Anda di halaman 1dari 42

Media Informasi

No.6 Edisi Maret 2011 PT Len Industri (Persero)

Len Incorporated
Menuju Kemandirian Teknologi yang Berdaya Saing

Bersatu Untuk Maju


Wahyuddin Bagenda CEO Len Incorporated

PT Len Industri (Persero)

ISSN 2086-5651

Spesialis Persinyalan Kereta Api Indonesia

Liputan Utama

Bersatu Untuk Maju


erbicara tentang sosok Direktur Utama Len artinya tak kan henti untuk menularkan semangat dan optimisme nya. Wahyuddin, demikian panggilan akrabnya. Harapan, mimpi, dan langkah-langkah yang luar biasa untuk Len ke depan telah dirancang sedemikian sempurnanya. Tak ayal dalam setiap pertemuannya dengan seluruh civitas Len, beliau selalu memberikan semangat dan motivasi positif demi kemajuan Len dan kesejahteraan karyawan. 15 Januari 2011, moment yang bertepatan dengan kegiatan Len Gathering Step For The Future dimana saat itu dengan disaksikan oleh ratusan karyawan Len dan anak perusahaan, seluruh Direksi Len, Direktur Utama anak perusahaan, Kepala Unit Bisnis Len (Unit Bisnis Sistem Navigasi dan Telekomunikasi, Unit Bisnis Sistem Pengendalian dan Pertahanan, dan Unit Bisnis Sistem Transportasi) serentak menandatangani naskah Len Incorporated Commitment.

Wahyuddin Bagenda
Direktur Utama PT Len Industri (Persero)

Era Len Incorporated Inilah era baru nya Len, era Len Incorporated, ungkap Wahyuddin dengan senyum optimisnya. Ya, selamat datang di masanya Len Incorporated dengan semangat dan wajah baru Len yang semakin optimis menatap, menjejak dunia teknologi dengan genggamannya. Apa itu Len Incorporated ? Len Incorporated adalah suatu bentuk transformasi dari Len, dimana sepanjang sejarah Len telah mengalami 2 kali masa transformasi, kita menyebutnya masa survival dan stabilitas. Mandiri dan terkendali, itulah jiwa dari Len Incorporated menurut Ade. Mandiri dari bentuk pengelolaan manajemen perusahaan dan karyawan, terkendali artinya tetap berjalan sesuai

dengan arahan yang telah ditetapkan.

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Liputan Utama

Len telah memiliki 3 anak perusahaan (PT Eltran Indonesia, PT Surya Energi Indotama, dan PT Interlokindo Utama - Red) bagaimana antara ke-3 anak dan induk (Len - Red) secara bersama-sama melihat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh induk, jelas Wahyuddin saat bertemu dengan tim Reportase Buletin Len belum lama ini. Semua akan tumbuh dan maju bersama-sama,. Tambahnya optimis. Len bukan hanya anak perusahaan dan unit bisnis saja, tetapi semua orang di dalamnya dimulai dari struktural sampai karyawan dengan berbagai level harus tahu apa tujuan yang ingin kita capai. Persamaan persepsi tentang tujuan yang akan dicapai tentunya harus dapat tersosialisasikan dengan baik sehinggga kebersamaan untuk mencapai tujuan tersebut menjadi lebih bermakna, tambahnya. Untuk itu, di berbagai kesempatan Wahyuddin tak sungkan untuk berbagi cerita dengan seluruh karyawannya, berbagi semangat dan arahan demi tercapainya satu pandangan yang jelas untuk mencapai goal-nya tersebut. Len kedepan bukanlah kontraktor, ungkap Ade Hermaka. Fokus pada proyek - proyek yang akan dikerjakannya menjadi point penting, untuk masalah kontrak akan diserahkan kepada anak perusahaan ataupun pihak swasta.Tak hanya disitu, Len pun akan terus untuk mengembangkan produk dan teknologinya, yang kegiatannya akan berpusat di Divisi Pengembangan Grha Samaun Samadikun. Peningkatan servis atau pelayanan untuk customer menjadi point tambahan yang tidak kalah penting. Dengan demikian, diharapkan publik dapat melihat Len tak hanya dari segi bisnisnya saja, juga dapat menilai atas kontribusi Len terhadap kemajuan teknologi nasional, jelas Ade. M e n u r u t w a hy u d d i n s e n d i r i , s a s a r a n pengembangan yang ingin diraih adalah kemandirian teknologi yang berdaya saing. Lalu, bagaimana agar bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri dalam teknologi ??

Teknologi haruslah menjadi habitat dan harus ditanamkan dalam kesehariannya atau cara lainnya dengan me- mindset mengenai pentingnya teknologi dalam kehidupan, demikian jawabnya. Len akan terus mengembangkan teknologi, khususnya teknologi yang mendukung akan kesejahteraan masyarakat dan teknologi yang mendukung kedaulatan negara mencakup di berbagai sektor bisnis Len seperti renewable energi, pertahanan, navigasi, telekomunikasi dan transportasi. Banyaknya keunggulan Len tak hanya dari segi kemandirian dalam berteknologi, termasuk unggul dalam pembauran kompetensi utamanya yaitu strategi akan sumber daya manusia (SDM), strategi keuangan dan dua kompetensi pendukung yaitu mekanik dan materialnya. Sasaran dan langkah yang akan dicapai tentunya selalu tersosialisasikan dengan baik, salah satunya adalah saat Rapat Umum Pemegang Saham yang dilaksanakan pada tanggal 17 januari 2011, dimana menghasilkan sebuah komitmen len kepada pemegang saham termasuk anak perusahaan. Rapat Kordinasi antar komisaris anak perusahaan, rapat kordinasi untuk Unit Bisnis dan korporasi juga rapat kordinasi di tiap anak perusahaan menjadi langkah ke dua dalam menyelaraskan kinerja agar tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan.

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Lets to start at wonderful 2011 Inilah waktunya Len untuk memulai mengawali awal tahun 2011 dengan penuh keyakinan dan semangat dalam bekerja. Saya minta kepada semua jajaran atau unit di Len agar di tahun ini all out dalam bekerja dan mewujudkan semua rencana, kalau di tahun ini semua lancar dan sempurna maka perjalanan Len ke depan akan semakin lancar, kesejahteraan karyawan semakin meningkat. Kuncinya adalah di tahun ini, 2011, ungkap wahyuddin antusias. Tidak ada hal yang sulit selama kita memiliki keberanian dan keyakinan. Keberanian akan melahirkan kejujuran dan tanggung jawab yang akan menghasilkan inovasi. Yakin, atas apa yang telah atau sedang kita lakukan pasti akan berhasil atau berujung dengan kesuksesan, apalagi dengan dilatar belakangi akan ilmu dan pengalaman, yakinlah pasti berhasil, tambahnya berbagi kunci keberhasilannya untuk seluruh pembaca Buletin Len. Silaturahim, Semangat dan Rintangan Lingkungan yang kondusif tentunya menjadi ladang positif untuk membangun, menularkan semangat. Untuk itulah hubungan silaturahim perlu di bina dan dijaga, kenapa ?? Silaturrahim yang baik akan melahirkan motivasi, demikian yang dirasakan oleh Wahyuddin, yang memang diakui benar oleh setiap civitas Len. Kurang terbinanya silaturahim antar karyawan tak ayal akan menumbuhkan energi negatif, semisal rasa curiga yang akan membuat lingkungan kerja menjadi tak nyaman. Semangat kerja tentunya harus tertanam dalam diri masing - masing karyawan, karena apa yang dikerjakan dan berhasil maka akan dikembalikan dengan kesejahteraan, janjinya. Diakuinya bahwa hubungan emosional karyawan Len patut mendapat acungan jempol, bahkan hal tersebut seringkali menjadi sorotan perusahaan lain. Wahyuddin yakin, hal tersebut dapat menjadi modal tambahan untuk Len dalam mengarungi kancah bisnis yang semakin penuh persaingan,

hubungan yang solid antar karyawan akan menumbuhkan kepercayaan bagi konsumen, sehingga konsumen akan datang dengan sendirinya, jelasnya. Rintangan tak menjadikan langkah yang telah Wahyuddin lakukan menjadi terhenti. Merubah rintangan menjadi tantangan adalah kebiasaan saya, ungkapnya seraya tersenyum. Dengan demikian, rintangan tersebut menjadi tak berarti, malah sebaliknya dengan semangat menggebu sebisa mungkin rintangan yang dianggapnya sebuah tantangan itu harus dia taklukan dengan strategi jitunya, itulah arti rintangan bagi Wahyuddin. Kalau kita mau maju maka tantangan di depan akan semakin besar, menjadi pilihan kita sendiri apakah kita mau menjadi besar atau kecil, ungkapnya bijak. Len ke depan akan beranjak menjadi perusahaan multinasional, semua anak perusahaan akan disesuaikan sesuai dengan bisnis yang akan ditanganinya, dan kelak Len akan memiliki 5 anak perusahaan. Saya berterima kasih kepada teman - teman semua yang telah teguh memegang komitmen untuk terus mengembangkan Len, terima kasih banyak,'' ucap Wahyuddin seraya menutup pembicaraannya dengan kami.** (Elva)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Liputan Utama

PT Len Industri (Persero)

Spesialis Persinyalan Kereta Api Indonesia


T Len Industri (Persero), nama yang tak asing lagi di kancah bisnis dunia khususnya di bidang elektronika industri dan prasarana. BUMN Industri strategis bertempat di Bandung Jawa Barat, yang didirikan pada tahun 1965, lalu bertransformasi menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1991. Sejak saat itulah Len bukan lagi kepanjangan dari Lembaga elektronika Nasional, tetapi telah menjadi sebuah entitas bisnis professional dengan nama PT Len Industri. Len kini memiliki 3 unit bisnis (Sistem Transportasi, Navigasi & Te l e k o m u n i k a s i , d a n S i s t e m Pengendalian & Pertahanan) dan 3 anak perusahaan (PT Eltran Indonesia, PT Surya Energi Indotama, dan PT Interlokindo Utama).

api. System Interlocking Len ( SIL-01 dan SIL-02), Computer Based Interlocking (CBI), Centralized Traffic Control (CTC), Automatic Warning System dan pintu perlintasan kereta api, Lampu sinyal LED, Kontrol Traksi Motor, Auxiliary Power Supply dan Panel Kontrol Elektrik. Bekerjasama dengan Pemerintah ( Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan) dan PT Kereta Api (Persero), Len juga membuat sistem persinyalan di berbagai jalur kereta api di Pulau Jawa dan Sistem Elektronik Daya untuk kereta listrik di Jabodetabek. Pada pembangunan jalur ganda Cirebon-Kroya dan Tegal-Pekalongan, Len berperan dalam modifikasi sistem persinyalan dari pola jalur tunggal menjadi pola jalur ganda. Lokasi lain yang menggunakan sistem persinyalan produk Len adalah jalur ganda Tanah abang Serpong, jalur ganda tahap I Cirebon-Kroya (Patuguran-Purwokerto), jalur ganda tahap I dan II Tegal-Pekalongan (Pemalang-Petarukan dan Pemalang-Larangan), jalur KA Sumatera Selatan dan 40 stasiun di Sumatera Utara.

Len spesialis persinyalan Kereta Api Indonesia Adalah unit bisnis Transportasi yang memfokuskan diri bergerak di bidang Perkeretaapian khususnya produk persinyalan, traksi dan kelistrikan kereta

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Persinyalan KA Jalur Ganda Cirebon-Kroya

Dalam pembangunan jalur ganda PatuguranPurwokerto, produk sistem persinyalan Len yang digunakan, antara lain : 4 sistem interlocking yang dimodifikasi menjadi sistem interlocking jalur ganda, 28 unit pendeteksi KA, 18 unit motor wesel, 7 perangkat pengaman perlintasan dan 120 km kabel optic serta tembaga. Len Unggul Hebatnya, keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu 18 bulan masa kontrak, hanya saja realisasi fungsi jalur diselesaikan dalam waktu kurang lebih 1 tahun. Beroperasinya jalur ganda hasil kerja keras tim Len menjadi tolak ukur keberhasilan. Len patut berbangga atas pekerjaan yang sepenuhnya diselesaikan oleh SDM yang dimiliki Len, khususnya insinyur dan teknisi dalam negeri tanpa sedikitpun melibatkan tenaga ahli asing. Beberapa stasiun yang semula masih menggunakan handle dan sinyal mekanik, disulapnya menjadi ElektroMekanik Interlocking (EMI) sebut saja stasiun Tagog, Cipatat, slawi, dan stasiun Divre I Sumatera Utara. Dari sejak didirikan, Len telah melakukan berbagai terobosan dalam bisnis untuk terus berkembang mengikuti perkembangan bisnis dan teknologi yang cenderung berubah, hal ini sesuai dengan visi Len menjadi perusahaan elektronika kelas dunia. Didukung SDM berkualitas, Len terus mengembangkan produk - produk sistem persinyalan kereta api, sistem traksi, sistem navigasi, elektronika pertahanan dan peralatan komunikasi. SDM Len sudah sangat memahami tentang konsep - konsep perkeretapaian dan paham safety, karena itulah Len unggul di bidangnya. 25 tahun sudah Len terlibat proyek persinyalan kereta api, 80% persinyalan kereta api di Indonesia telah Len tangani. Len akan terus mengembangkan sistem persinyalan kereta api y a n g m e m e n u h i s t a n d a r ke s e l a m a t a n

Centralized Traffic Control (CTC) Jalur Cirebon-Tegal

Perangkat Interlocking Persinyalan KA St. Tanah Abang

perkeretaapian internasional, jelas Abraham Mose, Direktur Pemasaran Len yang juga Ketua Umum Himpunan Kontraktor Perkeretaapian Indonesia (HIKKAPI) pada tim Reportase Buletin Len belum lama ini. Safety no compromise menjadi komitment yang tentunya akan selalu dipegang teguh Len dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang menyangkut keselamatan orang banyak khususnya kereta api. ** (Elva)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

.. Fokus... .. Fokus... .. . . . s u k o F

R. Toni Surakusumah
Manajer Manajemen Proyek UB Sistem Transportasi

Len Harus Go International


unia persinyalan dan deru kereta api sudah menjadi kesehariannya, bergelut selama 14 tahun mengakarabi bidang transpor tasi menjadi rutinitas R. Toni Surakusumah yang akrab dipanggil Toni, beliau kini menjabat sebagai Manager Manajemen Proyek Unit Bisnis Sistem Transportasi. Ayah dari 3 anak yang hobi berenang ini mengaku amat sangat bangga dirinya bisa bekerja di Len, di Len saya diberi kebebasan untuk terus berinovasi, inilah nilai plus nya Len di mata saya, ungkapnya pada kami saat ditemui di ruang kerjanya belum lama ini. Toni yang sebelumnya pernah bekerja di salah satu perusahaan Jepang bercerita bahwa di tempatnya dulu ia bekerja, ia tak diberi kebebasan untuk mencoba sesuatu yang baru,segalanya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, tambahnya. Tentunya hal tersebut beda dengan sekarang,

ketika masuk ke Len, saya diberikan kebebasan oleh atasan untuk berinovasi dan setiap saya mempunyai ide, ide saya dapat diterima dengan terbuka oleh atasan saya, ucapnya disertai senyuman. Ingin Len Go International Banyaknya proyek yang telah Toni dan tim tangani menjadikan Len besar, tak salah jika Toni berharap Len ke depan harus bisa Go International. Pekerjaan antar kota, pulau maupun antar negara terus dirambahnya. Intensitas bertemu keluarga tentunya menjadi sesuatu yang harus dikorbankan oleh Toni maupun rekannya yang lain yang selalu berada di lokasi / proyek. Untuk itu, sebagai atasan yang turut merasakan suka dukanya bekerja di lokasi, Toni seringkali memberikan apresiasi bagi para staffnya. Lain hal dengan system yang telah berjalan di Len yang kesemuanya telah diatur di Sistem Karir, Toni juga

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Liputan Utama

membuka kesempatan bagi rekannya yang berprestasi untuk melaksanakan training ke perusahaan luar negeri, seperti Jerman dan India yang baru saja telah ditempuh. Alhamdulilah, ini bisa menjadi motivasi bagi teman - teman yang lain sekaligus menambah wawasan mereka.semua dilakukan agar loyalitas kepada perusahaan dapat meningkat, terangnya. Tak hanya itu, sesekali jika momentnya tepat, Toni mengutus rekannya untuk mengunjungi pameran pameran yang sedang diselenggarakan, poin lebihnya adalah mereka bisa membandingkan bahkan menemukan produk - produk yang kualitasnya hebat dengan harga yang murah dibandingkan produk sejenis keluaran Indonesia ataupun negara lain. Saya selalu diberi oleh - oleh cerita yang menarik dan tentunya bermanfaat, ucapnya.

dipublished sebagai contact person IRSE di IRSE website www.irse.org , ungkapnya.

