Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

KERATITIS

DISUSUN OLEH:
TRIYOGA PERKASA
1102008257

PEMBIMBING:
DR BENNADI NATAWIDJAJA SP.M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

BAB I
PEMBAHASAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Nn. S
Umur

: 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Datang ke Poli Mata RSPAD tanggal 9 Desember 2013

II.

ANAMNESA
Anamnesa

: (Auto-Anamnesis) Pada tanggal 9 Desember 2013

Keluhan Utama

: Mata merah sebelah kanan

Keluhan Tambahan

: Nyeri, Penglihatan buram jika melihat jauh

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT:


Pasien datang ke Poli mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan mata merah dan nyeri pada
mata sebelah kanan sejak 2 hari yang lalu. Kemudian pasien memberikan obat tetes mata (Insto)
pada mata kanan dan kiri, setelah beberapa saat mata kiri pasien yang tadinya merah dan
penglihatan buram berangsur membaik, namun mata sebelah kanan malah menjadi semakin
merah dan penglihatan semakin buram. Pasien menyangkal adanya rasa gatal dan belekan pada
mata kanan dan kiri.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengaku memakai lensa kontak yang dibeli di toko optik di dekat rumah sejak 1
tahun yang lalu. 2 hari yang lalu pasien mengaku lupa memberikan cairan antiseptik pada
lensa kontak yang akan dipakainya.
Pasien menyangkal adanya riwayat paparan benda asing dan atau kecelakaan pada mata
Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien menyangkal ada riwayat keluarga yang pernah mengalami hal serupa dengan pasien.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Lingkungan

: Pasien tinggal bersama ibu, ayah dan adiknya dalam rumah

Sosial ekonomi

: Cukup

RIWAYAT KEBIASAAN / POLA HIDUP

Pasien tidak merokok, mengkonsumsi minuman alkohol dan obat obatan terlarang

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat

III.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Kesadaran

: Composmentis

Tanda tanda vital


Nadi

: 90x / menit

Suhu

: 36 Celcius

Laju Nafas

: 30x / menit

Tekanan Darah

: 100 / 70 mmHg

Kepala

: Normochepali

THT & Leher

: Tidak diperiksa

Jantung & Paru

: Tidak diperiksa

Abdomen

: Tidak diperiksa

Ekstrimitas

: Tidak diperiksa

STATUS OFTALMOLOGI
1.Visus
KETERANGAN

OD

OS

Tajam penglihatan

0,7

1,0

Koreksi

S -0.50 0,8 f - 2

Plano

Addisi

NBC Pinhole (-)


-

Distansia Pupil

62/60 mm

62/60 mm

Kacamata lama

Tidak ada

Tidak ada

2. Kedudukan bola mata


KETERANGAN

OD

OS

Eksoftamus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan bola mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

KETERANGAN

OD

OS

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. Supra silia

4. Palpebra superior inferior


KETERANGAN

OD

OS

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Ektropion

Tidak ada

Tidak ada

Entropion

Tidak ada

Tidak ada

Blefarospasme

Tidak ada

Tidak ada

Trikiasis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Fissura palpebra

10 mm

11 mm

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

Hordeolum

Tidak ada

Tidak ada

Kalazion

Tidak ada

Tidak ada

Pseudoptosis

Tidak ada

Tidak ada
5

5. Konjungtiva tarsalis superior & Inferior


KETERANGAN

OD

OS

Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Anemia

Tidak ada

Tidak ada

Kemosis

Tidak ada

Tidak ada

6. Konjungtiva bulbi
KETERANGAN

OD

OS

Injeksi konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi Siliar

Ada

Ada

Perdarahan

Tidak ada

Tidak ada

subkonjungtiva
Pterigium

Tidak ada

Tidak ada

Pinguekula

Tidak ada

Tidak ada

Nevus Pigmentosus

Tidak ada

Tidak ada

Kista dermoid

Tidak ada

Tidak ada

KETERANGAN

OD

OS

Punctum Lacrimal

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

7. Sistim lakrimalis

Tes anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

KETERANGAN

OD

OS

Warna
Ikterik

Putih
Tidak ada

Putih
Tidak ada

8. Sklera

9. Kornea
KETERANGAN
Kejernihan

OD
Tidak Jernih

OS
Tidak Jernih

Permukaan

TidakRata

Licin

Ukuran

10 mm

10 mm

Sensibilitas

Menurun

Baik

Infiltrat

Ada, titik infiltrat tersebar di

Ada

Ulkus

daerah inferior
Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Placido

Sulit dinilai

Konsentris

KETERANGAN

OD

OS

Kedalaman

Normal

Normal

Kejernihan

Jernih

Jernih

10. Bilik mata depan

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndall

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

11. Iris
KETERANGAN

OD

OS

Warna

Coklat

Coklat

Kriptae

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

12. Lensa
KETERANGAN
Kejernihan
Letak
Shadow Test

OD

OS

Sulit dinilai
Di tengah
Sulit dinilai

Jernih
Di tengah
Sulit dinilai

13. Badan kaca


KETERANGAN
Kejernihan

OD
Sulit dinilai

OS
Sulit dinilai

14. Fundus okuli


KETERANGAN
a. Papil
Bentuk

OD

OS

Sulit dinilai

Sulit dinilai
8

Batas

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Refleks

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Perdarahan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

C/D Ratio

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Ratio AV

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sikatriks

Sulit dinilai

Sulit dinilai

b. Makula Lutea

c. Retina

15. Palpasi
KETERANGAN

OD

OS

Nyeri tekan
Massa Tumor
Tensi Okuli

Tidak ada
Tidak ada
Normal / palpasi

Tidak ada
Tidak ada
Normal / palpasi

Tonometri Schiotz

Tidak Dilakukan

Tidak Dilakukan

16. Campus visi


KETERANGAN

OD

OS

Tes Konfrontasi

IV.

Sulit dinilai

Sulit dinilai

RESUME
Pasien seorang wanita berusia 16 tahun datang ke Poli mata RSPAD Gatot Soebroto

dengan keluhan mata merah dan nyeri pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
merasakan penurunan penglihatan jika melihat jauh. Riwayat pemakaian lensa kontak sejak 1
tahun yang lalu. Pada pemeriksaan optalmologi didapatkan visus OD 0,7 dan visus OS 1,0. Pada
pemeriksaan konjungtiva mata sebelah kanan didapatkan injeksi siliar, infiltrat (+).
V.

DIAGNOSA BANDING
a. Keratitis Pungtata Superfisial e.c virus
b. Keratitis Pungtata Superfisial e.c alergi
c. Keratitis Pungtata Subepitel

VI.

DIAGNOSA KERJA

Keratitis Pungtata Superfisial e.c bakteri


VII.

PEMERIKSAAAN ANJURAN

Fluorescent test

VIII.

PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
1. Gentamycin 14 mg/ml / tobramisin + sefazolin (50 mg/ml)
2. Siklopegik: atropin 1%
3. Analgesik dan Anti inflamasi: Parasetamol / Ibuprofen
4. Vitamin: A, B kompleks, C
NON-MEDIKAMENTOSA
Menjaga kesehatan tubuh, Merawat dan menjaga lensa kontak agar tetap bersih
IX.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: Ad Bonam

Quo ad sanactionam : Ad Bonam

Quo ad functionam

: Ad Bonam
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KERATITIS
Anatomi Kornea1

11

Gambar 1. Anatomi Mata

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri atas lapis :
1. Epitel

Tebalnya 550 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma

Menyusun 90% ketebalan kornea


12

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dan lainnya.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara
serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m

5. Endotel

Berasal dari mesotelium berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 40 m.


Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.

Gambar 2. Lapisan Kornea

Fisiologi Kornea2
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui oleh berkas
cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskular, dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi relative jaringan
kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel
dan endotel. Kerusakan sel sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
13

transparan, yang cenderung bertahan lama karena terbatasnya potensi perbaikan fungsi endotel.
Kerusakan pada epitel biasanya hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea
yang akan menghilang dengan regenerasi sel sel epitel yang cepat.
Definisi1
Radang kornea biasanya diklasifikasi dalam lapis kornea yang terkena. Keratitis dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti berkurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi pada
pemberian obat topical, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan
gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
Epidemiologi4
Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri
per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri
yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis
jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New
York untuk 35% di Florida. Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur
kornea di Amerika Serikat bagian Selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies
Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara Utara. Secara signifikan lebih sedikit
yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.
Patofisiologi2
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea. Kornea mempunyai
banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama
kalau letaknya di pusat.
Klasifikasi1
Berdasarkan lapisan kornea yang terkena:
14

1. Keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman


2. Keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma
Beradasarkan Etiologinya:
1. Keratitis Bakterial
Setiap bakteri seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas, dan Enterobacteriacea
dapat menyebabkan keratitis bacterial. Dengan faktor predisposisi; pemakaian kontak lens,
trauma, kontaminasi obat tetes
2. Keratitis Virus
Keratitis pungtata superfisialis memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada
dataran depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes zoster,
infeksi virus, vaksinia, dan trakoma. Pada keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan berjalan
kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut.
3. Keratitis Jamur
Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis bacterial. Dimulai dengan suatu trauma pada
kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan jamur disebabkan
oleh Candida, Fusarium, Aspergillus, dan Curvularia. Sulit membedakan cirri khas jamur ini.
Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan dianggap sebagai akibat samping
pemakaian antibiotic dan kortikosteroid yang tidak tepat.
4. Keratitis Alergi
Diagnosis2
1. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea. Sering dapat diungkapkan adanya
riwayat traumakenyataannya, benda asing dan abrasi merupakan dua lesi yang umum
pada kornea. Adanya riwayat penyakit kornea juga bermanfaat. Hendaknya pula
ditanyakan pemakaian obat lokal oleh pasien, karena mungkin telah memakai
kortikosteroid, yang dapat merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh
virus, terutama keratitis herpes simpleks. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit-penyakit sistemik, seperti diabetes, AIDS, dan penyakit ganas, selain oleh terapi
imunosupresi khusus

15

2. Pemulusan fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin
tidak telihat bila tidak dipulas. Pemakaian biomikroskop (slitlamp) penting untuk
pemeriksaan kornea dengan benar; jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan
pencahayaan terang. Harus diperhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakkan
cahaya di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan
cara ini.
3. Biopsi kornea dapat diindikasikan jika terjadi respon yang minimal terhadap pengobatan
atau jika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan gambaran klinis yang sangat
mendukung suatu proses infeksi. Hal ini juga dapat diindikasikan jika infiltrat terletak di
pertengahan atau dalam stroma dengan jaringan atasnya tidak terlibat.
Penatalaksanaan3
Tujuan penatalaksanaan keratitis

adalah mengeradikasi penyebab keratitis, menekan

reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat


penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki ketajaman penglihatan.
Ada beberapa hal yang perlu dinilai dalam mengevaluasi keadaan klinis keratitis meliputi: rasa
sakit, fotofobia, lakrimasi, rasa mengganjal, ukuran ulkus dan luasnya infiltrat.
Penatalaksanaan pada ketratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi.

Virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir

Bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau


vancomisin

Bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B.


Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen,
menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri.

Jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat
yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan.

Selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis ini sebaiknya juga diberikan terapi
simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-keluhan pasien.
Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid. Namun pemberian
kortikosteroid topikal pada keratitis ini harus terus diawasi dan terkontrol karena pemakaian
16

kortikosteroid untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahuntahun dan berakibat timbulnya katarak dan glaukoma terinduksi steroid, menambah
kemungkinan infeksi jamur, menambah berat radang akibat infeksi bakteri juga steroid ini dapat
menyembunyikan gejala penyakit lain.
Prognosis4
Prognosis quo ad vitam pada pasien keratitis adalah bonam. Sedangkan prognosis
fungsionam pada keratitis sangat tergantung pada jenis keratitis itu sendiri. Jika lesi pada
keratitis superficial berlanjut hingga menjadi ulkus kornea dan jika lesi pada keratitis tersebut
telah melebihi dari epitel dan membran bowman maka prognosis fungsionam akan semakin
buruk.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta,, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke -3, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2013
2. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 17, Alih bahasa Brahm U Pendit, Editor Edisi
Bahasa Indonesia Diana Susanto. EGC. Jakarta, 2009
17

3. Wijaya, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta, 1993
4. http://lanugojaya.blogspot.com/2012/09/keratitis.html

18

Anda mungkin juga menyukai