Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KERATITIS
DISUSUN OLEH:
TRIYOGA PERKASA
1102008257
PEMBIMBING:
DR BENNADI NATAWIDJAJA SP.M
JAKARTA
BAB I
PEMBAHASAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Nn. S
Umur
: 16 tahun
II.
ANAMNESA
Anamnesa
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Lingkungan
Sosial ekonomi
: Cukup
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi minuman alkohol dan obat obatan terlarang
III.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran
: Composmentis
: 90x / menit
Suhu
: 36 Celcius
Laju Nafas
: 30x / menit
Tekanan Darah
: 100 / 70 mmHg
Kepala
: Normochepali
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Abdomen
: Tidak diperiksa
Ekstrimitas
: Tidak diperiksa
STATUS OFTALMOLOGI
1.Visus
KETERANGAN
OD
OS
Tajam penglihatan
0,7
1,0
Koreksi
S -0.50 0,8 f - 2
Plano
Addisi
Distansia Pupil
62/60 mm
62/60 mm
Kacamata lama
Tidak ada
Tidak ada
OD
OS
Eksoftamus
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
3. Supra silia
OD
OS
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Fissura palpebra
10 mm
11 mm
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Pseudoptosis
Tidak ada
Tidak ada
5
OD
OS
Hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
6. Konjungtiva bulbi
KETERANGAN
OD
OS
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi Siliar
Ada
Ada
Perdarahan
Tidak ada
Tidak ada
subkonjungtiva
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nevus Pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
Kista dermoid
Tidak ada
Tidak ada
KETERANGAN
OD
OS
Punctum Lacrimal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
7. Sistim lakrimalis
Tes anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Ikterik
Putih
Tidak ada
Putih
Tidak ada
8. Sklera
9. Kornea
KETERANGAN
Kejernihan
OD
Tidak Jernih
OS
Tidak Jernih
Permukaan
TidakRata
Licin
Ukuran
10 mm
10 mm
Sensibilitas
Menurun
Baik
Infiltrat
Ada
Ulkus
daerah inferior
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Placido
Sulit dinilai
Konsentris
KETERANGAN
OD
OS
Kedalaman
Normal
Normal
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
11. Iris
KETERANGAN
OD
OS
Warna
Coklat
Coklat
Kriptae
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
12. Lensa
KETERANGAN
Kejernihan
Letak
Shadow Test
OD
OS
Sulit dinilai
Di tengah
Sulit dinilai
Jernih
Di tengah
Sulit dinilai
OD
Sulit dinilai
OS
Sulit dinilai
OD
OS
Sulit dinilai
Sulit dinilai
8
Batas
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Warna
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Refleks
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Edema
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Perdarahan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
C/D Ratio
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Ratio AV
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sikatriks
Sulit dinilai
Sulit dinilai
b. Makula Lutea
c. Retina
15. Palpasi
KETERANGAN
OD
OS
Nyeri tekan
Massa Tumor
Tensi Okuli
Tidak ada
Tidak ada
Normal / palpasi
Tidak ada
Tidak ada
Normal / palpasi
Tonometri Schiotz
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
OD
OS
Tes Konfrontasi
IV.
Sulit dinilai
Sulit dinilai
RESUME
Pasien seorang wanita berusia 16 tahun datang ke Poli mata RSPAD Gatot Soebroto
dengan keluhan mata merah dan nyeri pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
merasakan penurunan penglihatan jika melihat jauh. Riwayat pemakaian lensa kontak sejak 1
tahun yang lalu. Pada pemeriksaan optalmologi didapatkan visus OD 0,7 dan visus OS 1,0. Pada
pemeriksaan konjungtiva mata sebelah kanan didapatkan injeksi siliar, infiltrat (+).
V.
DIAGNOSA BANDING
a. Keratitis Pungtata Superfisial e.c virus
b. Keratitis Pungtata Superfisial e.c alergi
c. Keratitis Pungtata Subepitel
VI.
DIAGNOSA KERJA
PEMERIKSAAAN ANJURAN
Fluorescent test
VIII.
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
1. Gentamycin 14 mg/ml / tobramisin + sefazolin (50 mg/ml)
2. Siklopegik: atropin 1%
3. Analgesik dan Anti inflamasi: Parasetamol / Ibuprofen
4. Vitamin: A, B kompleks, C
NON-MEDIKAMENTOSA
Menjaga kesehatan tubuh, Merawat dan menjaga lensa kontak agar tetap bersih
IX.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Ad Bonam
Quo ad functionam
: Ad Bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS
Anatomi Kornea1
11
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri atas lapis :
1. Epitel
Tebalnya 550 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dan lainnya.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara
serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m
5. Endotel
Fisiologi Kornea2
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui oleh berkas
cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskular, dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi relative jaringan
kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel
dan endotel. Kerusakan sel sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
13
transparan, yang cenderung bertahan lama karena terbatasnya potensi perbaikan fungsi endotel.
Kerusakan pada epitel biasanya hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea
yang akan menghilang dengan regenerasi sel sel epitel yang cepat.
Definisi1
Radang kornea biasanya diklasifikasi dalam lapis kornea yang terkena. Keratitis dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti berkurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi pada
pemberian obat topical, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan
gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
Epidemiologi4
Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri
per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri
yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis
jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New
York untuk 35% di Florida. Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur
kornea di Amerika Serikat bagian Selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies
Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara Utara. Secara signifikan lebih sedikit
yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.
Patofisiologi2
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea. Kornea mempunyai
banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama
kalau letaknya di pusat.
Klasifikasi1
Berdasarkan lapisan kornea yang terkena:
14
15
2. Pemulusan fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin
tidak telihat bila tidak dipulas. Pemakaian biomikroskop (slitlamp) penting untuk
pemeriksaan kornea dengan benar; jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan
pencahayaan terang. Harus diperhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakkan
cahaya di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan
cara ini.
3. Biopsi kornea dapat diindikasikan jika terjadi respon yang minimal terhadap pengobatan
atau jika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan gambaran klinis yang sangat
mendukung suatu proses infeksi. Hal ini juga dapat diindikasikan jika infiltrat terletak di
pertengahan atau dalam stroma dengan jaringan atasnya tidak terlibat.
Penatalaksanaan3
Tujuan penatalaksanaan keratitis
Jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat
yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan.
Selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis ini sebaiknya juga diberikan terapi
simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-keluhan pasien.
Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid. Namun pemberian
kortikosteroid topikal pada keratitis ini harus terus diawasi dan terkontrol karena pemakaian
16
kortikosteroid untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahuntahun dan berakibat timbulnya katarak dan glaukoma terinduksi steroid, menambah
kemungkinan infeksi jamur, menambah berat radang akibat infeksi bakteri juga steroid ini dapat
menyembunyikan gejala penyakit lain.
Prognosis4
Prognosis quo ad vitam pada pasien keratitis adalah bonam. Sedangkan prognosis
fungsionam pada keratitis sangat tergantung pada jenis keratitis itu sendiri. Jika lesi pada
keratitis superficial berlanjut hingga menjadi ulkus kornea dan jika lesi pada keratitis tersebut
telah melebihi dari epitel dan membran bowman maka prognosis fungsionam akan semakin
buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta,, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke -3, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2013
2. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 17, Alih bahasa Brahm U Pendit, Editor Edisi
Bahasa Indonesia Diana Susanto. EGC. Jakarta, 2009
17
3. Wijaya, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta, 1993
4. http://lanugojaya.blogspot.com/2012/09/keratitis.html
18