Rasanya bibit untuk Len bisa go international sedikit demi sedikit sudah mulai terbuka, kita akan mulai mengembangkan dan menelaah skema railway signal internasional, sambungnya optimis. Perlunya dukungan dari segi yang lain tak kalah penting peranannya, seperti harapan agar dapat meningkatnya lokal Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan rekayasa persinyalan yang berstandar internasional, Ya, saya ingin Len menjadi perusahaan persinyalan internasional dengan SDM yang juga memiliki standar dan sertifikat internasional, harapnya. Dengan langkah - langkah seperti diatas tadi, Toni mulai mendapatkan angin sepoi - sepoi untuk mewujudkan mimpi besarnya, ingin mengembangkan industry persinyalan Indonesia. Belum lama ini, permintaan untuk mengirimkan surat penawaran dari salah satu perusahaan di Thailand melayang di atas meja kerjanya, dengan sukacita Toni dan rekan menyambut hangat surat tersebut. Bahkan di Kanada, Len telah tercatat sebagai Engineering Company dalam bidang Persinyalan, sahutnya bangga. Peluang untuk kita sangat besar, alhamdullilah proyek - proyek kita di Luar Negeri berjalan dengan baik, kepercayaan dari beberapa perusahaan besar pun telah kita dapatkan sehingga mereka bersedia

Berbicara tentang dunia transportasi artinya kita berbicara bisnis besar yang menyangkut keberlangsungan hidup orang banyak termasuk roda pertumbuhan ekonomi bangsa pun demikian. Nama besar Len pastinya tak perlu diragukan apalagi di dunia persinyalan dijamin di Indonesia Len lah primadonanya.Masih banyak pekerjaan rumah kita di bidang railway jika dibandingkan denngan negara regional lainnya, jelasnya. Mungkin iya jika untuk go international dilihat dari segi teknologi Indonesia bisa dikatakan masih lemah, tapi dari segi profesi rasanya sudah mulai menggeliat. Sebut saja HIKKAPI (Himpunan Kontraktor perkeretaapian Indonesia) dimana Abraham Mose - Direktur Pemasaran Len menjabat sebagai Ketua Umum himpunan tersebut. Di sisi lain, Toni pun telah ditunjuk sebagai contact person di sebuah institusi Railway Engineering Internasional yang berada di Inggris dan terbesar sejak abad 18. Perlu diketahui oleh seluruh civitas Len bahwa
Len sudah dikenal di asosiasi railway international. Kita sudah di appoint dan

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

jika produknya di manufaktur di Indonesia dengan menggunakan tenaga Indonesia. Semoga dengan begini produksi Len ke depan semakin berkembang, tambahnya.

Bertolak dari khayalannya dan kesadarannya sebagai manusia yang tak luput dari rasa lelah, sakit bahkan mengantuk selama menjalankan tugasnya maka Toni dan rekan mulai mengembangkan system keamanan kereta api. Inilah yang sedang kita perbaiki sekarang, untuk menghindari adanya kecelakaan dan kesalahpahaman akibat human error ataupun akibat lainnya, kita sedang meningkatkan sistem keamanan, karena dengan sistem yang tepat tentunya kecelakaan dapat dicegah, terangnya. Realisasinya kita akan mewujudkan Automatic Train Protection (ATP) hasil karya SDM Len, jadi tak ada lagi cerita terjadinya kecelakaan kereta api karena masinisnya mengantuk, jadi kalau masinis mengantuk sudah ada sistem yang akan melindungi, jika masinis tertidur dan kereta yang dikemudikannya melanggar sinyal dengan otomatis kereta akan berhenti dengan sendirinya, jelasnya.

Jika Saya Seorang Masinis Maraknya berita tentang kecelakaan kereta api yang diakibatkan faktor human error, membawa Toni berandai - andai menjadi seorang Masinis. Ngantuk adalah salah satu faktor yang terus menjadi bahan perdebatan, menurutnya mengantuk adalah hal yang sangat manusiawi.

Pemasangan ATP sendiri diperkirakan akan memakan biaya yang tidak sedikit untuk dipasang di sepanjang jalur kereta api, tapi rasanya pemerintah jangan hanya memikirkan dari segi biaya saja faktor keselamatan harus menjadi prioritas !!. ** (Elva)

IKL
PKBL

SP

KopKarLen
Komite K3L
Periska Len

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Dinamika

Anda Percaya, Kami Pasti Bisa !!


Desember 2010 pekerjaan ini dapat selesai. Tapi, dikarenakan keterlambatan dan kekurangan material yang didatangkan dari luar negeri mengakibatkan proses terselesainya proyek molor hingga Januari 2011. Puji syukur tugas kami selesai dengan hasil yang maksimal dan memuaskan, puas untuk kami juga untuk client (TVRI-red), ucap Purwo ditengah kesibukannya. Banyak sekali suka duka dalam mengerjakan proyek ini. Proyek yang diyakini oleh pihak TVRI bahwa SDM Len mampu menanganinya dengan baik menyisakan banyak cerita untuk kami, diantaranya adalah cerita mengenai barang yang akan dikerjakan, mesin ini sudah disimpan di gudang TVRI selama 2 tahun, saat itu kami sendiri ragu apakah mesin tersebut bisa beroperasi atau tidak, ditambah banyak komponen yang tak lengkap termasuk manual book yang entah kemana, ucap Purwo berbagi cerita. Demo masyarakat pun mewarnai pekerjaan kami, sebagian masyarakat yang kurang paham akan guna dan proses bekerja mesin merasa terganggu dengan aktivitas pembangunan stasiun pemancar ini. Untunglah pihak TVRI mampu meredam emosi masyarakat dan memberikan pencerahan sekaligus jaminan atas kenyamanan kehidupan sosial mereka, sambung Dedi Suhaedi, salah satu tim yang turut terjun dalam proyek instalasi stasiun pemancar TVRI. Perlunya Regenerasi SDM Bekerja di proyek dengan di kantor jelaslah amat sangat berbeda, baik dari suasana lingkungan maupun kompleksitas pekerjaan. Tentunya hal tersebut dapat dijawab oleh kebanyakan rekan rekan Len yang seringkali berjibaku di luar kantor. Panas terik, jalan terjal, angkut barang ataupun menaiki pemancar tv dengan ketinggian hampir 300 meter menjadi tantangan yang harus mereka

Purwo Suhastono
Manajemen & Rekayasa Proyek UB Sistem Navigasi & Telekomunikasi

eriknya Jakarta terasa sekali oleh kami, tim Reportase Buletin Len yang saat itu berkesempatan mengunjungi rekan rekan dari Unit Bisnis Sistem Navigasi dan Telekomunikasi (Sisnavitel) yang sedang mengerjakan proyek instalasi stasiun pemancar TV - TVRI di kawasan Joglo - Jakarta Barat. Beruntunglah kami karena tepat dihari itu, Purwo dan tim rampung menyelesaikan proyek tersebut. Setiba disana tampak Purwo dan tim sedang melakukan on site training bagi karyawan TVRI yang kedepannya mereka lah yang akan mengoperasikan mesin - mesin yang telah di instalasikan dengan baik. Transfer teknologi, tanya jawab menjadi bagian dalam training tersebut. Proyek senilai Rp. 2,7 miliar , dimana Len hanya melakukan instalasi-nya saja telah dimulai sejak bulan Oktober tahun lalu, direncanakan

10

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

lalui. Instalasi yang berkesinambungan dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi menjadi point dasar dalam proyek ini, jelas Purwo. Idealnya, karyawan yang dikirim ke lapangan adalah karyawan yang paham dengan kondisi lapangan dan tahu apa yang harus dilakukan, Jangan sampai karyawan tersebut kaget dengan kondisi lapangan yang jauh dari perkotaan ataupun dengan tugas yang diberikan, tambahnya. Regenerasi karyawan memang harus di prioritaskan dan untuk mencapai kompetensi tertentu membutuhkan proses pembelajaran dan pengalaman yang tak sedikit mengingat kompeksitas pekerjaan di lapangan. Banyak sekali proses pembelajaran yang saya dapatkan di lapangan, saling bekerja sama antar tim menjadi kunci keberhasilan kami. Dengan pengalaman pula lah, saya dan tim dapat menemukan solusi - solusi dari permasalahan yang seringkali terjadi di lapangan, ungkap Purwo. Enjoy ketika bekerja dengan hati Atau kalimat bijak mengatakan Cintailah pekerjaan kita. Dengan begitu, seberat apapun

tugas yang diberikan, kita akan selalu tetap tersenyum dalam menjalaninya tak sedikit pun merasa terbebani dengan apa yang diberikan, dengan apa yang harus dikerjakan. Selalu bekerja dengan hati, itulah yang selalu di tanamkan oleh Purwo dan tim, dengan begitu cape ataupun stress tidak terlalu berpengaruh bagi mereka. Puas sekali saat melihat hasil kerja keras kita dinilai sangat baik oleh client, cape atau stress tak kami rasaKetika customer percaya kita bisa, maka semangat pun akan membara untuk membuktikan bahwa kami bisa berikan yang terbaik untuk anda, jelasnya puas menatap mesin mesin yang kini telah beroperasi maksimal memancarkan siaran TVRI ke pelosok nusantara. Puncak kesuksesan proyek ini terjadi pada tanggal 21 desember tahun lalu, dimana saat itu TVRI berencana untuk launching stasiun pemancar TV Joglo oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketegangan sempat terjadi pada kami yang berada di lapangan, karena saat itu proses instalasi jauh dari maksimal, cerita Purwo berbagi cerita. Beberapa hari sebelum hari H, dukungan dan semangat terus kami terima. Direktur utama TVRI,

Ruang Exchanger Stasiun Pemancar TV TVRI, Joglo - Jakarta Barat

Ruang Transmisi Stasiun Pemancar TV TVRI, Joglo - Jakarta Barat

Ruang Power Supply Stasiun Pemancar TV TVRI, Joglo - Jakarta Barat

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

11

Dinamika

dan alumni Len seperti Satya Sudhana (kini menjabat sebagai Direktur teknik TVRI-red), Lili Rustandi (kini menjabat sebagai Dewan Pengawas TVRI-red) terus memberikan dukungannya pada kami. Tepat pukul 16.00 WIB, disaat detik detik terakhir, pekerjaan kami selesai dan alhamdullilah sudah bisa on-air, sambungnya. Tak ayal, keberhasilan tersebut mengundang apresiasi positif untuk Purwo dan tim.Sms ucapan selamat terus berdatangan melalui handphone saya.alhamdullilah, semua senang dengan hasil kerja keras kami, ucapnya tersenyum puas. Bangga sekali saat mendengar nama Len disebut di
Testimoni
Berikut adalah testimoni dari karyawan proyek instalasi stasiun pemancar TVRI Joglo, Jakarta mengenai kesan selama berada di proyek tersebut. Waryo, Staff Bagian Manajemen & Rekayasa Proyek Sistem Navitel P a d a d a s a r ny a s ay a berbangga hati ketika mengerjakan proyek instalasi i n i . Ke n a p a ? ? d e n g a n kapasitas instalasi yang besar dan komponen pendukung (termasuk manual book) yang tak lengkap, tapi itu semua tak menjadi kendala, buktinya kita bisa mengerjakan semuanya dengan lancar dan sempurna,. Dedi Suhaedi, Staff Bagian Manajemen & Rekayasa Proyek Sistem Navitel Penambahan ilmu, itulah yang selalu saya rasakan dalam setiap proses kerja di lapangan. Dengan SDM Len yang berkualitas dan inovasi yang terus menerus khususnya di bidang Broadcasting, saya yakin Len akan semakin berkibar,.

udara, sambungnya disertai anggukan setuju dari kedua rekannya, Dedi suhaedi dan Warya. Komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik harus tetap dipegang teguh tanpa menilai besar kecilnya nilai proyek. Rasa-rasanya semua hasil kerja keras teman - teman di proyek wajib mendapat apresiasi tak harus berupa materi, sekedar ucapan selamat pun sudah sangat mewakili. Tak hanya dukungan teknologi dan inovasi, rasa kekeluargaan antar karyawan tentunya akan menjadi kekuatan Len untuk semakin berkembang.Lets grow like a star. ** (Elva)

Dan inilah kesan dari Julianto - TVRI & Mr. Joseph (engineer dari Itali) selaku partner Len dalam proyek Instaslasi Stasiun Pemancar TVRI Jakarta : Julianto, TVRI Kami sangat puas dengan kinerja teman teman dari Len, mereka sangat bertanggung jawab dan professional dalam bekerja. Saya mengakui kemampuan teman teman Len saat melakukan instalasi ini karena dengan keadaan mesin yang mengendap di gudang selama 2 tahun dan tanpa manual book, kenyataanya teman-teman Len dapat menyelesaikannya dengan sempurna dimana banyak pihak lain yang hands up untuk pengerjaan instalasi ini. Seiring dengan teknologi yang semakin maju, saya harapkan Len juga akan semakin maju dan terus berinovasi khususnya di Bidang Broadcasting,. Mr. Joseph, Italia I have to say that Mr. purwo and team did very good work to handle all engine installation, actually they are working properly. So, I am very pleasure and appreciate with Mr. Purwo and team, hopely can coorporate for the another project,.

12

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Jendela Inspirasi
Dodi Hidayat Rivai
Direktur Urama PT Len Industri (Persero) Periode Tahun 2001-2007

Dari Tukang Solder Hingga Pencipta Lampu Hemat Energi


erawal dari kesempatan untuk magang di Len ketika beliau masih duduk di bangku kuliah menjadi awal dari success story perjalanan seorang Dodi Hidayat Rivai. Sosok yang dikenal sebagai pelopor era Len transformasi itu kini sedang giat - giatnya menekuni hobi uniknya : membuat lampu hemat energi. Kakek dari 4 cucu, yang telah memasuki masa pensiun sejak tahun 2007 itu kini masih aktif. 34 tahun berkarya di Len terus menjadikannya sebagai pribadi yang kreatif dan tak mau diam. Ya, di usianya yang ke 59 tahun, beliau masih aktif menekuni segudang hobinya sebut saja main golf dan bertani. Bahkan, ketika pelesir bersama keluarganya tak sungkan beliau sendirilah yang menyetir kendaraannya turut berpacu di jalanan, diakuinya beliau memang penyuka mobil sejati termasuk menyetir sendiri, rute Bandung - Bali

atau Bandung - Yogyakarta dirasa sudah sangat akrab ia gauli. Banyak sekali cerita yang dapat kami rangkum dari pertemuan kami dengan Direktur Utama Len periode 2001 - 2007 siang itu, ditemui disela keasyikannya menekuni hobinya dan keramaian celoteh cucunya, Dodi Hidayat Rivai bercerita kepada Tim Reportase Buletin Len. Len bagian perjalanan hidup saya Adalah tahun 1973 saat Dodi muda mulai menapaki karirnya di Len menjadi bagian dari 50 karyawan Len yang lain, Dodi mulai bekerja sebagai tukang solder (teknisi-red) saat itu. Tetap teguh dengan keyakinannya bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan haruslah bisa diukur, karir Dodi melesat hingga menempatkan dirinya sebagai Direktur Utama Len.

