Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Di Indonesia masih terdapat 8% kehamilan dengan resiko tinggi karena jarak kehamilan kurang dari 24 bulan. Jarak kehamilan tersebut dapat menyebabkan terjadinya resiko mortalitas anak sebesar 2,2 kali

dibandingkan dengan jarak kehamilan lebih dari 24 bulan (BKKBN,et al 2003). Di kecamatan Klaten Utara sasaran ibu nifas tahun 2009 ada 617 orang, tahun 2008 ada 586 orang, tahun 2007 ada 553 orang. Pengalaman yang berkaitan dengan kelahiran, terutama kelahiran yang mengalami komplikasi, menyebabkan ibu pospartum lebih membutuhkan cara atau alat untuk mencegah kehamilan. Kehamilan yang terjadi pada periode postpartum merupakan kehamilan yang beresiko tinggi, karena memiliki jarak yang dekat dengan kehamilan sebelumnya (SDKI, 2003). Pencegahan kehamilan setelah melahirkan dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu sexual abstinence dan belum kembalinya kesuburan setelah melahirkan. Data SDKI menunjukkan bahwa sebagian sexual abstinence hanya berlangsung sampai dua bulan setelah melahirkan (BPS et al, 2003). Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Program KB merupakan upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan

kesehatan ibu dan anak. Program KB secara nasional maupun internasional diakui sebagai salah satu program yang mampu menurunkan angka fertilitas. Salah satu indikator keberhasilan di bidang kependudukan ditunjukan dengan Total Fertility Rate (TFR). TFR di Indonesia terus mengalami penurunan, data SDKI menyebutkan TFR pada tahun 1997 sebesar 2,8 menurun menjadi 2,6 pada tahun 2003. Namun demikian tingkat fertilitas tersebut masih jauh dari kondisi penduduk tumbuh seimbang, yaitu dengan TFR mencapai 2,1 per wanita.(BKKBN, 2005). Hasil mini survey BKKBN 2011 menunjukkan metode KB hormonal yaitu suntikan dan pil merupakan metode yang paling dominan digunakan oleh peserta KB. Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita terutama di negara-negara maju. Kombinasi estrogen dan progesteron menjadi pilihan karena estrogen saja dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium. Namun, jenis kontrasepsi ini lebih banyak menimbulkan masalah kesehatan dibandingkan jenis kontrasepsi non hormonal. Efek samping yang paling sering terjadi adalah sakit kepala, haid yang tidak teratur, serta kenaikan berat badan. Kandungan steroid dalam kontrasepsi hormonal juga dapat menurunkan kadar HDL, menginduksi hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa, serta dapat meningkatkan tekanan darah (Hernawati, 2010). Pilihan kontrasepsi cenderung mengarah kepada penggunaan

kontrasepsi hormonal. Data hasil SDKI 2002/2003 yang menunjukan penggunaan kontrasepsi hormonal adalah 45,3 persen dari seluruh wanita pasangan usia subur (PUS), sedangkan yang tidak menggunakan hormonal

15 persen. Berarti dari seluruh wanita PUS yang sedang menggunakan kontrasepsi, sebesar 75,1 persen diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal. Berdasarkan kondisi tersebut, secara langsung akan memperberat beban pemerintah dalam penyediaan alat atau obat kontrasepsi di masa yang akan datang. Berdasarkan data dari wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya yaitu jumlah peserta KB pada bulan Juli 2011 tercatat di Kelurahan Mulyorejo PUS ber KB 820 akseptor, IUD 46, implan 18, suntik 502, pil 121 dan kondom 133 (BKKBN, 2010). Berdasarkan uraian di atas untuk mulai memakai kontrasepsi pada periode postpartum merupakan perilaku yang harus dipertimbangan berdasarkan faktor tertentu. Dimana alasan ibu yang mau menerima kontrasepsi karena adanya keinginan tidak ingin memiliki anak lagi dan puas terhadap metode yang sebelumnya, sedang alasan yang menolak karena faktor suami dan keinginan menunda pemakaian kontrasepsi sampai periode postpartum berakhir (Romeo Gutierrez, 2003). Motivasi ibu menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh jumlah anak ideal yang diinginkan, pengetahuan tentang kesuburan pada periode postpartum, niat dan kesadaran untuk menggunkan metode kontrasepsi postpartum dan implementasi penggunaan kontrasepsi postpartum (Bulut dan Turan, 1995). Sebelum ibu postpartum memilih alat kontrasepsi sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurant dan benar. KB merupakan program yang berfungsi bagi

pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (Kurniawati, 2008). Berdasarkan uraian fenomena tersebut di atas yang disertai dengan data dan fakta yang terjadi di masyarakat, serta didukung beberapa hasil penelitian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena tersebut dengan judul Hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan KB Hormonal dan Kualitas hidup di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah ada hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dan pemilihan menggunakan KB Hormonal? 1.2.2 Apakah ada hubungan antara pemilihan menggunaan KB hormonal ibu postapartum dan kualitas hidup? 1.2.3 Apakah ada hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan menggunakan KB Hormonal dan kualitas hidup? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Menjelaskan hubungan antara motivasi ibu postpartum dalam berperilaku menggunakan KB hormonal dan kualitas hidup. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Menjelaskan hubungan antara motivasi intrinsik ibu pospartum dan pemilihan menggunakan KB Hormonal.

b. Menjelaskan hubungan antara pemilihan menggunakan KB Hormonal ibu postpartum dan kualitas hidup. c. Menjelaskan hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan menggunakan KB hormonal dan kualitas fisik ibu. d. Menjelaskan hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan menggunakan KB hormonal dan kualitas psikologis ibu. e. Menjelaskan hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan menggunakan KB hormonal dan kualitas hubungan sosial ibu. f. Menjelaskan hubungan antara motivasi intrinsik ibu postpartum dalam pemilihan menggunakan KB hormonal dan kualitas lingkungan ibu. 1.4.1 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis sebagai masukan dalam bidang pelayanan maupun pendidikan dalam mengembangkan konsep yang berkaitan dengan pelayanan KB setelah melahirkan. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan yang bekerja di bidang keluarga berencana agar dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan keluarga terkait pemilihan alat kontrasepsi. b. Bagi masyarakat terutama ibu postpartum perempuan pengguna alat kontrasepsi agar lebih memahami perilaku kesehatan dalam

menentukan alat kontrasepsi yang digunakan agar tercapai kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai