Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LABU KUNING (Cucurbita moschata) PER ORAL TERHADAP KADAR LDL (Low Density Lipoprotein

) PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN MODEL DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI STREPTOZOTOCIN
Dr. dr. Endang Sri Wahjuni, MS* , Inggita Kusumastuty, S.Gz., M. Biomed** , Selvi Winarni*** ABSTRAK Diabetes melitus merupakan sindroma yang ditandai hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan aktivitas radikal bebas yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan. Beberapa dari radikal bebas ini dapat mengoksidasi sejumlah besar kolesterol LDL pada penderita diabetes melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap kadar LDL pada tikus wistar model diabetes melitus. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian berupa hewan coba tikus sebanyak 20 ekor yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok P0 dengan diet normal (kontrol negatif), P1 dengan induksi STZ (kontrol positif), P2 dengan induksi STZ dan diberi ekstrak labu kuning dosis 1 (42,2 mg/hari), P3 dengan induksi STZ dan diberi ekstrak labu kuning dosis 2 (84,3 mg/hari) dan P4 dengan induksi STZ dan diberi ekstrak labu kuning dosis 3 (168,6 mg/hari). Kadar LDL darah diukur dengan metode CHOD-PAP, kemudian data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dengan tingkat signifikansi p<0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar LDL darah tikus (Rattus norvegicus) model diabetes melitus dengan nilai p>0,05 (p = 0,62). Hal ini mungkin dikarenakan dosis yang kurang tepat dan kurangnya pengendalian sampel dalam penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang bermakna dari pemberian ekstrak labu kuning terhadap kadar LDL darah tikus model diabetes melitus. Kata kunci : ekstrak labu kuning, kadar ldl, diabetes melitus. ABSTRACT Diabetes mellitus is a syndrome characterized by chronic hyperglycemia, impaired metabolism of carbohydrates, fats and proteins associated with the activity of free radicals that cause oxidative damage in some tissues. Some of these free radicals can oxidize a large amount of LDL cholesterol in patients with diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the effect of extract of pumpkin (Cucurbita moschata) on levels of LDL in wistar rats model of diabetes mellitus. This research is an experimental design Post Test Only Control Group Design. Samples in the form of animal research as much as 20 rat tails were divided randomly into 5 treatment groups, the groups of P0 with a normal diet (negative control), P1 with STZ induction (positive control), P2 with the induction of STZ and pum pkin extract dose 1 (42.2 mg / day), P3 with STZ induction and pumpkin extract second dose (84.3 mg / day) and P4 with the induction of STZ and pumpkin extract third dose (168.6 mg / day). Blood LDL levels measured by the CHOD-PAP method, and the data were analyzed with the Kruskal-Wallis test with a significance level of p <0.05. The results of this study showed that the extract pumpkin (Cucurbita moschata) has no significant effect on levels of blood LDL rat (Rattus norvegicus) model of diabetes mellitus with p> 0.05 (p = 0.62). This may be due to the lack of proper dosing and lack of control in the study sample. The conclusion of this study is that no significant difference from the pumpkin extract on levels of blood LDL rat model of diabetes mellitus. Keywords : pumpkin extract, ldl levels, diabetes mellitus *Dosen Pembimbing I Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya **Dosen Pembimbing II Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ***Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

PENDAHULUAN Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga sistem kesehatan suatu negara1. Menurut survei yang dilakukan WHO pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Pada tahun 1995, pengidap diabetes menempati urutan pertama dari seluruh penyakit yang disebabkan oleh kelainan endokrin, yaitu diperkirakan mencapai 4,5 juta jiwa baik yang dirawat inap maupun yang rawat jalan2. Sedangkan prevalensi penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 7 juta (4,6%) dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 12 juta (6,0%). Penderita diabetes mellitus memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi untuk penyakit makrovaskular dan mikrovaskuler, disamping pengelolaan hiperglikemia, pengelolaan dislipidemia, hipertensi dan obesitas juga harus menjadi penekanan3. Dislipidemia sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus. Asdie dan Kusumo (1985) melaporkan bahwa dari 55 kasus diabetes mellitus yang ditelitinya, dijumpai hiperkolesterolemia sebesar 21,83% dan hipertrigliseridemia 34,54%, sedangkan kombinasi keduanya 18,8% penderita. Kemudian penelitian Tjokroprawiro dan Tandra (1986) terhadap 155 kasus diabetes mellitus dengan angiopati diabetik, dan mendapatkan hiperkolesterolemia 69,35% serta hipertrigliseridemia 62,34%. Tjokroprawiro (1989) dalam Widiastuti (2003) melaporkan 200 penderita diabetes mellitus yang disertai hiperlipidemia dengan rincian hiperlipidemia tipe II A 22%, tipe II B 51% dan tipe IV dengan 27% penderita. Hal ini menunjukkan bahwa pada diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar lipid

yaitu kolesterol dan trigliserida dan peningkatan lipoprotein yaitu VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein). Lemak dan kolesterol merupakan partikel yang tidak larut dalam darah, sehingga dalam tubuh memerlukan pengangkut yang disebut lipoprotein, dimana LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan dua lipoprotein terpenting. LDL mengandung paling banyak kolesterol sehingga LDL merupakan pengirim kolesterol utama dalam darah4. Dari data National Health and Nutritiion Survey menunjukkan peningkatan kadar LDL kolesterol lebih sering terjadi pada penderita diabetes mellitus daripada non diabetes mellitus 5. Kadar LDL merupakan parameter yang penting dalam penatalaksanaan dislipidemia karena dipandang sebagai parameter utama terbentuknya aterosklerosis. Proses aterosklerosis diketahui sebagai akibat adanya gangguan metabolisme lipoprotein yang meliputi peningkatan kadar LDL dan lipoprotein serta penurunan kadar HDL6. Sehingga pengendalian kadar LDL diharapkan dapat menghambat komplikasi diabetes mellitus 7. Labu kuning (Cucurbita moschata) atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan gizi, seperti vitamin A, B dan C, mineral, protein serta karbohidrat. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa buah ini banyak mengandung karotenoid dan berbagai senyawa alkaloid. Karena kandungan gizinya yang cukup lengkap ini, labu kuning dapat menjadi sumber gizi yang sangat potensial dan harganya pun cukup terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Akan tetapi, sejauh ini pemanfaatannya masih belum optimal8. Buah labu kuning memiliki warna yang menarik, bersifat lunak dan mudah dicerna serta mengandung karoten (provitamin A) yang cukup tinggi. Daging buah labu kuning mengandung antioksidan sebagai penangkal berbagai jenis penyakit degeneratif, termasuk diabetes mellitus 9. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) per oral terhadap kadar LDL (Low Density

Lipoprotein) pada tikus wistar (Rattus norvegicus ) jantan model diabetes mellitus dengan induksi STZ. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (True Experiment Designs) dengan rancangan Post Test Only Control Group Design, menggunakan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Proses pembagian kelompok dilakukan dengan randomisasi sederhana, yaitu dengan membagi hewan percobaan tikus wistar (Rattus norvegicus ) menjadi 5 kelompok dan diinduksi dengan streptozotocin (STZ) yang telah distandarisasi. Penilaian hanya dilakukan pada post test, dengan membandingkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) darah tikus wistar pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 2. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hewan percobaan tikus wistar jantan (Rattus norvegicus ) yang berasal dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Federer, yaitu (n1)(k-1)>15 dimana (n) adalah besar sampel dan (k) adalah besar kelompok sampel. 3. Variabel Penelitian Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) dan variabel terikat (dependent) adalah kadar LDL (Low Density Lipoprotein) darah tikus wistar (Rattus norvegicus ). Sedangkan variabel kendali dalam penelitian ini yaitu : jenis tikus, umur tikus, jenis kelamin tikus, berat badan awal, pemberian pakan tikus, kondisi lingkungan kandang dan pemberian per oral ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata). 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan waktu penelitian sejak 5 Januari sampai 4 Februari 2013.

5. Instrumen Penelitian a). Bahan : Etanol 95 % sebagai bahan dalam pembuatan ekstrak labu kuning. Bahan makanan dan minuman tikus wistar : buah labu kuning, air mineral dan pakan standart. Bahan untuk pemeriksaan kadar LDL : darah tikus wistar dan reagen cholesterol CHOD-PAP. b). Alat / Instrument Alat untuk pemeliharaan hewan coba adalah bak plastik berukuran 45 cm x 35,5 cm x 14,5 cm, kandang tikus dari kawat berukuran 36,5 cm x 28 cm x 15,5 cm, botol air dan sekam. Alat untuk membuat ekstrak labu kuning : blender, pisau, talenan, saringan kain, gelas ukur, sendok, baskom plastik, botol untuk menyimpan ekstrak buah labu kuning. Alat untuk memantau keadaan tikus: form pemantauan harian, timbangan untuk mengukur BB tikus. Alat untuk pemberian ekstrak buah labu kuning : spuit 5 ml. Alat pengambilan sampel : seperangkat alat bedah, kapas, dan plastik bening. Alat untuk melakukan injeksi streptozotocin (STZ) Alat untuk mengukur kadar LDL darah tikus, yaitu : spektrofotometer, sentrifuse, tabung reaksi, pipet eppendorf, pipet mikrohematokrit. Alat untuk membunuh tikus di akhir penelitian 6. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan darah di aorta tikus dan penghitungan kadar LDL darah pada tikus. Data yang dikumpulkan meliputi : (a) Berat badan tikus yang diperoleh dari penimbangan tikus setiap hari. (b) Data asupan makanan perhari dihitung dari sisa makanan yang diberikan pada hewan coba setiap harinya.

(c) Kadar LDL darah tikus yang diperoleh dari pengambilan darah pada tikus. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar. Alasan peneliti menggunakan tikus putih adalah karena tikus putih merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat badannya dapat mencapai 500 gram. Dengan ukuran tersebut menjadikan tikus lebih mudah dipegang, dikendalikan atau diambil darahnya dalam jumlah yang relatif besar10. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus Federer diperoleh jumlah sampel yang digunakan adalah 5 ekor tikus wistar untuk masing-masing kelompok sampel. Setiap kelompok akan diberikan penambahan sebagai cadangan masing - masing sebanyak 2 ekor tikus, sehingga total sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 35 ekor tikus putih wistar (Rattus norvegicus ) berjenis kelamin jantan, serta dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Namun selama melaksanakan penelitian ini, banyak tikus yang mati (9 ekor) sehingga akhirnya peneliti hanya menggunakan 20 ekor tikus sebagai sampel dalam pemeriksaan kadar LDL, dimana masing-masing kelompok perlakuan terdiri atas 4 ekor tikus wistar yang memiliki kriteria inklusi dengan karakteristik seperti yang tersaji pada Tabel 5.1. Tabel 5.2 Karakteristik Sampel
Variabel P0 Jumlah 4 Jenis Tikus Jenis Kelamin Umur Warna Bulu Keadaan Umum Rerata BB 148,75 Awal (g) Rerata BB 167,75 Akhir (g) Selisih rerata 19 BB (g) P1 4 P2 P3 P4 P value 4 4 4 Rattus norvegicus strain Wistar Jantan 2 bulan Putih Aktif 155,25 160,25 150 - 5,25 133 - 27,25

177,5 185,75 8,25

166,75 160,75 -6

0,397 0,011 0,082

b. Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Kuning Terhadap Kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada Tikus Wistar Sebelum diberi perlakuan, semua tikus ditimbang. Penimbangan yang dilakukan ini bertujuan untuk menilai keseragaman berat badan. Kondisi hewan percobaan yang homogen sangat membantu dalam mengurangi bias pada hasil penelitian, sehingga diharapkan segala perubahan yang terjadi hanya dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan selama penelitian berlangsung11. Kondisi diabetes pada hewan coba didapat dengan menginjeksi streptozotocin pada tikus sebanyak 55 mg/Kg BB secara intravena. Streptozotocin bekerja langsung pada sel pankreas, dengan aksi sitotoksiknya dimediatori oleh reactive oxygen species (ROS) sehingga dapat digunakan sebagai induksi diabetes mellitus. Streptozotocin masuk ke sel pankreas melalui glucose transporter (GLUT2) dan akan menyebabkan alkilasi DNA. Alkilasi atau masuknya gugus metil dari STZ ke dalam molekul DNA ini akan menyebabkan kerusakan fragmentasi DNA. Protein glycosylation diduga sebagai faktor kerusakan yang utama12. Kemudian, kondisi diabetes pada tikus ditentukan dengan mengukur kadar glukosa darah menggunakan glukometer. Nurdiana (1998) dalam Fatmawati (2008), menyebutkan bahwa tikus dikatakan diabetes jika kadar glukosa darah lebih dari 300 ml/dl. Penelitian ini menggunakan ekstrak labu kuning dengan memanfaatkan karoten yang terkandung didalamnya sebagai antioksidan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL. Analisis terhadap kadar LDL darah hewan coba menggunakan uji statistik Kruskal Wallis dikarenakan sebaran data yang tidak normal. Data pengaruh pemberian ekstrak labu kuning terhadap kadar LDL dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Kadar LDL


Kadar LDL Perlakuan n (mg/dl) P0 4 45 P1 4 45 P2 4 48 P3 4 55 P4 4 61 Rata-rata (mg/dl) 11,25 11,25 12 13,75 15,25 pvalue

0,62

Antioksidan adalah inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan juga mampu mengurangi dampak buruk senyawa oksigen reaktif, senyawa nitrogen reaktif atau keduanya dalam kondisi fungsi fisiologis normal pada manusia. Penderita diabetes memerlukan asupan antioksidan dalam jumlah besar karena peningkatan radikal bebas akibat hiperglikemia13. Antioksidan bersifat mengurangi aterosklerosis dengan cara menghambat metabolisme LDL pada lesi aterosklerosis sekunder untuk mencegah oksidasi LDL pada lesi aterosklerosis. Antioksidan juga mengurangi toksisitas LDL yang teroksidasi terhadap sel endotel, sel otot polos dan makrofag. Selain itu labu juga mengandung Saponin, Flavanoida, dan Tanin. Saponin berkhasiat sebagai sumber anti-bakteri dan anti-virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah dan mengurangi penggumpalan darah. Flavonoida berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung-koroner, mengandung anti-inflamasi (antiradang), sebagai antioksidan, dan membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Sedangkan Tanin berkhasiat sebagai pengikat protein dan sebagai pelindung protein dari regradasi mikroba rumen14. Penggunaan buah labu kuning (Cucurbita moschata) sebagai obat antidiabetik, tentunya dalam jangka waktu yang lama dan pengaruhnya

perlu diketahui. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoshinari et al (2009) pada tikus Goto-Kakizaki untuk menguji efek anti-diabetes pada labu kuning, setelah dilakukan uji toleransi glukosa pada tikus tersebut didapat hasil kadar glukosa pada grup perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol antara 15 dan 60 menit15. Kemudian penelitian Winarno dan Sundari (2003) diketahui bahwa penggunaan daging buah pare selama 30 hari dapat mempengaruhi histologi pankreas tikus yang diabetes. Pada kelenjar pankreas terdapat pulau langerhans yang merupakan kumpulan sel ovoid (berbentuk lonjong/oval) yang tersebar diseluruh pankreas. Di dalam pulau langerhans terdapat beberapa jenis sel, diantaranya adalah sel dengan jumlah terbanyak dalam kelenjar pankreas yaitu mencapai 60 75 %. Sel merupakan sumber insulin, dan sifat insulin dapat menurunkan kadar glukosa yang tinggi menjadi normal. Sehingga kerusakan pada pankreas atau kelainan fungsi sel-sel dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak labu kuning tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar LDL dalam darah. Hal ini mungkin dikarenakan oleh beberapa faktor seperti dosisnya yang kurang tepat sehingga zat antioksidan yang terkandung di dalam labu kuning belum mampu mempengaruhi kadar LDL hewan coba, sampel yang digunakan terlalu kecil (setiap kelompok perlakuan diwakili oleh 4 ekor hewan coba) sehingga belum mampu menggambarkan hasil yang sebenarnya, selain itu jangka waktu yang digunakan juga mungkin masih kurang efektif untuk dapat mempengaruhi kadar LDL tikus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh pemberian ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) per oral terhadap kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan model diabetes mellitus maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kadar LDL pada tikus wistar kelompok kontrol negatif (diet normal tanpa induksi STZ) dan kelompok kontrol positif (diet normal + induksi STZ) memiliki jumlah yang sama, yaitu sebesar 45 mg/dl atau rata-rata 11,25 mg/dl. 2. Kadar LDL pada kelompok tikus wistar model diabetes yang diberi ekstrak labu kuning dosis 1 (42,2 mg/hari) adalah 48 mg/dl, lebih rendah daripada dosis 2 (84,3 mg/hari) dan dosis 3 (168,6 mg/hari) yaitu masing-masing sebesar 55 mg/dl dan 61 mg/dl. 3. Tidak ada pengaruh yang bermakna terhadap kadar LDL pada tikus wistar, baik yang diberi diet normal, diinduksi streptozotocin (STZ) serta pemberian ekstrak labu kuning dengan dosis 42,2 mg/hari, 84,3 mg/hari maupun 168,6 mg/hari. SARAN 1. Perlu dilakukan uji lebih lanjut tentang dosis ekstrak labu kuning yang tepat, jumlah sampel dan jangka waktu penelitian yang lebih efektif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak labu kuning terhadap kadar LDL darah. 2. Perlu dilakukan pengamatan pada pembuluh arteri, supaya dapat diketahui terjadi tidaknya penyumbatan pada pembuluh arteri serta diketahui pada dosis dan dalam waktu berapa lama penyumbatan tersebut dapat berkurang. DAFTAR PUSTAKA 1. Suyono, Slamet. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi Kedua. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2. PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta. Editor : S. Soegondo, P.Soewondo, I. 3. Fatmawati, Emi. 2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan Trigliserida Darah Tikus (Rattus

norvegicus) Diabetes . Skripsi. Malang : Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Thaib, Pamela, K.P,. 2008. Hubungan Antara Kadar LDL darah Pada Stroke Iskemik Fase Akut Dengan Lama Perawatan Pasien Pulang Hidup dan Suhartono T. 2002. Pengelolaan Dislipidemia Diabetik. Semarang : dalam Konas V Persadia dan Temu Ilmiah Perkeni. 5. Suhartono T. 2002. Pengelolaan Dislipidemia Diabetik. Semarang : dalam Konas V Persadia dan Temu Ilmiah Perkeni. 6. Sargowo, Djanggan. 2001. Small and Dense Low Density Lipoprotein (LDL) Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Aterosklerosis. Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/RSUD Saiful Anwar, Malang 7. Widiastuti, Estiani. 2003. Perbedaan Kadar LDL Kolesterol Metode Direk Dengan Formula Friedewald (Pada Penderita Diabetes Melitus). Karya ilmiah Akhir. Semarang : Progran Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS-1) Bagian Patologi Klinik FK Undip / RS. Dr. Kariadi Semarang. 8. Ripi, Vanty I. 2011. Pembuatan Dan Analisis Kandungan Gizi Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.) Skripsi. Surabaya : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur. 9. Jerry, Dodon. 2008. Pemanfaatan Labu Kuning Menjadi Tepung Labu. http://dodonjerry.blogspot.com (diakses pada 14 juli 2012) 10. Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 11. Galuh, A.S. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Phyllanthus niruri L Terhadap Fungsi Fagositosis Makrofag Pada Mencit Balb/C Yang Diinfeksi Salmonella typhimurium. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 12. Ocktarini, Rizky. 2010. Pengaruh Ekstra Herba Anting-Anting (Acalypha australis L.) Terhadap Kadar Glukosa

Darah Mencit Balb/C Induksi Streptozotocin. Skripsi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 13. Setiawan, dkk,. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus . Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 55, No 2, hal 87-90. 14. Hakimah, Indi A. 2010. 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Jakarta: Syura Medika Utama. 15. Yoshinari O, Sato H, Igarashi K,. 2009. Anti-Diabetic Effects Of Pumpkin And Its Components, Trigonelline And Nicotinic Acid, On Goto-Kakizaki Rats. Course of the Science of Bioresource, The United Graduate School of Agricultural Science, Iwate University, Morioka, Iwate, Japan.

Anda mungkin juga menyukai