STUDI PENGGUNAAN PROFILAKSIS Stress Ulcer PADA PASIEN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA) (Penelitian di ICCU dan Rawat Inap Departemen Kardiologi dan Pembuluh Darah RSUD Dr. Soetomo Surabaya) Mohammad Badrul Munir
Definisi sindrome koronaria akut (SKA) adalah gabungan gejala klinik yang menandakan iskemia miokard akut, terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST segment elevation myocardial infarction =STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi segment ST ( non ST segment elevation myocardial infarction =NSTEMI), dan angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris =UAP). IMA terjadi karena ketidakseimbangan antara jumlah atau suplai oksigen yang tersedia dengan yang dibutuhkan jantung akibat adanya hambatan pada sirkulasi koroner (Ganz, 2001). Terjadinya penyumbatan tersebut akan menyebabkan jantung kekurangan oksigen maupun nutrisi, beban jantung mulai meningkat sehingga muncul rasa nyeri pada dada dan nyeri tersebut dapat menjalar pada lengan, leher maupun pada punggung. Kondisi ini disebut sebagai iskemia miokardium, yang pada umumnya disebabkan adanya timbunan lemak pada dinding pembuluh darah arteria koronaria (plak) (Martini, 2001). Pada kondisi awal iskemia koronaria belum menyebabkan kematian miokardium, namun jika terjadi blokade berkepanjangan dan tidak diobati akan menyebabkan terjadinya IMA yang dilanjutkan dengan matinya miokardium akibat jantung kekurangan oksigen dan nutrisi (Marieb, 2001). Adanya kematian miokardium akan menyebabkan penurunan fungsi pemompaan darah oleh jantung seperti penurunan kontraktilitas dan Cardiac Output, sehingga terjadi penurunan perfusi darah yang kaya O2 dan nutrisi di sistemik khususnya gastrointestinal. Terjadinya penurunan perfusi dan aliran darah tersebut akan menyebabkan iskemia sel yaitu sel-sel mukosa kekurangan darah yang kaya O2 dan nutrisi terutama di gastrointestinal, mengakibatkan penurunan mekanisme pertahanan mukosa seperti lapisan protektif mukosa, bikarbonat, musin dan prostaglandin sehingga HCl mampu berdifusi kembali menembus dinding lambung yang akan beresiko terjadinya Stress Ulcer. Di samping itu, sebagai kompensasinya tubuh akan meningkatkan respon inflamasi dengan melepas mediator pro-inflamasi sitokinin, menyebabkan peradangan dan akhirnya juga berkontribusi menimbulkan Stress Ulcer (Gao,Q.P. et al, 2008). Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya Stress Ulcer, American Society of Health System Pharmacist atau AHSP merekomendasikan profilaksis Stress Ulcer seperti antasida, antagonis reseptor H2, PPI atau Proton Pump Inhibitor dan sukralfat (Mohebbi, L dan Hesh, K, 2009; Zigellin, M. et al, 2007; Schirmer, S.H. et al, 2009). Namun, rekomendasi ini seharusnya mempertimbangkan faktor resiko terkait Stress Ulcer yang dimiliki pasien, efek samping dan interaksi obat (Mohebbi, L danHesh, K, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola penggunaan profilaksis Stress Ulcer pada pasien infark miokard akut (IMA) yang menjalani pengobatan ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi Studi penggunaan profilaksis..... Mohammad Badrul Munir di ICCU dan rawat inap Departemen Kardiologi dan Pembuluhn Darah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian yang dilakukan bersifat analisis deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan metode prospektif. Penelitian dilakukan selama periode April sampai J uni 2010, yang mana diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 30 sampel tersebut dianalisis berdasarkan demografi pasien, pola penggunaan obat, dan kemungkinan masalah terkait obat seperti interaksi obat, efek samping obat serta peningkatan biaya. Dalam penelitian ini diperoleh hasil mengenai pola penggunaan profilaksis Stress Ulcer pada pasien IMA yaitu pemberian diawali dengan ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v pada hari ke-1 sebanyak 30 pasien (100%) yang dilanjutkan dengan penggantian ranitidin (AH2) 2x150 mg per oral sebanyak 14 pasien (46,67%); penggantian dengan omeprazole (PPI) 2x40 mg rute i.v sebanyak 2 pasien (6,67%); dikombinasi dengan antasida sebanyak 1 pasien (3,33%); dikombinasi dengan sukralfat sebanyak 1 pasien (3,33%); penggantian dengan kombinasi omeprazol 2x40 mg rute i.v-sukralfat sebanyak 1 pasien (3,33%) dan sisanya, sebanyak 11 pasien tetap diberikan Ranitidin 2x50 mg rute i.v (36,67 %). Dosis obat Stress Ulcer yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai dengan dosis pada pustaka. Pada lamanya pemberian profilaksis Stress Ulcer diperoleh hasil meliputi pemberian ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v pada hari pertama saja sebanyak 5 pasien (16,67%); ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v selama perawatan (5-8 hari) sebanyak 6 pasien (20%); ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v selama perawatan dilanjutkan dengan penggantian ranitidin (AH2) 2x150 mg per oral pada saat KRS sebanyak 14 pasien (46,67%); ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v dikombinasi dengan antasida selama perawatan (5 hari) sebanyak 1 pasien (3,33%); ranitidin (AH2) 2x50 mg rute i.v dikombinasi dengan sukralfat selama perawatan (3 hari) sebanyak 1 pasien (3,33%); penggantian dengan omeprazol (PPI) 2x40 mg rute i.v selama perawatan (5 hari); penggantian dengan kombinasi omeprazol (PPI) 2x40 mg rute i.v-sukralfat selama perawatan (3 hari) sebanyak 1 pasien (3,33%). Masalah terkait obat akibat penggunaan profilaksis Stress Ulcer seperti ranitidin (AH2) dan omeprazol (PPI) dengan terapi lainnya yang diterima pasien infark miokard akut seperti trombositopenia, pnemounia atau Clostridium Difficale terkait diare tidak ditemukan dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profilaksis Stress Ulcer yang digunakan yaitu ranitidin (AH2) sebagai pilihan utamanya, diikuti sukralfat dan Omeprazol (PPI) sebagai alternatifnya.
ABSTRACT STRESS ULCER PROPHYLAXIS UTILIZATION STUDY IN PATIENT OF ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (AMI) (Study at ICCU and Departement of Cardiology & Vascular Dr. Soetomo General Hospital Surabaya) . Stress Ulcer complication are not uncommon in patient with acute of Miocardial Infarction (AMI) during treatment. How to prevent the occurence of stress ulcer in AMI has become one the most of intractable problem. The American Society of Health System Pharmacy or AHSP recommendate stress ulcer ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi Studi penggunaan profilaksis..... Mohammad Badrul Munir prophylaxis for to prevent the occurence of stress ulcer. However, these recomendations should consider the risk factor related to stress ulcer owned by patient, side effect and drug interaction. We conducted an intervention study determine pattern of stress ulcer prophylaxis in patient with AMI in ICCU and medicine floor Department of Cardiology and Vascular Dr. Soetomo Surabaya from period April to J une 2010. Research conducted are descriptive analysis and data collection method is applied prospectively. In this research, it can obtained results of usage patterns Stress ulcer prophylaxis in patients with IMA is giving begins with ranitidine (AH2) 2x50 mg iv route in 30 patients (100%), followed by replacement of ranitidine (AH2) 2x150 mg orally in 14 patients (46, 67%); replacement with omeprazole (PPI) 2x40 mg iv route in 2 patients (6.67%); combined with antacids in 1 patient (3.33%); combined with sucralfate in 1 patient (3.33%); replacement with a combination of 2x40 mg omeprazole iv route with sucralfate in 1 patient (3.33%) and the rest, in 11 patients still given 2x50 mg ranitidine iv route (36.67%). Stress ulcer prophylaxis doses used in this study are in accordance with the dose in the literature. Drug-related problems due to the use of stress ulcer prophylaxis such as ranitidine (AH2) and omeprazole (PPI) which cause thrombocytopenia, pnemounia and Clostridium Difficale related diarrhea was not found in this study. From these results it can be concluded that stress ulcer prophylaxis used were ranitidine (AH2) as the primary choice, followed Sucralfate and omeprazole (PPI) as an alternative.
Keywords : Drug Utilization Study, Stress Ulcer Prophylaxis, ranitidine Sucralfate and omeprazole, Acute Myocardial Infarction, Drug Related Problems. ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi Studi penggunaan profilaksis..... Mohammad Badrul Munir