Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENYEMBUHAN LUKA DENGAN USIA ANAK PADA PASIEN

SIRKUMSISI POLIKLINIK BEDAH MINOR RSUD MATARAM


PERIODE FEBRUARI SAMPAI APRIL 2008

Diayanti Tenti Lestari, dr. Santyo Wibowo, Sp.B, dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes.

ABSTRACT
Background: We saw the circumcision can be done at any age. The community did
not know about the effect of the age of circumcision done. The study about the
correlation between circumcision wound healing and the age of circumcision done, still
rare to be found. Purpose: Find out the correlation between the time of circumcision
wound healing in the different age at minor surgery clinic Mataram public hospital
during February to April 2008. Method: Observational study research with cohort
prospective research design. Subject of the study is 64 circumcision patients at under 12
years old in minor surgery clinic Mataram public hospital during February until April
2008.
Result: All of the circumcision patients who had normal healing time was 58% and
had elongation time was 42%. The healing of patient at age 1 months old- 1 years old
was 0%, at 1 years old - < 6 years old was 58% and 6 years old -12 years old was 60%.
The delayed inflammation at 1 years old - < 6 years old was 43% and at 6 years old –
12 years old was 60%. The delayed proliferation at 1 years old - < 6 years old was 43%
and at 6 years old- 12 years old was 40%.
Conclusion: There is no correlation between time of circumcision wound healing
and the age of circumcision.
Keyword ; Circumcision, Wound Healing, Age

LATAR BELAKANG

Penelitian di Amerika hampir 1,2 juta neonatus disirkumsisi. Di India sekitar 33%
penduduk pria mengalami sirkumsisi. Menurut asosiasi anak (Texas Pediatric Surgical
Associates, 1999) sirkumsisi dilakukan pada beberapa hari setelah kelahiran atau
dengan indikasi adanya infeksi penis berulang, inflamasi frenulum dan fimosis.
Canadian Paediatric Society (1996) dan Williams N. (1993) menjelaskan bahwa insiden
terjadinya komplikasi sirkumsisi pada usia neonatus, yaitu bekisar 0,2%-2%. Selain itu
sirkumsisi pada usia neonatus akan mencegah terjadinya infeksi traktus urinarius dan
insiden infeksi tersebut pada usia anak dilaporkan dari hasil penelitian sebanyak 1%-
2% (American Academy of Pediatrics, 1999).
Pemilihan usia anak untuk disirkumsisi sangat beragam di beberapa derah di
Indonesia sepeti di Jawa dan Sumatra mereka memilih waktu menjelang pubertas untuk
disirkumsisi. Kebiasaan yang ada di masyarakat Lombok, sirkumsisi dilakukan pada
waktu tertentu dan usia 1 sampai 10 tahun (data poloklinik bedah minor, 2007). Dalam
penelitian ini akan dilakukan analisis masa penyembuhan luka dengan perbedaan usia
pasien yang disirkumsisi. Apakah semakin dini usia pelaksanaan sirkumsisi dapat
mempengaruhi waktu penyembuhan luka?
Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka yaitu kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan
dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, respon

1
tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, respon tubuh secara
sistemik pada trauma serta vaskularisai yang baik ke jaringan yang luka (Taylor, 1997).
Proses penyembuhan luka mencakup reaksi kimia dan seluler dan berhubungan
dengan penyatuan jaringan-jaringan setelah adanya jejas. Proses perbaikan pada
jaringan manusia berhubungan pula dengan sistem jaringan dan regenerasinya. Proses
penyembuhan luka ada 3 tipe atau bentuk, yakni penyembuhan primer, penyembuhan
sekunder dan penyembuhan tersier (De Jong, 2005).

