Anda di halaman 1dari 34

OPTIMIS VERSUS SKEPTIS

(oleh: Kevin E. Davis, Michael J. Trebilcock)

HUBUNGAN ANTARA HUKUM DENGAN PEMBANGUNAN:

Disusun oleh:

Ziggy Zeaoryzabrizkie

Sarah Lasmaria Hutabarat

Rumusan Masalah
1) Apakah hukum merupakan faktor penting dalam menentukan

hasil dalam bidang sosial atau ekonomi dalam masyarakat


berkembang mengingat adanya metode-metode informal sebagai kontrol sosial?

2)
3)

Apakah ada halangan tak terpecahkan dalam bidang ekonomi,


politik dan kultural untuk legal reform yang efektif ? Apakah bentuk legal reform yang paling kondusif bagi

pembangunan.

Pandangan Kaum Optimis


1950 Gerakan Hukum Dan Pembangunan
Modernization Theory Legal Empowerment Alternative

1970 The New Istitutional Economics

The New Constitutionalism


The Internationalists Rule Of Law Optimists

Gerakan Hukum Dan Pembangunan


Modernization Theory
Proses pembangunan dipandang sebagai serentetan tahap atas sebuah pertumbuhan ekonomi yang harus dilalui setiap negara. Agar dapat

berkembang, masyarakat kurang berkembang harus mengalami tahapan


evolusi dari tradisionalisme menuju modernisme yang sama dengan berbagai masyarakat berkembang lainnya. Gerakan ini menekankan

pentingnya reformasi pendidikan dan profesi hukum, dan dalam lingkup


yang lebih kecil, reformasi aturan hukum. Reformasi ini dikatakan akan menstimulasi bentuk-bentuk lain modernisasi.

Gerakan Hukum Dan Pembangunan


Legal Empowerment Alternative
Stephen Golub menekankan perlunya reformasi pendidikan hukum yang memasukan kesempatan bagi siswa hukum untuk membantu kaum tidak mampu melalui klinik hukum dan program lain, mengubah struktur profesi hukum yang memberi akses bagi paralegal untuk memainkan peran lebih dalam memberikan layanan hukum dan menyampaikan informasi hukum secara langsung kepada masyarakat.

The New Institutional Economics


Teori ini menggambarkan desain dan fungsi institusi sektor publik dan pribadi

yang menentukan perkembangan negara melalui insentif yang diciptakan untuk beraktivitas secara produktif atau tidak produktif secara sosial. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa efek dari legal reform dapat menjadi sangat bermanfaat. Pembangunan hanya dimungkinkan apabila institusi hukum yang efisien tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat.
Robert Cooter dan Hernando De Soto berpendapat bahwa akan sangat

berguna bagi norma hukum formal untuk meniru isi norma bukan hukum untuk memastikan bahwa mekanisme informal yang banyak diasosiasikan dengan norma bukan hukum dapat menyokong potensi norma hukum.

The New Institutional Economics


Katharina Pistor berpendapat bahwa sulit untuk mentransplantasikan norma-norma hukum barat dari negara maju kepada negara berkembang karena norma hukum seringkali diungkapkan dengan referensi-referensi kepada norma atau konsep hukum lain, sehingga sulit bagi sebagian besar masyarakat untuk memahami hukum tersebut tanpa memahami hukum asalnya.

The New Constitutionalism


Reformasi konstitusi dipandang sebagai semata komitmen yang mahal yang diambil oleh kaum elit politik untuk memberi sinyal kepada investor bahwa mereka memiliki kekuatan dalam komitmen

terhadap rule of law dan liberalisasi ekonomi.


Secara umum, optimisme mengenai potensi instrumental dari norma konstitusional berfokus pada pandangan bahwa pengaturan konstitusional harus menampilkan tiga atribut, yaitu demokrasi, pemisahan kekuasaan, dan kebebasan pers.

The New Constitutionalism


Demokrasi
Banyak ahli teori pembangunan memandang bahwa demokrasi pada umumnya kondusif bagi pembangunan. Banyak pemikir ini yang berpendapat bahwa demokrasi menimbulkan insentif yang sangat kuat bagi pemimpin politik untuk mengembangkan pembangunan. John Stuart Mill, Immanuel Kant, dan Rodrik juga berpendapat bahwa demokrasi cenderung membuat masyarakat menjadi lebih berjiwa publik dan mudah berkompromi.

Rezim Politik Dasar


(Olson)
Roving Bandits Senantiasa merasakan kegelisahan atas kedudukan dan akan memeras populasi lokal dengan cara merampas kekayaan mereka. Stationary Bandits Memiliki kontrol penuh atas suatu teritori dan mungkin saja memiliki insentif untuk tidak terlalu banyak melakukan perampasan.

Pemimpin Demokratis
Memiliki insentif yang lebih kuat untuk menyebarluaskan konsepsi kepentingan sosial dan hukum yang beriringan dan institusi hukum.

The New Constitutionalism


Pemisahan kekuasaan meningkatkan harga kepada kelompok kepentingan tertentu untuk

Pemisahan Kekuasaan (Separation

merangkul institusi hukum atau politik. Sulit bagi pemerintah untuk secara oportunis bertindak bersebrangan dengan komitmen yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Pemisahan kekuasaan cenderung mendukung kompetisi antar institusi yang berujung pada peningkatan performa masing-masing.

of Power)

Kebebasan Pers

Kebebasan pers dapat menekan penyalahgunaan wewenang dengan cara membatasi


keleluasaan pemerintah untuk memanipulasi media.

The Internationalists
Optimisme mengenai peran reformasi dalam hukum ekonomi internasional

didasarkan pada dampak potensialnya terhadap perdagangan dan investasi


internasional.
Optimisme terhadap reformasi hukum dalam skala internasional juga

didasarkan pada dampak potensial terhadap institusi hukum domestik.


Rezim internasional dapat pula membentuk institusi hukum domestik secara

tidak langsung dengan cara mengganti lanskap politik domestik.

Rule of Law Optimists


Menurut Carothers, optimis tipe ini berfokus pada lingkup dimana keseluruhan sistem hukum menghormati rule of law dibandingkan atribut-atribut yang dimiliki oleh komponen tunggal dalam sistem, sebagai sebuah penentu dalam sebuah pembangunan. Bagi beberapa ahli, rule of law menunjukan serentet karakteristik yang secara intrinsik bernilai dari sebuah sistem hukum; sebagai sebuah tujuan, bukan sebagai

sarana pembangunan. Bagi para ahli yang lain, berfokus pada rule of law
dapat dibenarkan oleh pernyataan bahwa hukum dan institusinya menampilkan fungsi sosial yang krusial dan bahwa mereka harus

mengambil bentuk tertentu dalam melaksanakan fungsi tersebut.

Rule of Law Optimists: Syarat Sistem Hukum


Lon Fuller
Dapat diaplikasikan secara umum,

Joseph Raz
Independensi yudisial harus dapat dijamin,

dipublikasikan, setidaknya dapat diakses,


memiliki prospektif dalam aplikasi, dapat dipahami, koheren,

prinsip keadilan alam harus diawasi,


pengadilan harus dapat mengulik kekuasaan implementasi prinsip lain, dan pengadilan harus dapat diakses dengan mudah; kestabilan hukum, pembentukan hukum harus digiring dengan aturan yang stabil, umum, dan jelas setiap hukum harus stabil, jelas, dan prospektif .

tidak membutuhkan tindakan yang berada di


luar kewenangan pihak yang terkena dampak, tidak sering menjadi subjek perubahan,

mencerminkan keterkaitan antara aturan


yang diumumkan dengan pelaksanaan mereka secara aktual.

Rule of Law Optimists


Berfokus pada negara berkembang, versi minimalis rule of law milik Brian Tamanaha membutuhkan pemerintahan yang dapat mematuhi aturan yang dibentuk oleh otoritas politik dan memperlakukan masyarakatnya dengan menghormati hak dasar manusia, dan harus ada akses kepada yudisial dan pembuat keputusan yang adil dan netral dalam mengadili klaim atau menyelesaikan sengketa.

Menurut Tamanaha, rule of law semacam itu memiliki peran penting


dalam melindungi individu-individu dari pemerintahan otoritatif yang opresif.

Pandangan Kaum Skeptis


Menurut Trubek dan Galanter, pendapat bahwa liberal legalism di

Amerika dapat ditransplantasikan dengan sukses kepada negaranegara berkembang merupakan pendapat yang salah.
Pendekatan skeptis terhadap hukum dan pembangunan dapat

dianggap sebagai sebuah sintesis atas beberapa aliran hukum yang terpisah, termasuk legal pluralism, historical materialism, dependency theory, critical legal studies, dan cultural determinism.

Pandangan Kaum Skeptis


Penting untuk diingat bahwa Trubek dan Galanter menjadi patokan atas setidaknya tiga bentuk skeptisisme:
Skeptisisme mengenai apakah pelaku-pelaku yang terlibat dalam

reformasi hukum saat ini berkemampuan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasi reformasi yang sesuai;
Skeptisisme mengenai apakah sistem hukum benar-benar merupakan

fitur yang dapat dimanipulasi dari suatu masyarakat; dan, mungkin yang terpenting,
Skeptisisme mengenai apakah ada hubungan kausalitas antara

reformasi hukum dan pembangunan.

Pandangan Kaum Skeptis


Masalah Dalam Implementasi Masalah Determinasi Hukum
Path Dependency
Teori Ekonomi Teori Politik Teori Budaya

Alternatif Informal

Masalah Dalam Implementasi


Permasalahan besar dalam perdebatan terkini menyoal hukum dan pembangunan

bukanlah mengenai apakah legal reform dimungkinkan atau apakah legal reform
memiliki potensi untuk menyokong pembangunan, melainkan mengenai tipe pembaruan macam apa yang sesuai untuk diaplikasikan.
Carouthers mengutip, Kleinfeld mengkritik proyek rule of law karena telah

menjadikan pembaruan hukum sebagai tujuan, bukannya sarana. Kleinfeld menambahkan bahwa banyak legal reform yang dipaksakan oleh pelaku asing dalam rangka menaikan kepentingan merka sendiri, semisal keamanan global atau mengekspor nilai-nilai tertentu, bukannya membantu negara-negara miskin untuk

dapat maju.

Masalah Dalam Implementasi


Dalam beberapa negara, legal reform tidak harus berfokus pada institusi hukum yang ada di dalamnya, melainkan akan lebih sesuai apabila mengadaptasi susunan hukum yang berkuasa di dalam negara-negara berkembang yang merangkul aspek-aspek nilai, sejarah, budaya, dan tradisi institusional bagi negara yang mempersiapkan pembaruan semacam itu.

1. Path Dependency

Masalah Determinasi Hukum


Beberapa ahli tampaknya percaya bahwa perubahan institusional biasanya

terjadi secara kebetulan. Douglass North mengacu pada teori path dependency dan berpendapat bahwa perubahan kelembagaan juga tergantung path. North mengklaim bahwa jalan pengembangan kelembagaan, sekali ditetapkan, diperkuat dengan meningkatkan tingkat pengembalian yang merupakan ciri khas dari struktur kelembagaan awal. Oleh karena itu, pengembangan kelembagaan tidak mungkin terganggu bahkan oleh transformasi revolusioner dalam tatanan politik atau hukum. Jelas, path dependency tidak mutlak atau permanen. Menyadari pentingnya peristiwa sejarah dalam membentuk masa kini lembagalembaga hukum masih menyisakan pertanyaan apakah reformis sengaja dapat mengubah jalannya peristiwa saat ini untuk mendorong perubahan hukum yang pada akhirnya menguntungkan masyarakat. Dengan demikian, kita beralih ke teori-teori yang mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi, politik dan budaya yang lebih spesifik yang membatasi ruang lingkup reformasi hukum dalam konteks tertentu.

Masalah Determinasi Hukum


2. Teori Ekonomi
Tampaknya masuk akal bahwa kenyataan dari kurangnya pembangunan

ekonomi dapat mencegah negara-negara berkembang dari berhasil melakukan reformasi hukum tanpa bantuan dari luar. Ada biaya riil terkait dengan pengoperasian lembaga-lembaga hukum yang canggih Ada alasan untuk berhenti sebelum mengasumsikan bahwa kurangnya pembangunan ekonomi menimbulkan kendala untuk menciptakan lembaga-lembaga hukum yang berkualitas tinggi. Pertama, proporsi kekayaan masyarakat dialokasikan untuk pemeliharaan lembaga hukumnya tergantung sebagian pada sifat lembaga-lembaga tersebut. Kedua , lembaga-lembaga berkualitas tinggi mungkin tidak benar-benar menjadi sangat mahal. Ketiga , ditentukan oleh kekayaan karena ada kemungkinan bahwa lembaga-lembaga hukum baik membayar untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, dimungkinkan untuk menutup manfaat dari investasi di lembaga-lembaga hukum dengan mengenakan pajak kegiatan ekonomi yang meningkat yang didorong oleh lembaga membaik.

Masalah Determinasi Hukum


3. Teori Politik
Faktor-faktor politik merupakan penentu penting

apakah reformasi hukum dapat dilakukan dengan sukses. Banyak ahli menunjukkan bahwa kualitas lembaga hukum akhirnya tergantung pada apakah orang-orang yang menjalankan kekuasaan politik tertarik untuk membuat lembaga-lembaga hukum yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan atau sebaliknya terutama tertarik untuk keuntungan mereka sendiri

4. Teori Budaya

Masalah Determinasi Hukum

Selama berabad-abad sejumlah ahli telah menyarankan bahwa faktor-faktor sosial dan

budaya memainkan peran paling penting dalam menentukan tingkat relatif pembangunan. Determinis budaya mengklaim bahwa meskipun ukuran kualitas kelembagaan, faktorfaktor penentu tingkat pembangunan, kualitas kelembagaan itu sendiri pada gilirannya ditentukan terutama oleh faktor budaya. Beberapa ahli menemukan bahwa negara-negara mayoritas Protestan memiliki pemerintah terus-menerus lebih baik daripada negara-negara yang mayoritas Katolik atau Muslim, menunjukkan hipotesis bahwa gereja dan negara yang lebih tajam dipisahkan di negara-negara Protestan, meningkatkan checks and balances, dan Protestan lebih individualistis dan kurang hirarkis dan familistis dari beberapa agama-agama lain, meningkatkan kemungkinan perbedaan pendapat dari kebijakan pemerintah atau praktik yang tidak diinginkan. Sayangnya, meskipun ahli seperti Savigny, Maine dan Watson mengidentifikasi budaya hukum sebagai penentu utama pembangunan hukum, namun agak ragu untuk mengidentifikasi apakah budaya akan membuat lembaga yang mewujudkan tingkat tinggi atau rendah legalitas.

Alternatif Informal
Bentuk skeptisisme biasanya didasarkan pada keyakinan bahwa

sistem hukum sebagai suatu sistem yang melibatkan pemberian norma oleh aktor negara hanyalah salah satu dari beberapa cara yang berpotensi layak kontrol sosial. Norma-norma informal dan lembaga-lembaga yang terkait dengan suku , marga dan masyarakat mungkin juga merusak atau menggantikan normanorma hukum dan lembaga-lembaga hukum . Hal ini membuka kemungkinan bahwa dalam berbagai konteks norma-norma yang didukung oleh salah satu kode moral diinternalisasi atau sanksi yang dikenakan oleh aktor-aktor non - legal - norma-norma informal dapat menyebabkan jenis perilaku penting untuk operasi dari sebuah masyarakat maju , seperti menjaga janji , menghormati norma-norma bersama yang mengatur penggunaan properti , dll.

Alternatif Informal
Kapitalisme di Asia Timur , ditandai oleh jaringan

hubungan , baik antara agen ekonomi dan antara agen ekonomi dan negara , yang beroperasi secara luas di luar sistem hukum formal . Dalam hal ini kapitalisme sistem hukum memainkan peran marjinal dan investasi sangat besar dalam reformasi hukum adalah nilai meragukan . Sejalan dengan hal ini , interpretasi yang paling radikal dari tingkat yang mencengangkan baru Cina pembangunan ekonomi , meskipun peringkat lemah pada kebanyakan kriteria konvensional untuk kualitas hukum dan institusi hukum, menunjukkan bahwa hukum formal dan lembaga-lembaga hukum yang bukan penentu utama pembangunan ekonomi suatu negara dan bahwa mekanisme informal yang mengakui dan melindungi hak milik pribadi dan memastikan kinerja kontrak sering pengganti yang efektif .

APAKAH BUKTI BUKTI YANG ADA MENDUKUNG PENDAPAT KAUM OPTIMIS?

Bukti Yang Mendukung Optimis


Dalam beberapa tahun terakhir, analisis empiris yang paling menonjol dari hubungan antara lembaga dan pengembangan telah menjadi set analisis statistik lintas negara yang dirancang untuk menyelidiki sejauh mana berbagai ukuran kualitas kelembagaan menjelaskan ukuran pembangunan, seperti tingkat pendapatan per kapita, tingkat kematian bayi dan angka melek huruf. Studi-studi ini sekarang terlalu banyak untuk survei secara individual, tetapi secara umum hasilnya mendukung perspektif optimis.

Bukti Yang Mendukung Optimis


Proyek Tata Kelola Bank Dunia melibatkan pengumpulan sejumlah besar langkah-langkah subjektif dari kualitas kelembagaan, yang berarti data yang diperoleh dari salah satu jajak pendapat ahli atau survei warga negara dan mengelompokkan mereka ke dalam enam kelompok: Suara dan akuntabilitas, stabilitas politik, efektivitas pemerintahan, kualitas peraturan, rule of law, dan pengendalian korupsi.

Bukti Yang Mendukung Optimis


Para penulis dari "Governance Matters" menciptakan indeks yang

mengukur kualitas kelembagaan sepanjang masing-masing dari enam dimensi ini serta komposit "governance" index dirancang untuk mengukur kualitas keseluruhan pemerintahan di masyarakat, yaitu : a. GDP per kapita b. Angka kematian bayi c. Keaksaraan Orang Dewasa Mereka menemukan korelasi yang kuat antara masing-masing subindeks kualitas kelembagaan, termasuk aturan indeks hukum, serta indeks komposit governance.
Bagaimanapun , bukti ini tidak sampai ke skeptis , yaitu bahwa

lembaga-lembaga hukum berada di luar manipulasi yang disengaja . Kenyataan bahwa kualitas lembaga-lembaga hukum bervariasi dari waktu ke waktu tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dibentuk oleh kekuatan-kekuatan impersonal yang tidak terkendali yang efeknya bervariasi dari waktu ke waktu .

Pengamatan Skeptis
Namun, ada beberapa alasan mengapa negara analisis statistik lintas dibahas dalam bagian sebelumnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. Studi ini hanya secara terbatas terhadap mengatasi masalah pengetahuan. Sifat kasar dari data yang digunakan dalam studi statistik lintas negara ini memberikan sangat sedikit traksi yang fitur desain kelas yang diberikan lembaga-lembaga hukum yang kausal berkaitan dengan hasil-hasil pembangunan

Pengamatan Skeptis
Ada bukti bahwa pengaturan kelembagaan yang diinginkan

memiliki unsur besar, yang timbul dari perbedaan dalam lintasan sejarah, geografi, ekonomi politik, atau kondisi awal lainnya ini bisa membantu menjelaskan mengapa negaranegara berkembang yang sukses - China, Korea Selatan, dan Taiwan hampir selalu dikombinasikan dengan unsur-unsur yang tidak lazim kebijakan ortodoks. Akibatnya, ada banyak yang harus dipelajari tentang meningkatkan kualitas kelembagaan. Jadi, secara empiris tampaknya ada konsensus yang semakin kuat bahwa lembagalembaga, termasuk lembaga-lembaga hukum, merupakan penentu penting dari pembangunan ekonomi, ada jauh lebih sedikit konsensus tentang apa set optimal lembaga mungkin terlihat.

Kesimpulan
Bahwa institusi merupakan faktor penentu dari pembangunan

ekonomi, ada lebih sedikit konsensus lembaga-lembaga hukum yang penting, dalam proses tersebut. Lembaga yang optimal pada umumnya , termasuk lembaga-lembaga hukum, akan sering dibentuk oleh faktor-faktor spesifik untuk diberikan masyarakat , termasuk sejarah, budaya , dan tradisi politik dan kelembagaan lama berdiri . Para pembuat kebijakan harus berpikir hati-hati dan sederhana tentang apa yang memiliki keunggulan komparatif 'orang luar', terutama luar dari negara maju, dalam mendorong atau membantu negara-negara berkembang untuk memulai pada reformasi hukum, substantif atau institusional: uang, keahlian murni teknis mungkin pengetahuan tentang pengalaman komparatif dengan inisiatif serupa di negara-negara berkembang lainnya, termasuk interpretasi sesuai hati dari prasyarat untuk keberhasilan atau kegagalan dari inisiatif ini.

Kesimpulan
Perbatasan penelitian selanjutnya akan memerlukan analisis dan sensitif konteks-padat karya lebih dari rezim hukum tertentu dan lembaga (baik formal maupun informal) dalam masyarakat tertentu, dan reformasi potensial ada untuk dievaluasi terhadap beberapa set tujuan pembangunan yang luas atau lebih digeneralisasikan.

Terima

Kasih

Anda mungkin juga menyukai