Anda di halaman 1dari 5

I4

PENDAHULUAN
Industri asap cair telah berkembang pesat
mengikuti kemajuan zaman. Karena memiliki
komponen senyawa Ienol yang berperan sebagai
zat antioksidan, asap cair dijadikan alternatiI untuk
menggantikan Iungsi Iormalin sebagai pengawet
bahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan
(Solichin, 2008). Asap cair juga dapat diaplikasikan
untuk proses pengasapan sehingga pencemaran
lingkungan dan kualitas bahan pangan yang tidak
konsisten akibat pengasapan tradisional dapat
dihindari (Prananta, 2007). Penggunaan asap cair
tidak hanya di bidang industi makanan, namun juga
di bidang industri perkebunan dan industri kayu.
Pada industri perkebunan, asap cair berIungsi
sebagai pembeku dan pengawet dalam pengolahan
RSS (ribbed smoked sheet). Sedangkan pada
industri kayu, kayu yang diolesi dengan asap cair
mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap
daripada kayu yang tanpa diolesi asap cair
(Prananta, 2007).
Setiap industri selalu menghasilkan limbah
baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya
bagi kehidupan makhluk hidup. Industri asap cair
adalah industri yang hampir tidak menghasilkan
limbah. Pada proses pirolisis asap cair dihasilkan
tiga macam penggolongan produk, yaitu gas-gas
yang dikeluarkan pada proses karbonisasi (CO
2
,
CO, CH
4
, H
2
, C
2
H
6
dan hidrokarbon tak jenuh),
destilat (asap cair dan tar), dan residu berupa arang
(Tahir, 1992). Dari produk pirolisis tersebut yang
merupakan limbah hanya gas-gas yang tidak
terkondensasi, sedangkan tar dan arang tidak dapat
dikatakan limbah, karena tar dapat digunakan
sebagai bahan pengawet, insektisida dan obat
sedangkan arang dapat langsung digunakan sebagai
bahan bakar dan bila diolah lebih lanjut dapat
menjadi produk briket arang dan arang aktiI (Pari,
2002).
Pembuatan asap cair menghasilkan arang pada
proses pirolisis. Berdasarkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Andriyasih (2008), pembuatan
asap cair pada kondisi operasi optimum asap cair
(350
0
C dengan waktu pirolisis 90 menit) akan
menghasilkan arang sebesar 51,56. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan asap cair akan menghasilkan arang
setengah dari massa bahan baku, dimana pada
pembuatan asap cair skala industri, ketersediaan
arang akan sangat melimpah mengingat
perkembangan asap cair kian pesat di bidang
industri. Dari uraian diatas, salah satu cara untuk
ABSTRACT
In the process oI making liquid smoke, stage pyrolysis produces a residue oI charcoal. When
the charcoal can be Iurther processed into activated charcoal. The availability oI charcoal
along with the rapid development oI the industry increasingly abundant liquid smoke. Eor
that eIIort to take advantage oI the manuIacture oI charcoal remaining liquid smoke is mak-
ing process it into charcoal. In this study, charcoal-making method is chosen method oI
physics. The aim oI research to determine optimum operating conditions and comparing re-
sults with activated charcoal activated charcoal on the market based on activated charcoal
absorption oI iodine. Variables used are variations oI the activation temperature 700, 750,
800, 850 and 900C and activation time 30, 60 and 90 minutes. Erom the research results
obtained under the optimum operation oI activated charcoal-making process that is at the
activation temperature oI 800C with an activation time oI 60 minutes. In this condition,
water content oI 3.17, 4.99 ash content and absorption oI iodine solution 982.44 mg/g.
