disebabkan oleh kondisi medis umum. :E. %ingkirkan ancaman psikosis. Kemungkinan kesalahan yang terbesar di ruang gawat darurat psikiatri adalah terlalu "(

memperhatikan penyakit medis sebagai penyebab penyakit emosional. ,rauma kepala, penyakit medis, penyalahgunaan 8at 5termasuk alkohol6, penyakit serebrovaskular, kelainan metabolik, dan medikasi semuanya mungkin menyebabkan perilaku abnormal, dan dokter psikiatrik harus menggali riwayat medis yang lengkap yang memusatkan perhatian pada bidang tersebut. * (. Per laku Kekera!an 'an *en%erang ,ugas pertama dalam menilai perilaku kekerasan adalah untuk memastikan penyebabnya. Penyebab mengarahkan pengobatan. Pasien dengan gangguan pikiran yang ditandai oleh halusinasi yang memerintah mereka untuk membunuh seseorang adalah memerlukan perawatan di rumah sakit psikiatarik dan medikasi antipsikotik. 9ika mereka tidak mau menerima pengobatan, diperlukan sertifikasi untuk melindungi korban yang dimaksud dan pasien. /ereka yang memiliki pandangan kebebasan sipil yang ekstrem tidak dapat menyadari bahwa sertifikasi medis telah dikembangkan secara hukum bukan hanya untuk melindungi masyarakat dari pasien yang melakukan kekerasan tetapi juga untuk melindungi pasien dari akibat perilaku kekerasan mereka yang tidak disadarinya. Pasien yang, saat psikotik, menghancurkan barang!barang keluarga atau teman!teman atau mengancam untuk melakukan atau melakukan penyerangan kekerasan adalah menghancurkan dukungan sosial yang mereka perlukan untuk menolong mereka berfungsi setelah mood yang menyimpang dan gagasan delusional dikoreksi. * Perilaku kekerasan dan menyerang adalah sukar untuk diramalkan 5,abel +6. ,etapi, rasa takut yang dimiliki orang!orang terhadap pasien psikiatrik adalah tidak sebanding dengan proporsi sekelompok kecil yang memiliki bahaya sesungguhnya bagi orang lain. Prediktor terbaik untuk potensi perilaku kekerasan adalah 516 asupan alkohol yang berlebihan, 5"6 riwayat tindakan kekerasan dengan penahanan atau aktivitas kriminal, dan 5*6 riwayat penyiksaan pada masa anak!anak. =alaupun pasien yang melakukan kekerasan dapat menimbulkan rasa takut realistik pada dokter psikiatrik, mereka juga dapat menimbulkan rasa takut yang tidak realistik yang mengganggu pertimbangan klinis dan yang dapat menyebabkan pemakaian sedasi atau pengikatan fisik yang belum waktunya atau berlebihan. Pasien yang melakukan kekerasan biasanya merasa ketakutan atas impuls permusuhan dirinya sendiri dan mencari bantuan untuk mencegah kehilangan kendali. ;amun demikian, pengikatan harus dilakukan jika terdapat risiko kekerasan yang dapat dipertimbangkan. * Ta/el 6 *en la 'an *era#alkan Per laku Kekera!an
,anda ancaman kekerasan ,indakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik

")

'ncaman verbal atau fisik /embawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai senjata 5misalnya, garpu, asbak6 'gitasi psikomotor progresif :ntoksikasi alkohol atau 8at lain 0iri paranoid pada pasien psikotik 7alusinasi dengar dengan perintah kekerasan G beberapa tetapi tidak semua pasien berada pada risiko tinggi Penyakit otak, global atau dengan temuan lobus frontalis4 lebih jarang pada temuan lobus temporalis 5kontroversial6 Kegembiraan katatonik $pisode manik tertentu $pisode depresif teragitasi tertentu >angguan kepribadian 5kekerasan, penyerangan, atau diskontrol impuls6 ;ilai risiko kekerasan Pertimbangkan ide kekerasan, keinginan, maksud, rencana, tersedianya cara, melakukan rencana, harapan akan pertolongan Pertimbangkan faktor demografik ! jenis kelamin 5laki!laki6, usia 51+!"16, status sosioekonomi 5rendah6, dukungan sosial 5sedikit6 Pertimbangkan riwayat pasien. kekerasan, tindakan antisosial bukan kekerasan, diskontrol impuls 5misalnya, berjudi, penyalahgunaan 8at, bunuh diri atau melukai diri sendiri, psikosis6 Pertimbangkan stresor yang jelas 5misalnya, konflik perkawinan, kehilangan yang nyata atau simbolik6

4. DIAGN+SIS BANDING 2okter psikiatrik gawat darurat harus mempertimbangkan berbagai kondisi yang dapat menyebabkan tanda dan gejala yang tampak. Keluhan yang paling sering masuk dalam kategori kecemasan, depresi, mania, dan gangguan pikiran. Kondisi tersebut mungkin bertumpang tindih dan memiliki penyebab yang bermacam!macam. * 2iagnosis banding kecemasan, episode depresit episode manik, dan gangguan pikiran dituliskan dalam ,abel 6 sampai ,abel 9. Kecemasan adalah berbeda dari depresi, mania, dan gangguan pikiran di mana sejumlah penyakit yang dapat menyebabkan kecemasan adalah membahayakan kehidupan. 'ncaman infark miokardium, emboli paru!paru, aritmia jantung, dan perdarahan internal menyebabkan kecemasan akut sampai ke tingkat panik. >agal jantung kongestif yang tidak dapat diobati sekunder karena infark miokardium yang tenang atau aritmia jantung yang malignan mungkin mematikan. @rang lanjut usia yang baru saja mengalami kehilangan mungkin dirasakan menderita depresif atau gagasan nihilistik jika, pada kenyataannya, usia dan stres telah mendorong mereka ke dalam penyakit yang membahayakan hidup yang dimanifestasikan oleh kecemasan dan rasa akan meninggal. @rang yang mengalami depresi sebagai efek samping dari medikasi antihipertensif ! sebagai contoh, propranolol 5:nderal6 ! mungkin memandang pasangan, anak!anak, teman, atau "9

pekerjaan dalam sudut yang negatif yang menyebabkan dihentikannya medikasi. * Ta/el 7 D agn.! ! Ban' ng Ke8e#a!an
2elirium dan putus alkohol :ntoksikasi dan putus amfetamin 5atau 8at yang berhubungan6 >angguan kecemasan >angguan bipolar : >angguan kepribadian ambang :ntoksikasi kafein 'rteriosklerosis serebral :ntoksikasi kokain $nsefalitis 7ipertensi esensial 7ipertiroidisme %indrom hiperventilasi 7ipokalsemia 7ipoglikemia 7ipokalemia 'ncaman infark miokardium Perdarahan internal >angguan depresif berat Prolapsus katup mitralis Kecemasan normal Penyakit lobus temporalis lain >angguan panik ,akikardia atrium paroksismal dan aritmia jantung lain 3eokromositoma 3obia %indrom pascagegar $pilepsi psikomotor >angguan psikotik $mboli paru!paru %ki8ofrenia Putus dan delirum sedatif, hipnotik, atau ansiolitik >angguan seksual $ndokarditis bakterialis subakut ,abel diambil dari 'ndrew $dmund %laby, /.2., Ph.2.

,abel ( 2iagnosis #anding $pisode 2epresif

Ta/el 9 D agn.! ! Ban' ng E$ !.'e *an k

,abel 9 2iagnosis #anding >angguan Pikiran

*1

Ta/el (1."11: *elakukan Peng katan


?ebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk mengikat pasien. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman dan paling menjamin. 9elaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat. %eorang anggota staf harus selalu terlihat dan menenteramkan pasien yang diikat. Penenteraman membantu menghilangkan rasa takut ketidakberdayaan, impotensi, dan hilangnya kendali pasien. Pasien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan diikat di satu sisi dan lengan lain diikat di atas kepala pasien. Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga cairan intravena dapat diberikan jika diperlukan. Kepala pasien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan pasien dan untuk menurunkan kemungkinan aspirasi. Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan kenyamanan. %etelah pasien diikat, klinisi memulai terapi, menggunakan intervensi verbal. =alaupun telah diikat, sebagian besar pasien masih menggunakan medikasi antipsikotik dalam bentuk terkonsentrasi. %etelah pasien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan interval lima menit sampai pasien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak dianjurkan membiarkan pasien hanya dengan satu ikatan. %elalu mencatat dengan lengkap alasan pengikatan, perjalanan terapi, dan respons pasien terhadap terapi saat dalam pengikatan. ,abel dari =.D. 2ubin, K.9. =eiss. $mergency psychiatry, 2alam Psychiatry, vol ". D. /ichaels, '. 0opper, %.#. >u8e, ?.?. 9udd, >.?. Klerman, '.9. %olnit, '.9. %unkard, P.9. =ilner, editor. ?ippincott, Philadelphia, 1991. 2igunakan dengan i8in.

,abel 1

menuliskan ciri!ciri yang harus membuat dokter ruang gawat darurat

mempertimbangkan kondisi organik sebagai penyebab keluhan. * *"

Ta/el 1: 0iri!0iri yang /engarahkan Penyebab /edis dari suatu >angguan /ental
@nset akut 5dalam beberapa jam atau menit, dengan gejala pendahuluan6 $pisode pertama -sia geriatrik Penyakit atau cedera fisik belum lama Penyalahgunaan 8at yang bermakna >angguan persepsi nonauditorik >ejala neurologis ! hilang kesadaran, kejang, trauma kepala, perubahan pola nyeri kepala, perubahan penglihatan ,anda status mental klasik ! penurunan kesadaran, disorientasi, gangguan daya ingat, gangguan konsentrasi dan atensi, diskalkulia, kekonkretan ,anda status mental lain ! gangguan bicara, gerakan, atau gaya berjalan 'praksia konstruksional ! kesulitan menggambar jam, kubus, segilima yang berpotongan, rancangan #ender gestalt 0iri katatonik ! ketelanjangan, negativisme, melawan, kekakuan, posturing, fleksibilitas lilin, ekopraksia, ekolalia, seringai, membisu

,abel 11 menuliskan gangguan sistem saraf pusat yang memerlukan terapi segera. ,abel 1" menuliskan gangguan sistem saraf pusat dengan ciri perilaku yang dapat menyebabkan pasien dibawa ke ruang gawat darurat psikiatrik. Ta/el 11 >angguan %istem %araf Pusat >lobal -mum yang /emerlukan ,erapi %egera
7ipoglikemia ! dekstrosa + H :E atau jus peroral, segera, berikan kepada semua penderita diabetes. $nsefalopati =ernicke ! tiamin, 1 mg :E, segera :ntoksikasi opioid I nala<one 5;arcan6, 1 mg :E, segera

Ta/el 1" >angguan %istem %araf Pusat 3okal -mum dengan 0iri Perilaku
'fasia ! afasia fasih atau reseptif menyebabkan pasien tidak mengerti kata!kata yang diucapkan, walaupun mereka mungkin berbicara fasih tetapi inkoheren %indrom lobus frontalis ! perubahan perilaku motorik, kemampuan untuk berkonsentrasi, mengungkapkan alasan, berpikir, pertimbangan sosial, dan pengendalian impuls %indrom lobus temporalis ! psikosis, kejang, ciri kepribadian dan Kluver!#ucy %indrom lobus parietalis ! lesi kanan dengan penyangkalan dan hipomania %indrom lobus osipitalis ! sindrom 'nton 5kebutaan kortikal dengan penyangkalan6

2iagnosis banding perilaku kekerasan adalah demensia menetap akibat 8at, gangguan kepribadian antisosial, ski8ofrenia katatonik, infeksi cerebral, neoplasma cerebral, gangguan kepribadian obsesif!kompulsif, gangguan disosiatif, gangguan pengendalian impuls, **