Fase Hemostasis
Proses inflamasi didahului oleh proses hemostatis. Adanya luka akan meyebabkan
rusaknya pembuluh darah dan pembuluh limfatik. Vasokonstriksi akan segera terjadi
selanjutnya pada proses hemostasis platelet yang berperan mengatasi pardarahan dan
mengeluarkan faktor pembekuan untuk selanjutnya memproduksi fibrin dan
menghasilklan sitokin yang membantu proses penyembuhan.
Hemostasis yang efektif membutuhkan kooordinasi fungsi pembuluh darah, platelet,
faktor koagulasi dan sistem fibrinolisis. Respon awal pembuluh darah terhadap jejas
atau trauma adalah vasokonstriksi arteriolar yang akan mengurangi aliran darah lokal
dan menghindari kehilangan banyak darah. Selanjutnya akan diikuti oleh aktivasi
platelet yang melekat pada dinding pembuluh darah di daerah jejas atau luka kemudian
terjadilah agregasi platelet yang membentuk massa oklusi yang merupakan plak
hemostasis primer. Jejas atau luka akan menyebabkan kerusakan vascular, kemudian
kerusakan vaskular akan mengaktifkan faktor koagulasi dan terbentuklah trombin yang
akan mengkonversi fibrinogen plasma yang larut dalam sirkulasi menjadi bentuk tidak
larut atau fibrin (Lowe, 2003).

Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah fase yang selalu terjadi dan berperan sebagai prekursor proses
penyembuhan. Proses inflamasi memiliki karakteristik adanya migrasi leukosit ke
daerah luka dan sel-sel inflamasi akan meregulasi matriks jaringan ikat (Schwartz. et.
al., 1998). Cairan eksudat dan abses akan tampak pada inflamasi akut. Sel yang
mengalami jejas akan melepaskan katekolamin dan prostaglandin dan segera setelah
jejas akan terjadi vasokonstriksi. Selanjutnya permeabilitas kapiler meningkat sehingga
terjadi edema lokal. Reaksi pembengkakan ini dimediasi oleh histamine, kinin,
prostaglandin, leukotrien dan produk sel endothelial (Kumar, 2007).
Fase inflamasi dipengaruhi oleh usia. Sel – sel yang berperan dalam fase ini adalah
makrofag, limposit dan leukosit, sel-sel ini juga dipengaruhi oleh usia. Leukosit akan
meningkat pada orang tua. Jumlah makrofag dan limposit akan menurun seiring
semakin tua usia individu, begitu pula dengan produksi faktor pertumbuhan seperti
VEGF. Transformasi limposit juga dipengaruhi keadaan nutrisi pasien ( Gosain dan
Dipietro, 2004).

Fase Proliferasi
Fase proliferasi meliputi tahap angiogenesis, deposit kolagen, pembentukan jaringan
granulasi dan kontraksi luka. Fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-
21(Midwood. et. al., 2004).
Keratinosit, fibroblas dan sel endotel vaskular sangat berperan dalam proses
proliferasi. Proses fibroplasi lebih cepat pada usia muda.Penurunan jumlah dan ukuran
fibroblas dan hasil akhir penutupan luka dipengaruhi oleh usia. Angiogenesis akan

2
menurun seiring dengan pertambahan usia. Produksi kolagen pun menurun pada usia
tua ( Howard, E. Dan Harvey, S., 2008).

Fase maturasi ( proses akhir dalam penyembuhan luka)


Fase akhir dalam masa penyembuhan, skar akan terbentuk pada akhir proses
penyembuhan luka. Degradasi kolagen seimbang dengan sintesis kolagen. Kolagen akan
menggantikan daerah yang mengalami jejas atau luka, jika daerah yang tergantikan
kolagen tergolong luas maka daerah kulit itu akan tersusun dari jaringan yang lebih
kuat atau lebih keras. Semakin banyak kolagen menggantikan daerah luka maka
semakin luas pula area kerusakan jaringan, selanjutnya akan terjadi tarikan daerah kulit
sekitar dan timbullah sikatriks atau skar (Kumar, 2007). Proses ini berlangsung 6
minggu awal dan diteruskan sampai 6-12 bulan setelah itu dan dapat diamati dari
perubahan warna kulit, tekstur dan ketebalan kulit di daerah luka (Bertschinger, 1991).

Pemilihan Usia Sirkumsisi


Sejauh ini tidak ada batasan umur melakukan khitan. Sirkumsisi di Amerika Serikat
banyak dilakukan pada bayi baru lahir. Biasanya, ukuran penis dan kesiapan emosional
anak juga merupakan pertimbangan. Waktu yang baik untuk melakukan sirkumsisi
adalah selama periode neonatus (<28 hari). Resiko pasca sirkumsisi berupa nyeri,
perdarahan dan infeksi akan bertambah setelah melewati periode tersebut dan
membutuhkan anestesi lebih banyak dibanding dengan usia neonatus. Orang tua di
Amerika Serikat memilih untuk melakukan sunat pada anaknya pada neonatus karena
alasan kesehatan (Lerman, 2001).

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan
penelitian kohort prospektif untuk mengetahui hubungan antara usia anak dengan masa
penyembuhan luka sirkumsisi. Populasi penelitian ini adalah semua pasien sirkumsisi di
Poliklinik RSU Mataram selama bulan Februari 2008 sampai April 2008. Subyek
penelitian adalah pasien sirkumsisi yang berusia di bawah 12 tahun di Poliklinik RSU
Mataram selama bulan Februari 2008 sampai April 2008. Variabel bebas penelitian ini
adalah rentang( kelompok) usia pasien sirkumsisi. Variabel terikat yaitu penyembuhan
luka.
Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling yaitu mengumpulkan
semua pasien sirkumsisi yang datang dan memenuhi kriteria sampai memenuhi subyek
penelitian yang diperlukan. Jumlah subyek penelitian sebanyak 64 anak. Pengumpulan
data dikumpulkan dari data primer pasien yang menjalani sirkumsisi di poliklinik bedah
RSU Mataram. Data primer ini diperoleh dengan cara wawancara langsung orang tua
yang merawat pasien sirkumsisi menggunakan lembar observasi.

HASIL
Pasien sirkumsisi yang diambil dari data klinik bedah minor RSU Mataram tercatat
sejumlah 64 orang selama tiga bulan (Februari sampai April 2008). Karakteristik pasien
dilihat dari usia, asal dan tujuan sirkumsisi.
Tabel 4.1 Distribusi Pasien

Kelompok Usia Jumlah Persentase Kelompok Usia


0 0%

3
<1bulan
1bulan-<1tahun 1 1,60%
1-<6tahun 58 90,60%
6-12tahun 5 7,80%
Total 64 100%

Tabel 4.2. Fase Inflamasi Memanjang


Jumlah anak Persentase anak
Kelompok Jumlah dengan inflamasi dengan fase inflamasi
usia memanjang memanjang

<1bulan 0 0 0%
1bulan-<1tahun 1 0 0%
1-<6tahun 58 25 43%
6-12tahun 5 3 60%

Tabel 4.3 Fase Proliferasi Memanjang


Jumlah anak dengan Persentase anak dengan
Kelompok usia Jumlah proliferasi fase proliferasi
memanjang memanjang
<1bulan 0 0 0%
1bulan-<1tahun 1 1 100%
1-<6tahun 58 25 43%
6-12tahun 5 2 40%

Tabel 4.4 Kesembuhan tiap Kelompok Usia


Derajat rentang usia anak disirkumsisi
kesembuhan 1 bulan- <1 tahun 1-<6tahun 6-12tahun

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase


Sembuh 33 56.9% 3 60.0%
Belum
1 100.0% 25 43.1% 2 40.0%
sembuh
Total 1 100.0% 58 100.0% 5 100.0%

PEMBAHASAN
Pemilihan usia bayi baru lahir (<1 bulan) tidak dominan di daerah penelitian, yaitu
di Mataram dan sekitarnya. Orang tua cenderung memilih usia 1 tahun sampai 6 tahun
untuk pelaksanaan sirkumsisi, namun tidak ada alasan spesifik untuk pemilihan usia ini,
menurut mereka pemilihan usia ini mengikuti saudara dan tetangga mereka yang sudah
memiliki pengalaman mensirkumsisi anaknya.
Penelitian ini hanya mengambil dua fase penyembuhan, yaitu fase inflamasi dan
fase proliferasi. Fase hemostasis berlangsung segera setelah terjadi luka dan pada anak
tanpa gangguan pembekuan darah fase ini tidak akan lama. Jahitan pada luka sirkumsisi
berperan pula dalam proses peneymbuhan awal ini dan semua pasien mendapat
perlakuan sama dari rumah sakit tempat mensirkumsisi. Observasi dilakukan pada
pasien dengan melihat tanda proliferasi yaitu jaringan granulasi pada hari ke-12 sampai

4
ke-14 setelah sirkumsisi, jika didapatkan jaringan granulasi pada observasi hari itu
maka pasien tersebut mengalami pemanjangan proliferasi.
Pemanjangan fase inflamasi tidak selalu diikuti pemanjangan fase proliferasi.
Berdasarkan observasi, 15% pasien dengan fase inflamasi normal mengalami fase
proliferasi memanjang ataupun sebaliknya fase inflamasi memanjang namun fase
proliferasi normal. Hasil ini menunjukkan fase inflamasi dan fase proliferasi pada
penyembuhan luka dipengaruhi faktor- faktor yang dapat memperpanjang masa
tersebut, misalnya saja perawatan luka, aktifitas anak ataupun nutrisi, seperti yang
dijelaskan oleh Gosain dan Dipietro (2004).

Hubungan Usia dan Masa Penyembuhan Luka


Berdasarkan analisa data dengan menggunakan metode analisis ”chi-square” pada
data pasien sirkumsisi yang berjumlah 64 anak dengan pembagian usia 1 bulan - < 1
tahun, 1- < 6 tahun dan 6 -12 tahun, dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai
p= 0,6 (> 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan masa penyembuhan sirkumsisi
bermakna pada kelompok usia anak.
Hasil penelitian ini didukung oleh Baharestani (2003) yang melakukan penelitian
pada populasi pediatrik dengan ulkus ataupun luka bekas operasi. Penelitian tersebut
menjelaskan tentang karakteristik khusus dari penyembuhan luka pada anak-anak dan
bayi baru lahir. Menurut Baharestani, meskipun pola penyembuhan luka pada anak
sama dengan pola penyembuhan orang dewasa, namun luka pada bayi baru lahir dan
anak-anak adalah tipe yang lebih cepat menutup dibanding luka tipe ulkus juga yang
terjadi pada orang dewasa karena pada bayi dan anak jumlah fibroblas lebih banyak,
produksi kolagen dan elastin lebih cepat dan pembentukan jaringan granulasi yang lebih
cepat pula dibanding orang dewasa (Baharestani, 2003) .
Secara normal, kecepatan respon penyembuhan luka pada bayi baru lahir dan anak-
anak akan rendah pada kondisi malnutrisi protein kalori, hipotensi, edema, infeksi dan
ketidakstabilan psikologi, ini termasuk faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
pada anak dan bayi baru lahir. Bayi baru lahir memiliki resiko tinggi untuk mengalami
sepsis karena infeksi sekunder dari proliferasi bakteri pada daerah luka, sehingga
memungkinkan terjadi penurunan daya kohesi antara dermis dan epidermis
(Baharestani, 2003).
Penelitian ini didukung pula oleh penelitian mengenai hubungan antara usia dengan
masa penyembuhan luka yang dipaparkan oleh Valencia (2001) pada usia tua dan muda
(orang tua dan remaja atau anak). Penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tua
usia pasien maka angka komorbiditasnya akan meningkat. Respon terhadap fase
inflamasi, fase proliferasi dan maturasi mengalami perubahan dengan pengaruh usia.
Usia tua akan berhubungan dengan perubahan pada penyembuhan luka yang
berkaitan dengan penurunan respon inflamasi, angiogenesis yang tertunda, penurunan
sintesis dan degradasi kolagen serta penurunan kecepatan epitelisasi (Butler, 2006). Hal
ini mendukung hasil penelitian bahwa penyembuhan pada kelompok usia anak (usia
muda) termasuk penyembuhan normal sehingga pemanjangan waktu luka disebabkan
ada faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka tersebut dan bukan karena
perbedaan usia.
Penelitian hubungan masa penyembuhan luka dan usia ini dilakukan pada usia anak
dengan rentang yang tidak ekstrim dalam artian setiap kelompok memiliki interval yang
dekat satu dengan kelompok usia lainnya. Penyembuhan luka yang dijelaskan pada

5
penelitian sebelumnya (Valencia, 2001) adalah perbandingan penyembuhan luka usia
muda dan usia tua (usia <20tahun dan usia >50 tahun).

Perawatan Luka dengan Kesembuhan Luka


Secara keseluruhan orang tua pasien yang disirkumsisi di RSU Mataram diberi
edukasi untuk melakukan perawatan luka selama satu minggu setelah sirkumsisi.
Berdasarkan analisis didapatkan p=0,04 (p<0,05) yang dapat disimpulkan perawatan
luka mempengaruhi masa penyembuhan. Pencegahan infeksi akan mempengaruhi
proses penyembuhan luka.

Pengaruh Nutrisi Pada Penyembuhan Luka


Hubungan nutrisi dengan penyembuhan luka dipaparkan dalam penelitian yang
menyebutkan bahwa jaringan tubuh akan dipengaruhi nutrisi, perfusi jaringan dan
oksigenasi. Iskemi jaringan dan kerusakan jaringan akan terjadi jika sel kekurangan
oksigen dan nutrisi. Anak-anak harus diberikan nutirsi yang adekuat untuk mendukung
proses penyembuhan.

Pengaruh Sistem Imun pada Penyembuhan Luka


Penelitian ini menilai sistem imun pasien sirkumsisi dengan indikator sedang
mengalami sakit atau tidak. Hasil analisis data keadaan imun dengan kesembuhan luka,
diperoleh p=0,019 (p<0,05) sehingga dsimpulkan keadaan umum anak mempengaruhi
kesembuhan luka sirkumsisi.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan beberapa hal berikut
Tidak ada perberbedaan waktu penyembuhan luka sirkumsisi pada setiap kelompok
usia, Usia pelaksanaan sirkumsisi yang paling banyak dipilih oleh orang tua di daerah
penelitian (Mataram, Lombok Barat dan Lombok Tengah) adalah usia 1 – 6 tahun.,
Dalam waktu 12 hari luka sirkumsisi sudah dapat sembuh dengan tidak menunjukkan
tanda proliferasi., Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka sirkumsisi selain usia
adalah imunitas anak, perawatan luka dan nutrisi anak.

KEPUSTAKAAN
American Academy of Pediatrics, (1999- released: March 1), New AAP Circumcision
Policy Released.
Baharestani Mylene Mona, (2003), An Overview of Neonatal and Pediatric Wound
Care Knowledge and Considerations: Wound Managemet Journal; 165: 728-737,
Available from: http://www.o-wm.com/ostemywoundmanagemetjournal.html.
Bertschinger, Julia, (1991), Circumcision, Noharmm Journal; 17: 22-23, Available from
: http://www.emedicine.com/ped/pedindex.shtml.
Butler Colleen T, (2006), Pediatric Skin Care, Pediatric Nursing Magazine. Pitman;
32(5): 443.
De Jong dan Sjamsuhidajat. R, (2004), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2; EGC: Jakarta.
Gosain Ankush and Dipetro Luisa, (2004), Aging and Wound Healig; World Journal
Surgery; 28:321-326.
Howard, C., Howard, F., & Weitzman, M, (1994), The Effect on Pain, Acetaminophen
Analgesis In Neonatal Circumcision: Pediatrics Journals; 93: 645.

6
Kumar Abbas Fausto and Mitchell Robbins, (2007), Basic Pathology, Eighth Edition:
Elsevier-Saunders.
Lerman SE, Liao JC, (2001), Neonatal circumcision: Pediatric Clinics of North
America, 48(6): 1539–1557.
Lowe, G, (2004), Hemostatis and Thrombosis In Medical Biochemistry; Mosby:
London, Pp: 55-65.
Midwood K.S., Williams L.V., and Schwarzbauer J.E, (2004), Tissue Repair And The
Dynamics of The Extracellular Matrix: The International Journal Of Biochemistry
& Cell Biology; 36(6): 1031-1037.
Schwartz Seymour I (editor., et. al,), (1998), Principles of Surgery, Companion
Handbook 7th edition Spencer: McGraw-Hill Professional. Electronic book.
Valencia Isabel. P, Falabela Anna. F, Lawrence Schachner. A, (2001), New Development
in Wound Care for Infant and Children; Pediatric Journals: Proquest Medical
Library, Available from: http://www.proquest.umi.com, (Accessed: 2007, June 20)

Anda mungkin juga menyukai