Exceeds the value on the characteristics oI ISO standards. Result analysis oI iodine number
oI activated charcoal on the optimum conditions Iar exceed the iodine number oI charcoal
(164.69 mg/g) and activated charcoal technical (140.28 mg/g).
Key words: arang, aktiIasi Iisika, arang aktiI, bilangan iodium
PEMBUATAN ARANG AKTIF
DARI ARANG SISA PEMBUATAN ASAP CAIR
Padil, Sunarno, Khairat
Jurusan Teknik Kimia, Eakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. Raya Soebrantas Km 12,5, Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : Iadilppsyahoo.com
Pembuofon Arong Akfif dori Arong Siso Pembokoron Asop Coir (PodiI ef oI)
15
memanIaatkan arang sisa pembuatan asap cair
adalah dengan memprosesnya menjadi arang aktiI.
Arang umumnya mempunyai daya adsorpsi
yang rendah dan daya adsorpsi itu dapat diperbesar
dengan cara mengaktiIkan arang menggunakan uap
atau bahan kimia (Wahjuni, 2008). Secara umum
proses aktiIasi arang dapat dibagi menjadi dua,
yaitu proses aktiIasi kimia dan proses aktiIasi
Iisika. Metode aktiIasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode aktiIasi Iisika.
Dalam penelitian ini dilakukan aktiIasi
terhadap arang sisa pembuatan asap cair dengan
aktiIator uap air. Variabel yang dipilih adalah suhu
dan waktu aktiIasi, sedangkan variabel tetap adalah
laju alir uap air dan ukuran partikel arang. Arang
aktiI yang dihasilkan ditentukan perolehannya dan
dianalisa daya serapnya terhadap larutan iodin.
Kemudian kondisi operasi optimum ditetapkan
berdasarkan kondisi operasi yang memiliki angka
iodin tertinggi.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan adalah cangkang
kelapa sawit, aquades, larutan Iod 0,1 N, larutan
natrium tio-sulIat 0,1 N, dan larutan Kanji 1.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu reaktor
pirolisis, boiler, tube, tube Iurnace, erlenmeyer 100
ml, kompor gas, selang plastik tahan panas dan
pipa aluminium, mold dan lumbung kayu, ayakan
40 dan 60 mesh, oven, sentriIugal, separator,
tabung sentriIugal, erlenmeyer bertutup, desikator,
buret, pipet 20 ml, pipet 10 ml, labu ukur 1000 ml.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu tahap karbonisasi, tahap aktiIasi dan tahap
pengujian sampel. Pada tahap karbonisasi,
cangkang kelapa sawit dimasukkan ke dalam
reaktor pirolisis. Arang hasil pirolisis dikeluarkan,
kemudian ukuran arang diperkecil dan diayak.
Arang hasil ayakan yang digunakan untuk penelitian
adalah arang dengan ukuran -40 60. Sampel arang
dimasukkan ke dalam tube. Setelah tube yang berisi
sampel dipasang pada tube Iurnace, suhu set point
(SP) di set. Kompor gas dihidupkan sebelum suhu
yang diinginkan tercapai, hingga ketika suhu yang
diinginkan tercapai boiler menghasilkan uap air.
Waktu aktiIasi dihitung saat suhu tercapai atau pada
saat boiler pertama kali menghasilkan uap air.
Setelah selesai aktiIasi, arang dikeluarkan dari tube
dan ditimbang massanya. Arang aktiI terdiri dari
lima belas macam sampel yang memiliki variabel
waktu dan suhu yang berbeda. Variabel suhu yaitu
700, 750, 800, 850, 900C dan waktu aktiIasi 30, 60
dan 90 menit. Setiap sampel ditentukan rendemen
dan kualitas arang aktiI berupa daya serap terhadap
iodin.
Analisa daya serap arang aktiI terhadap iodin
dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sampel
dipanaskan terlebih dahulu di oven pada 115
0
C
selama 1 jam. Didinginkan di dalam desikator.
Ditimbang dengan teliti 0,5 gram sampel dan
dipindahkan ke dalam tempat berwarna gelap dan
tertutup. Ditambahkan dengan teliti 50 ml larutan
Iod 0,1 N. Dikocok dengan alat pengocok selama 15
menit pada suhu kamar, kemudian dipindahkan
kedalam tabung sentriIugal dan dipusingkan sampai
sampel turun dan cairannya bening. Cairan dipipet
10 ml dan dititrasi dengan larutan natrium tio-sulIat
0,1 N. Jika warna kuning dari larutan samar
ditambahkan larutan kanji 1 sebagai indikator.
Dititrasi kembali dengan teratur sampai
mendapatkan titik akhir bila warna biru larutan
hilang
Gambar 1. Rangkaian Alat Produksi Asap Cair
(Liquid Smoke)
Gambar 2. Rangkaian Alat Produksi Arang Aktif
Keterangan:
1. Tabung gas
2. Kompor gas
3. Boiler
4. Alat penangkap air
5. Tube
6. Tube furnace
7. Control temperature
JurnoI Soins don TeknoIogi 9 (I) Moref Z0I0: I4-I8
Io
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari
proses pembuatan arang aktiI dari arang sisa
pembuatan asap cair melalui tahap aktiIasi dengan
melakukan variasi terhadap suhu dan waktu
aktiIasi.
Penetapan rendemen arang aktiI bertujuan
untuk mengetahui jumlah arang aktiI yang
dihasilkan setelah melalui proses aktiIasi.
Rendemen arang aktiI yang dihasilkan
diperlihatkan pada Tabel 1. Pada Tabel terlihat
kecenderungan menurunnya rendemen arang aktiI
kemudian rendemen mengalami kenaikan pada
suhu 850 dan 900
o
C.
Gambar 3 menunjukkan pengaruh suhu aktiIasi
terhadap rendemen pada waktu aktiIasi 60 menit.
Pada gambar terlihat rendemen yang semakin
berkurang hingga suhu 800
0
C kemudian meningkat
pada suhu 850 dan 900
0
C. Secara umum semakin
tinggi suhu maka rendemen asap cair akan semakin
menurun, karena semakin banyak karbon yang
bereaksi membentuk CO dan H2.
Rendemen mengalami penurunan kemudian
naik pada suhu 850
o
C besar kemungkinan
disebabkan karena saat aktiIasi pada suhu 850 dan
900
o
C, dinding dalam tube terkikis sehingga arang
aktiI yang dihasilkan telah tercampur dengan besi
yang terkikis. Pada suhu 800
o
C, pengaruh waktu
aktiIasi terhadap rendemen dapat dilihat pada
Gambar 4.
Ditinjau dari waktu aktiIasi, semakin lama
waktu aktiIasi rendemen yang diperoleh akan
semakin kecil. Hasil penelitian ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Suprapto. Secara umum
arang aktiI mengalami penurunan rendemen dengan
semakin lamanya waktu aktiIasi. Hal ini disebabkan
semakin lama proses aktiIasi, semakin banyak
karbon yang bereaksi dengan uap air.
Kualitas arang aktiI pada penelitian ini dilihat
dari daya serapnya terhadap iodin. Penetapan daya
serap arang aktiI terhadap iodin bertujuan untuk
mengetahui kemampuan arang aktiI untuk
menyerap larutan berwarna. Tabel 2
memperlihatkan bilangan iodin pada masing-masing
variabel suhu dan waktu aktiIasi.
Secara umum semakin tinggi suhu maka
bilangan iodin akan semakin besar. Pada suhu
700
0
C bilangan iodin sangat kecil. Hal ini terjadi
akibat reaksi aktiIasi yang lambat pada suhu
tersebut. Namun pada suhu 850
0
C, seperti yang
terlihat pada Gambar 5, bilangan iodin mengalami
penurunan. Hal ini berkaitan dengan penyebab
rendemen semakin naik pada suhu tersebut, yaitu
karena adanya pengikisan dinding dalam tube. Bila
pengikisan dinding dalam tube menyebabkan
naiknya rendemen maka pengikisan dinding dalam
Tabel 1. Rendemen Arang Aktif
No
Suhu
(
o
C)
Rendemen ()
30 menit 60 menit 90 menit
1 700 84 81,33 85,67
2 750 90 57,33 61,33
3 800 40,33 30 21,33
4 850 64 61,67 90,67
5 900 97 93,67 54
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
650 700 750 800 850 900 950
suhu (C)
R
e
n
d
e
m
e
n