gangguan seksual, intoksikasi idiosinkratik alkohol, gangguan delusional, gangguan kepribadian paranoid, ski8ofrenia, gangguan penyesuaian sosial tanpa gangguan mental, epilepsi lobus temporalis, gangguan bipolar :, dan kekerasan yang tidak terkendali sekunder karena stres pribadi. * 6. TERAPI Pasien dalam episode kekerasan tidak memperhatikan campur tangan rasional dan orang lain dan kemungkinan bahkan tidak mendengarkan mereka. 9ika memiliki senjata, pasien tersebut secara khusus berbahaya dan mampu untuk membunuh. Pasien tersebut harus dilucuti senjatanya oleh personal hukum yang terlatih tanpa melukai pasien jika dimungkinkan. 9ika tidak bersenjata, pasien tersebut harus didekati dengan cukup bantuan dan dengan kekuatan yang cukup, sehingga sebagai akibatnya, tidak terjadi perlawanan. 2alam ruang gawat darurat, polisi yang bersenjata harus selalu mengeluarkan peluru dari senjatanya. Pada sejumlah keadaan, pasien yang terganggu merebut pistol yang berpeluru dan secara sembarangan membunuh orang lain. * Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang aman. #eberapa pasien perlu untuk dipindahkan ke unit forensik karena beratnya potensi kekerasan mereka. /edikasi yang spesifik untuk gangguan diberikan jika diindikasikan, kecuali diperlukan tindakan nonspesifik untuk memodifikasi perilaku sampai penyebabnya dipastikan dan terapi spesifik dapat dimulai. * Pemakaian medikasi adalah dikontraindikasikan pada pasien yang teragitasi akut yang menderita cedera kepala, karena medikasi dapat membingungkan gambaran klinis. Pada umumnya, haloperidol intramuskular 5:/6 adalah salah satu terapi gawat darurat yang paling bermanfaat untuk pasien psikotik yang melakukan kekerasan. * ,erapi elektrokonvulsif 5$0,6 juga telah digunakan dalam ruang gawat darurat untuk mengendalikan kekerasan psikotik. %atu atau beberapa kali $0, dalam beberapa jam biasanya mengakhiri suatu episode kekerasan psikotik. * P! k.tera$ 2alam intervensi psikiatrik gawat darurat, semua usaha dilakukan untuk membantu pasien mempertahankan harga dirinya. $mpati adalah penting untuk penyembuhan pasien psikiatrik. Pengetahuan yang diperlukan adalah bagaimana tenaga biogenetik, situasional, perkembangan, dan eksistensial berkumpul pada satu titik dalam riwayat penyakit untuk menciptakan kegawatdaruratan psikiatrik adalah serupa untuk kematangan keterampilan pada dokter psikiatrik. >angguan penyesuaian pada semua kelompok usia dapat menghasilkan ledakan kemarahan *1

yang mirip tantrum. ?edakan tersebut ditemukan terutama pada pertengkaran perkawinan. Polisi seringkali dihubungi oleh tetangga yang terganggu karena suara yang bertengkar. Pertengkaran keluarga tersebut harus didekati dengan berhati!hati, karena mungkin dipersulit dengan penggunaan alkohol dan adanya senjata yang berbahaya. Pasangan yang berperang sering kali mengalihkan kemarahannya pada orang luar yang tidak waspada. 7arga diri yang terluka adalah masalah yang utama. 2engan demikian, sikap yang merendahkan atau menghina harus dihindari, dan diusahakan untuk mengomunikasikan sikap rasa hormat dan keinginan untuk mendamaikan yang sesungguhnya. * 2alam kekerasan keluarga dokter psikiatrik hams mencatat kerentanan khusus pada sanak saudara dekat yang tertentu. %eorang istri atau suami mungkin memiliki perlekatan masokistik yang penuh keanehan kepada pasangan dan melakukan kekerasan dengan mengejek dan merendahkan harga diri pasangannya dengan cara lain. 7ubungan tersebut sering kali berakhir dengan pembunuhan pasangan yang menimbulkan kekerasan dan kadang!kadang bunuh diri pada pasangan lain, suatu dinamika yang sering dikenal sebagai perjanjian bunuh diri (suicide pacts). * %eperti pada banyak kasus pasien yang bunuh diri, banyak pasien yang rnelakukan kekerasan memerlukan perawatan di rumah sakit dan biasanya menerima tawaran perawatan rawat inap dengan rasa kesembuhan. * ?ebih dari satu ahli psikoterapi atau psikoterapi adalah sering digunakan dalam terapi gawat darurat. %ebagai contoh, seorang laki!laki yang berusia ") tahun, mengalami depresi dan mencoba bunuh diri setelah kolostomi karena kolitis yang sukar disembuhkan, yang istrinya mengancam akan meninggalkan dirinya karena sikap suaminya yang suka marah dan percekcokan mereka yang terus menerus, mungkin dirujuk ke dokter psikiatrik untuk mendapatkan psikoterapi suportif dan antidepresan, kepada ahli terapi perkawinan bersama dengan istrinya untuk memperbaiki fungsi perkawinan mereka, dan kepada kelompok pendukung kolostomi untuk mempelajari cara berhadapan dengan kolostomi. Klinisi pskiatrik gawat darurat adalah pragmatik. /ereka menggunakan tiap model intervensi terapeutik yang diperlukan untuk mempercepat penyelesaian krisis dan untuk mempermudah nilai eksplorasi dan pertumbuhan. ,erdapat lebih sedikit permasalahan tentang penipisan hubungan terapeutik. Penekanannya sekarang adalah tentang bagaimana berbagai cara psikiatrik bekerja secara sinergis untuk mempercepat pemulihan. * ,idak ada satu kata yang tepat untuk semua orang dalam situasi yang sama. 'pa yang harus dikatakan pada seorang pasien dan keluarga yang mengalami kegawatdaruratan psikiatrik, seperti usaha bunuh diri atau serangan ski8ofrenikF -ntuk beberapa orang suatu penjelasan genetik akan membantu. :nformasi bahwa penyakit memiliki komponen biologis yang ku.at menenangkan beberapa orang. #agi orang lain hal ini menekankan tidak adanya pengendalian dan meningkatkan *+

depresi dan kecemasan4 mereka merasa putus asa karena keluarga maupun pasien tidak dapat mengubah perilaku untuk menekan kemungkinan rekurensi. @rang lain mungkin mendapatkan manfaat dari penjelasan dinamika keluarga atau individual. @rang yang lain lagi hanya menginginkan seseorang yang mau mendengarkan4 pada waktunya, mereka akan mendapatkan pengertian mereka sendiri. * -ar#ak.tera$ :ndikasi utama untuk pemakaian medikasi psikotropik di ruang gawat darurat adalah perilaku kekerasan atau menyerang, kecemasan atau panik yang masif, dan reaksi ekstrapiramidalis, seperti distonia dan akathisia sebagai efek samping dari obat psikiatrik. %uatu bentuk yang jarang dari distonia adalah laringospasme, dan dokter psikiatrik harus siap untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan intubasi jika diperlukan. * @rang yang paranoid atau dalam keadaan luapan katatonik memerlukan trankuilisasi. ?edakan kekerasan yang episodik berespons terhadap lithium 5$skalith6, penghambat!beta, dan carbama8epine 5,egretol6. 9ika riwayat penyakit mengarahkan suatu gangguan kejang, penelitian klinis dilakukan untuk menegakkan dianosis, dan suatu pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebabnya. 9ika temuan adalah positif, antikonvulsan adalah dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai 5sebagai contoh, pada massa serebral6. -ntuk intoksikasi akibat 8at rekreasional, tindakan konservatif mungkin adekuat. Pada beberapa keadaan, obat!obat seperti thiothi<ene 5;avane6 dan haloperidol 57aldol6, + sampai 1 mg setiap setengah jam sampai satu jam, adalah diperlukan sampai pasien distabilkan. #en8odia8epine digunakan sebagai pengganti atau sebagai tambahan antipsikotik 5untuk menurunkan dosis antipsikotik6. 9ika obat rekreasional memiliki sifat antikolinergik yang kuat, ben8odia8epine adalah lebih tepat dibandingkan antipsikotik. @rang dengan respon alergik atau menyimpang terhadap antipsikotik atau ben8odia8epine diobati dengan sodium amobarbital 5'mytal6 5sebagai contoh, 1* mg oral atau :/6, paraldehyde, atau diphenhydramine 5#enadril, + sampai 1 mg oral atau :/6. * Pasien yang melakukan kekerasan dan melawan paling efektif ditenangkan dengan sedatif atau antipsikotik yang sesuai. 2ia8epam 5Ealium6, + sampai 1 mg, atau lora8epam 5'tivan6, " sampai 1 mg, dapat diberikan intravena 5:E6 perlahan!lahan selama dua menit Klinisi harus memberikan medikasi :E dengan sangat berhati!hati, sehingga henti pernapasan tidak terjadi. Pasien yang memerlukan medikasi :/ dapat disedasi dengan haloperidol, + sampai 1 mg :/, atau dengan chlorproma8ine 5,hora8ine6, "+ mg :/. 9ika kemarahan disebabkan oleh alkohol atau sebagai bagian dari gangguan psikomotor pascakejang, tidur yang ditimbulkan oleh medikasi :E dengan jumlah relatif kecil dapat berlangsung selama berjam!jam. %aat *6

terjaga, pasien sering kali sepenuhnya terjaga dan rasional dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk episode kekerasan. *,+ 9ika kemarahan adalah bagian dari proses psi!kotik yang sedang berlangsung dan kembali sesudah medikasi :E menghilang, medikasi kontinu dapat diberikan. Kadang!kadang lebih baik menggunakan dosis :/ atau oral kecil dengan interval setengah sampai satu jam, sebagai contoh. haloperidol, " sampai + mg, atau dia8epam, 1 mg sampai pasien terkendali dibandingkan dengan menggunakan dosis besar pada awalnya dan menghentikannya dengan pasien yang mengalami overmedikasi. %aat perilaku pasien yang terganggu telah dikendalikan, dosis yang semakin kecil dan lebih jarang dapat diberikan. %elama terapi pendahuluan, tekanan darah pasien dan tanda vital lainnya harus dimonitor. *,+ Trankul !a! 8e$at. /edikasi antipsikotik dapat diberikan dalam cara cepat dengan interval * sampai 6 menit untuk mencapai hasil terapeutik yang secepat mungkin. Prosedur adalah bermanfaat pada pasien yang teragitasi dan pasien yang dalam keadaan tereksitasi. @bat yang dipilih untuk trankuilisasi cepat adalah haloperidol dan antipsikotik potensi tinggi lakinnya. Pada orang dewasa + sampai 1 mg haloperidol dapat diberikan peroral atau :/ dan diulangi dalam " sampai * menit sampai pasien menjadi tenang. #eberapa pasien mungkin mengalami gejala ekstrapiramidalis ringan dalam "1 jam pertama setelah trankulisasi cepat4 walaupun efek samping tersebut adalah jarang, dokter psikiatrik tidak boleh melewatkannya. Pada umumnya, sebagian besar pasien berespons sebelum diberikan dosis total + mg. ,ujuannya adalah bukan untuk menimbulkan sedasi atau somnolensi4 tetapi, pasien harus mampu bekerja sama dalam proses pemeriksaan dan, idealnya, mampu memberikan penjelasan tentang perilaku yang teragitasi. Pasien yang teragitasi atau panik dapat diobati dengan dosis kecil lora8epam, " atau 1 mg :E atau :/, yang dapat diulangi jika diperlukan dalam " sampai * menit sampai pasien ditenangkan. *,+ Kegawatdaruratan ekstrapiramidalis berespons terhadap ben8tropine 50ogentin6, " mg peroral atau :/, atau diphenhydramine, + mg :/ atau :E. #eberapa pasien berespons terhadap dia8epam, + sampai 1 mg peroral atau :E.* Peng katan Pengikatan (restraint) digunakan jika pasien sangat berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain karena mereka memiliki ancaman yang sangat parah yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain. Pasien dapat diikat secara sementara untuk mendapatkan medikasi atau untuk periode yang lama jika medikasi tidak dapat digunakan. Paling sering, pasien yang diikat menjadi tenang setelah beberapa waktu. Pada tingkat psikodinamika, pasien tersebut mungkin menerima pengendalian impulsnya yang diberikan oleh pengikatan. *(

,abel *1."!1 menuliskan pedoman penggunaan pengikatan. * D. KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK SPESI-IK ,abel 11 menuliskan urutan kegawatdaruratan psikiatrik yang umum. Pembaca dianjurkan membaca bab spesifik dalam buku teks ini untuk mendapatkan pembahasan yang lebih lengkap untuk masing!masing gangguan. *

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum

*)

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum *9

Lanjutan

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum 1

Lanjutan

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum 11

Lanjutan

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum Lanjutan 1"

,abel 11 Kegawatan Psikiatrik yang -mum Lanjutan 1*

BAB III
11

KESI*PULAN

DA-TAR PUSTAKA
1+

1. 'nonim. Kegawatdaruratan Pada Pasien Psikiatri. 2iakses tanggal 1+ 3ebruari " 1". 2iunduh dari http.JJhimmahpsik ).blogspot.comJ" 1"J 1Jkegawatdaruratan!pada!pasien! psikiatri.html ". 'nonim. Kegawatdaruratan Psikiatrik. 2iakses tanggal 1+ 3ebruari " 1". 2iunduh dari http.JJasuhan!keperawatan!jiwa.blogspot.comJ" 11J +Jkegawatdaruratan!psikiatrik.html *. Kaplan 7:, %adock #9, >rebb 9'. Kegawatdaruratan Psikiatrik dalam %inopsis Psikiatri :lmu Pengetahuan Perilaku Psikiatrik Klinis. 9akarta. #inarupa 'ksara, " 1 . *69!*9). 1. /aramis, =3. 0atatan :lmu Kedokteran 9iwa. $disi ". %urabaya, 'irlangga -niversity Press. " " 1". 9. 1+ 3ebruari http.JJwww.scribd.comJmobileJdocumentsJ(( *1* 1Jkegawatdaruratan!psikiatri!
5. 'nonim. Kegawatdaruratan Psikiatri 2an ,atalaksana. 2iakses tanggal

tatalaksana.

16

Anda mungkin juga menyukai