Anda di halaman 1dari 3

Gus Ihsan Wahid 21030110120065 Negara-negara yang telah memberikan intensif terhadap penghematan dan konversi energi.

Amerika Serikat Biofuel di Amerika Serikat telah didukung oleh 26 negara bagian dalam bentuk peraturan negara bagian, sementara 4 negara bagian, yaitu Minnesota, Hawaii, Montana, dan Oregon saat ini telah menerapkan E-10 (bioetanol). Bahan baku yang digunakan adalah seperti jagung. Sejak tahun 1979, Amerika Serikat telah menerapkan insentif pajak terhadap pengguna biofuel dalam bentuk Federal Excise Tax Exemption (pengecualian pajak), dan saat ini sedang meningkatkan penggunaan Fuel Flexible Vechicles, dan memberikan insentif terhadap pembangunan SPBU. Korea Selatan Perkembangan biofuel di Korea Selatan, terutama biodiesel, telah dilakukan semenjak tahun 2002 dan diperkirakan konsumsinya meningkat sekitar 0,5% per tahun. Dalam mempromosikan biodiesel, pemerintah Korsel pada tahun 2007 telah memberikan tax exemption. Sementara bahan baku untuk biodiesel sekitar 77,3% berasal dari kedelai dan sisanya berasal dari waste oil. Pemerintah Jepang telah melakukan R&D yang intensif dalam bidang biofuel, dan melakukan standarisasi melalui penerapan E-10 dengan mengacu pada standar di negara Eropa. India Kebijakan BBN (Bahan Bakar Nabati) di India dilakukan melalui pengembangan biodiesel dan bioetanol, dengan komoditas: (i) Jatropha curcas; (ii) Karanjia; (iii) Castor oil; (iv) Cotton seed oil, serta (v) Mollasses, (vi) Beet; dan (vii) Sorghum, yang keseluruhannya dikembangan terutama untuk pemenuhan kebutuhan energi sektor transportasi. Arah pengembangan komoditas adalah pada non-edible oil, sehingga tidak berkompetisi dengan kebijakan pangan. Kebijakan BBN mulai diterapkan oleh Kementerian Petroleum pada tahun 2005. Komoditas Jatropha untuk biodiesel masih dalam taraf pengembangan pada lembaga-lembaga penelitian, dengan sasaran pada pemanfaatan lahan kritis diluar pemanfaatan kawasan pertanian pangan, serta sejalan dengan penetapan Rural Business Hubs sebagai pengolah biodiesel. Serangkaian percobaan telah dilakukan dengan melakukan pencampuran biodiesel 5% untuk sektor transportasi, seperti mobil dan kereta api, termasuk uji coba emisi test. Industri perminyakan dapat diberikan kebijakan konsesi apabila mengembangkan biodiesel oleh pemerintah India. Brazil Negara ini telah mengembangkan bioetanol yang bersumber dari tebu dengan melakukan ujicoba pada kendaraan sejak 1925, dan dikembangkan dalam periode cukup lama dengan dukungan penuh dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif, dan saat ini pengembangan biofuel di Brazil telah menggunakan mekanisme pasar. Dari seluruh produksi tebu, 50 persen diantaranya digunakan untuk industri bioetanol, sedangkan sisanya untuk industri gula. Pencapaian Brazil dalam industri biofuel tidak dilalui dengan mudah, tetapi melalui proses jatuhbangun, bahkan mendekati kebangkrutan. Pengembangan biofuel etanol Brazil pada mulanya

diilhami oleh semangat patriotisme kalangan militer, bukan pertimbangan ekonomi apalagi lingkungan. Pemerintahan militer yang berkuasa pada periode 1964-1985, didorong oleh semangat patriotisme, bermaksud mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang bersumber dari Timur Tengah dengan harga sangat tinggi pada tahun 1970-an. Untuk itu, pemerintah Brazil mengembangankan program industri alkohol/etanol sebagai bahan substitusi BBM yang disebut ProAlcohol Programme. Agar program ini terwujud, dua jenis subsidi merupakan instrumen kebijakan yang mendukung. Subsidi jenis pertama merupakan subsidi kepada petani yang menanam tebu untuk diolah menjadi etanol sehingga mereka memperoleh pendapatan yang berimbang bila dibanding dengan petani yang tebunya diolah menjadi gula. Subsidi jenis kedua adalah subsidi harga pada SPBU yang membuat etanol menjadi lebih murah dari BBM. Kebijakan tersebut cukup efektif. Industri otomotif di Brazil secara signifikan meningkatkan jumlah produksi kendaraan yang mengunakan bahan bakar etanol. Puncaknya terjadi pada tahun 1985 dan 1986 dimana sekitar 75% sepeda motor dan 90% mobil dirancang untuk bisa menggunakan campuran BBM-etanhol. Colombia Untuk menghemat energi dan mengurangi polusi udara kota, Enrique Penalosa walikota Bogota tahun 1998-2001 membangun jalur sepeda sepanjang 350 km. Ini merupakan kota yang memiliki jalur sepeda terpanjang di Amerika Latin maupun di kota-kota negara berkembang lainnya. Jalur-jalur sepeda dan pedestrian itu dibuat sangat kompak, menerus, dan terintegrasi serta akses yang sangat luas hingga menembus berbagai kawasan pemukiman. Selain itu, pemerintah kota pun memanjakan para pengguna sepeda dan pejalan kaki dengan berbagai regulasi keistimewaan (privilege). Untuk mendukung ini, tak segan-segan walikota sendiri dan pejabat pemerintahnya memiliki jadwal tertentu untuk bersepeda saat pergi ke kantor. Oleh karenanya dalam waktu lima tahun, jumlah pengendara sepeda meningkat drastis, yakni dari 8% pada tahun 1998 menjadi 16% pada 2003. Bahkan hingga tahun 2005 ini, ditargetkan sekitar 30% penduduk Bogota akan menjadikan sepeda sebagai salah satu moda transportasinya. Jepang Insentif pajak dan bunga yang rendah disediakan Pemerintah Jepang bagi yang ingin membuat bangunan dengan konstruksi hemat energi serta ramah lingkungan. Sektor Industri mendapat prioritas utama di Jepang. Pada sektor transportasi, konsumsi energi berkembang luar biasa pesat antara periode 1973 hingga 2001. Hal itu memaksa Pemerintah Jepang mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka menodorong efisiensi energi sektor transportasi. Pemerintah Jepang juga mengeluar-kan Program Kendaraan Rendah Polusi (Action Plan on Promoting Low Pollution Vehicles). Tujuannya, untuk merangsang komersialisasi kendaraankendaraan hemat energi dan rendah polusi. Diantaranya, mobil listrik, hybrid, kendaraan fuel cell dan lainnya.

Program tersebut didukung oleh berbagai kebijakan lainnya seperti penyediaan dana penelitian yang besar, insentif pajak konsumsi hingga keringanan bunga pinjaman untuk merangsang masyarakat membeli mobil hemat energi tersebut. Berbagai program yang sangat serius ditekuni Jepang membuahkan hasil. Jepang dengan optimis menyebut mampu memangkas konsumsi energinya pada 2010 hingga 14% dari total konsumsi energi mereka pada 2001. http://listrikindonesia.com/save_energy__jadi_world_lifestyle_279.htm http://lukmanfahri.blogspot.com/2012/01/kota-hemat-energi.html http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/3055-perkembangan-biofuel-dibeberapa-negara.html http://merdekainfo.com/kajian-utama/item/824-konflik-kebutuhan-energi-atau-pangan

Anda mungkin juga menyukai