(

)
Gambar 3. Pengaruh Suhu Aktifasi terhadap
Rendemen pada Waktu Aktifasi 60
Menit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 20 40 60 80 100
WaktuAktivasi (mnt)
R
e
n
d
e
m
e
n

(

)
Gambar 4. Pengaruh Waktu Aktifasi terhadap
Rendemen pada Suhu Aktifasi 800
0
C
Tabel 2. Bilangan Iodin Arang Aktif pada Suhu
dan Waktu Aktifasi Tertentu
No
Suhu
(
o
C)
Bilangan Iodin (mg/g)
30 menit 60 menit 90 menit
1 700 175,76 112 123,46
2 750 301,3 455,98 378,42
3 800 733 982,44 947,59
4 850 240,2 273,5 156,7
5 900 176,1 133,935 143,5
Pembuofon Arong Akfif dori Arong Siso Pembokoron Asop Coir (PodiI ef oI)
17
tube ini menyebabkan penurunan nilai pada
bilangan iodin.
Pada saat menganalisa sampel, arang aktiI
yang digunakan untuk menyerap larutan iodin
bercampur dengan besi yang terkikis sehingga
penyerapan tidak maksimal. Bila ditinjau dari
waktu aktiIasi pada suhu 800
0
C, bilangan iodin
tertinggi adalah 982,44 mg/g dengan waktu aktiIasi
60 menit. Gambar 6 di bawah ini membuktikan hal
tersebut.
Semakin lama waktu aktiIasi, semakin tinggi
bilangan iodin karena makin banyak permukaan
karbon yang teraktiIasi, dan makin banyak karbon
yang bereaksi dengan uap air. Namun dari gambar
diatas terlihat pada waktu aktiIasi 90 menit
bilangan iodin mengalami penurunan. Seperti
pembahasan sebelumnya, hal ini disebabkan karena
pengikisan besi tube. Semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu aktiIasi, besi yang terkikis
akan semakin banyak. Hal ini menyebabkan
penyerapan terhadap bilangan iodin menjadi tidak
maksimal.
Dari uraian diatas kondisi operasi optimum
dapat ditentukan dengan melihat bilangan iodin
tertinggi pada tabel maupun graIik, yaitu pada suhu
800
o
C, bilangan iodin tertinggi adalah 982,44 mg/g
dengan waktu aktiIasi 60 menit.
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap tiga
sampel yaitu arang sisa pembuatan asap cair, arang
hasil penelitian pada kondisi operasi optimum dan
arang aktiI teknis, didapatkan bilangan iodin
berturut-turut 164,69 mg/g, 982,44 mg/g, dan
140,28 mg/g. Terlihat jelas bahwa dengan
pengaktiIan arang menggunakan aktiIator uap air
bilangan iodin arang meningkat hingga hampir
enam kali lipat. Sedangkan bilangan iodin arang
aktiI teknis yang lebih kecil daripada arang yang
belum diaktiIasi menunjukkan bahwa mutu arang
aktiI domestik masih rendah.
Pada kondisi operasi optimum pembuatan
arang aktiI, dilakukan analisa terhadap kadar air dan
kadar abu arang aktiI. Nilai yang didapat berturut-
turut adalah 3,17 dan 4,99. Dari tiga nilai
karakteristik arang aktiI diatas, semuanya
memenuhi standar SNI arang aktiI.
KESIMPULAN
Kondisi operasi optimum pembuatan arang
aktiI yaitu pada suhu aktiIasi 800C dengan waktu
aktiIasi 60 menit. Pada kondisi ini, kadar air sebesar
3,17, kadar abu 4,99 dan daya serap terhadap
larutan iodin 982,44 mg/g. Nilai pada karakteristik
tersebut melebihi standar SNI.
Hasil analisa bilangan iodin arang aktiI pada
kondisi operasi optimum jauh melebihi bilangan
iodin arang sisa pembuatan asap cair (164,69 mg/g)
dan arang aktiI teknis (140,28 mg/g).
DAFTAR PUSTAKA
Andriyasih, T. 2008. Pembuatan Asap Cair dari
Cangkang Kelapa Sawit, Skripsi. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Riau. Pekanbaru.
Pari, G. 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah
Industri Pengolahan Kavu. Makalah EalsaIah Sains.
Institut Pertanian Bogor. http://
tumoutou.net/70204212/gustanpari.htm. 10
Agustus 2008.
Prananta, 1. 2007. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung
Kelapa Serta Cangkang Sawit Untuk Pembuatan
Asap Cair Sebagai Pengawet Makanan Alami. http://
www.scribd.com/doc/4142857/Asap-Cair. 19
September 2008.
Solichin, M. 2008. Gema Industri Kecil, Standar &
Teknologi. Asap Cair 'Deorub` menfadi Lokomotif
Industri. hal 71. Edisi XXI. Direktorat Jenderal
Industri Kecil dan Menengah. Jakarta.
0
200
400
600
800
1000
1200
650 700 750 800 850 900 950
Suhu (C)
B
i
l
i
n
g
a
n

I
o
d
i
n

(
m
g
/
g
)
Gambar 5. Pengaruh Suhu terhadap Bilangan
Iodin pada Waktu Aktifasi 60 menit
0
200
400
600
800
1000
1200
0 20 40 60 80 100
Bilangan Iodin (mg/g)
W
a
k
t
u

(
m
n
t
)
Gambar 6. Pengaruh Waktu Aktifasi terhadap
Bilangan Iodin pada Suhu Aktifasi
800
o
C
JurnoI Soins don TeknoIogi 9 (I) Moref Z0I0: I4-I8
I8
Tahir, I. 1992. Pengambilan Asap Cair secara Destilasi
Kering pada Proses pembuatan Karbon Aktif dari
Tempurung Kelapa. Skripsi. EMIPA Universitas
Gadjah Mada. Yogyakata.
Wahjuni, S. 2008. Penurunan Angka Peroksida Minvak
Kelapa Tradisional dengan Adsorben Arang Sekan
Padi IR 64 vang Diaktifkan dengan Kalium
Hidroksida. Jurnal Kimia 2(1), ISSN 1907-9850.
Pembuofon Arong Akfif dori Arong Siso Pembokoron Asop Coir (PodiI ef oI)

Anda mungkin juga menyukai