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

13

Jendela Inspirasi

Memang yang namanya transformasi selalu menelan korban apapun itu, dari segi apapun pasti ada. Tapi itu tak menjadikan saya mundur, saya ingin Len terus berjalan dan tetap survive.
Saya paling malas untuk menulis, waktu saya menjadi Direktur saya gak pernah nulis memo, inilah style saya, kenangnya. Beruntunglah Dodi karena beliau memiliki Sekretaris yang sangat paham dengan gaya nya ini, Rudiarti lah yang dirasa banyak membantu selama beliau berkiprah. Dodi dikenal sebagai pelopor era transformasi Len, hal ini dikarenakan pada saat itu Beliau melihat bahwa bisnis Len tidak mungkin lagi bisa bertahan maka dengan segala resikonya Beliau memutuskan untuk melakukan transformasi bisnis Len. Memilih keputusan tersebut tentunya bukanlah hal mudah, dengan keyakinannya dan dukungan dari rekan - rekannya yang lain, Dodi optimis keputusannya tak kan salah. Terbukti dengan transformasi tersebut, Len dapat meningkatkan penjualannya menjadi dua kali lipat dan naik sebanyak enam kali lipat tepat di akhir masa kerjanya, Alhamdullilah, saya masih diberi umur untuk menghidupkan kembali Len yang saat itu merugi, ucapnya flash back ke masa saat Indonesia terkena krisis moneter yang berimbas pada kinerja Len. Kita tidak bisa memuaskan semua orang, dengan keputusan yang saya ambil tentunya akan menimbulkan pro kontra antar karyawan, ada yang suka ada yang tidak, bahkan mungkin ada juga yang membenci bahkan memusuhi sayatapi itulah hidup, kalau kita ingin semuanya menjadi teman tentunya kita tidak akan maju dan tidak akan berubah. Sedikit musuh itu wajar karena kalau tidak punya musuh itu yang tidak wajar, inilah

dinamika dalam suatu proses yang harus kita lalui, kuncinya terletak dari bagaimana kita memanage nya agar kita bisa fokus ke depan dan tetap meraih kemajuan, ungkapnya antusias. Memang yang namanya transformasi selalu menelan korban apapun itu, dari segi apapun pasti

(Peresmian Stasiun Serpong, 4 Juli 2007)

ada. Tapi itu tak menjadikan saya mundur, saya ingin Len terus berjalan dan tetap survive. Pada prinsipnya saya tak pernah takut mempunyai musuh selama kita masih bisa meleburnya demi kemajuan bersama, sambungnya . Bercerita tentang berbagai pengalaman nya, Dodi mulai menyimpulkan ragam

14

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

InoTek
Inovasi Teknologi

Persinyalan Len
Sistem Persinyalan Len
Sistem Persinyalan Len
Sistem persinyalan kereta api saat ini menjadi salah satu lini bisnis utama yang digeluti PT Len Industri (Persero), bahkan tahun 2009 bisnis ini berhasil menyumbangkan 40% dari total pendapatan Len pada tahun tersebut. Sistem persinyalan kereta api mungkin bukan sesuatu yang terdengar asing di telinga karyawan Len, tapi apakah semua karyawan Len tahu apa itu sistem persinyalan kereta api, kalau soal yang satu ini mungkin saya sendiri tidak bisa menjawab dengan pasti karena memang belum pernah ada survey yang meneliti masalah tersebut. Sistem persinyalan kereta api memang merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan multi disiplin, tapi di sini saya tidak akan membahas betapa kompleksnya sistem persinyalan kereta api, saya hanya akan menyajikan dari perspektif yang lebih sederhana yang mudahmudahan bisa memberikan sedikit gambaran bagi karyawan Len khususnya yang berada di luar Unit Bisnis Sistem Transportasi.
ecara sederhana sistem persinyalan kereta api bisa diartikan sebagai sistem yang mengatur pergerakan kereta api baik ketika berada di area stasiun maupun di petak jalan yang diapit oleh dua stasiun. Elemen jalan yang terdapat pada suatu stasiun yaitu rel biasa dan wesel. Wesel, yang juga biasa disebut point, switch ataupun turnout, memiliki bagian dasar seperti rel tetapi dilengkapi dengan jalur khusus sehingga menjadi titik temu suatu percabangan rel (lihat W11 dan W13 pada gb. 1). Wesel ini juga dilengkapi dengan lidah wesel yang dapat diatur posisinya dengan perangkat tambahan penggerak wesel sehingga bisa memberikan arah percabangan sesuai dengan kebutuhan. Tidak seperti mobil yang dilengkapi dengan stir sehingga bisa bergerak bebas ke kiri dan kanan, kereta api hanya bisa bergerak dengan arah sesuai dengan tumpuan rodanya terhadap rel. Sebagai gantinya maka perangkat yang mengatur posisi wesel ini bisa dianggap sebagai stir yang mengatur pergerakan kereta pada percabangan (wesel) apakah akan diarahkan lurus atau belok. Selain pengatur arah posisi wesel, diperlukan juga perangkat yang bisa memberi isyarat untuk bergerak maupun berhenti kepada masinis yang akan masuk maupun keluar stasiun. Perangkat inilah yang kita sebut sinyal. Berdasarkan arah pergerakan kereta terhadap stasiun maka sinyal terdiri dari sinyal masuk (home signal) dan sinyal keluar/sinyal berangkat (starter signal). Disamping itu ada pula sinyal tambahan sebagai sinyal bantu sebelum masinis melihat sinyal masuk yaitu sinyal muka (distant signal).

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

15

Gambar 1 : Layout Stasiun

Gambar 2 : Petak Blok

Sinyal masuk memberi isyarat masinis yang akan memasuki area stasiun (lihat sinyal J10 dan J14 pada gb. 1). Sinyal berangkat memberi isyarat pada masinis yang akan memberangkatkan kereta menuju stasiun lain sesuai dengan jalurnya (lihat sinyal J12A,J12B,J22A dan J22B pada gb. 1). Sedangkan sinyal muka memberi isyarat pendahuluan kepada masinis apakah akan berhenti di depan sinyal masuk atau jalan terus melewati sinyal masuk (lihat sinyal MJ10 dan MJ14 pada gb. 1). Selain ketiga sinyal di atas, ada juga sinyal yang digunakan untuk keperluan pergerakan kereta secara lokal. Pergerakan kereta secara lokal yang dimaksud diantaranya untuk keperluan perpindahan jalur kereta, perpindahan posisi lokomotif atau penyusunan suatu rangkaian kereta. Sinyal tersebut dinamakan sinyal langsir (shunt signal). Sinyal langsir tersebut bisa berdiri sendiri ataupun menjadi bagian dari kelengkapan sinyal berangkat. Ketika indikasi pada sinyal memberi isyarat masinis untuk menggerakan kereta, haruslah dipastikan bahwa wesel telah mengarahkan kereta ke jalur yang kosong (tidak terdapat kereta lain di atasnya). Maka sebelum isyarat sinyal yang memerintahkan untuk bergerak diaktifkan, petugas pengatur perjalanan kereta yang berada di stasiun harus memastikan posisi wesel dan memastikan secara visual bahwa pada jalur tujuan tidak terdapat kereta lain. Memastikan bahwa jalur yang akan dituju/dilalui kereta dalam keadaan kosong adalah sesuatu yang mutlak. Namun memastikan langsung secara visual tidaklah efisien dan akan memperlambat waktu perjalanan kereta. Maka sistem persinyalan modern juga dilengkapi dengan perangkat pendeteksi kereta, sehingga petugas pengatur tidak perlu melihat langsung secara visual keberadaan kereta pada suatu jalur, tetapi cukup melihatnya pada panel indikator. Untuk memudahkan pendeteksian kereta, maka petak-petak jalan rel dibagi menjadi beberapa petak pendeteksian yang lebih kecil (track section). Seperti terlihat pada gambar 1, track section untuk Stasiun A diantaranya 10AT, 10BT, 11, 12,

22,13,14AT dan 14BT. Ketika kereta bergerak memasuki stasiun atau bergerak secara lokal di area stasiun, petugas pengatur pergerakan kereta (PPKA = Pemimpin Perjalanan KA) di stasiun tersebut memiliki otonomi penuh terhadap wilayah stasiun. Berbeda halnya apabila PPKA hendak memberangkatkan kereta, maka dia harus terlebih dahulu meminta ijin ke stasiun tujuan. Hal ini dikarenakan pergerakan kereta akan melewati petak jalan/petak blok yang menjadi wilayah kekuasaan bersama antara dua stasiun yang mengapitnya. Permintaan ijin ini dilakukan agar stasiun tujuan tidak memberangkatkan kereta secara bersamaan (khusus untuk jalur KA tunggal/single line) yang akan mengakibatkan tabrakan. Maka selain meminta ijin secara lisan, operasi sinyal berangkat pada kedua stasiun tersebut yang mengarah pada jalur yang sama, harus saling mengunci (interlock). Sistem penguncian antara dua stasiun tersebut disebut sistem blok (block system). Ada dua jenis sistem blok yang sering digunakan yaitu sistem blok permisif dan sistem blok terbuka. Sistem blok permisif mutlak membutuhkan persetujuan langsung dari petugas di stasiun tujuan dengan melakukan tindakan tertentu. Pada gb. 2 diperlihatkan suatu petak blok antara Stasiun A dengan Stasiun B. Bila Stasiun A hendak memberangkatkan kereta ke Stasiun B maka terlebih dahulu PPKA di Stasiun A meminta ijin memberangkatkan kereta ke Stasiun B dengan menekan tombol atau memutar perangkat elekto-mekanik pada perangkat sistem blok. Apabila tidak ada kondisi yg dianggap membahayakan maka petugas PPKA di Stasiun B akan memberikan ijin dengan cara menekan tombol atau memutar perangkat elektro-mekanik pada pereangkat sistem blok. Pemberian ijin ini akan langsung melepas penguncian sinyal berangkat di Stasiun A, sehingga sinyal bisa dioperasikan dan kereta bisa berangkat menuju Stasiun B dengan aman.

16

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Berbeda dengan sistem blok permisif, dimana pada kondisi normal semua sinyal berangkat terkunci dan baru bisa dioperasikan setelah penguncian dilepas oleh stasiun tujuan secara remote, maka pada sistem blok terbuka ijin dari petugas PPKA stasiun tujuan tidak lagi diperlukan. Pada sistem blok terbuka hubungan antara sistem blok stasiun asal dan stasiun tujuan terhubung secara otomatis. Pada kondisi ketika petak blok kosong maka stasiun asal bisa l a n g s u ng mengopera sikan sinyal berangkat da n memberangkatkan kereta ke stasiun tujuan. Pengoperasian sinyal berangkat ini juga secara remote juga akan mengunci sinyal berangkat stasiun tujuan yang mengarahkan kereta pada petak blok yang sama. __________________________________________ Sistem persinyalan harus menjamin semua pergerakan kereta baik di area stasiun maupun pada petak blok bisa berlangsung secara aman. Untuk itu persyaratan failsafe mutlak diperlukan baik secara terintegrasi pada sistem persinyalan maupun secara individu pada tiap perangkat penyusun sistem persinyalan. Oleh karena itu produk yang digunakan untuk sistem persinyalan haruslah berkinerja baik dan teruji tingkat keselamatannya (safety level) serta memenuhi aturan yang berlaku secara umum di dunia persinyalan ataupun aturan khusus yang ditetapkan otoritas perkeretaapian setempat. Hal ini mutlak diperlukan mengingat kesalahan yang terjadi pada sistem persinyalan bisa mengakibatkan dampak yang sangat serius baik secara korban jiwa maupun materi. Berdasarkan populasi pada sistem perkeretaapian di Indonesia, ada beberapa jenis sistem persinyalan yang berdasarkan basis teknologinya dibagi menjadi : Sistem Persinyalan Mekanik Sistem Persinyalan Elektrik Sistem Persinyalan Elektro-Mekanik Sistem Persinyalan Mekanik

Sistem ini tersebar diantaranya di wilayah regional Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan. Selain itu di Pulau Jawa juga terdapat stasiun yang masih dilengkapi persinyalan mekanik diantaranya pada lintas Bogor - Cianjur - Padalarang (jalur selatan), Gedebage - Tasikmalaya, Solo - Madiun Kertosono, Solo - Semarang, Semarang - Surabaya (jalur utara), Kertosono - Blitar - Malang dan semua stasiun pada lintas Surabaya - Banyuwangi. Secara garis besar sistem persinyalan mekanik terdiri dari :
Perangkat persinyalan dalam ruangan (indoor) yang terdiri

dari :
Meja/lemari mistar Perangkat sistem blok Perangkat persinyalan luar ruangan (outdoor) yang terdiri

dari:
Perangkat sinyal mekanik Pemindah wesel mekanik

Meja mistar merupakan otak dari sistem persinyalan mekanik. Bagian ini berfungsi sebagai sistem interloking yang menjamin semua operasi sinyal yang mengarahkan kereta untuk memasuki jalur yang sama tetap dalam kondisi saling mengunci (interlock). Sebagai gambaran, dengan sistem interloking mekanik ini tidak akan dimungkinkan tuas penggerak sinyal masuk dari kedua arah yang berlawanan digerakan secara bersamaan. Mistar yang terhubung dengan penguncian tuas dilengkapi dengan kait mekanik khusus yang tersusun menurut aturan yang dipersyaratkan interlocking table (tabel pengucilan) mekanik yang disesuaikan dengan layout stasiun. Di Indonesia meja mistar mekanik hanya digunakan pada sistem interloking mekanik Siemens & Halske (S&H). Sedangkan sistem yang lebih tua yang diproduksi oleh Alkmaar jauh lebih sederhana karena hanya dilengkapi dengan tuas penggerak sinyal, sedangkan perangkat pemindah posisi wesel harus dioperasikan secara langsung pada wesel yang bersangkutan (terlayan setempat). Sedangkan pada sistem S&H perangkat pemindah posisi wesel dapat digerakkan oleh tuas yang terdapat pada meja/lemari mistar (terlayan pusat). Pada gambar 4 terlihat meja mistar mekanik dengan perangkat sistem blok elektromekanik di atasnya dan tuas penggerak sinyal serta tuas penggerak perangkat pemindah posisi wesel di bawahnya.

Gambar 3 : Diagram Sistem Persinyalan Mekanik Sistem persinyalan mekanik sampai saat ini merupakan sistem persinyalan dengan populasi terbanyak di Indonesia. Sekitar 70% lintas dan stasiun kereta api di Indonesia masih dilengkapi dengan sistem persinyalan jenis ini.

Gambar 4 : Interloking Mekanik

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

17

Pada sistem persinyalan mekanik, sistem blok yang biasa digunakan adalah sistem blok permisif, maka perangkat sistem blok harus terhubung dengan penguncian tuas penggerak sinyal berangkat dan berada dalam posisi terkunci pada kondisi normal. Dari data lapangan hanya sistem persinyalan mekanik S&H yang bisa dilengkapi dengan perangkat blok. Sedangkan pada sistem persinyalan mekanik Alkmaar operasi blok hanya dilakukan melalui komunikasi suara antar PPKA (warta KA). Perangkat sistem blok suatu stasiun terhubung dengan sistem blok stasiun sebelahnya secara elektro-mekanik, maupun elektronik melalui kawat udara terbuka, kabel tanah tertutup maupun jaringan kabel optik dengan penambahan antarmuka (interface) tertentu. Perangkat blok asli sistem persinyalan mekanik S&H menggunakan sistem elektro-mekanik. Permintaan maupun pemberian ijin dilakukan dengan cara memutar induktor sehingga menghasilkan listrik yang dialirkan ke perangkat blok stasiun sebelahnya melalui media kawat udara. Di stasiun tujuan, sinyal listrik yang diterima tersebut digunakan untuk menggerakkan perangkat solenoid yang terhubung dengan pasak pengunci tuas penggerak sinyal berangkat. Masalah sering muncul karena media penghantar kawat udara terbuka sangat rentan terhadap gangguan. Karena sistem blok ini dirancang dengan filosofi failsafe, maka gangguan yang timbul tidak akan membahayakan perjalanan kereta. Tetapi meskipun demikian hal tersebut bisa mengganggu operasi dan berpotensi menyebabkan keterlambatan, karena bila sistem blok terganggu maka pelayanan operasi blok hanya dapat dilakukan melalui percakapan langsung antara PPKA stasiun asal dan PPKA stasiun tujuan (warta KA). Untuk permasalahan di atas PT Len Industri sudah memiliki solusi dengan produknya yang disebut MOBIS. Dengan MOBIS ini sinyal listrik yang dihasilkan induktor diubah menjadi sinyal digital melalui perangkat PLC (Programmable Logic Controller). Sehingga media penghantarnya bisa menggunakan kabel optik yang tahan terhadap gangguan. Di stasiun tujuan sinyal ini diubah kembali menjadi listrik untuk menggerakkan solenoid. Sistem MOBIS juga digunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan interfacing antara stasiun yang dilengkapi sistem persinyalan elektrik dengan stasiun tetangganya yang masih dilengkapi sistem persinyalan mekanik tipe S&H. Untuk pertamakalinya, solusi ini telah berhasil diterapkan di Stasiun Gundih. Suatu kebanggaan dimana vendor sistem persinyalan elektrik asing sekalipun biasanya mengalami kesulitan bila harus menyandingkan sistem buatannya dengan sistem persinyalan mekanik di stasiun sebelahnya. Sistem blok berbeda yang diterapkan pada sistem persinyalan mekanik S&H bisa dijumpai di Sumatera Utara. Induktor listrik tidak lagi digunakan, sebagai gantinya operasi blok dilakukan dengan cara menekan tombol dan kunci khusus melalui perangkat yang disebut TBI (Tokenless Block Instrument). Perangkat ini berisi modul elektronik berbasis sistem logika dengan generator frekuensi sederhana untuk menyalurkan

informasi antar stasiun melalui kabel tembaga terpilin seperti yang digunakan untuk kabel telepon. Pada gambar 5 terlihat panel sistem blok TBI yang dilengkapi indikator terpasang di atas meja mistar mekanik.

Gambar 5 : Perangkat Blok TBI Sistem blok TBI di atas sudah tidak digunakan lagi mengingat banyak komponennya yang rusak dan sudah tidak diproduksi lagi, juga karena maraknya pencurian kabel tembaga yang membentang di udara. Sekarang sistem TBI buatan Len berbasis PLC sudah berdiri kokoh menggantikan sistem TBI lama. Si ste m TBI b a ru me ma n fa a tka n p e ra n g ka t PL C (Programmable Logic Controller). Komunikasi blok TBI antar stasiun memanfaatkan media komunikasi serat optik berbasis sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy). TBI baru yang terpasang mencakup 36 stasiun. Selain TBI dan sistem telekomunikasi serat optik, tiap stasiun juga dilengkapi dengan sistem catu daya yang memiliki back-up UPS dan genset. Untuk 34 lokasi stasiun, perangkat sistem catudaya dan telekomunikasi serat optik terpasang dalam PMER (Portable Modular Equipment Room) berbasis kontainer hasil desain asli Len dan terbukti bisa menghemat waktu instalasi di lapangan.

Gambar 6 : Lengan Sinyal Mekanik

18

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Untuk sistem persinyalan mekanik, perangkat sinyal luar berupa lengan mekanik yang terhubung dengan tuas penggeraknya yang terdapat pada meja mistar, melalui rantai dan kawat logam. Posisi lengan mendatar (horizontal) mengisyaratkan kereta harus berhenti, sedangkan posisi lengan sinyal mendongak ke atas sekitar 60 derajat mengisyaratkan kereta boleh jalan. Pada gambar 6 terlihat sinyal mekanik dengan 3 buah lengan yang diperuntukan untuk masing - masing kereta yang berada pada 3 jalur berbeda. Sama halnya dengan perangkat sinyal, perangkat pemindah posisi wesel mekanik juga dihubungkan dengan tuas penggeraknya melalui rantai dan kawat logam. Sistem Persinyalan Elektrik Berdasarkan penempatan perangkat, sistem persinyalan elektrik dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian dalam ruangan (indoor) dan bagian luar ruangan (outdoor). Perangkat Persinyalan Indoor Sistem Interloking Vital Sistem Interloking Non-Vital Maintenance Terminal Axle Counter Evaluation Unit Perangkat Persinyalan Outdoor Sinyal warna cahaya Penggerak wesel elektrik Perangkat pendeteksi KA Berdasarkan basis teknologinya, sistem interloking pada sistem persinyalan elektrik dibagi menjadi : Interloking Relay Interloking Hibrid (relay-elektronik) Interloking Elektronik

pertama yang masuk ke Indonesia berjenis interloking relay DrS dari Siemens. Bagian vital maupun non-vital prosesornya berupa relay individual yang harus di-wiring satu-persatu sehingga membentuk fungsi interloking yang utuh. Sinyal elektrik dengan interloking relay tipe awal ini dipasang di 2 stasiun utama saat itu yaitu Stasiun Bandung dan Stasiun Solo Balapan. Sampai saat ini kedua sistem persinyalan tersebut masih berfungsi. Untuk sistem DrS, Len juga pernah melakukan modifikasi di Stasiun Solo Balapan terkait pengaktifan jalur ganda Yogya Solo. Sistem persinyalan dengan interloking relay berikutnya, sedikit lebih maju dari pendahulunya, yaitu tipe MIS (Modular Interlocking System). Berbeda dari tipe DrS, relay pada sistem ini sudah dirakit dalam bentuk modul yang mewakili suatu fungsi tertentu dalam sistem interloking. Sistem yang lebih baru ini awalnya dipasang di Stasiun Cikampek, Cirebon, Tugu Yogya, dan Pasar Turi Surabaya. Namun pada tahun 2005 sistem yang terpasang di Stasiun Cikampek diganti dengan sistem interloking elektronik VPI dari alstom terkait proyek jalur ganda Cikampek-Cirebon. Untuk selanjutnya pada tahun yang sama Len berhasil memfungsikan kembali sistem persinyalan MIS eks Stasiun Cikampek di Stasiun Madiun. Selain itu Len juga telah berhasil melakukan modifikasi pada sistem ini di Stasiun Cirebon. Kemudian di stasiun Cikampek (sebelum dibongkar) terkait dengan pengaktifan tahap pertama (temporary) jalur ganda Cikampek - Cirebon. Prestasi terbaru Len dalam modifikasi sistem ini adalah ketika kita dipercaya oleh Westinghouse Australia untuk melakukan modifikasi MIS stasiun Yogya dan membuat sistem interfacing dengan Stasiun sebelahnya yang dilengkapi sistem interloking elektronik Westrace dari Westinghouse, terkait proyek jalur ganda Kutoarjo - Yogya. Keberhasilan modifikasi MIS ini sempat dipublikasikan pada jurnal perkeretaapian internasional oleh Westinghouse, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit bahwa Len yang mengerjakannya. Persamaan kedua sistem persinyalan dengan interloking relay ini adalah sama-sama menggunakan panel mosaik yang dilengkapi dengan tombol dan indikator sebagai Operation Terminal-nya (lihat bagan pada gambar 7). Tipe panel ini di lazim disebut LCP (Local Control Panel). Persamaan lain yaitu pada sisi perangkat luar ( outdoor equipment ) yang menggunakan sinyal warna cahaya tipe bola lampu pijar (kecuali Stasiun Madiun yang menggunakan sinyal tipe LED produksi Len), penggerak wesel dengan motor listrik dan pendeteksi KA tipe track circuit. Tipe sistem persinyalan elektrik berikutnya adalah yang dilengkapi dengan sistem interloking hibrid. Sistem ini lebih maju dari interloking relay. Bila mengacu pada gambar 7, pada sistem ini bagian non-vital tidak lagi menggunakan relay tapi sudah menggunakan prosesor elektronik.

Gambar 7 : Diagram Sistem Persinyalan Elektrik Sistem persinyalan elektrik mulai masuk ke Indonesia baru pada sekitar 40 tahun yang lalu. Sistem persinyalan elektrik Populasi sistem persinyalan elektrik dengan sistem interloking tipe ini yaitu pada lintas Kertosono - Wonokromo di Jawa Timur yang menggunakan sistem persinyalan buatan Ansaldo dan

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

19

Stasiun Medan yang menggunakan sistem interloking hibrid buatan GRS. LCP digunakan sebagai operation panel dan digunakan pula perangkat luar berjenis sama, seperti yang digunakan pada sistem persinyalan elektrik, yang dilengkapi interloking relay. Untuk lintas Kertosono - Wonokromo, Len telah berhasil melakukan up-grading dengan penambahan sistem axle counter sebagai pendeteksi KA pada petak blok, sekaligus memanfaatkannya sebagai interface informasi blok, yang terhubung dengan jaringan komunikasi fiber optik berbasis SDH, yang juga dikerjakan oleh Len. Khusus untuk Stasiun Medan, Len juga berhasil melakukan modifikasi dan penggantian sistem non-vital processor GL1 buatan GRS dengan PLC. Selain itu juga dilakukan penggantian LCP lama dengan LCP baru buatan Len. Tipe persinyalan elektrik generasi yang lebih baru dari sistem persinyalan yang dilengkapi sistem interloking hibrid adalah sistem persinyalan yang dilengkapi sistem interloking elektronik, dimana prosesor elektronik digunakan baik pada bagian vital maupun non-vitalnya. Vendor yang digunakan perkeretaapian Indonesia untuk sistem ini terbilang cukup banyak, sebut saja VPI dari Alstom (dengan beberapa versi terdahulu dari ASI & GRS), Westrace versi 1 dan 2 dari Westinghouse, SSI dari Westinghouse & Alstom, PLC Based Interlocking dari Vialis (d/h Alkmaar) dan yang terakhir adalah PLC Based Interloking buatan Len yaitu SIL-02 (Sistem Interloking Len -Versi 2). Sistem VPI tersebar pada lintas Serpong - Merak, Cikampek Cirebon - Semarang dan Cikampek - Bandung. Sistem Westrace versi 1 menghuni lintas Tasik - Banjar - Kroya Kutoarjo dan Cirebon - Kroya, sedangkan versi ke-2 nya telah menggantikan versi pertamanya pada lintas Kutoarjo - Yogya, berbarengan dengan pengoperasian jalur ganda Kutoarjo Yogya. Sementara itu sistem SSI bisa dibilang menguasai seluruh lintas ibu kota sampai dengan Stasiun Serpong untuk batas barat, Cikampek untuk batas timur dan Bogor untuk batas selatan, dan di Bandung menguasai lintas Padalarang Gedebage. Sistem interloking berbasis PLC dari Vialis sampai saat ini hanya terpasang di Depo KRL Depok. Sedangkan SIL-02 produksi Len sudah menempati beberapa titik utama yaitu di Stasiun Slawi dan Gundih di Jawa Tengah, Stasiun Bangil di Jawa Timur, Stasiun Tanjung Priok, Cibinong dan Nambo di Jabodetabek, Stasiun Prabumulih Baru di Sumatera Selatan dan Stasiun Tebing Tinggi di Sumatera Utara. PT Len industri sebagai agen ToT (Transfer of Technology) mewakili pemerintah, tidak pernah absen mengikuti proses pengimplementasian sistem persinyalan elektronik ini sejak pertama masuk ke Indonesia. Mulai dari mempelajari sistem produk vendor asing tersebut, sampai sekarang sudah mampu merancang dan memproduksi sistem interloking sendiri. Saat ini Len juga telah memiliki kemampuan untuk melakukan modifikasi pada semua sistem interloking produksi vendor asing yang disebutkan di atas. Beberapa pekerjaan modifikasi mampu diselesaikan secara fenomenal, bahkan menjadi tonggak penting dalam membuka mata pemerintah tentang

kemampuan lokal bidang persinyalan kereta api, juga menjadi tonggak penting juga bagi Len dalam perkembangan bisnisnya di bidang sistem persinyalan kereta api. Sebut saja keberhasilan proyek-proyek terkait program jalur ganda misalnya modifikasi VPI 6 stasiun pada lintas Cikampek Cirebon yang legendaris. Proyek modifikasi SSI Tanah Abang Serpong, proyek modifikasi VPI Serpong - Maja tahap pertama, proyek modifikasi VPI Tegal - Pekalongan dan yang terakhir proyek modifikasi Westrace Cirebon - Kroya fase pertama. Semua pekerjaan modifikasi di atas berhasil diselesaikan dalam waktu yang sangat fantastis, yang menjadikan Len secara kemampuan teknis hampir boleh disejajarkan dengan perusahaan signalling multinasional. Kembali ke masalah sistem persinyalan elektrik, bagian operation terminal dari sistem interloking jenis ini juga sebagian besar masih menggunakan tipe LCP, hanya sebagain saja yang menggunakan teknologi jenis VDU (Video Display Unit) berbasis PC yaitu sistem SSI dari Alstom, sedangkan sistem SSI dari Westinghouse masih menggunakan LCP.

Gambar 8 : Local Control Panel (LCP) Stasiun Slawi Sama seperti sistem yang lain, sisi perangkat luar dari sistem persinyalan yang dilengkapi dengan sistem interloking jenis elektronik ini masih menggunakan sinyal warna cahaya, penggerak wesel yang dilengkapi motor listrik (electric point machine), juga pendeteksi kereta yang menggunakan sistem track circuit dan axle counter. Sinyal yang digunakan sebagian besar berupa sinyal warna cahaya berteknologi lampu pijar (incandescent lamp) dengan dua filamen, sebagai filamen utama dan filamen cadangan. Bila filamen utama putus, otomatis fungsinya akan digantikan filamen cadangan dengan memanfaatkan rangkaian relay khusus. Hanya sebagian kecil saja terutama untuk stasiun yang dilengkapi sistem interloking buatan Len yaitu SIL-02 yang dilengkapi sinyal berteknologi LED (Light Emitting Diode) yang juga buatan Len. Maksud dari isyarat yang diberikan oleh sinyal tersebut akan tergantung dari warna cahaya yang menyala pada saat itu. Warna merah mengisyaratkan kereta harus berhenti, sedangkan warna hijau mengisyaratkan kereta boleh jalan. Adapun warna kuning mengisyaratkan kereta boleh jalan dengan kecepatan terbatas karena akan berhenti di sinyal

20

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

berikutnya. Selain itu untuk kereta yang diarahkan ke posisi belok pada wesel yang akan dilaluinya, diberi sinyal tambahan yaitu speed indicator.

kereta melewati sinyal merah dengan membawa surat ijin tertulis dari PPKA setempat, yang mana sebelumnya PPKA harus memastikan jalur yang akan dilalui pada kondisi aman, dan kereta harus berjalan dengan pelan. Jenis sinyal lain yang juga sering digunakan yaitu sinyal langsir, sinyal ini digunakan untuk mengatur pergerakan kereta secara lokal seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Sinyal langsir yang lazim digunakan terdiri dari dua tipe. Tipe sinyal langsir yang digabung dengan sinyal utama (biasanya sinyal berangkat), dan tipe sinyal langsir yang berdiri sendiri. Sinyal langsir yang berdiri sendiri bisa dibagi lagi menurut posisi penempatannya, yaitu sinyal langsir yang dipasang pada posisi rendah sejajar rel (ground based), dan sinyal langsir yang menempel pada tiang tersendiri (pole based). Dua sinyal lampu putih yang ditempatkan secara diagonal mengisyaratkan kereta boleh jalan. Sedangkan sebuah sinyal lampu berwarna merah dengan ukuran yang sama, dan berada pada posisi sudut siku bawah dari kedua sinyal tadi, mengisyaratkan kereta harus berhenti. Pada sinyal langsir yang digabung dengan sinyal berangkat, fungsi sinyal lampu warna merah tersebut digantikan oleh sinyal merah utama dari sinyal berangkat. Teknologi penggerak wesel (point machine) yang digunakan pada sistem persinyalan elektrik di Indonesia umumnya adalah yang berpenggerak motor listrik (di luar lazim juga digunakan yang berpenggerak sistem hidrolik).

Gambar 9 : Sinyal LED produk Len pertama di Stasiun Slawi Speed indicator ini bila aktif akan mensyaratkan kecepatan kereta yang lebih rendah, yaitu dibawah 30km/jam. Speed indicator terbagi menjadi dua jenis yaitu variable speed indicator dan fixed speed indicator. Variable speed indicator berupa lampu yang disusun membentuk angka 3 yang akan menyala bila kereta akan melalui posisi belok pada wesel yang akan dilaluinya, dan padam bila akan melewati posisi lurus pada wesel yang akan dilaluinya. Dengan kata lain ada dua kemungkinan posisi wesel yang akan dilalui kereta. Oleh arena itu, maka variable speed indicator ini biasanya dipasang pada posisi sinyal masuk. Sedangkan fixed speed indicator berupa rambu dari pelat logam, dengan tulisan angka 3 dan ditempatkan pada bagian atas head sinyal. Rambu/marka ini mengisyaratkan bahwa kereta pasti akan melewati wesel dengan posisi belok. Biasanya marka ini dipasangan pada sinyal berangkat yang berada di jalur samping (siding). Sedangkan untuk sinyal pada jalur utama biasanya tidak perlu dipasang, karena bila kereta akan berangkat keluar maka mengharuskan wesel dikondisikan pada posisi lurus. Terlihat pada gambar 1 sinyal J22A dan J22B dilengkapi fixed speed indicator sedangkan sinyal J12A dan J12B tidak dilengkapi marka tersebut. Lihat pula beda simbol speed indicator pada sinyal masuk J10 dan J14 dengan speed indicator pada sinyal berangkat J22A dan J22B! Selain itu, sinyal berangkat dan sinyal masuk biasanya dilengkapi sinyal darurat (emergency signal), berupa indikator lampu berwarna putih berbentuk segitiga. Sinyal ini berfungsi untuk memberangkatkan kereta pada kondisi darurat, dimana sinyal utama warna hijau atau kuning tidak bisa menyala karena ada gangguan dan petugas sudah mengecek bahwa gangguan tersebut tidak membahayakan perjalanan kereta. Kereta yang berjalan dengan sinyal ini harus berjalan dengan sangat pelan. Bila gangguan sampai menyebabkan sinyal darurat pun tidak bisa menyala, maka kereta diberangkatkan dengan prosedur MS (melanggar sinyal). Masinis pada kondisi ini bisa membawa

Gambar 10 : Point Machine Seri BSG 9 dari Siemens Mendorong dan menariknya stang penggerak (driving rod), yang digerakkan oleh mekanisme motor listrik, dapat mengubah posisi lidah wesel membuka atau menutup (mengarahkan kereta ke jalur lurus atau belok). Sebaliknya, bergeraknya lidah wesel dapat menggerakan stang deteksi (detection rod), sehingga limit switch yang terhubung dengan stang tersebut dapat memberi umpan balik informasi kepada sistem interloking, mengenai posisi lurus atau beloknya sebuah wesel. Untuk sistem pendeteksi kereta, ada dua metode yang umum digunakan di Indonesia yaitu track circuit dan axle counter. Pada sistem track circuit yang menggunakan rangkaian DC, kedua rel yang berada pada batas suatu wilayah deteksi (track section) akan dipotong sehingga menyisakan celah. Celah ini kemudian disisipi bahan isolasi dan rel di sekitar celah juga dijepit/disambung kembali dengan batang isolator, kedua perangkat isolator rel ini dikenal dengan istilah IRJ (Insulated Rail Joint).

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

21

Gambar 13 : Ilustrasi track section saat kondisi clear

Gambar 11 : Ilustrasi wesel pada posisi lurus

Gambar 14 : Ilustrasi track section saat kondisi occupied Ketika dua rel tersebut terhubung oleh roda kereta maka sesuai hukum ohm sebagian besar arus akan memilih melewati roda kereta tersebut ketimbang melewati koil relay yang diserikan dengan resistor untuk menyeberang dari kutub positif ke negatif. Maka ketika koil relay tidak mendapat arus yang cukup, koil tersebut menjadi tidak aktif dan kontak NO dari relay tersebut menjadi terbuka. Terbukanya kontak NO ini dibaca oleh interloking sebagai lojik 0 dan interloking mengartikannya sebagai terdudukinya section tersebut oleh kereta. Gambar 12 : Ilustrasi wesel pada posisi belok Kedua rel pada salah satu ujung dari track section tersebut dihubungkan dengan sumber arus/track feeder DC (satu rel dihubungkan ke kutub posistif sedang rel yang lain dihubungkan ke kutub negatif). Sedangkan pada ujung track section yang lain dihubungkan dengan koil relay DC, sesuai polaritas sumber yang terhubung pada ujung track section yang pertama. Perlu diketahui bahwa roda kereta terbuat dari logam, begitu juga poros penyambung roda kiri dan kanan juga terbuat dari logam. Maka ketika tidak ada kereta di atas suatu track section, koil relay pada salah satu ujung section tersebut akan aktif, karena mendapat catuan listrik dari ujung section yang lain. Kemudian kontak NO (normally open) dari relay tersebut akan menutup ketika relay aktif. Menutupnya kontak NO tersebut akan dibaca oleh sistem interloking sebagai lojik 1 atau aktif, dan sistem interloking akan mengartikan bahwa tidak ada kereta yang menduduki section tersebut. Bila ada kereta di atas section tersebut (section occupied), dan karena roda juga penghubungnya berasal dari logam, maka secara langsung roda tersebut akan menghubungkan kutub positif dan negatif (hubung singkat tidak akan terjadi karena track feeder dan relay masing-masing diserikan dengan resistor).
Gambar 15 : Ilustrasi instalasi wheel detector pada rel

Mungkin ada pertanyaan, mengapa kita memilih kontak NO bukan kontak NC (Normally Close). Hal ini dikaitkan dengan masalah filosofi failsafe. Bila terjadi kerusakan pada relay deteksi atau kabel , maka interloking akan membaca kondisi ini sama dengan keadaan section yang terduduki (occupied). Artinya tidak boleh ada kereta yang bergerak memasuki section tersebut dengan sinyal normal, maka PPKA harus memastikan langsung secara visual bila hendak memasukkan kereta ke track section yang mengalami gangguan tersebut dengan operasi darurat. Ini salah satu contoh saja dari prinsip failsafe, yang diterapkan pada salah satu perangkat sistem persinyalan kereta api. Perangkat pendeteksi kereta jenis lain adalah axle counter, sesuai namanya perangkat ini menggunakan metode menghitung gandar. Perangkat ini terdiri dari dua bagian yaitu wheel detector yang dipasang di rel, dan evaluator (evaluation unit/evaluating computer ) yang terpasang di ruang peralatan/Equipment Room (ER).

22

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Wheel detector dipasang pada titik rel yang menjadi batas suatu track section (pemotongan rel & pemasangan IRJ seterti pada sistem track circuit tidak diperlukan). Komponen ini berfungsi sebagai sensor yang membaca dan mendeteksi roda kereta dan arah pergerakannya dengan metode elektromagnetik. Sinyal pendeteksian kemudian dikirimkan ke bagian evaluator. Evaluator yang terhubung dengan semua wheel detector yang menjadi batas suatu track section kemudian akan menghitung jumlah roda dan menentukan apakah roda tersebut masuk atau keluar section tersebut. Misal ada rangkaian kereta dengan jumlah total 12 roda. Ketika roda pertama masuk maka evaluator melakukan perhitungan naik (counting up), dengan demikian jumlah angka pada section tersebut berubah dari nol menjadi satu. Angka lebih besar dari nol dari suatu section sudah cukup alasan bagi evaluator untuk mengartikan bahwa ada kereta di atas section tersebut. Selanjutnya evaluator akan menginformasikan ke sistem interloking melalui interface relay bahwa section tersebut terduduki kereta. Ketika roda berikutnya masuk evaluator akan terus menghitung naik sampai roda terakhir. Sama halnya ketika kereta masuk, ketika kereta keluar sensor juga akan membacanya, tetapi evaluator tidak lagi melakukan perhitungan naik melainkan perhitungan turun terhadap angka yang sudah terasosiasi dengan track section tersebut. Dan ketika jumlah yang masuk section sama dengan yang keluar maka angka tersebut akan bernilai 0, kemudian evaluator akan menginformasikan sistem interloking melalui suatu interface relay bahwa section tersebut sudah clear kembali. Sistem Persinyalan Elektro-Mekanik Setelah menelusuri sistem persinyalan dari mulai sistem persinyalan mekanik sampai yang terbaru yaitu sistem persinyalan elektrik yang dilengkapi sistem interloking elektronik, saya coba mundur sedikit untuk menjawab rasa penasaran sebagian kawan saya yang menanyakan maksud angka 02 pada produk Sistem Interloking Len (SIL). Adanya angka 02 tentunya diawali dengan angka 01. Memang benar sebelum ada SIL-02 terlebih dahulu ada SIL01. SIL-01 ini sendiri bukanlah nama yang populer, nama SIL sendiri muncul pada saat peresmian persinyalan Stasiun Slawi, dan SIL-01 lebih populer dengan sebutan EMI (ElectroMechanical Interlocking) dan SIL-02 saat itu populer dengan nama SISKA (Sistem Interloking Sinyal Kereta Api), sejalan dengan nama semua produk Len saat itu yang berbau feminin (sebut saja Selly, Lacuba, Lestari, Beti dll.) Sekitar 9 tahun yang lalu sebelum produk SIL-02 diluncurkan, produk EMI yang pertama yang didanai oleh PT. KAI diresmikan di Stasiun Tagog Apu. Menyusul kemudian Stasiun Cipatat dan Stasiun Purwoasri pada 3 dan 5 tahun berikutnya. Awalnya sistem ini dibangun untuk menjawab kebutuhan pengoperasian sinyal elektrik tanpa mengubah pola operasi pelayanan pada stasiun yang dilengkapi sistem persinyalan mekanik tipe S&H, dengan biaya yang minimal. Konsep awalnya cukup sederhana yaitu memfungsikan tuas

penggerak sebagai switch, dan dengan tambahan interface relay digunakan untuk menyalakan lampu sinyal dan menggerakkan point machine. Jadi praktis kendala operasi yang ditemui PPKA akibat beratnya beban tuas (hendel) tidak ditemui lagi karena tuas tidak lagi dibebani lengan sinyal dan penggerak wesel yang cukup berat dan makin berat dengan bertambahnya jarak.

Gambar 16 : Diagram Sistem SIL-01 Tujuan mengurangi kendala operasi memang tercapai, tapi kendala lain muncul mengingat perbedaan prinsip antara sistem persinyalan elektrik dan sistem persinyalan mekanik. Akhirnya untuk menjembatani diperlukan interface relay yang sangat banyak dan digunakan PLC untuk menyajikan indikasi dan fungsi operasi darurat yang diperlukan sistem, mirip LCP yang digunakan pada sistem persinyalan elektrik. Akhirnya tujuan untuk menghemat biaya tidaklah tercapai dengan memuaskan, mengingat sistem menjadi gemuk dan biaya menjadi membengkak, dengan selisih yang tidak signifikan apabila diganti total dengan sistem persinyalan SIL02. Akhirnya sampai saat ini populasi SIL-01 di Indonesia hanya terbatas sampai 3 stasiun itu saja.

Gambar 17 : RAIL ONE Pada gambar di atas tampak kereta VVIP Rail One (yang namanya

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

23

mungkin diilhami Air Force One dan sering diplesetkan relawan) hadir membawa jajaran direksi PT. KA pada peresmian persinyalan EMI tagogapu medio 2001. Peresmian sistem persinyalan EMI Tagogapu ini sendiri merupakan tonggak awal berkibarnya produk - produk solusi sistem PT Len Industri (Persero) pada sistem perkeretaapian nusantara. Sistem Persinyalan Modern Negara - negara maju yang memimpin percaturan perkeretaapian dunia telah mengembangkan dan menerapkan sistem persinyalan modern terutama pada lintas yang dilalui kereta berkecepatan sangat tinggi. Untuk kereta dengan kecepatan sangat tinggi tersebut tidaklah memungkinkan untuk menggunakan sinyal luar (wayside signalling) seperti pada sistem persinyalan konvensional. Maka sebagai solusi digunakanlah sistem persinyalan pada kabin masinis yang biasa disebut (onboard signalling). Teknologi ini berkembang sedemikian pesatnya bahkan tidak diperlukan lagi masinis untuk mengoperasikan kereta. Komunikasi antara sistem di kereta dengan pusat kendali pengaturan perjalanan kereta dilakukan melalui teknologi radio memanfaatkan teknologi GSM Railway (GSM-R), yang terjamin tingkat keamanannya. Konsep blok konvensional yang tetap, berganti menjadi konsep blok bergerak (moving block). Batasan kecepatan antara dua kereta di petak jalan lebih banyak ditentukan oleh kecepatan aktual dibandingkan dengan jarak antara kedua kereta tersebut (headway). Teknologi ini masih jauh untuk bisa diimplementasikan pada sistem perkeretaapian di Indonesia saat ini , mengingat tingkat vandalisme yang masih sangat tinggi. Yang paling mungkin menerapkan sistem ini di Indonesia adalah bila ada jaringan kereta api baru, dimana lintasnya yang steril dari jangkauan masyarakat umum baik berupa elevated rail maupaun jalur baah tanah (subway). ______________________________________ Rekam jejak kiprah PT Len Industri dalam bidang perkeretaapian, sengaja sedikit disinggung dalam pemaparan sebelumnya. Hal ini tidak lain untuk menumbuhkan semangat dan daya juang di tengah semakin beratnya tantangan yang harus dihadapi ke depan. Satu hal yang menjadi penunjang semakin eksisnnya PT Len Industri dalam kancah perkeretaapian nasional adalah faktor daya juang yang tinggi yang tentunya diwariskan dari para senior dan pendiri Len. Keterbatasan wawasan pada awal merintis bisnis persinyalan tidaklah menjadi hambatan, hampir semua ilmu persinyalan dipelajari secara otodidak. Keterbatasan sarana dan anggaran pun dianggap bagian dari perjuangan. Tapi tentu saja hal yang kita alami pada masa perintisan tersebut tidak bisa dijadikan acuan dalam menghadapi tantangan ke depan. Pembenahan mutlak diperlukan di semua lini.

Saya pribadi menyoroti setidaknya 3 aspek yang mendesak untuk dibenahi yaitu masalah : Pengembangan produk Pengembangan kemampuan personel Pembenahan sistem kerja Mengenai pengembangan produk persinyalan sendiri sebetulnya bukanlah hal yang baru, hal ini sejalan juga dengan visi Len untuk menjadi perusahaan kelas dunia terutama di bidang manufaktur. Memang belum semua produk sistem persinyalan bisa kita produksi sendiri, tetapi paling tidak kita bisa memenuhi kebutuhan untuk sistem interloking baik Vital maupun non-vital lewat produk interloking berbasis PLC kita yaitu SIL-02. Tidak cukup sampai disitu, mengingat penerapan persyaratan keselamatan sistem perkereataapian yang semakin ketat dimana semua produk Prosesor Vital harus memenuhi persyaratan SIL 4 (Safety Integrated Level 4) sesuai standar keselamatan prosesor interloking dari CENELEC (bedakan dengan istilah SIL untuk Sistem Interloking Len). Maka Len sudah merintis sistem interloking generasi ke-3 berbasis teknologi CBI (Computer based Interlocking). Diharapkan dalam satu atau dua tahun ke depan sistem ini sudah bisa mendapat pengakuan memiliki tingkat keselamatan Safety Integrated Level 4 dan dapat dioperasikan di lapangan menggantikan generasi pendahulunya. Perbedaan antara sistem berbasis CBI dengan sistem berbasis PLC hanya pada bagian prosesor vitalnya saja, untuk bagian lain hampir tidak mengalami perubahan. Pada SIL-02 prosesor vital menggunakan produk standar industri yaitu PLC. Tentu saja PLC ini tidak bisa diigunakan langsung menggantikan prosesor interloking vital standar. Usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan PLC sehingga di dapat kombinasi 2 kanal. Sehingga secara desain safety level-nya didapat dari konfigurasi sistem. Tapi sayangnya meskipun produk ini handal di lapangan tapi secara regulasi internasional belum ada standar yang mengatur tentang safety level dari sistem prosesor interloking vital yang di dapat dari hasil konfigurasi sistem menggunakan prosesor spesifikasi industri. Sehingga masalah safety dari produk SIL-02 ini masih menjadi perdebatan sampai saat ini. Standar yang dikeluarkan CENELEC hanya mengatur safety level dari sistem prosesor interloking vital yang memang dirancang dan didedikasikan khusus untuk persinyalan kereta api (inherently failsafe). Selain itu penggunaan CBI yang menganut inherently failsafe, tentunya akan mengurangi penggunaan interface relay seperti yang digunakan pada produk SIL-02. Relay yang digunakan dapat berkurang setengahnya dan dapat mengurangi biaya produksi. Meskipun CBI menjadi solusi, tetapi masih ada sedikit permasalahan yang menghadang yaitu menyangkut sertifikasi prosesor interloking vital yang memiliki Safety Integrated Level 4.

24

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Di Indonesia saat ini belum ada biro sertifikasi yang punya lisesnsi dari CENELEC untuk mensertifikasi produk prosesor interloking vital. Sedangkan menggunakan lembaga sertifikasi asing yang berlisensi tentunya bukanlah sesuatu yang murah. Hal ini perlu menjadi bahan pemikiran bersama. Bila kita lihat lagi bagan sistem persinyalan elektrik maka untuk peralatan indoor sudah kita kuasai. Permasalahannya untuk sistem outdoor baru produk sinyal yang bisa kita hasilkan, sedangkan produk penggerak wesel masih kita lakukan import barang jadi. Produk pendeteksi kereta jenis track circuit sudah kita kuasai secara sistem, namun sayangnya ada komponen yang memiliki porsi harga lebih dari 60% dari keseluruhan total harga sistem ini yang masih kita import dengan harga yang tidaklah murah. Produk tersebut adalah IInsulated Rail Joint (IRJ), hampir mustahil prduk ini bisa kita produksi sendiri mengingat produk ini memanfaatkan teknik material yang tinggi yang bukan merupakan core bisnis kita. Solusi yang mungkin adalah dengan memanfaatkan seoptimal mungkin teknologi pendeteksi lain yaitu teknologi axle counter. Hal ini dikarenakan axle counter yang berbasis teknologi elektronik lebih mungkin menjadi produk Len ketimbang IRJ yang berbasis teknologi material. Jadi secara praktis dua produk inilah (point machine dan axle counter) yang akan melengkapi eksistensi kita di persinyalan sehingga hal ini menjadi fokus utama Divisi Pengembangan dalam rangka mendukung bisnis persinyalan. Tetapi hal ini tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak. Tidaklah terlalu butuh keberanian lebih untuk berinvestasi di pengembangan kedua produk ini karena pasarnya yang sudah pasti, permintaan tiap tahun yang terus meningkat, nilai investasi yang tidak terlalu besar dan yang pasti bisa secara signifikan meningkatkan efisiensi proyek. Pengembangan SDM di bidang persinyalan juga harus menjadi perhatian serius. Langkah yang bagus telah dilakukan manajemen diantaranya melakukan sertifikasi personel secara bertahap melalui IRSE (Institution for Railway Signalling Engineer). Keberhasilan mendapatkan lisensi dari organisasi praktisi signalling internasional ini menjadikan para personel kita bisa mendapat pengakuan secara internasional. Modal awal sudah kita dapatkan dengan keberhasilan proyek persinyalan pertama kita diluar negeri. Hasil pekerjaan desain dan instalasi Len di Stasiun Bishan Singapore mendapat apresiasi yang luar biasa dari praktisi persinyalan berkelas dunia. Tentunya kita bisa melangkah lebih tegak lagi ketika memasuki percaturan sistem persinyalan global bila kita bisa memadukan kemampuan teknis yang baik dan juga lisensi internasional yang dimiliki. Tentunya program pengembangan personel melalui training persinyalan berskala lokal, nasional, regional maupun internasional perlu dilakukan secara berkesinambungan. Masalah pembenahan sistem kerja mutlak diperlukan mengingat keterbatasan dari sisi resources, yang mana

proyek-proyek yang berjalan mendapat hambatan dari terbatasnya personel pelaksana, waktu pengerjaan yang sangat pendek dan keterbatasan anggaran. Menghadapai beban kerja yang semakain meningkat kedepan pembenahan dilakukan pada sistem kerja di semua lini baik desain sistem, produksi, manajemen proyek juga logistik. Sistem kerja pada bagian yang menyangkut desain aplikasi sistem dan implementasi proyek perlu dibenahi untuk memenuhi standar perusahaan signalling profesional. Pemisahan antara bagian desain sistem dan implementasi proyek, adanya fungsi checker dan tester yang independen merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi. Bahkan di beberapa aturan internasional sangat mengharamkan bagian desain apalagi checker dan tester diintervensi oleh kepentingan non-teknis. Selain standarisasi personel, sebenarnya standarisasi perusahaan supaya mendapat akreditasi sebagai perusahaan signalling profesional juga diperlukan untuk mendapat pengakuan internasional. Tentu hal terakhir ini sangatlah berat karena tidak cukup satu unit saja yang akan diaudit, tetapi keseluruhan Len harus tunduk pada aturan perusahaan signalling profesional. Hal ini tidaklah mungkin mengingat bisnis Len bukan cuma sistem persinyalan. Hal ini barulah mungkin dilakukan kalau ada wadah khusus berupa anak perusahaan yang khusus mengelola sistem persinyalan. Sebelum mengarah menjadi anak perusahaan yang bergerak di bidang persinyalan profesional, pembenahan yang terkait dengan efisiensi personel sudah mulai dicanangkan tahun ini, yaitu dengan membentuk desain house khusus untuk sistem persinyalan SIL-02. Proyek terkait SIL-02 yang harus diselesaikan saat ini jauh lebih banyak. Untuk itu sistem yang dianut tahun kemarin dimana satu project satu principle engineer tidaklah efektif karena seorang principle engineer untuk proyek SIL harus memikirkan semua aspek desain utama untuk 1 atau 2 proyek, dari hulu sampai hilir. Sementara enjinir SIL di lokasi yang lain juga memikirkan hal yang sama untuk implementasi yang berbeda sesuai layout stasiun yang ditanganinya. Matrik pekerjaan yang semula berdasar konsep semua untuk satu akan diubah menjadi satu untuk semua, dimana enjinir akan lebih fokus karena hanya memikirkan satu hal yang spesifik untuk implementasi keseluruhan proyek SIL. Tentunya hal ini juga mengandung konsekuensi berupa perlunya pembenahan di sisi manajemen proyek terutama faktor project engineer yang ke depan akan berperan lebih banyak untuk segi teknis pada proses implementasi sistem di lapangan. Terlepas dari itu semua, Penerapan Undang - Undang No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian yang berlaku efektif April tahun ini membuka lebar peluang bisnis perkeretaapian. Otonomi daerah bidang perkeretaapian membuka peluang dibukanya jalur-jalur baru jaringan kereta api. Peluang ini tentu saja harus diantisipasi bila kita tidak ingin hanya jadi penonton saja. (RTD)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

25

Tentang Penulis
Nama : Rustandi, ST. Tempat & Tgl. Lahir : Bandung, 12/12/1977 Pendidikan : S1 Teknik Fisika - Control ITB, Bandung - Indonesia Karir di Len : Bagian Desain Sistem Proyek, UB. Sistem Transportasi (Juli 2009 s/d Sekarang) Bagian Desain Sistem & Inovasi Produk, UB. Transportasi (April 2008 s/d Juni 2009) Proyek SIL Prabumulih Baru (April 2008 s/d Desember 2008) Bagian Desain Sistem dan Produk UB. Transportasi (April 2007 s/d April 2008) Pengajaran Training Sistem Interlocking SSI di Len (Jul 2006 s/d Jul 2006) SISKA Slawi (Juni 2004 s/d Desember 2004) EMI Cipatat (Agustus 200 s/d Maret 2004) Bagian Rekayasa UB. Transportasi ( April 2002 s/d Maret 2007) Pengembangan SISKA Tahap 1, 2 & 3 (Januari 2002 s/d Desember 2006) Proyek EMI Togogapu (Juli 2001 s/d Desember 2001)

26

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

kisahnya Menurut saya, apa yang telah Len kerjakan kesemuanya mengandung unsur ibadah. Len miliki pemancar televisi yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat pelosok yang sebelumnya tak pernah bisa menonton TV, Len miliki PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan SHS (Solar Home System) untuk mereka yang rumahnya belum teraliri listrik, Len miliki system persinyalan yang di aplikasikan pada alat transportasi pengangkut massa, kereta api yang didalamnya banyak penumpang dari kalangan menengah hingga kalangan tidak mampu. Itu semua menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya maupun bagi teman - teman yang lain, berdasarkan itu pula saya mampu mengukur bahwa kita bisa berbuat, berbagi kebahagiaan untuk orang banyak. Inilah yang selalu saya ceritakan kepada seluruh teman teman, menegaskan kalau kita bekerja bukan hanya untuk mencari makan tapi juga memberikan kebahagiaan kepada orang banyak,. Ucapnya tegas. Saat itu, Dodi tak peduli dengan anggapan orang lain yang menyebut perusahaan yang ia pimpin adalah perusahaan klontongan, perusahaan yang menjual bermacam-macam produk jika

dibandingkan perusahaan lain yang saat itu hanya fokus pada satu produk saja. Bisnis itu bukan hanya membuat produk saja, tapi kita pun harus jeli melihat kondisi pasar yang sedang berkembang.itu pun bagian dari bisnis, ucapnya seraya tersenyum hangat. Tahun 2007, Dodi pensiun dari jabatannya sebagai Direktur Utama Len, beliau melepas atribut yang selama 6 tahun ia raih, Saya bangga menjadi bagian dari Len, ucapnya pendek. Pensiun dan Hobi yang Bermanfaat Jika saat masih menjabat sebagai Direksi Len, kebanyakan waktunya telah tersita dengan berbagai urusan yang menyangkut pekerjaannya, kini tidak lagi, Dodi dan sang istri Yellianes sangat intens dalam mengurusi ke empat cucunya buah hati dari ke dua anaknya, Nedy dan Nadya. Bagi mereka momong cucu adalah daftar pertama aktivitas mereka sehari - hari. Senang rasanya melihat tumbuh kembang semua cucu, bahkan terkadang menjadi geli sendiri ketika cucu yang lain merasa cemburu dengan perhatian yang kita berikan untuk cucunya yang lain, ungkap Yelli. Ya, sebisa mungkin kedua insan ini selalu full untuk berbagi kasih dan perhatian bagi ke4 cucunya. Bertani, itulah sisi aktivitasnya yang lain. Sejak tahun 1998, saat ia masih sering bolak balik Bandung Jakarta, beliau berhasrat untuk memiliki rumah singgah dengan lahan kosong yang kedepannya bisa ia buat kebun dan kolam, ungkapnya. singkatnya bertempat di

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

27

Jendela Inspirasi

daerah Jonggol Kabupaten Bogor, hati Dodi terpaut juga pada sebuah rumah yang kini ia rombak sesuai mimpinya. Disanalah ia asyik dengan hobinya bercocok tanam. Saat ini saya sedang menggalakan seluruh masyarakat disana untuk bersama-sama melakukan penghijauan, sahutnya. Sejak sebelum memasuki masa pensiun, saya telah merencanakan masa pensiun saya sebaik mungkin. Saya ingin masa pensiun saya menjadi bermanfaat. Ucapnya. Saya hanya ingin berkebun, tak tergoda rasanya jika saya harus keluar masuk kantor, pergi dengan menenteng brosur produk atau maptidak ah saya sudah 34 tahun mengurusi hal seperti itu, selorohnya seraya tersenyum lebar. Bermain golf, ya golf hobi yang diakuinya sebagai kewajiban, mengapa demikian ?? Dulu ketika saya menjadi bagian dari Pemasaran dan saat itu di Len tidak ada yang mahir dengan golf padahal semua client Len aktif ber-golf ria. Dan saya seringkali diajaknya bermain meskipun saya gak bisa, akhirnya mau tidak mau ya saya mulailah belajar mengenal golf kurang lebih 1 tahun, ternyata golf itu tak segampang yang saya pikir, kenangnya berbagi cerita. Saat saya menjadi Direktur Utama, golf menjadi program yang saya tularkan kepada rekan Direksi yang lain. Golf itu sama dengan pelajaran mengendalikan emosi, jika emosi kita tak bisa terkontrol dengan baik, jangan harap kita bisa main bagus, ungkapnya. Hal tersebut terbukti dengan diraihnya berbagai piala yang telah ia dapatkan, bahkan tak hanya itu saja, Dodi mulai kenal dan dikenal oleh orang-orang besar lainnya di lapangan golf. Momong cucu, bertani dan bermain golf menjadi rentetan keseharianya dalam mengisi masa pensiun. Ada lagi, ternyata sosok Dodi Hidayat Rivai tak bisa lepas dari ke-elektronikaanya. Hal ini ia wujudkan dengan hobinya yang lain.membuat lampu hemat energi. Pada kesempatan tersebut, tim Reportase Buletin sempat diajak singgah ke ruang kerjanya. Dengan

antusias, beliau tunjukan lampu - lampu hasil karya tanganya yang ia manfaatkan untuk mengurangi konsumsi listrik di rumah dan kebunnya. lampu yang saya buat dijamin lebih terang, tahan lama dan hemat energi, ucapnya seraya menunjukan titik - titik sudut di rumahnya yang telah ia rombak dengan lampu hasil karyanya. Tak pernah terpikirkan jika Dodi dapat membuat lampu berbahan dari tempat agar-agar yang secara tak sengaja ia lihat saat makan siang dengan istrinya, ini adalah lampu yang paling ekonomis, ungkapnya. Wajah Len sekarang Len sekarang sudah sangat baik, tiga anak perusahaan telah terbentuk dan kedepannya mungkin akan lebih, sahutnya bangga. Len kedepan harus terus dan terus berinovasi seiring persaingan yang akan semakin marak, Len harus tetap unggul. Hanya saja Dodi sedikit menambahkan, Untuk lebih sempurna ada baiknya jika Len dapat membina industri-industri kecil, dimana industri tersebut dapat mensuplai beraneka kebutuhan Len yang bersifat umum,. Sebagai Direktur Utama pada masanya tentunya Dodi dapat menilai kunci kesuksesan Len, ternyata jawabannya simple Kekompakan. Teruslah jaga kekompakan dan kebersamaan kita, karena suatu saat jika kita terbentur masalah dengan modal kompak maka semua akan mudah kita lewati, ucapnya bijak. Di penghujung pertemuannya dengan kami, Dodi berpesan bagi seluruh rekan-rekannya di Len yang telah banyak mendukungnya selama ini. Bagi t e m a n - t e m a n k a r y aw a n L e n , mu l a i l a h mempersiapkan diri dan merencanakan langkah sebaik mungkin untuk menghadapi masa pensiun, lakukan hal bermanfaat bagi diri kita maupun keluarga. Dan untuk para pensiunan, jagalah kesehatan kita karena kalau kita tidak sehat meskipun banyak uang semuanya akan terasa tak enak dan pada akhirnya selalu bersyukurlah atas semua nikmat yang tuhan telah berikan,. (Elva)

28

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Dari Karyawan

Sudahkah Kita Siap Menjadi Len Incorporated?


Masih teringat kah pencanangan dan deklarasi konsep Len Incorporated dalam acara Len Gathering di Kebun teh Cihideung ? Dalam acara tersebut para GM (General Manager) dan Dirut anak perusahaan yang mewakili seluruh civitas karyawan Len dengan disaksikan oleh Dirut Len mendeklarasikan komitmen untuk membangun Len Incorporated. Dalam tulisan ini akan diulang lagi isi dari deklarasi Len Incorporated yang penulis rekam, yaitu: r Seluruh civitas karyawan Len akan amanah serta berusaha secara proporsional dan professional dalam memajukan Len Incorporated. r Seluruh civitas karyawan Len akan menjalankan sinergi antar unit kerja yang dilandasi dengan semangat kebersamaan. r Seluruh civitas karyawan Len akan menempatkan Len Incorporated di atas kepentingan sektoral unit kerja dan anak perusahaan. r Akan menjunjung tinggi etika dan b u d ay a y a n g d i a n u t u n t u k mengharumkan nama dan martabat Len Incorporated r Akan bekerja seoptimal mungkin untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan. Dari deklarasi tadi membawa konsekuensi bagi seluruh civitas karyawan Len untuk mendefinisikan dan melaksanakan blue print bangunan Len Incorporated. Menurut penulis ada beberapa komponen blue print dalam deklarasi tadi yang belum terdefinisikan dengan jelas, yaitu;
r Etika dan Budaya Len Incorporated r Ko m p o n e n p e n y u s u n L e n

Incorporated
r Target dan waktu pencapaian Len

Incorporated. Wujud upaya membangun Len Incorporated, tidak hanya deklarasi kemudian diam, tetapi perlu sosialisasi dan evaluasi yang terus menerus sampai wujud bangunan Len Incorporated terbentuk. Sosialisasi harus menyentuh semua unsur dari Len Incorporated dan dipahami oleh semua unsur tadi. Evaluasi juga harus dilakukan untuk menjaga keharmonisan dari Incorporated yang dibentuk. Jangan sampai karena didorong semangat dan nafsu sektoral maka mengabaikan unsur-unsur pembentuk Incorporated yang lain. Incorporated adalah sinergi. Sinergi adalah menyatukan kekuatan dari elemen - elemen yang terlibat dalam aktifitas Incorporated sehingga menghasilkan kekuatan yang berlipat lipat dan melebihi penjumlahan dari kekuatan masing-masing elemen tadi. Kalau dalam matematika 2+2 = 4, tapi dengan sinergi 2+2 > 4. Sinergi tidak akan terbentuk dalam sebuah Incorporated bila nafsu sektoral dari elemen penyusun inkorporate lebih dominan dibandingkan kerelaan untuk saling berbagi diantara elemen penyusun tadi. Dalam konteks Len, nafsu sektoral yang perlu diwaspadai adalah nilai penjualan dari suatu elemen penyusun Incorporated (dalam hal ini UB, UP dan AP) sebagai standar

Widyo Isworo Ketua IKL (Ikatan Karyawan Len)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

29

Dari Karyawan

penilaian keberhasilan suatu elemen penyusun tersebut (walau nilai penjualan sangat penting). Karena mengejar tingkat penjualan yang tinggi bisa jadi suatu sektor bermain bisnis yang sebenarnya menjadi ladang bisnis dari sektor saudaranya, sehingga terjadilah perang saudara dalam tender suatu proyek. Jeruk makan jeruk, begitu kata suatu iklan. Untuk itu perlu adanya regulasi dan evaluasi periodik di dalam bangunan Incorporated. Contoh Incorporated yang gagal dalam mewujudkan sinergi adalah Setgab Koalisi partai-partai pendukung SBY. Kalau dalam matematika 2+2 = 4, tapi dalam sinergi yang gagal 2+2 < atau= 4. Tujuan yang ingin dicapai Len dengan Incorporated nya ( berdasar tema Buletin Len edisi ini ) adalah untuk memiliki kemandirian teknologi yang berdaya saing. Kalau bisa dikatakan wujud dari kemandirian teknologi ini adalah dengan memiliki produk yang teknologinya merupakan hasil rekayasa karyawan - karyawan Len. Sedangkan produk hasil rekayasa karyawan Len ini diorientasikan menjadi produk yang mampu

bersaing dipasar, atau dengan kata lain produkproduk yang laku dijual. Untuk itu orientasi rekayasa dan perencanaan pembuatan produk, dalam hal ini dimotori oleh Divisi Pengembang dan Unit Produksi, harus disinkronkan dengan arah pasar yang akan dibidik oleh Unit - unit Bisnis dan Anak - anak Perusahaan. Di masa lalu, Len pernah memiliki sejarah dimana p ro d u k - p ro d u k y a n g d i h a s i l k a n P u s a t Pengembangan (PP) tidak sinkron dengan orientasi pasar dari Divisi-divisi yang ada (Jaringan, Sisdaltur, Elda dan Komponen). Akibatnya PP terpaksa dibebani usaha untuk menjual hasil pengembangnnya dan masing-masing divisi dipaksa untuk mengembangkan sendiri produk-produk yang menurut mereka laku. Dalam kondisi ini sinergi tidak tercapai karena masing-masing divisi tidak fokus dengan usaha mereka. Jangan sampai yang demikian terulang lagi. Dan mari kita bangun bersama Len Incorporeted menuju kemandirian teknologinya yang berdaya saing.

>>

Apa Kata Mereka ?


Tahun 2011 bagi Len adalah langkah mantap menuju era Len Incorporated, lalu apa arti Len Incorporated dimata seluruh karyawan Len dan anak perusahaan ?? Berikut hasil investigasi Tim Reportase Buletin Len di lapangan : Nur Jauhari, Manager Produksi Elektronik & Mekanik Len Incorporated bagi saya pribadi adalah, suatu perkembangan organisasi untuk menuju holding company. Kedepannya Len akan tumbuh semakin besar seiring dengan berkembangnya bisnis yang akan ditangani Len. Harapan saya, Len harus mampu mandiri dalam penguasaan teknologi sehingga pangsa pasar akan dapat dikuasai dan target yang telah ditetapkan dapat tercapai,. Senjaya Kurniaji, Staff L og i s t i k P T E l t r a n Indonesia Menurut saya Len incorporated adalah Len beserta anak-anak perusahannya yang bergerak di berbagai bidang, yang berjuang bersama - sama untuk satu tujuan. Dengan Len Incorporated semoga Len lebih maju dan kesejahteraan karyawan semakin meningkat,.

Irma, Staff Quality Control Unit Produksi Len Incorporated menurut saya adalah gabungan dari semua Unit Bisnis Len beserta anak perusahaanya,.

30

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Effi Kurnaefi - Staff Koperasi Karyawan Len Len Incorporated adalah kordinasi antara Len, karyawan dan Anak Perusahaan. Semoga kedepannya kesejahteraan k a r y aw a n L e n s e m a k i n meningkat,. Agung Ardhian, Staf PT Interlokindo Utama Keseluruhan, dari induk (Len-red) sampai anak perusahaan hingga bagian terkecilnya seper ti Koperasi, Dana pensiun, dll. Harapannya?? Len lebih maju pastinya,
Yati Rochayati - Staff Bagian Produksi Mekanik & Elektronik Unit Produksi Len Incorporated menurut saya adalah suatu

perkembangan industri untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal. Harapannya agar Len lebih professional dan maju,.

Ya, beragam pandangan mengenai Len Incorporated seperti Indonesia yang beragam suku bangsa dan budaya tetapi satu tujuan, begitu pula Len dengan berbagai pandangan tentang Len Incorporated tetapi kesemuanya bermakna akan kesatuan dan kerjasama antar Len, unit bisnis, anak perusahaan termasuk bagian pendukung lainnya seperti PKBL, Dana Pensiun, Koperasi Karyawan, dan IKL demi satu tujuan yaitu kemajuan Len dan kesejahteraan karyawannya. **

Selain Len dan ke-3 anak perusahaannya, tentunya Len Incorporated tak lepas dari sokongan bagian bagian lain yang turut andil membangun dan membesarkan Len, yaitu PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), Dana Pensiun, Koperasi Karyawan Len, Ikatan Karyawan Len (IKL), dan Periska (Persatuan Istri Karyawan). Berikut hasil Reportase tim Buletin Len mengenai peranannya dalam membangun Len Incorporated kedepan : Budiman Sukanda, Ketua Koperasi Karyawan Len

ini berkaitan dengan menunjang pekerjaan pekerjaan yang dilakukan Len beserta anak perusahaan (misal : pengepakan, pengadaan barang, dll). Semakin besar peranan koperasi bagi perusahaan atau anak perusahaan ujungnya akan berimbas pada pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) yang otomatis merupakan motivasi tersendiri bagi para karyawan dan kredibilitas koperasi yang semakin meningkat tentunya. Dengan terbentuknya Len incorporated artinya prospek Koperasi kedepan akan semakin tinggi, hal ini sebanding dengan profesional yang akan terus kami tingkatkan,. Doddy Suprijadi, Direktur Utama Dana Pensiun Len Seiring dengan terbentuknya Len Incorporated, target utama yang ingin Dana Pensiun capai adalah : Len bebas iuran. Hal ini mengacu pada peraturan yang pointnya adalah ketika Dana pensiun Len mencapai dana tertentu, maka Len akan bebas iuran dengan jangka waktu 3 tahun.
31

Koperasi akan terus bersaing dengan suplier yang lain dalam memberikan pelayanan yang terbaik, hal

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Dari Karyawan

Tety Wahyuddin, Ketua Persatuan Istri Karyawan Len Langkah yang akan kami lakukan dalam rangka mendukung terwujudnya era Len incorporated yaitu akan melakukan konsolidasi organisasi melalui tinjauan anggaran dasar mengingat Len mempunyai beberapa anak perusahaan, dan aktif mengajak istri atau karyawati anak perusahaan untuk bergabung bersama Periska. Harapan kami, dalam mencapai kebersamaan dalam satu tujuan, dengan cara memberikan dukungan untuk Periska agar kami dapat berpartisipasi sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan,. Sugeng Budi Santoso, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Selama ini, PKBL turut berkontribusi dengan cara menyalurkan dana yang berasal dari penyisihan laba perusahaan untuk disalurkan bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) dan CSR (Corporate Social Responsibility).

Untuk UMKM kebanyakan adalah dalam bidang konveksi dan CSR biasanya kami salurkan untuk pembangunan mesjid, pesantren ataupun sarana kebutuhan masyarakat lainnya, misal MCK (Mandi Cuci Kakus). Mudah-mudahan Len Incorporated akan semakin besar, maju dan berkembang. Dengan begitu, dana yang akan kami salurkan akan semakin besar.Teriring doa untuk kemajuan Len dari seluruh mitra binaan kami dan masyarakat yang telah terbantu dengan dana CSR Len,. Widyo Isworo, Ketua Ikatan K a r y a w a n L e n IKL merupakan wakil karyawan dibentuk agar dapat menyalurkan suara dan aspirasi karyawan untuk mencapai kesejateraan karyawan maupun perusahaan. Tentunya, segenap karyawan Len sangat menyambut baik dengan terbentuknya Len Incorporated hanya saja masih perlu sedikit sosialisasi dan pemahaman tentang apa itu Len Incorporated kepada para karyawan. Untuk mendukung hal tersebut, kami dari IKL akan mendukung penuh dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) nya agar semakin termotivasi dalam bekerja,.

Insert

Optimisme Bisnis
Optimis, kata itulah yang kian hari semakin terdengar gaungnya di awal tahun 2011, mengiringi kalimat - kalimat CEO Len Incorporated, Wahyuddin Bagenda dalam mengejar target target yang akan dicapai di tahun 2011 ini. Keyakinan akan kemampuan SDM Len sudah teruji, unggul dengan pengalaman, berbagai inovasi telah dikembangkan bagi kesejahteraan bangsa dan masyarakat. Len incorporated kedepan harus diisi oleh para SDM yang ekstra energi baik dalam hal bekerja maupun berinovasi, berani mengambil resiko dan
32

pastinya selalu dalam keadaan optomis. Optimis adalah karakter yang wajib dimiliki oleh setiap pelaku bisnis, sehingga seluruh civitas Len, apakah direksi, manajemen maupun karyawan dalam menjalankan tugasnya harus bersikap optimis. Karena Len adalah badan atau organisasi yang berorientasi kepada bisnis. Optimis tak hanya sebuah kalimat sederhana tapi beragam makna optimis yang tentunya disesuaikan dengan kepribadian masing - masing orang. Lalu, seperti apakah Optimis yang tertanam dalam diri anda ??

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Bagaimana jiwa optimisme menjadi bagian dari karakter kita ?? Berikut adalah berbagai proses yang mungkin bisa menjadikan seseorang mempunyai karakter optimis. Optimisme Bawaan Para pebisnis yang terlahir sebagai businessman karena mendapat titisan genetik dari orangtuanya akan punya optimisme bawaan. Pebisnis dengan optimisme bawaan seperti ini istilahnya tinggal dicemplungin dikawah candradimuka kompetisi bisnis dan punya peluang sukses karena ada ekstra energi bawaan yang bisa disalurkan dengan efektif. Optimisme Belajaran Bagi pebisnis yang tidak lahir dengan darah merah bermata hijau sehingga tidak punya optimisme bawaan, bukan berarti peluang menjadi pebisnis sukses akan tertutup. Optimisme bisa dipelajari dengan menyimak pengalaman seorang pebisnis sukses atau membaca informasi prospek bisnis yang tersebar disana sini. Dengan belajar optimisme dapat dibangkitkan. Optimisme Penularan Bergaul dengan pebisnis yang optimistis akan

efektif untuk mendorong terjadinya penularan optimisme.Tentu saja agar terjadi penularan yang efektif, calon penerima harus membuka diri untuk menerima transferan optimisme tersebut. Optimisme Karbitan Ada pihak pihak tertentu yang yakin bisa menyulap optimisme seseorang sehingga dalam sekejap bisa berubah total dari pesimisme menjadi optimisme. Optimisme Analitikal Bagi calon pebisnis dari kalangan terpelajar, membangkitkan optimisme berbisnis bisa dilakukan melalui proses analitikal atau kajian yang membuat seseorang calon pebisnis percaya dengan hati dan rasionya, dan selanjutnya menghasilkan optimisme dari hasil analisis peluang bisnis. Melalui pembangkitan optimisme diharapkan akan tampil pebisnis baru yang punya ide, kreatif, dan inovatif, khususnya yang akan menghela PT Len dalam kemajuan yang luar biasa. Optimisme akan menarik gerbong bisnis yang ditekuni untuk maju lebih cepat lagi. ** (Wargita: disarikan dari berbagai sumber)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

33

Insert

TINJAUAN HUKUM DOKUMEN PERUSAHAAN


Oleh : Riska Mustikasari

Dalam aktivitasnya PT Len Industri (Persero) telah melakukan banyak kegiatan dan dokumentasi. Berdasarkan Undang - Undang No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan (UUDP) tentang keberadaan suatu informasi sebagai hasil keluaran dari suatu sistem informasi jelas memperlihatkan kaitan yang erat dengan fungsi kearsipan dalam Dokumen Perusahaan. Termuat dalam Pasal 1 UUDP, dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya baik tertulis diatas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk atau corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca atau didengar. Dokumen Perusahaan pada pokoknya dibedakan atas 2 jenis dokumen sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2 UUDP yaitu : Dokumen keuangan, terdiri dari ; catatan, bukti pembukuan dan data pendukung administrasi keuangan, yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan. Dokumen lainnya, terdiri dari ; data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan. Setiap perusahaan wajib membuat catatan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan ditandatangani pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk di lingkungan perusahaan yang terbagi kedalam 2 jenis catatan (Pasal 5 UUDP) yaitu : Catatan yang dibuat diatas kertas, seperti : neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan atau tulisan lain yang menggambarkan neraca laba rugi. Catatan yang boleh dibuat diatas kertas atau sarana lainnya, seperti : rekening, jurnal transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisikan

keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal - hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan. Catatan dan data pendukung dokumen administrasi keuangan wajib disimpan selama 10 tahun, terhitung sejak akhir tahun buku perusahaan yang bersangkutan. Waktu penyimpanan data pendukung dan dokumen lainnya dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan nilai guna dokumen tersebut. Jangka waktu penyimpanan dokumen disusun oleh perusahaan yang bersangkutan dalam suatu jadwal retensi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan perusahaan. Dokumen perusahaan dapat dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lainnya. Setiap pengalihan dokumen perusahaan wajib dilegalisasi yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk di lingkungan perusahaan yang bersangkutan, dengan dibuatkan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat : keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan-nya legalisasi; keterangan bahwa pengalihan dokumen perusahaan yang dibuat di atas kertas ke dalam microfilm atau media lainnya telah dilakukan sesuai dengan aslinya; tanda tangan dan nama jelas pejabat yang bersangkutan. Dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam mikrofilm atau media lainnya dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. Pemusnahan catatan, bukti pembukuan, dan data pendukung administrasi keuangan dapat dilakukan setelah jangka waktu wajib simpan habis dan jadwal retensi berdasarkan keputusan pimpinan perusahaan. Pemusnahan dilakukan dengan membuat berita acara pemusnahan dan daftar pertelaan dokumen yang akan dimusnahkan.**

34

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Komunitas

Dambakan Meja Baru dan Ruangan Berlatih


Komunitas Tenis Meja

Salah satu komunitas yang terbentuk tepat ketika Len berdiri,Tenis Meja. Salah satu cabang olahraga yang ternyata tak pernah sepi peminat, bahkan hingga sekarang yang anggotanya telah mencapai 20 orang, diakui Odang Darmawan salah satu kordinator komunitas Tenis Meja saat ditemui Tim Reportase Buletin Len belum lama ini. Dukungan dari Direksi pun menjadi pemicu semangat para anggota komunitas tenis meja, dengan semakin digiatkannya jadwal latihan yang semula hanya satu minggu satu kali menjadi 3 kali dalam seminggu yaitu hari Senin, Rabu, dan Jumat mulai pukul 16.30 WIB - 19.00 WIB. Bahkan jika ada tamu tandang dari luar Len kami akan bermain sampai dengan pukul 20.00 WIB, jelas Odang antusias. Odang menjelaskan terkadang ada kawan tandang luar perusahaan yang ingin bermain sekaligus menjajal kemampuan komunitas Tenis Meja Len. Berbagai pertandingan antar BUMN dan persahabatan seringkali diikuti, tapi mungkin prestasi belum mampu untuk ditorehken, Semoga tahun ini, kita mampu memberikan yang terbaik dan mengharumkan nama Len di kancah dunia olahraga khususnya di cabang olahraga Tenis Meja, ucapnya penuh harap mengingat bulan Oktober nanti aka nada perlombaan yang akan mereka ikuti.

Odang Dermawan
Logistik UB Sistem Navigasi & Telekomunikasi

Selain ajang silaturahim dan kebugaran tubuh, kegiatan ini juga sangat mengasyikan bagi mereka yang menekuninya. Ajakan untuk para karyawan Len untuk bergabung terus di galakan mengingat banyaknya kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam setiap pertandingan yang akan dilaksanakan ke depan. Jangan katakana tidak bisa sebelum mencoba, kami siap mengajari teman - teman yang baru terjun ke dunia tenis meja, ajak Odang. Sebut saja Dadi (Staff Bagian Logistik) yang merupakan salah satu atlit Porda Jabar, Jono, Ahmad Basuki dan rekan lainnya yang kemampuannya dalam bermain patut diacungi jempol. Tak usah khawatir untuk bergabung dengan komunitas ini, setiap anggota tak dipungut biaya alias gratis, hanya saja saat ini kami sangat mendambakan meja tenis yang baru dan ruangan khusus untuk kami berlatih, ungkapnya penuh damba. ** (Elva)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

35

Berita Len

Sosialisasi Jobcard Online Purwo Suhastono


Logistik UB Sistem Sistem Jobcard Berbasis Website Navigasi & Telekomunikasi

Bertempat di Grha Pusat Pelatihan pada tanggal 23 Februari 2011,Ade Hermaka, Sekretaris Perusahaan d i d a m p i n g i R u h ay a t , M a n a j e r P O S D M mensosialisasikan sistem jobcard online yang dihadiri oleh perwakilan dari seluruh unit bagian yang ada di Len. Dengan sistem tersebut pembuatan jobcard dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan dapat mengurangi terjadinya kesalahan, serta dapat diakses oleh semua orang dalam suatu unit bagian. Diharapkan sistem jobcard yang baru ini dapat semoga dapat mengatasi permasalahan yang selama ini cukup menjadi kendala.**(Ais)

Switch Over Mekanik ke Elektrik


Sistem Persinyalan Len di St. Gambringan Lintas Raya Semarang-Surabaya

Unit Bisnis Sistem Transportasi PT Len Industri (Persero) melaksanakan switch over Sistem Interlocking Len di Lintas Raya Semarang - Surabaya, tepatnya di Stasiun Gambringan, Purwodadi, Jawa Tengah pada tanggal 2 Maret 2011. Proses switch over ini merupakan catatan prestasi tersendiri dalam bidang perkeretaapian. Karena proses tersebut dilaksanakan tepat waktu tanpa mengganggu operasi kereta api di Lintas Raya Semarang-Surabaya. Keberhasilan ini disaksikan oleh GM UB Sistrans Adi Sufiadi Yusuf, GM Divisi Produksi Tarmizi F. K. Lubis, GM MSO Abung Bambang P. serta pejabat Len dan Satker Perkeretaapian lainnya yang mengikuti secara langsung dalam proses switch over tersebut.**(Ais)

ISO & OHSAS, CIQS 2000


Len dapatkan Sertifikat ISO 14001:2005, OHSAS 18001:2007 dan CIQS 2000

Len telah mendapatkan Sertifikat ISO 14001:2005 dan OHSAS 18001:2007 pada bulan Januari tahun ini. Dengan didapatkannya kedua sertifikat tersebut mencerminkan bahwa Len telah menerapkan sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja serta lingkungan yang sesuai dengan standar. Sebelumnya Len juga telah mendapatkan Sertifikat CIQS 2000 pada tanggal 17 Desember 2010 oleh Badan Sertifikasi CIQS 2000:2002 Learning Center, Telkom Indonesia. Sertifikat ini wajib dimiliki oleh pihak yang akan bertindak sebagai Pelaksana Bidang Distributor dan Kontraktor (Jarlokat, Jarlokaf, Jarlokar) dalam mendukung proyek-proyek bidang telekomunikasi yang diadakan oleh PT Telkom Indonesia. Untuk tahun 2011 sendiri Len menargetkan dapat menggarap modernisasi minimal 300.000 Satuan Sambungan Layanan (SSL) infrastruktur kabel tembaga milik Telkom, yang dialihkan menjadi serat optik.**(Ais)

36

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

Bilik Saran
Berikut adalah Bilik Saran yang masuk ke Redaksi mengenai Sinergi Len dan Anak perusahaan : Yeti Supriatin - Staff Bagian Sistem Logistik Menurut Saya tujuan dibentuknya anak-anak perusahaan di Len, tentu saja untuk memajukan Len secara keseluruhan (Len Incorporated). Jadi dengan begitu Sinergi antara Len dengan anak - anak perusahaannya, dan Sinergi antar anak - anak perusahaan itu sendiri menjadi sangat penting. Sinergi dari segi posisi bisnis mungkin sudah jelas, yaitu bahwa Len akan memposisikan diri sebagai Industri Manufaktur dari produk - produk yang selama ini telah menjadi produk unggulan Len, sedangkan anak perusahaan akan bertindak sebagai kontraktor yang memasarkan produk - produk Len yang ada dalam sistem yang mereka jual. Sehingga dari sisi bisnis sangatlah jelas anak perusahaan harus secara maksimal menggunakan / mengutamakan produk Len. Len sendiri harus terus menerus berinovasi agar produknya dapat bersaing baik dari sisi harga maupun mutunya. Sinergi juga harus dilihat dari sisi kesejahteraan. Secara sederhana, kesuksesan anak perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kesejahteraan keseluruhan, dan sebaliknya pada saat anak perusahaan sedang tidak dalam posisi bagus, Len harus berupaya untuk menyelamatkan anak perusahaan tsb. Dengan demikian tidak akan terjadi kecemburuan. Semoga Len Incorporated semakin maju & berkembang, seluruh karyawannya semakin sejahtera. Amiin. Windy Ramadhika W. - Staff Bagian Sistem Operasi Demi terwujudnya Sinergi Len dengan Anak Perusahaan yang utuh dan menyeluruh, perlu dibangun rasa toleransi, empati, dan yang terpenting adalah untuk menyadarkan diri bahwa kita adalah SATU. Bersama dalam wadah Len Incorporated. Demi masa depan Len Demi masa depan Kita Demi masa depan Keluarga Kita,.

Gatot Budi Kurniawan Staff Bagian POSDM Sinergi Len dan Anak Perusahaan sama halnya dengan sebuah organisasi dan perusahaan yang masing-masing anggotanya berjuang untuk bekerja dalam tim serta untuk mencapai hasil yang sinergis sehingga satu tambah satu dapat lebih besar dari dua, dan bahwa hasil sinergi dan kerjasama tim akan menguntungkan setiap anggota tim,.

Megy Sismandany - Staff Bagian Finance & Budgeting PT Surya Energi Indotama Sinergi Len dengan anak perusahaan harus terjalin dengan baik, khususnya dengan SEI yang notabene hampir 90 % karyawan SEI adalah karyawan Len juga, termasuk saya sendiri. Sinergi yang dilaksanakan bisa berbagai macam kegiatan, baik dari segi produk maupun Sumber Daya Manusia. Dari segi produk dimana SEI sebagai EPC (Engineering, Procurement and Construction) di bidang renewable energi memerlukan supply material dari Len, yaitu solar modul yang merupakan peralatan utama dalam suatu project SEI, komposisi solar modul bisa mencapai 60 % dari keseluruhan komponen project. Len Incorporated sudah terbentuk dan konsekuensi dari terbentuknya Len Incorporated yaitu harus adanya kerjasama antara Holding dan anak perusahaan maupun sesama anak perusahaan, dalam artian apabila memasuki suatu project diharapkan bisa melibatkan anak perusahaan, seperti yang telah dilakukan SEI dan Unit Bisnis Sistrans (Sistem Transportasi red.), dimana dalam project tsb ada komponen lampu jalan tenaga surya yang di Sub Kontrak kan ke SEI. Sinergi lain nya bisa dilakukan dalam hal SDM, yaitu transfer teknologi atau berbagi pengalaman dalam bidang tertentu.

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

37

Len Incorporated Gathering - Step for the future Bandung (15 Januari 2011)

Rapat Umum Pemegang Saham Anak Perusahaan Len : PT Eltran Indonesia (kiri), PT Surya Energi Indotama (tengah), PT Interlokindo Utama (kanan), dalam menetapkan RKAP 2011. Bandung (17/1/2011)

Kunjungan Mahasiswa ITB Jurusan Elektro Teknik Kontrol. Bandung (17/1/2011)

Len mendemokan produk pertahanan pada Demo/Pameran Alpalhan (Alat Peralatan Pertahanan) Dalam Negeri pada acara Rapim TNI Tahun 2011. Jakarta (19-20/1/2011)

Proyek Len Laboratorium Terintegrasi di ATKP (Akademi Teknik dan Keselamtan Penerbangan), Surabaya. Surabaya (27/1/2011)

Proyek Len Liquid Handling Simulator di BP2IP (Balai Pendidikan & Pelatihan Ilmu Pelayaran), Surabaya. Surabaya (28/1/2011)

Partisipasi Len dalam Pameran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)-Disnakertrans Jawa Barat. Bandung (9-10/2/2011)

38

Foto Galeri 201 1


1 Januari - 7 Maret

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

RKAO Tahun 2011. Bali (4/2/2011)

Kegiatan CSR Len dan SEI di Kepulauan Mentawai dengan menyumbangkan 2 unit sistem catu daya tenaga surya masingmasing 800Wp, untuk alat pendeteksi tsunami. Mentawai (16/2/2011)

Pelatihan IWS (Integrated Weapon System) TNI AL di PT Len Industri (Persero). Bandung (16-18/2/2011)

Donor darah karyawan Len. Bandung (18/2/2011)

Penyerahan 220 unit Solar Home System (SHS) hasil kerjasama antara PT Len Industri dan siswa SMKN 2 Samarinda kepada Pemkab Enrekang dan Pemkab Luwu Sulawesi Selatan. Samarinda (18/2/2011)

Kunjungan Mahasiswa ITB Jurusan Elektro Teknik Telekomunikasi. Bandung (21/2/2011) Kunjungan kerja ke Len Industri dari Tim Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub. Bandung (21/2/2011)

Len dan Anak Perusahaan Ikuti Pelatihan GCG (Good Corporate Governance). Bandung (7/3/2011)

Rapat antara Len dan Bappenas. Bandung (1/3/2011)

Buletin Len

No. 6 Edisi Maret 2011

39

Automatic Warning System Tenaga Surya

Len Harus Go Internasional


Rasanya bibit Len untuk bisa go international sedikit demi sedikit sudah mulai terbuka, kita akan mulai mengembangkan dan menelaah skema railway signal internasional
R. Toni Surakusumah Manager Manajemen Proyek Unit Bisnis Sistem Transportasi

Anda mungkin juga menyukai