Anda di halaman 1dari 3

Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung

Oleh : Azri
Berdasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) di Desa Sinar Tebudak, permasalahan yang dijumpai pada daerah yang berbasis jagung adalah adanya serangan penyakit bulai pada tanaman jagung yang disebabkan oleh cendawan (jamur) Peromusderospore maydis). Penyakit bulai di dua kecamatan yaitu Sanggau Ledo dan Tujuh Belas banyak menimbulkan gagal panen, sehingga banyak petani mengubah pola pikir untuk meninggalkan ladang jagungnya menjadi ladang karet, lada dan sayuran. Sekitar 60% lahan tanaman jagung beralih fungsi ke tanaman lainnya seperti tanaman karet dan sayuran. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa penyebabnya antara lain adanya serangan penyakit bulai, rendahnya harga jagung (kalah bersaing) dengan komoditas perkebunan seperti karet, lada. Kerugian akibat serangan penyakit bulai pada tanaman jagung sebanding dengan penurunan produktivitasnya. Artinya bila serangan bulai mencapai 50% maka mengakibatkan penurunan produktivitas jagung sebesar 50%. Hasil tindak lanjut PRA di Desa Simir Tebudak, Kabupaten Bengkayang, mengidentifikasi permasalahan petani yang sangat mendesak untuk dicarikan solusinya adalah pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung. Untuk itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat telah mengundang Ahli Penyakit Bulai dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balit Serealia) Maros, Sulawesi Selatan untuk melakukan penelitian penyakit bulai (Dr. Wasmo Wasman) di Kabupaten Bengkayang. Dari 10 varietas jagung yang diuji ketahanannya, varietas/galur BISI-8-16, BMD-2 dan BIMA-3 memiliki persentase serangan penyakit bulai yang terendah yaitu berturut-turut 1,5; 6,5 dan 12,0%. Sedangkan ketujuh varietas jagung lainnya memiliki persentase serangan penyakit bulai lebih tinggi berkisar antara 18,5-59,5%. Ternyata pemberian seromil tidak berpengaruh terhadap serangan penyakit bulai pada tanaman jagung, di mana dengan ditingkatkan pemberian dosis seromil justru dapat meningkatkan serangan penyakit bulai. Hal ini diduga pemberian fungisida tidak efektif lagi karena sumber inokulum telah resisten di samping itu varietas jagung yang ditanam memang memiliki ketahanan yang sangat rendah terhadap serangan penyakit bulai yaitu varietas Srikandi Putih. Beberapa penyebab mewabahnya penyakit bulai: 1). Penanaman varietas jagung rentan bulai; 2). Penanaman jagung berkesinambungan; 3). Efektivitas fungisida rendah akibat dosis dikurangi atau dipalsukan; 4). Tidak adanya

tindakan eradikasi; 5). Adanya resistensi bulai terhadap fungisida metalaksil; dan 6). Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung. Tabel 1. Uji Varietas Jagung terhadap ketahan penyakit bulai Varietas Persentase tanaman terinfeksi penyakit bulai Fungisida Tanpa Rata-rata Fungisida 1 2 1,5 7 6 6,5 15 9 12,0 27 10 18,5 29 21 25,0 35 35 35,0 52 21 36,7 56 19 37,5 74 41 57,5 85 34 59,5

BISI-8-16 BMD-2 Bima-3 R-01 Bisma Sukmaraga N-35 NT-10 BISI-12 Lamuru

Tabel 2. Persentase penyakit bulai pada 4 petak perlakuan takaran fungisida seromil Perlakuan takaran fungisida Kontrol 2,5 gr/kg benih 5 gr/kg benih 7,5 gr/kg benih Persentase serangan seromil 86,57 91,94 95,83 97,94

Rekomendasi Teknologi Teknologi yang direkomendasikan untuk pengendalian bulai: a). Menekan sumber inokulum dengan periode bebas tanaman jagung; b). Penanaman serempak pada areal luas; c). Menanam varietas jagung tahan bulai dan d). Eradikasi tanaman jagung terkena bulai. Komponen pengendalian bulai yang menentukan namun sulit dilakukan yaitu periode bebas tanam jagung. Penentuan periode bebas tanam jagung perlu dimusyawarahkan dengan petani jagung agar terjadi kesepakatan bersama kemudian monitoring perlu dilakukan sebelum penanaman serempak untuk klarifikasi, penanaman serempak dalam periode 2-4 minggu pada areal luas juga perlu kesepakatan ada beberapa manfaat periode bebas tanaman jagung dan penanaman serempak.

Selain itu yang perlu dilakukan adalah: e). Tanaman sumber inokulum tidak ada lagi; f). Peronosclerospora sp (obligat) mati karena hanya bisa hidup pada tanaman jagung hidup. Belum diketahui tanaman inang lainnya; g). Kemungkinan sangat kecil terjadi serangan bulai, lebih-lebih dipadukan dengan varietas tahan dan eradikasi tanaman terinfeksi dan h). Penyakit bulai dapat punah di daerah yang melaksanakan periode bebas tanaman jagung. Demplot Untuk menyampaikan hasil penelitian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros melakukan temu lapang hasil demplot uji 10 varietas jagung dan efektivitas fungisida saromil, uji resistensi jamur P.maydis terhadap fungisida dan evaluasi ketahanan 40 varietas jagung terhadap penyakit bulai seluas 1 hektar di Desa Sinar Tebudak, Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang. Penelitian dilaksanakan oleh peneliti BPTP Kalimantan Barat dan dan peneliti ahli bulai dari Balit Sereal Maros. Acara temu lapang dihadiri oleh Kepala BPTP Kalimantan Barat, Kepala Kantor Penyuluhan Terpadu dan Ketahanan Pangan, Wakil Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang, Camat Tujuh Belas, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Sanggau Ledo, PPL dan petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Asri Lestari. Dalam acara temu lapang tersebut ahli peneliti bulai Dr. Wasmo Wakman mengatakan penggunaan fungisida seromil saat ini efektif lagi karena sumber inokulum bulai sudah resisten terhadap fungisida. Walaupun dengan meningkatkan dosis fungisida, tidak dapat menekan serangan bulai. Beliau menyarankan dua hal untuk dapat mengendalikan penyakit bulai di Bengkayang. Yang pertama perlu dibentuk Tim Eradikasi di masing-masing kelompok tani yang bertugas untuk melakukan eradikasi atau pencabutan tanaman jagung yang terserang bulai. Yang kedua menanam varietas jagung tahan penyakit bulai. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, untuk saat sekarang ini varietas jagung yang dianjurkan untuk ditanam adalah varietas BISI-8-26, BMD-2 dan Bima-3 untuk jagung hibrida dan varietas Lagligo, Sukmaraga dan Lokal Kalbar untuk jagung bersari bebas.
Azri Penulis dari BPTP Kalimantan Barat, BBP2TP, Badan Litbang Pertanian Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai