Anda di halaman 1dari 86

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) DENGAN PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) PADA

POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK) SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Nama NIM Prodi Jurusan

: Noor Azizah : 4101403043 : Pendidikan Matematika : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PENGESAHAN

SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) DENGAN PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK) SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Hari : Senin Tanggal : 27 Agustus 2007 Panitia Ujian Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M.S NIP. 130781011 Pembimbing Utama

Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130815345 Penguji Utama

Dra. Kristina Wijayanti, M.S NIP. 131568307 Pembimbing Pendamping

Drs. Moch. Chotim, M.S NIP. 130781008 Anggota I

Dra. Sunarmi, M.Si NIP. 131763886

Dra. Kristina Wijayanti, M.S NIP. 131568307 Anggota II

Dra. Sunarmi, M.Si NIP. 131763886

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang,

Noor Azizah NIM. 4101403043

iii

ABSTRAK Noor Azizah (4101403043), Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) Dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai maka guru pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang tepat, salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered-Heads-Together) dengan pemanfaatan LKS. Pembelajaran kooperatif NHT akan menciptakan lingkungan belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan keterlibatan total siswa dalam pembelajaran, sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun ruang sisi datar (Kubus dan Balok) siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 6 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cara random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu siswa kelas VIIIF sebagai kelompok eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif NHT dan siswa kelas VIIIH sebagai kelompok kontrol yang dikenai metode pembelajaran ekspositori. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes akhir dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi dan tes. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kedua kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen. Pengujian hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,57 sedangkan nilai ttabel = 1.66, oleh karena itu thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif dibanding pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran kooperatif NHT dan menerapkan pada materi lain.

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
1. Berdoa, Berusaha dan Berserah diri pada-Nya. (Penulis) 2. Hapuslah peluh dan keringat orang tuamu dengan mempersembahkan yang terbaik bagi mereka. 3. Jika kegagalan bagaikan hujan dan kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi (Ust. Yusuf Mansyur). 4. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Insyirah : 6).

Persembahan:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materiil. 2. Mas Udin dan adek-adekku yang selalu mendukungku. 3. Guru-guruku 4. Sahabat-sahabatku terima kasih atas persahabatan tulus dari kalian. 5. Teman-teman penghuni dan ex penghuni kost Pasadena terima kasih atas dukungan, inspirasi, kebersamaan dan hari-hari indah bersama kalian yang tak terlupakan. 6. Teman-teman Pend. Mat03 tetap jaga kekompakan dan SEMANGAT !!! pernah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-

TOGETHER) DENGAN PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK) SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 4. Dra. Kristina Wijayanti, M.S., Dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Dra. Sunarmi, M.Si., Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

vi

6. Dra. Oemi Khulsum, Kepala SMP N 6 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Mardiyanti Pujiastuti, SH., Wakil Kepala SMP N 6 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Pambudi S.Pd., Guru matematika kelas VIII SMP N 6 Semarang yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 6 Semarang tahun ajaran 2006/2007 atas kesediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini. 10. Bapak dan Ibu guru serta karyawan SMP N 6 Semarang atas segala bantuan yang diberikan. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Semarang,

2007

Penulis

vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PENGESAHAN ................................................................................................ ii PERNYATAAN................................................................................................ iii ABSTRAK ........................................................................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi DARTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4 C. Penegasan Istilah ............................................................................ 4 D. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 6 E. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ............................................ 9 A. Landasan Teori................................................................................ 9 1. Belajar dan Pembelajaran.......................................................... 9 2. Pembelajaran Matematika di Sekolah....................................... 12 3. Pembelajaran Kooperatif........................................................... 15 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......................................... 20 5. Pembelajaran Konvensional...................................................... 24

viii

6. Hasil Belajar.............................................................................. 25 7. Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 26 8. Materi Kubus dan Balok ........................................................... 28 B. Kerangka Berpikir........................................................................... 37 C. Hipotesis.......................................................................................... 39 BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 40

A. Jenis dan Rancangan penelitian ...................................................... 40 B. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 41 C. Variabel Penelitian .......................................................................... 42 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42 E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 43 F. Metode Analisis Data...................................................................... 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 61

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 61 B. Pembahasan..................................................................................... 66 BAB V PENUTUP....................................................................................... 72

A. Simpulan .......................................................................................... 72 B. Saran ................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

ix

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Daftar Nama Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.................. 75 Daftar Nama Kelompok............................................................. 76

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I........................................ 77 Lampiran 4. Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa 01 ............................................................ 82 Instrumen Soal Pembelajaran I.................................................. 88

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ...................................... 93 Lampiran 7. Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 02 ............................................................ 97 Instrumen Soal Pembelajaran II ................................................ 102

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III..................................... 109 Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa 03 ............................................................ 112 Lampiran 11. Instrumen Soal Pembelajaran III ............................................... 118 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV..................................... 124 Lampiran 13. Lembar Kerja Siswa 04 ............................................................ 127 Lampiran 14. Instrumen Soal Pembelajaran IV............................................... 131 Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional................... 137 Lampiran 16. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ....................................................... 151 Lampiran 17. Instrumen Tes Uji Coba............................................................. 153 Lampiran 18. Daftar Nama Kelas Uji Coba..................................................... 159 Lampiran 19. Analisis Uji Coba Tes................................................................ 160 Lampiran 20. Contoh Perhitungan Validitas Instrumen. ................................. 164 Lampiran 21. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Instrumen......................... 166

Lampiran 22. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen .................. 169 Lampiran 23. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen............................... 172 Lampiran 24. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar................................................. 174 Lampiran 25. Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................................... 176 Lampiran 26. Data Kondisi Awal Penelitian ................................................... 182 Lampiran 27. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Eksperimen ................... 184 Lampiran 28. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Kontrol.......................... 185 Lampiran 29. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Awal Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 186 Lampiran 30. Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Awal Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 187 Lampiran 31. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................................................... 188 Lampiran 32. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ...... 191 Lampiran 33. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol ............. 192 Lampiran 34. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 193 Lampiran 35. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol....................................................... 194 Lampiran 36. Uji ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen ......................... 195 Lampiran 37. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol ............................... 196 Lampiran 38. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen.......... 197 Lampiran 39. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol ................ 198

xi

Lampiran 40. Daftar Kritik Uji T..................................................................... 199 Lampiran 41. Tabel Nilai Chi Kuadrat ............................................................ 200 Lampiran 42. Daftar Kritik Uji F ..................................................................... 201 Lampiran 43. Daftar Kritik r Product Moment ................................................ 202 Lampiran 44. Daftar Kritik Z dari 0 ke Z......................................................... 203 Lampiran 45. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 204 Lampiran 46. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 205

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar. Pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika bersifat abstrak dan membutuhkan pemahaman konsep-konsep. Faktor lain yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang tidak tepat. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

(KTSP)

menekankan

keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu, pada kurikulum sebelumnya atau KBK menekankan bahwa belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, lerning to be, hingga learning to live together (Suyitno, 2004: 60). Oleh karena itu, pengajaran matematika perlu diperbarui, di mana siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif

menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model

pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok. Materi yang peneliti pilih pada penelitian ini adalah pokok bahasan bangun ruang sisi datar, karena pada materi ini diperlukan kemampuan visualisasi yang tinggi dan banyak dijumpai bangun ruang sisi datar pada kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut bangun ruang sisi datar seringnya siswa hanya bermodal memasukkan angka ke rumus tanpa dibarengi pemahaman konsep yang mendalam. Melalui media pembelajaran matematika yang salah satunya adalah LKS dengan metode penemuan terbimbing siswa dapat mengetahui dari mana sebenarnya rumus yang digunakan berasal. Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan di SMP N 6 Semarang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama

di mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.

B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang?

C. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan-penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini. 1. Keefektifan Artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan (tentang usaha atau tindakan) (KBBI, 2003: 284).

Keefektifan artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau tindakan (Poerwadarminta, 1999). Dalam penelitian ini yang dimaksud efektif adalah jika: a. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 65. b. Melalui uji-t, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol. 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. 3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan 4 tahap kegiatan. Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, dan 4. Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Keempat, guru menyebut nomor (1, 2, 3, atau 4) dan siswa dengan nomor yang bersangkutan yang harus menjawab (Widdiharto, 2004:18).

4. LKS LKS adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi informasi soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa. 5. Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Dalam penelitian ini yang dibahas adalah pokok bahasan bangun ruang sisi datar, yang meliputi sifat-sifat kubus dan balok, jaring-jaring kubus dan balok, luas permukaan kubus dan balok, dan volum kubus dan balok. 6. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan di lapangan. Dalam hal ini menggunakan metode ekspositori 7. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 6 Semarang tahun Pelajaran 2006/2007.

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus, Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang.

2.

Manfaat Penelitian a. Bagi siswa 1) Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok). 2) Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat bertukar pengetahuan dengan siswa lain sehingga meningkatkan pemahaman siswa. 3) Siswa merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. 4) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa. b. Bagi Guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui variasi strategi belajar mengajar yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan sesuai dengan materi pelajaran. c. Bagi Peneliti Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif NHT yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan.

E. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, masalah yang dihadapi, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis. BAB III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian dan rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, metode analisis data, dan hasil uji coba alat ukur. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasannya. BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saransaran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai

penambahan pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Pengertian belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga penalaran. Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli. a. Gagne dan Berliner Belajar merupakan proses dimana sesuatu oerganisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman (Anni, 2004:2). b. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah: (a) memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi

10

bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; (c) menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. Di samping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya. (Anni, 2004:49-50) c. W. S. Winkel Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah intelektual. (Darsono, 2000:4) d. Teori Piaget Teori ini berpendapat bahwa anak membangun sendiri skematanya dari pengalamannya sendiri dan lingkungan. Dalam pandangan Piaget pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar tergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

11

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut. 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. 2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. 3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan. (http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf) Implikasi teori ini menekankan melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. e. Teori Vygotsky Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan

penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran Menurut Howe dan Jones ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. 1) Menghendaki tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugastugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

12

(zone of proximal development) mereka. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. 2) Pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding, konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya sendiri. (http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf) Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2). 2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Menurut Erman Suherman (1993:134) matematika sekolah dimaksukan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari siswa sekolah (formal), yaitu siswa SD, SLTP, SLTA. Pada matematika

13

sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep tersebut bisa dipahami melalui pendekatan induktif. Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah, matematika sekolah berperan: a. untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi perubahanperubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, efektif dan diperhitungkan secara analitissintetis, b. untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA mencakup pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta

pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga aspek tersebut adalah: a. Pemahaman Konsep 1) Menyatakan ulang suatu konsep. 2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

14

4) Menyajikan matematika.

konsep

dalam

berbagai

bentuk

representasi

5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. b. Penalaran dan Komunikasi 1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. 2) Mengajukan dugaan. 3) Melakukan manipulasi matematika. 4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. 5) Menarik kesimpulan dari pernyataan. 6) Memeriksa kesahihan suatu argumen. 7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi. c. Pemecahan Masalah 1) Menunjukkan pemahaman masalah. 2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

15

5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin. (Rahmah, 2006:19) 3. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan

instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

16

1) Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Ibrahim, 2000:7). 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000:9)

17

3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9). c. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur sebagai berikut. 1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka sehidup sepenanggungan. 2) Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama. 4) Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama pada semua anggota kelompok. 5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

18

7)

Siswa

berbagi

kepemimpinan

dan

mereka

membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama. (Ibrahim, 2000:6) d. Landasan Teori dan Empirik Pembelajaran Kooperatif Perkembangn model pembelajaran kooperatif pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20, diantaranya : 1) John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokratis John Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mengharuskan guru

menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Seperti halnya Dewey, Thelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. (Ibrahim, 2000:12) 2) Gordon Allport dan Relasi Antar Kelompok Ahli sosiologi Gordon Allport mengingatkan bahwa hukum saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar kelompok dan mendatangkan penerimaan serta pemahaman yang lebih baik. Gordon merumuskan 3 kondisi dasar untuk mencegah terjadinya

19

kecurigaan antar ras dan etnik, yaitu: a) kontak langsung antar etnik, b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu, c) setting secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar etnik. 3) Belajar Berdasakan Pengalaman Johnson&Johnson seorang pencetus teori-teori unggul tentang pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman didasarkan atas tiga asumsi: a) Bahwa belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu. b) Bahwa pengetahuan harus ditemukan sendiri apabila

pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan tingkah laku. c) Bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. (Ibrahim, 2000:15) 4) Pengaruh Akademik Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan

20

pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam bidang akademis mereka. Setelah menelaah sejumlah penelitian, Slavin (Muslimin , 2000:16) mengatakan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah antara lain: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah, d) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi besar, e) pemahaman yang lebih mendalam, f) motivasi lebih besar, g) hasil belajar lebih tinggi, h) retensi lebih lama, i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. (Ibrahim, 2000:16) 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

21

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (2000:7) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis. Adapun tahapan dalam pembelajan NHT antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Nur, 2005:79; Ibrahim, dkk, 2000:27-28; Nurhadi, dkk, 2003:67).

22

Tahap 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Tahap 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. Tahap 3: Berpikir bersama, Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Tahap 4: Menjawab Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Adapun langkah-langkah pembelajaran NHT adalah: a. Pendahuluan Fase 1: Persiapan 1) Guru melakukan apersepsi 2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

23

4) Guru memberikan motivasi b. Kegiatan inti Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT Tahap pertama 1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-4. 2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing Tahap kedua Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS Tahap ketiga Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut Tahap keempat 1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain

24

diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut. 2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan LKS. c. Penutup Fase 3: penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2) Guru memberikan tugas rumah 3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya. 5. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya yang diterapkan yaitu metode ekspositori. Metode ekspositori adalah cara penyampaian materi pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Suyitno, 2004:4) Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan

25

dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menjelaskan pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis (Suherman, 2003). Kelebihan dari metode ekspositori adalah: a. Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan aktif yang sama. b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru. c. Guru dapat menentukan terhadap hal-hal yang dianggap penting. d. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun klasikal. Kekurangan dari metode ekspositori adalah: a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa. b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang. d. Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan. 6. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

26

perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar (Anni, 2004: 4). Dalam pembelajaran perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pebelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupkan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk menukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. 7. Lembar Kerja Siswa a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung

pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab oleh siswa) (Hidayah & Sugiarto, 2006). Menurut Amin Suyitno (Lestari, 2006:19) LKS adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi informasi

soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa. LKS ini sangat baik dipakai

27

untuk menggalakkkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik dipergunakan dalam strategi heuristic maupun strategi ekspsitorik.

Dalam strategi heuristik, LKS dipakai dalam penerapan metode penemuan terbimbing sedangkan strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. LKS ini sebaiknya dirancang oleh guru sendiri sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya. b. Kriteria Pembuatan LKS LKS yang digunakan siswa harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikerjakan siswa dengan baik dan dapat memotivasi belajar siswa. Menurut Tim Penatar Propinsi Dati I Jawa Tengah, halhal yang diperlukan dalam penyusunan LKS dantaranya adalah. 1) berdasarkan GBPP yang berlaku, AMP, buku pegangan siswa (buku paket), 2) 3) mengutamakan bahan-bahan yang penting, menyesuaikan tingkat kematangan berfikir siswa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) 1). Kelebihan Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Pandoyo (Lestari, 2006:19-20), kelebihan dari penggunaan LKS adalah. a) Meningkatkan aktivitas belajar b) Mendorong siswa mampu bekerja sendiri

28

c) Membimbing siswa secara baik kearah pengembangan konsep. 2). Kekurangan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kekurangan dari penggunaan LKS adalah. a) Bisa disalahgunakan guru Sewaktu siswa mengerjakan LKS, guru yang seharusnya mengamati bisa meninggalkannya. Hal tersebut terjadi bila guru tidak bertanggungjawab atas proses belajar mengajar yang dipimpinnya. b) Memerlukan biaya yang belum tentu dianggap murah 8. Materi Kubus dan Balok a. Kubus 1) Pengertian kubus Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang kongruen berbentuk persegi.
H E F G

Bangun di samping adalah kubus


C B

ABCD.EFGH

D A

2) Sifat-sifat kubus Dari gambar di atas didapat sifat-sifat kubus antara lain: a) Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

29

b) Mempunyai 6 buah bidang sisi yang kongruen berbentuk persegi, terdiri atas: Sisi yang merupakan bidang alas kubus, yaitu ABCD, Sisi yang merupakan bidang atas kubus, yaitu EFGH, Sisi tegak kubus, yaitu ABFE, BCGF, CDHG, dan ADHE. c) Mempunyai 12 buah rusuk yang sama panjang, yaitu AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, HE, BF, CG, AE, dan DH. d) Mempunyai 12 buah diagonal sisi (bidang) yang sama panjang, yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, AC, BD, EG, dan FH. e) Mempunyai 6 buah bidang diagonal yang kongruen berbentuk persegi panjang, yaitu ABGH, EFCD, FGDA, BFHD, dan AEGC. f) Mempunyai 4 buah diagonal ruang yang sama panjang, yaitu AG, BH, CE, dan DF. 3) Panjang diagonal bidang sisi
H E F G

Diketahui

kubus

ABCD.EFGH

dengan

ukuran rusuknya adalah s cm.


D C s B

Pada bidang ABCD, garis AC merupakan diagonal bidang sisi. Untuk menentukan panjang AC: Perhatikan ABC siku-siku di B pada bidang alas ABCD!

30

Menurut dalil pythagoras: AC2


D C

= AB2 + BC2 = = =
AB 2 + BC 2 s2 + s2

AC
s
A

2s 2

= s 2 Jadi, panjang diagonal bidang AC adalah s 2 cm Karena rusuk kubus memiliki panjang yang sama, maka panjang diagonal bidang memiliki panjang yang sama pula. 4) Panjang diagonal ruang Garis AG pada kubus ABCD.EFGH di atas
E G

merupakan diagonal ruang kubus.


s

Untuk menentukan panjang AG: Perhatikan bidang diagonal ACGE, siku-siku di C. Menurut dalil pythagoras AG2 AG = AC2 + CG2 = = =
AC 2 + CG 2

s 2

ACG

(s 2 )

+ s2

2s 2 + s 2

= s 3

31

Pada sebuah kubus, jika ukuran panjang rusuknya s cm, maka ukuran panjang diagonal bidangnya s 2 cm dan panjang diagonal ruangnya s 3 cm. b. Balok 1) Pengertian balok Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang (sisi) atau 3 pasang sisi yang kongruen berbentuk persegi panjang.
H E D A B F C G

Bangun di samping adalah balok ABCD.EFGH.

2) Sifat-sifat balok a) Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. b) Mempunyai 6 buah bidang sisi berbentuk persegi panjang dan tiap bidang sisi yang berhadapan kongruen, yaitu: ABCD dan EFGH, ABFE dan DCGH, BCGF dan ADHE. c) Mempunyai 12 rusuk yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok rusuk-rusuk yang sama dan sejajar: AB sama dan sejajar dengan DC, EF, dan HG, yang selanjutnya disebut panjang balok.

32

BC sama dan sejajar dengan AD, FG, dan EH, yang selanjutnya disebut lebar balok. AE sama dan sejajar dengan BF, CG, dan DH, yang selanjutnya disebut tinggi balok. d) Mempunyai 12 diagonal bidang sisi, yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, AC, BD, EG, dan HF. AF = BE = CH = DG BG = CF = AH = DE BD = AC = EG = HF e) Mempunyai 6 buah bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, yaitu ABGH, EFCD, BCHE, FGDA, BFHD, dan AEGC. f) Mempunyai 4 buah diagonal ruang, yaitu AG, BH, CE, dan DF. 3) Panjang diagonal bidang sisi balok
H E D A
p

G F
t
C

diketahui balok ABCD.EFGH dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi berturut-turut p , dan t.

Pada bidang ABCD, garis BD merupakan diagonal bidang sisi. Pada bidang ABFE, garis AF merupakan diagonal bidang sisi.

33

Pada bidang BCGF, garis BG merupakan diagonal bidang sisi.


D C

Menentukan panjang BD: Perhatikan bidang alas ABCD!

Menurut dalil pythagoras BD2 = AB2 + AD2 = =

AB 2 + AD 2
p 2 + 2

Menentukan panjang AF: Perhatikan bidang ABFE! Menurut dalil pythagoras AF2 AF AF = AB2 + FB2 = =

AB 2 + FB 2 p2 + t 2

Menentukan panjang BG:


t

Perhatikan bidang BCGF! Menurut dalil pythagoras BG2 BG = BC2 + CG2 =


BC 2 + CG 2

34

BG

2 + t 2

Jadi, panjang diagonal bidang sisi suatu balok tidak sama, hal ini bergantung pada ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok itu. 4) Panjang diagonal ruang balok
H F

Garis HB merupakan diagonal ruang dari balok ABCD.EFGH

Menentukan panjang garis HB:


D
p
2

HB2 HB HB

= DB2 + DH2 = =

DB 2 + DH 2 p 2 + 2 + t 2

Pada balok dengan ukuran panjang p, lebar , dan tinggi t, maka panjang diagonal ruangnya adalah c. Jaring-jaring Jaring-jaring adalah bangun datar yang diperoleh dari suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya kemudian direbahkan. 1) Kubus
H E D A B F C G H H D G C G H

p 2 + 2 + t 2

Jaring-jaringnya
E A E B F F E

35

2) Balok
G E D A B F C C B A D A H H E F E H G

jaring-jaringnya

C B

d. Luas Permukaan

Luas permukaan suatu bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun tersebut. Luas permukaan bangun ruang sama dengan luas jaring-jaringnya. 1). Luas permukaan Kubus
H E D A B E F F C E A H G G C G H

Jaring-jaringnya

Luas permukaan kubus adalah luas jaring-jaring kubus Jaring-jaring kubus terdiri atas 6 buah persegi dengan sisi-sisinya, misalkan s. Luas jaring-jaring kubus = 6 (luas persegi) = 6 (s2) = 6s2

36

2). Luas permukaan balok


H G E D A B F C C B A D A H jaring-jaringnya G F E H G C B E

Misalkan p panjang balok, adalah lebar balok, dan t adalah tinggi balok. Jarng-jaring balok terdiri atas 3 pasang persegi yang luasnya berbeda, yaitu: Luas persegi panjang ABCD dan EFGH = (p) + (p) = 2 p Luas persegi panjang ABFE dan CDHE = (pt) + (pt) = 2 pt Luas persegi panjang BCGF dan ADHE = (t) + (t) = 2 t Luas jaring-jaring balok = 2 p+ 2 pt + 2 t = 2(p + pt + t) Jadi, Luas permukaan balok dengan panjang = p, lebar = , dan tinggi = t adalah 2 (p+ pt + t)

e. Volum 1). Volum Kubus Diketahui kubus dengan panjang rusuknya adalah s cm. Volum kubus adalah hasil kali luas alas dengan tingginya karena pada kubus panjang rusuk-rusuknya sama, maka: Luas alas kubus yang berbentuk persegi adalah s2 Tinggi kubus adalah s Jadi, Volum kubus s2 x s = s3

37

2). Volum balok Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang = p, lebar = , dan tinggi = t Volum balok adalah hasil kali luas alas dengan tingginya. Alas balok berbentuk persegi panjang (ABCD), sehingga luas alas = AB x BC = p Tinggi balok (CG) adalah t Jadi, Volum balok dengan panjang = p, lebar = , dan tinggi = t adalah = p t

(Cunayah, 2005: 155-158)

B. Kerangka Berpikir Pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.

38

Model pembelajaran kooperatif NHT merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) merupakan materi yang memerlukan keterampilan berhitung. Pada umumnya siswa menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi tersebut dengan bermodal menghafal rumus. Melalui penggunaan LKS yang merupakan media pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat mengurangi ketergantungan siswa akan rumus yang mesti dihafalkan. LKS digunakan sebagai media dalam kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif NHT. Siswa-siswa dalam kelompok yang sama saling bekerjasama untuk mengerjakan LKS, sehingga terjadi interaksi sosial antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Perpaduan model pembelajaran kooperatif NHT dengan media pembelajaran LKS memiliki dampak positif terhadap siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam satu tim. Siswa kelompok bawah akan mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan

39

siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang materi yang dijelaskan.

C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun ruang sisi datar (Kubus dan Balok) siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat penting artinya untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis dan rancangan penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, metode dan alat pengumpulan data serta metode analisis data. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan (treatment) yang kemudian membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah: 1. Menentukan subyek penelitian 2. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 3. Menguji kenormalan dan kehomogenan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga kedua kelompok tersebut benar-benar berangkat dari kondisi awal yang sama. 4. Menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS pada kelompok eksperimen dan metode ekspositori pada kelompok kontrol.

40

41

5. Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok pada akhir pembelajaran. 6. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIE, VIIIF, VIIIG, dan VIIIH semester 2 SMP Negeri 6 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Masing-masing kelas terdiri dari 46 siswa. Jadi, jumlah keseluruhan siswa adalah 184 siswa. 2. Sampel Sampel diambil dengan teknik random sampling dengan memilih 2 kelas dari 4 kelas. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelas yang sama, siswa diajar oleh guru yang sama, pembagian kelasnya menggunakan sistem acak, menggunakan buku paket yang sama, dan memperoleh pelajaran matematika dengan jumlah jam yang sama. Untuk memilih dua sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan uji homogenitas. Pada penelitian ini, penulis akan memilih secara acak satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

42

1. Kelas VIIIF sebagai kelas eksperimen Pada kelompok ini, akan diberikan suatu perlakuan yang dalam hal ini adalah model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS. 2. Kelas VIIIH sebagai kelas kontrol Pada kelompok ini, tidak diberikan perlakuan apapun, dalam hal ini pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan menggunakan metode ekspositori.

C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 6 Semarang pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok).

D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai ulangan matematika pada pokok bahasan sebelumnya. Nilai tersebut digunakan untuk menguji normalitas, homogenitas, dan kesamaan ratarata. 2. Metode tes Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas

43

kontrol. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir tes.

E. Instrumen Penelitian 1. Materi dan Bentuk Tes Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok). Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes obyektif dan tes uraian. Tes obyektif adalah tes yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara obyektif. Dalam penelitian ini tes obyektif yang digunakan berupa tes pilihan ganda dan isian singkat. Adapun kebaikan-kebaikan tes obyektif adalah: a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun segi guru matematika. b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat kemajuan teknologi. c. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain. d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi. Tes uraian yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-

44

kata, soal bentuk ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasikan, dan menghubungkan pengertianpengertian yang telah dimiliki. Dengan kata lain, tes uraian menuntut siswa untuk dapat mengingat kembali dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi Adapun kebaikan-kebaikan tes bentuk uraian adalah: a. Mudah disiapkan dan disusun. b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untunguntungan. c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. (Arikunto, 2002: 163) 2. Metode Penyusunan Perangkat Tes Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan. b. Menentukan tipe soal. c. Menentukan jumlah butir soal. d. Menentukan waktu mengerjakan soal.

45

e. Membuat kisi-kisi soal. f. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawab, kunci jawaban, dan penentuan skor. g. Menulis butir soal. h. Mengujicobakan instrumen. i. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. j. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan. 3. Pelaksanaan Tes Uji Coba Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan kelompok lain yang masih satu populasi, yaitu kelas VIIIG SMP Negeri 6 Semarang. Tes uji coba dilakukan untuk menguji apakah butir-butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan, yaitu butir soal valid dan perangkat tes tersebut reliabel. 4. Analisis Perangkat Tes Setelah diadakan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba instrumen butir demi butir itu diteliti kualitasnya. Adapun hal-hal yang dianalisis dari uji coba instrument adalah:

46

a. Taraf Kesukaran Teknik perhitungan taraf kesukaran butir soal adalah mrnghitung berapa persen testee yang menjawab benar untuk tiap-tiap item. 1) Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal pilihan ganda dan isian singkat digunakan tolok ukur sebagai berikut: 0 < P 0,30 0,30 < P 0,70 0,70 < P 1,00 : sukar : sedang : mudah

Adapun rumus yang untuk menghitung taraf kesukaran soal bentuk pilihan ganda dan isian singkat adalah:

P=

B JS

Dengan: P B JS : indeks kesukaran : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar : jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2002:210) Dari hasil uji coba, 20 butir yang termasuk dalam kategori: a) Mudah adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan19. b) Sedang adalah soal nomor 12,15,16 dan 20. c) Sukar adalah soal nomor 13 dan 14.

47

2) Untuk menginterpretasikan nilai taraf kesukaran soal uraian dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut, Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah. Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%, termasuk sedang. Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: TK =

TG x 100%, N

dengan TK TG N = taraf kesukaran = banyaknya testi yang gagal = banyaknya siswa

(Arifin, 1991: 135) Dari hasil uji coba, 5 butir soal yang termasuk dalam kategori: 1) 2) 3) Mudah adalah soal nomor 21 dan 25. Sedang adalah soal nomor 22 dan 24. Sukar adalah soal nomor 23.

b. Daya Pembeda Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata- rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item.

48

1) Untuk menghitung daya pembeda soal pilihan ganda dan isian singkat dapat digunakan rumus:
D= B A BB JA JB

dengan: D BA BB JA JB : indeks diskriminasi : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah

Dengan ketentuan: D 0,00 0,00 < D 0,2 0,2 < D 0,7 0,7 < D 1,00 (Arikunto, 2002:218) Dari hasil uji coba 20 butir soal, yang termasuk kategori a) sangat jelek adalah soal nomor b) jelek adalah soal nomor 1, 2, 5, 9, 10, 14, dan 18. c) cukup adalah soal nomor 3, 4, 6, 8, 11, 12, 13, 15, 16, dan 17. d) baik adalah soal nomor 7 dan 20. : sangat jelek : jelek : baik : baik sekali

49

2) Untuk menghitung daya pembeda soal uraian dapat digunakan rumus:


t=

(MH ML )
2 X1 + X2 2 ni (ni - 1)

dengan t MH ML = daya pembeda = rata- rata dari kelompok atas = rata- rata dari kelompok bawah
2 1

X X
Ni Df

= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah = 27% x N , dengan N adalah jumlah peserta tes. = (n1 - 1) + (n2 1), = 5%

2 2

(Arifin, 1991: 141) Dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t > ttabel. Dari hasil uji coba diperoleh soal yang signifikan adalah soal nomor 21, 22, 23, 24, dan 25. c. Reliabilitas soal Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika ia dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

50

1) Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes pilihan ganda dan isian singkat adalah rumus KR-20 s 2 pq n r11 = 2 s n 1 keterangan: r11 p q
: reliabilitas

tes secara keseluruhan

: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

n s

: banyaknya item : standar deviasi dari tes (akar varians)

(Arikunto, 2002:100) Nilai r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel. Dari hasil analisis untuk 20 soal yang terdiri dari 10 pilihan ganda dan 10 isian singkat diperoleh r11 0,648 karena r11 > rtabel maka semua soal tersebut reliabel. 2) Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes bentuk uraian adalah rumus alpha, yaitu:
n 2 1 12 n i =1 r11 = 12 n 1

51

dengan r11 = reliabilitas yang dicari


2 1

12

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

rumus varians:

2 =

( X) X N
2

(Arikunto, 2002: 109) Nilai rxx yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel. Soal uji coba yang diberikan sebanyak 5 butir. Dari perhitungan uji coba didapat r11 adalah 0,813 Dengan = 5 %, n = 44 dan k = 5. diperoleh rtabel = 0,297 Karena r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel. d. Validitas Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y ( Y )
2

}{

52

dengan rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y , dua variabel yang dikorelasikan. N = banyaknya peserta tes

X = jumlah skor item Y = jumlah skor total X2 = jumlah kuadrat skor item Y2 = jumlah kuadrat skor total XY = jumlah perkalian skor item dan skor total (Arikunto, 2002: 81) Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel harga kritik product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rkritik maka butir soal tersebut valid. Soal uji coba yang diberikan sebanyak 25 butir, dan dari hasil uji coba, yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25. Item-item soal yang digunakan untuk tes evaluasi akhir adalah item soal yang termasuk kategori valid yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 15, 16,17, 19, 20, 21, 22, 23, 24,dan 25, sedangkan yang lainnya dibuang. Perhitungan analisis butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.

53

F. Metode Analisis Data

1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif NHT Perlakuan diberikan pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS, yaitu dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa yang heterogen. Tiap siswa dalam kelompok diberi nomor 1-4. Guru mengajukan pertanyaan kepada tiap kelompok dengan membagikan LKS pada tiap kelompok, LKS tersebut didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok sedang guru berkeliling dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Guru menunjuk salah satu kelompok dan salah satu nomor dalam kelompok tersebut tanpa memberitahu terlebih dahulu untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab terhadap dirinya agar memahami jawaban hasil diskusi. Pada tahap terakhir setiap siswa diberikan soal latihan sebagai evaluasi. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan sampel dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis penelitian.

54

a. Analisis Data Awal 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu nilai ulangan harian matematika dari materi sebelumnya dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas. e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:
Zi = Xi X , S

dimana S adalah simpangan baku dan X adalah rata-rata sampel (Sudjana, 2002: 138). f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel. g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva =
2 Ei K

(Oi Ei )2 ,
Ei

55

dengan 2 Oi Ei = Chikuadrat = frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chikuadrat dengan tabel Chikuadrat

2 dengan taraf signifikan 5% dan dk=k-3


i) Menarik kesimpulan, jika

2 hit < 2 tabel , maka data

berdistribusi normal. (Sudjana, 2002: 273) 2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: Ho Ha = sampel homogen = sampel tidak homogen Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut: Fhitung = Varians terbesar Varians terkecil ,

(Sudjana, 2002: 250)

56

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan = 5 % dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen. 3) Uji Kesamaan Rata-Rata Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis: Ho Ha
1 2

= 1 = 2 = 1 2 , = rata-rata data kelompok eksperimen = rata-rata data kelompok kontrol

maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:


t= x1 x 2 1 1 s + n1 n 2

dengan s 2 =

(n1 1)s12 + (n 2 1)s 2 2 ,


n1 + n 2 2

(Sudjana, 2002: 239) dengan X1 X2 n1 n2 = nilai ulangan harian kelompok eksperimen = nilai ulangan harian kelompok kontrol = banyaknya subyek kelompok eksperimen = banyaknya subyek kelompok kontrol

57

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika ttabel < thitung < ttabel dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 2 dan tolak Ho untuk harga t lainnya. b. Analisis Data Akhir Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. 1) Uji Normalitas Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkahlangkah uji normalitas pada analisis data awal. 2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkahlangkah uji homogenitas pada analisis data awal. 3) Nilai rata-rata hasil belajar sampel Rumus yang digunakan adalah: X=

x
n

dengan
X

: nilai rata-rata hasil belajar : jumlah siswa


i

: jumlah seluruh nilai hasil belajar

58

4) Uji Ketuntasan Belajar Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan belajar yaitu jika ratarata hasil belajar siswa mencapai minimal 65 (untuk interval 0-100) (Mulyasa, 2003). SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal) untuk pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar yang ditetapkan SMP N 6 Semarang adalah 65. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0
Ha

: < 65
: 65

Rumus yang digunakan adalah: t= x 0 , S n

dengan
x = rata-rata hasil belajar

S n

= simpangan baku = banyak siswa = 65

Dengan uji pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak jika t hitung > t (1 )(n 1) (Sugiyono, 2005: 101).

5) Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Untuk mencari interval taksiran rata-rata digunakan rumus: x - tp s n < < x + tp s n

59

dengan tp = nilai t didapat dari daftar student dengan p = dan dk = n -1 1 (1 + ) 2

= koefisien kepercayaan (Sudjana, 2002:202)

6) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan) Hipotesis yang digunakan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut: H0 Ha : 1 2 : 1 > 2

Keterangan : 1 : hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS 2 : hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) melalui pembelajaran dengan metode konvensional. Karena kedua kelompok homogen, maka uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t= X1 X 2 1 1 + s n1 n 2 ,

60

dengan s2 =

(n1 1) s12 + (n 2 1) s 2 2
n1 + n 2 2 ,

keterangan: X1 X2
n1 n2

= rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

s1

s2

s2

dengan dk = (n1 + n 2 2 ) , kriteria pengujian terima H0 jika t < t tabel dengan menentukan taraf signifikan = 5% peluang (1- ) (Sudjana, 2002: 243).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah hasil eksperimen untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang pada materi pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (kubus dan balok). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data dari hasil penelitian. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. 1. Analisis Data Awal Analisis data awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan atau sama. Data yang digunakan adalah nilai tes ulangan harian matematika pada materi sebelumnya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26. Pada tahap ini analisis yang dilakukan sebagai berikut. a. Uji Normalitas Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 5,8714. Dengan taraf nyata = 5 % dan dk = 4, diperoleh 2 tabel = 9,59. Dengan demikian 2 hitung < 2 tabel , ini berarti

61

62

nilai hasil belajar kelompok ekspeimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27. Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh
2 nilai hitung = 6,095. Dengan taraf nyata = 5 % dan dk = 4, diperoleh

2 tabel = 9,59. Dengan demikian

2 hitung < 2 tabel , ini berarti nilai

hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28. b. Uji Homogenitas Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen didapat

varians = 101,14 dan untuk kelompok kontrol didapat varians = 123,14 sehingga diperoleh Fhitung = 1,218. Dari tabel distribusi F dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang = 45 serta dk penyebut = 45, diperoleh Ftabel = 1.81. Karena Fhitung = 1.218 < Ftabel = 1.81, maka Ho diterima yang berarti varians kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan/ homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29. c. Uji Kesamaan Rata-rata Dari uji kesamaan rata-rata diperoleh thitung = -0,453. Dengan taraf nyata 5% dan dk = 90 diperoleh ttabel = 1,99. Dengan demikian

t tabel < t hitung < t tabel yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen relatif sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30.

63

Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok sampel dalam keadaan sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama). 2. Analisis Data Akhir a. Hasil Uji Normalitas Dari perhitungan data kelompok eksperimen setelah perlakuan diperoleh rata-rata = 74,83; simpangan baku = 13,06; nilai tertinggi = 100; nilai terendah = 43; banyak kelas interval = 7, dan panjang kelas interval = 9 diperoleh 2 hitung = 4,7091. Dengan banyaknya data 46, dan dk = 4, diperoleh 2 tabel = 9,49, dengan demikian 2 hitung < 2 tabel , ini berarti nilai hasil belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) kelompok eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Hasil perhitungan untuk kelompok kontrol setelah perlakuan diperoleh rata-rata = 64,93; simpangan baku = 13,53; nilai tertinggi = 89; nilai terendah = 38; banyaknya kelas interval = 7, dan panjang kelas interval = 8, diperoleh 2 hitung = 5,30. Dengan banyaknya data 46, taraf nyata 5%, dan dk = 4, diperoleh 2 tabel = 9,49. Dengan demikian 2 hitung < 2 tabel . Ini berarti nilai hasil belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok)

64

kelompok kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33. b. Hasil Uji Homogenitas Hasil varians = perhitungan 170,46 untuk dan kelompok eksperimen kontrol diperoleh diperoleh

untuk

kelompok

varians = 183,13. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,07. Dari tabel distribusi F dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang = 45 serta dk penyebut = 45, diperoleh Ftabel = 1,81. Dengan demikian Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan/homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 34. c. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh sebagai berikut: Sampel Kel. Eksperimen Kel. Kontrol Rata-rata Hasil Belajar Simpangan Baku 74,83 64,93 13,06 13,53

d. Uji Ketuntasan Belajar Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok

eksperimen diperoleh thitung = 5,10. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk = 5% dan dk = n 1 = 46 1 = 45, diperoleh t(0.95)(45) = 1,68. Karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar

65

kelompok eksperimen 65, sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36. Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok kontrol diperoleh thitung = -0,04. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk = 5% dan dk = 45, diperoleh t(0.95)(45) = 1,68. Karena thitung < ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen < 65, sehingga dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37. e. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen adalah 70,95 78,71 untuk koefisien p = 0,975 dan dk = 45, diperoleh tp= 2.014. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 38. Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok kontrol adalah 60,91 68,95 untuk koefisien p = 0,975 dan dk = 45, diperoleh tp= 2,014. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 39. f. Uji Perbedaan Dua Rata-rata: Uji pihak Kanan Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar matematika siswa kelas VIIIF dan VIIIH berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok

66

eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t satu pihak yaitu uji pihak kanan. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: Ho : 1 2 Ha : 1 > 2 Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelompok eksperimen
x1 = 74,83 dan rata-rata kelompok kontrol x 2 = 64,93, dengan n1 = 46

dan n2 = 46 diperoleh thitung = 3,57. Dengan = 5% dan dk = 90, diperoleh ttabel =1,66. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata hasil belajar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) dengan pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada rata-rata hasil belajar matematika dengan metode ekspositori. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35.

B. Pembahasan

Dari analisis data awal diperoleh bahwa data berdistribusi normal, Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan yang sama atau homogen. Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS dan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

67

Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS. Keunggulan model pembelajaran kooperatif NHT ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama untuk pengerjaan LKS siswa diberi kebebasan untuk mengerjakan LKS melalui diskusi dengan kelompoknya, bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah

pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pembelajaran dengan metode ekspositori pada awalnya memang membuat siswa lebih tenang karena guru yang mengendalikan siswa. Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru kurang memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum hanya diam saja. Siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru. Pada waktu mengerjakan soal latihan hanya siswa yang pandai saja yang serius mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sedangkan yang lain lebih asyik bercerita dengan temannya. Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelompok diberi tes hasil belajar.

68

Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis. Dari uji normalitas dan uji kesamaan dua varian menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Dari data yang diperoleh rata-rata hasil belajar kelompok kontrol adalah 64,93 dan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen adalah 74,83. Dari hasil uji penguasaan materi diperoleh thitung = 5,10 > ttabel = 1,68, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 65 yang berarti rata-rata siswa pada kelas eksperimen telah menguasai 65% materi dan dari hasil estimasi hasil rata-rata hasil belajar menunjukkan bahwa perkirakan rata-rata hasil belajar antara 70,95<<78,71. Dari uji perbedaan rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan diperoleh thitung = 3,57 dan ttabel = 1,66, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain: 1. Dalam model pembelajaran kooperatif NHT, interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama siswa daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa minder bila harus bertanya

69

menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan demikian siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi. Sedangkan pada pembelajaran konvensional pembelajaran berpusat pada guru sehingga interaksi siswa dengan guru lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan siswa padahal siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru. 2. Siswa yang berada dalam kelas NHT dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang berarti dalam satu kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya proses saling memberi dan menerima dalam kelompok. Siswa dengan kemampuan tinggi akan memberikan

bantuannnya kepada siswa yang berkemampuan di bawahnya, dengan kegiatan tersebut tentunya pemahaman materi yang dipelajari siswa berkemampuan tinggi akan lebih mendalam. Sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah akan semakin mengerti dan paham dengan penjelasan dari temannya. 3. Dalam pembelajaran kooperatif NHT guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.

70

4. Dalam model pembelajaran NHT guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih ditekankan. Sehingga siswa tertantang untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang sulit. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran berpusat pada guru, siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. 5. Dalam pembelajaran NHT siswa diberi kebebasan untuk mengerjakan LKS melalui diskusi dengan kelompoknya. Melalui pengerjaan soal-soal di LKS tersebut siswa dapat menemukan sendiri kesimpulan berupa sifatsifat dan bagian-bagian kubus dan balok serta rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. Sedangkan pada kelas kontrol guru lebih banyak menuntun siswa, menerangkan materi sehingga pengetahuan yang didapat cepat hilang. 6. Dalam pembelajaran NHT siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompoknya sehingga proses pembelajaran tidak monoton. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. 7. Dalam pembelajaran NHT siswa tidak hanya bertindak sebagai pendengar tetapi juga bertindak sebagai narasumber bagi teman-teman satu kelompoknya maupun kelompok lain. Siswa yang dipanggil nomornya

71

akan mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok sehingga dapat melatih siswa untuk berani berbicara di depan. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi, 2003:62) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: a) memudahkan siswa melakukan penyelesaian sosial, b) mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, c) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan, d) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, e) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, f) meningkatkan motivasi belajar intrinsik, g) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 65. Pada pembelajaran kooperatif NHT fungsi guru hanya sebagai fasilitator. Keaktifan siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini. Dengan adanya keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.

B. Saran 1. Pembelajaran kooperatif NHT perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok). 2. Pembelajaran kooperatif NHT perlu terus diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain agar siswa lebih memahami materi.

72

73

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cunayan, Cucun. 2005. Ringkasan dan Bank Soal Matematika SMP/MTs. Bandung: Yrama Widya. Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESAUNIVERSITY. Isti Hidayah dan Sugiarto. 2006. Handout Workshop Pendidikan Matematika-2. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan Pembelajaran Dengan Penggunaan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Dalam Pokok Bahasan Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2 SMP N Muhamadiyah Margoaari Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi S1 Pendidikan Matematika UNNES. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Remaja

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Koopertif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA. Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. Unversitas Pendidikan Indonesia

74

Suherman, Erman & Winataputra , S. 1993. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Semarang. TIM Penyusun KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta. Yusuf. Bab II Kajian Pustaka. http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf diakses tanggal 10 Januari 2007. Zulaiha, Rahmah. 2006. Petunjuk Teknis Penilaian Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai