Anda di halaman 1dari 23

Anggota Kelompok

1. Afni Triyana 2. Ajeng Ersyam Putri 3. Arin Herniyati 4. Ayu Devika Sari 5. Dea Octavia

INSEMINASI BUATAN MENURUT PANDANGAN MEDIS & ISLAM

PENGERTIAN
Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam vagina (intracervical insemination) atau rahim (intrauterine insemination) pada saat calon ibu mengalami ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung singkat dan terasa seperti pemeriksaan papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila gagal, prosesnya bisa diulang beberapa kali sampai berhasil. (Umumnya bila setelah 3-6 siklus tidak juga berhasil, dokter akan merekomendasikan metode bantuan reproduksi lainnya)

Inseminasi Buatan Menurut Medis


Banyak pasangan suami istri yang belum dikaruniai buah hati menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kehamilan. Mulai dari pengobatan dokter, hingga herbal. Salah satu metode kedokteran yang paling populer untuk membantu mempercepat proses kehamilan adalah dengan proses inseminasi buatan. Banyak orang mulai mengkawatirkan kesehatan reproduksinya ketika mereka kesulitan untuk hamil. Inseminasi Intrauterin (IIU), juga dikenal sebagai inseminasi buatan, merupakan salah satu kemajuan dunia kedokteran dalam bidang ketidaksuburan (infertilitas).

secara pasti latar belakang pelaksanaan Inseminasi buatan mengalami kesulitan karena tidak ada kesepakatan siapa penemu pertamanya. Daniel Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminasi buatan agaknya diilhami oleh keberhasilan Syeikh-syeikh Arab meperanakan kuda sejak tahun 1322. Praktek inseminasi buatan pada manusia secara tidak langsung terkandung dalam cerita Midrash di mana Ben Sirah dikandung secara tidak sengaja karena ibunya memakai air bak yang sudah tercampur sedikit air mani. John Hunter, seorang guru dari Philadelphia pada tahun 1785 berhasil mengadakan inseminasi buatan terhadap isteri seorang pedagang kain di London. Kemudian, eksperimen yang berhasil di Perancis diikuti oleh laporan dokter Amerika pada tahun 1866 bahwa ia berhasil melakukannya sebanyak 55 pada 6 orang wanita dan bayi inseminasi buatan pertama di Negara itu

Kasus Pelaksanaan Inseminasi Buatan


Tanggal 25 Juli 1978 Ny. Lesley Brown melahirkan seorang anak, Louise Brown, dengan hasil inseminasi buatan yang diusahakan oleh tim Dr. Patric Steptoe dirumah sakit Oldham, Inggris, Sperma diambil dari suaminya sendiri. Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai oleh lahirnya Akmal pada 25 Agustus 1987. Ia lahir dari pasangan suami isteri Linda Soekotjo, dengan teknik TAGIT. Adapun dengan teknik FIV tim bayi tabung Indonesia yang diketahui oleh Dr. H.Enud J. Surjana dari Fakultas Kedokteran UI menghasilkan kelahiran Dimas Aldila Akmal Sudiar pada 2 Oktober 1988, dari pasangan suami-isteri Wiwik Juwari-Sudirman

Inseminasi buatan yang berasal dari sari sperma suami yang telah meninggal dan ovum isterinya dapat dilihat dari kasus Mario Rios asal Chili dengan Elsa asal Argentina. Pengadilan Perancis akhirnya juga memutuskan bahwa janda muda Corinne Parpalaix boleh menggunakan sperma suaminya yang telah meninggal. Dan Kim Casali yang ditinggal mati suaminya, Roberto, juga berhasil melahirkan Milo.

Dengan inseminasi buatan, wanita yang tidak bersuami akhirnya juga dapat hamil dan melahirkan dengan jasa Bank Sperma. Di antaranya adalah Dr. Afton Blake, seorang psikolog. Di Amerika Serikat cara semacam ini dilakukan sedikitnya 9% dari mereka yang melakukan inseminasi buatan. Pada 1 Oktober 1987 dunia digemparkan oleh lahirnya anak kembar tiga dari neneknya sendiri pasangan Karen-Alcino ingin memperoleh ketrunan, tetapi setelah dilakukan inseminasi buatan, Karen dinyatakan tidak baik untuk hamil. Akhirnya neneknya, ibu Karen, Pat Anthony bersedia ditempati sperma dan ovum yang telah dibuahi itu.

Dengan adanya proses inseminasi ini, banyak pasangan yang akhirnya berhasil memiliki buah hati. Namun, sering kali kemajuan teknologi ini disalah gunakan. Yang paling populer adalah dengan adanya donor sperma, terutama bagi kalangan lesbian atau penganut kebebasan hidup.

Inseminasi Buatan menurut Islam

Dalam penetapan hukum bayi tabung/ inseminasi buatan, apakah dibolehkan atau dilarang,maka disini terjadi banyak kontrofersi dikalangan para ulama, diantara mereka ada yang membolehkan dan ada pula yang mengaharamkan.

Majelis ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Inseminasi buatan bila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri, baik dengan cara pengambilan sperma suami, kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri maupun dengan cara pembuahan diluar rahim. Kemudian ditanam didalam rahim istri, maka hal ini dibolehkan asalkan keadaan suami istri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan tersebut memperoleh keturunan.

Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqih islam, yaitu: Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergenci), padahal darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang.

Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam memperoleh keturunan yang ditempuh dengan jalan inseminasi buatan dibolehkan karena terdapat faktor darurat yang ahirnya diberi dispensasi oleh agama, sebagaimana hadits yang mengatakan:

Tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain" (HR. Ibn Majjah yang bersumber dari Abi Said AlHudri) Dalam kaidah fiqih juga mengatakan: Kesulitan yang dialami) dapat dihindarkan (dalam agama).

Latar belakang melakukan inseminasi buatan adalah keinginan-keinginan sebagai berikut: 1. Keinginan memperoleh atau menolongmemperoleh keturunan; 2. Menghindarkan kepunahan manusia 3. Memperoleh generasi jenius atau orang super; 4. Memilih suatu jenis kelamin; 5. Mengembangkan teknologi kedokteran.

Jika upaya pengobatan untuk mengusahakan pembuatan dan kelahiran alami tidak berhasil dilakukan, maka dimungkinkan untuk mengusahakan terjadi pembuahan diluar tempatnya yang alami dan dikembalikan ketempatnya yang alami. Maka proses ini dibolehkan dalam islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mubah). Selain dikarenakan darurat, maka dasar hukum pembolehan inseminasi buatan sebagai berikut:

1. Qiyas (analogy) Dengan kasus penyerbukan kurma setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah, beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan buatan (penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma, lalu nabi melarangnya, ternyata buahnya banyak yang rusak. Setelah itu dilaporkan kepada Nabi, beliau berpesan: Lakukanlah pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.

2. Kaidah Hukum Fiqih Islam


Kaidah hukum fiqih islam Al ashlu Fil Asya Al Ibahah hatta yadulla dalil ala tahrimihi pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas melarangnya. Majlis Tarjih Muhammadiyah, Lembaga Fiqih Islam OKI dan NU mengharamkan inseminasi buatan, apabila hal itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum. Maka diharamkan karena hukumnya disamakan dengan Zina. Hal itu didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda Tidak ada dosa yang lebih besar selain syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan yang lelaki yang meletakan sperma (berzina) didalam rahim perempuan didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.

Selain itu juga dijelaskan dalam hadits Nabi yang berbunyi: Tidak halal bagi seorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (spermanya) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). Hadits riwayat Abu Daud At Tirmidzi dan hadits ini dipandang sohiholeh Ibnu Hibban. Sedangkan menurut kaidah hukum fiqih islam berbunyi: Menghindari Madlarat (bahaya) harus didahulukan atas mencari/menarik maslahah/kebaikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa insemasi buatan pada manusia dengan cara donor sperma dan ovum lebih banyak mendatangkan madlarat dari pada maslahahnya. Maslahahnya ialah membantu suami istri yang mandul, baik keduanya atau dari salah satu pasangan hidup untuk mendapatkan keturunan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa insemasi buatanpada manusia dengan cara donor sperma dan ovum lebih banyak mendatangkan madlarat dari pada maslahahnya. Maslahahnya ialah membantu suami istri yang mandul, baik keduanya atau dari salah satu pasangan hidup untuk mendapatkan keturunan. Sedangkan madlaratnya antara lain:

1.

Diharamkan dikarenakan akan menimbulkan pencampuran dan penghilangan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abas, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia (H.R Ibnu Majah).

2. Bertentangan dengan sunnatullah/hukum alam. 3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah. 4. Kehadiran anak inseminasi bisa menjdai sumber konflik dalam rumah tangga. 5. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang alami, terutama pada bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami istri yang mempunyai benih sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.

Sedangkan madlaratnya antara lain: 1. Diharamkan dikarenakan akan menimbulkan pencampuran dan penghilangan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abas, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia (H.R Ibnu Majah). 2. Bertentangan dengan sunnatullah/hukum alam. 3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah. 4. Kehadiran anak inseminasi bisa menjdai sumber konflik dalam rumah tangga.

Status Anak Hasil Inseminasi Mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma dan atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. Sedangkan yang sah adalah apabila anak tersebut hasil inseminasi buatan dengan sperma dan ovum sendiri dari pernikahan atau perkawinan yang sah. Hal ini dapat kita ketahui dalam pasal 42 UU perkawinan No.1 tahun 1974 Anak yang sah adalah anak yang di lahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Dalam pasal-pasal dan ayat-ayat lain dalam uu perkawinan ini, terlihat bagaimana besarnya peranan agama yang cukup dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misal pasal 2 (1) tentang pengesahan perkawinan, pasal 8(F) tentang larangan kawin antara dua orang karena agama melarangnya dan lain-lain.

Wassalamualaik um wr.wb Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai