Anda di halaman 1dari 7

Nama Nim Kelas

: : :

SHELY AULIA RAHMI J0A113004 C

1. Defenisi larutan baku atau larutan standar? Larutan Baku (Larutan Standar) Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Kriteria larutan baku atau larutan standar : harus murni atau mudah untuk dimurnikan tidak higroskopis memiliki berat molekul yg pasti mudah untuk direaksikan stabil dalam keadaan murni atau larutan dapat larut dengan pelarut yg sesuai

Larutan Baku/Larutan Standar dibedakan menjadi dua yaitu : a. Larutan baku primer Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan airpermukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)

Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.

Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.

b. Larutan baku sekunder Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder : Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

2. Cara melakukan standarisasi larutan baku atau larutan standar? Cara melakukan standarisasi larutan baku atau larutan standar adalah dengan cara titrasi. Larutan baku atau larutan standar yg distandarisasi biasanya adalah larutan baku sekunder. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut. Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kaca arloji, corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder). Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berhubungan dengan alat ukur tersebut, misalnya corong pendek dan gelas kimia kecil berhubungan dengan buret jadi harus dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadi harus dibilas dengan larutan baku primer. Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya. (perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-benar tegak). Cara mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia ke dalam buret melalui corong pendek sampai sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret dan biarkan cairan mengalir beberapa saat sampai bagian bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bagian bawah dari ukuran buret harus terisi penuh). Keringkan bagian atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu misalnya 0 cm3 Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm3 asam oksalat 0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok. Perhatikan cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk dapat bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini sampai melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan keringkan bagian luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet yang

ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, lalu dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi miring dengan sudut kemiringan 45 . Tunggu sampai cairan semua berpindah dan biarkan pipet berada pada posisi seperti semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes larutan indikator(larutan fenolftalein). Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa alas untuk titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer dipegang tangan kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan berlawanan arah jarum jam. Amati terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata Anda dari paduan alat yang sedang Anda pegang dan jangan hentikan goyangan pada Erlenmeyer), sampai terjadi perubahan warna dari indikator dan tutup kran dengan segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan catat pada bukuMisalnya 24,5cm3 Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yang telah dilakukan tentukan konsentrasi larutan baku sekunder.

3. Jenis-jenis indikator dan kegunaannya? Pembagian Jenis-jenis Indikator Asam Basa Berdasarkan senyawa yang menyusunnya indikator asam - basa diklasifikasikan dalam 3 golongan yaitu : a. Indikator Ftalein dan Indikator Sulfoftalein Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein (anhidrida ftalat) dengan fenol yaitu terbentuk Fenolftalein. Pada pH 8,0 9,8 berubah warnanya menjadi merah. Anggota-anggota lainnya ialah : o-cresolftalein, -Naftolftalein.Thymolftalein,

Indikator Sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat. Yang termasuk dalam kelas ini : Thymol blue, m-cresol purple, Chlorofenolred, Bromofenolred, Bromofenolblue, Bromocresolred, dan sebagainya. b. Indikator Azo Indikator azo diperoleh dari reaksi amina aromatik dengan garam diazonium, misal : Methyl yellow atau p-dimetil amino azo benzene. Methyl Orange, methyl Red dan Tropaelino termasuk dalam golongan ini. Indikator azo menunjukkan kenaikan disosiasi bila temperatur naik. Disini proton ditarik dari ion amonium tersier meninggalkan suatu residu tak bermuatan. c. Indikator Trifenilmetana Indikator Trifenil metana seperti Malachite Green, Methyl violet dan Kristal violet merupakan indikator yang memiliki 3 gugus fenol yang dirangkai oleh gugus metana.

Contoh beberapa indikator yang penting : Methyl Orange (MO). Indikator MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 4,4. Penggunaan MO dalam titrasi : a. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehungga akan berhenti pada pH 7. b. Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M c. Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, dapat dipakai, tetapi harus hati-hati, titrasi harus dihentikan asal sudah terjadi perubahan warna. d. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. MO dapat dipakai tetapi titrasi harus dihentikan setelah warna berubah.

Phenol Phtalein (PP) Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa.

Penggunaan PP dalam titrasi : a. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8. b. Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. boleh digunakan karena pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M c. Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, tidak dapat dipakai, d. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH tidak sesuai dengan titik ekivalen.

Methyl Red Indikator methyl Red adalah indikator asam basa yang memiliki trayek pH 4,2 6,3 dengan berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning dalam suasana basa. Penggunaan MR dalam titrasi : a. Asam kuat dengan Basa kuat. Tidak dapat dipakai karena pada pH 6,3 sudah terjadi perubahan belum mencapai pH b. Asam lemah dengan Basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena TE pada pH +9 c. Basa lemah dengan Asam kuat. Tidak disarankan untuk dipakai karena TE pada pH 7, sedangkan indiktor bau berubah pada pH 6,3. d. Basa kuat dengan Asam kuat. Tidak baik, karena sebelum pada TE pH + 5, indikator sudah berubah warnanya e. Garam Asam lemah dari Asam kuat. Tidak baik, karena sebelum pada TE pH + 5, indikator sudah berubah warnanya

Brom Timol Blue (BTB) Indikator BTB atau biru bromtimol dalam larutan asam berwarna kuning dan dalam larutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam disebut warna asam dan warna dalam keadaan basa disebut warna basa. Trayek pH pada 6,0 7,6. Penggunaan BTB dalam titrasi :

a. Asam kuat dengan Basa kuat, dapat dipakai dan paling ideal, dengan kesalahan titrasi yang kecil. Titrasi encapai pH 7 dengan warna hijau. Ini berarti larutan yang semula kuning berubah jadi hijau, tak perlu sampai jadi biru. b. Asam lemah dengan Basa kuat. Kurang baik karena trayek pH tidak seluruhnya memotong bagian curam di kurva, sehingga penambahan setetes titrant tidak dapat mengubah warna larutan dari warna kuning menjadi biru. Titrasi harus segera dihentikan pada saat mulai tampak warna biru. c. Basa lemah dengan Asam kuat. Tidak baik, karena terlalu awal warna timbul . d. Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. Tidak baik. karena terlalu awal warna timbul .

Indikator Campuran Untuk titrasi-titrasi tertentu kadang-kadang dipakai indikator campuran, yakni campuran antara 2 buah indikator atau campuran sebuah indikator dengan suatu zat warna biasa (bukan indikator pH, jadi tidak dapat berubah warna sekalipun pH berubah ). Indikator campuran tidak berubah warna seperti indikator biasa, tetapi pada pH tertentu warnanya hilang dalam arti menjadi hitam yang dala prakteknya kelihatan sebagai kelabu. Warna ini tampak jelas berbeda dari warna pada pH sedikit diatas maupun dibawahnya, sehingga sangat mempermudah menentukan apakah larutan sudah mencapai pH tersebut. Bila pH itu bertepatan dengan pH Titik Ekivalen suatu titrasi, maka titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan mudah dan dengan ketelitian yang besar. Indikator campuran terutama diperlukan apabila indikator biasa menunjukkan perbedaan warna asam dan warna basa yang kurang jelas, sehingga perubahan warna juga sama sekali tidak jelas.

Warna pada pH tertentu itu hilang karena pada pH tersebut warna kedua zat warna yang dicampur komplementer satu sama lain. Jadi sinar putih akan diserap sebagian spektrumnya oleh zat warna yang satu, tinggal zat warna itu sendiri, tetapi karena warna ini komplementer dengan warna zat warna yang lain, maka sisa ini diserap ; dengan perkataan lain sinar habis diserap, atau menjadi gelap, hitam, kelabu.

Anda mungkin juga menyukai