Anda di halaman 1dari 249

1

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE KATA-HUBUNG (LINK WORD METHOD )
( PTK Di SMP Kasih Ananda Kelapa Gading Jakarta Utara )

TESIS

Diajukan Kepada Universitas Islam Jakarta ( UIJ ) untuk memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam Konsentrasi Menajemen Pendidikan Islam M.Pd.I Oleh : Anik Retnowati, S.Pd NIM : 5109037 NIRM:009.01.12.1957

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM JAKARA 1432 H / 2011M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi penghuni di permukaan bumi ini senantiasa berhadapan dengan dimensi waktu, ruang dan berbagai bentuk kebutuhan serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam skala individual maupun skala berkelompok. Di era masyarakat global manusia senantiasa mengalami perubahan besar setiap saat dan setiap waktu untuk itulah di perlukan disiplin ilmu yang mampu menjawab tantangan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang terus menerus. Berkenaan dengan sebagian dari hakekat manusia tersebut dan kemudian di hadapkan dengan berbagai disiplin ilmu sosial, maka terdapat relasi, relevansi, dan fungsi yang cukup signifikan apabila dimensi ruang (permukaan bumi) dengan segala fenomenanya sangat relevan menjadi kajian obyek (bahan) kajian geografi. Sedangkan demensi manusia baik dalam skala individual ataupun skala kelompok (masyarakat dan satuan sosial lainnya) sangat relevan menjadi bahan kajian/telaah disiplin sosiologi dan spikologi sosial. Kemudian dimensi waktu dan peristiwa-peristiwa yang di alami manusia dari waktu ke waktu sangat relevan menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu sejarah, sedangkan dimensi kebutuhan yang senantiasa memiliki karakteristik/sifat keterbatasan ekonomi sangat tepat menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi. Pengetahuan sosial sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain : Siapa dirinya di

tengah atau di hadapan orang lain dan masyarakat? Masyarakat apakah yang saya miliki? Persyaratan-persyaratan apakah yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu yang berikutnya? Pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap orang terutama generasi muda dan jawabannya telah disediakan dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan komprehensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi

keberhasilan transisi dan kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dan dalam rangka membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan prinsip dan semangat kebangsaan. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu ditularkan secara terus menerus untuk pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peserta didik dituntut untuk memahami seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalunya yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. Maka tujuan dari pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, keekonomian, kesejahteraan dan kewarganegaraan. Mengembangkan kemampuan berfikir

pemecahan masalah, keterampilan sosial. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan kompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun slaka international. Fakta, peristiwa dan generalisasi yang terdapat dalam Pengetahuan Sosial berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. Peserta didik dituntut untuk mengetahui tentang fakta, peristiwa konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia baik skala individual ataupun skala kelompok maka untuk memenuhi tuntutan tersebut aktivitas menghafal sangat diperlukan untuk ketercapaian intelektual sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sebab tanpa menghafal peserta didik tidak akan mungkin dapat memahami peristiwa, konsep generalisasi perilaku manusia baik secara individual ataupun secara kelompok. Beberapa sumber akademik maupun sumber-sumber populer telah sepakat bahwa kemampuan dalam mengingat merupakan hal yang mendasar dalam efektifitas intelektual. Menghafal dan mengingat merupakan aktifitas aktif yang cukup menantang. Aktivitas menghafal sebenarnya selalu muncul sepanjang hidup kita di saat lahir dunia artefak dan kejadian-kejadian yang baru telah tersaji di hadapan kita. Kita bertugas untuk memisah-misahkannya dan mengingat elemenelemen yang sudah lebih dulu di berikan nama oleh orang lain atau yang lahir

sebelum kita. Kita dituntut untuk mempelajari kata-kata dan menghubungkannya dengan obyek, kejadian, tingkah laku, dan kualitas yang dihadirkan. Berdasarkan fakta yang telah tersaji di atas maka menghafal merupakan aktivitas penting bagi peserta didik, saat mengkaji dimensi ruang (permukaan bumi) contoh benua, maka peserta didik harus belajar nama-nama Negara, fiturfitur geografisnya, kejadian-kejadian penting dalam sejarahnya agar peserta didik dapat mengambil pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. Guru memberikan informasi kepada peserta didik tentang obyek-obyek yang baru sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, dengan harapan agar peserta didik dapat memaknai dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk kebutuhan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya baik skala individu maupun skala kelompok. Namun pada kenyataannya peserta didik sangat sulit memaknai dimensidimensi waktu, ruang dan peristiwa,di saat guru memberikan informasi tentang materi yang di ajarkan kepada peserta didik terdapat sedikit siswa yang mempunyai kemampuan menghafal yang efektif tetapi terdapat sebagian besar siswa yang mempunyai kemampuan menghafal yang kurang efektif. Yang mengakibatkan ketercapaian kurikulum pelajaran Pengetahuan Sosial menjadi rendah. Guru mencoba membangkitkan ingatan peserta didik tentang informasi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan metode menghafal konvensional, namun peserta didik begitu mudah melupakan informasi yang telah

disampaikan. Peserta didik seakan menganggap informasi yang telah diberikan guru sebagai hal yang remeh, yang tidak terlalu penting untuk diingat kembali, terlebih jika peserta didik mempunyai anggapan bahwa pelajaran Pengetahuan Sosial tidak masuk dalam Ujian Nasional. Kesulitan dalam mengingat kembali informasi atau materi yang telah disampaikan guru kepada peserta didik baik ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan sosial menjadi kendala kemajuan pendidikan terutama Pendidikan Sosial. sehingga rendahnya mengingat materi yang telah diajarkan dapat mengakibatkan rendahnya intelektual yang akan menghasilkan peserta didik kurang mampu dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial sehingga peserta didik tidak mampu merefleksikannya dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Kesulitan dalam menghafal materi yang telah diberikan guru kepada peserta didik menjadikan rendahnya prestasi peserta didik, maka sebagai guru yang professional hendaknya mencermati apa yang terjadi pada peserta didiknya, dan mencari solusi yang efektif agar peserta didik dapat mencapai standar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Penulis mengamati bahwa siswa kelas IX SMP Kasih Ananda yang

berdomisili di Jalan Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara mengalami kesulitan dalam menghafal atau mengingat kembali materi yang diberikan guru kepada peserta didik, khususnya pada pelajaran Pengetahuan Sosial yang mengakibatkan peserta didik sangat sulit memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial, budaya dan ekonomi sehingga peserta didik

tidak mampu untuk mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul dalam masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan belajar atau kesulitan dalam menghafal, guru Ilmu Pengetahuan Sosial mencoba mengubah cara menghafal konvensional dengan menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word Method). Guru mengharapkan cara menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word Method) dapat menjadikan proses menghafal menjadi lebih efektif dan menyenangkan sehingga siswa lebih banyak menyimpan informasi dalam memorinya. Metode kata-hubung (Link-Word Method) telah dikembangkan oleh Sekolah Tinggi Phoenix jurusan Ilmu Sosial di Negara Amerika. Dalam kajian Atkinson (1975) menyatakan bahwa metode kata-hubung ( Link-Word Mentod) sekitar 50 persen lebih efektif dari pada metode hafalan konvensional namun dalam kajian-kajian berikutnya, metode kata-hubung (Link-Word Method) ternyata dua kali lebih efisien bahkan lebih (Presley,1997: Presley, Levin, dan Miller,1981a,1981b). Beliau menyatakan bahwa yang penting, dalam strategi kata-hubung, siswa lebih mudah menyimpan informasi. Lebih banyak yang dihafal, lebih banyak kata-link yang digunakan. Sedangkan penelitian yang cukup lama dilakukan oleh Mastropieri dan Scruggs (1994) beliau telah berhasil menyelesaikan perangkat-perangkat kata-hubung pada kurikulum dengan

perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar. Menghafal dengan menggunakan metode kata-sambung ( Link-Word Menthod ) dapat membuat siswa terbiasa menggunakan link sendiri ketika mereka

sedang belajar materi baru, dan siswa dapat membuat asosiasi sendiri dalam melatih hafalannya. Karena pada metode ini terdapat dua komponen dasar yaitu pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan dihubungkan pada link yang berisi obyek-obyek yang tidak dikenal. Kedua siswa menyediakan asosiasi dalam membangun makna materi baru. Contoh ketika siswa belajar tentang peta buta timur tengah, terdapat Negara Israel di dalamnya, maka untuk mempermudah siswa dalam mengingat Negara Israel maka siswa membangun kata link nya dengan obyek-obyek yang sering di lihatnya, kita ambil contoh dengan obyek rel kereta api maka Negara Israel siswa mengasosiasikannya dengan kata hubung rel kereta api. Dengan metode kata-hubung (Link-Word Menthod) siswa diharapkan dapat menguasai materi dengan lebih cepat dan dapat menyimpannya lebih lama karena pada umumnya dengan strategi-strategi yang lebih cermat akan menemukan kemudahan dalam menghafal materi pelajaran. Bertolak dari pemikiran di atas penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hal ini di lakukan untuk mengkaji upaya guru dalam maningkatkan hasil belajar IPS melalui metode kata- hubung ( Link-Word Method ). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang menjadi sebab rendahnya hasil belajar IPS yang berlangsung di SMP Kasih Ananda :

a. Kurangnya respon siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dikarenakan Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial tidak masuk daftar ujian Nasional b. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk kebutuhan dan peristiwa baik skala individu maupun kelompok c. Metode mengajaran guru yang konvensional, sehingga murid merasa bosan d. Siswa mengalami kesulitan dalam menghafal sehingga siswa tidak dapat menguasai materi dengan benar. e. Kemampuan belajar siswa rendah f. Kurangnya motivasi belajar siswa g. Belum ditemukan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang tepat h. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai i. Kurangnya peran aktif orang tua dalam membimbing siswa belajar di rumah C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pertimbangan banyaknya masalah penelitian dalam

pembelajaran IPS di kelas IX SMP Kasih Ananda Jakarta Utara dan tanpa bermaksud mengabaikan masalah-masalah lainnya yang tidak diteliti, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian tindakan ini pada penerapan metode kata hubung (methode link Word Method) dengan asumsi bahwa methode kata

10

hubung ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPS. Dikarenakan pelajaran IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah. Maka peneliti

membatasi penelitian hanya pada disiplin ilmu geografi kelas IX, semester I, Standar Kompetensi: Memahami kondisi perkembangan negara di dunia, Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi cirri-ciri negara maju dan berkembang dengan Materi Pokok: Persebaran Negara Maju dan Berkembang di Dunia. D. Perumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah penelitian ini, yakni bagaimana penerapan metode kata hubung (Link word method) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada disiplin ilmu georgafi kompetensi dasar pembagian permukaan bumi dan samudera materi pokok negara-negara di masing-masing kawasan benua kegiatan pembelajaran mengamati peta negara-negara di kawasan Benua Asia Tenggara. Maka rumusan masalah ini adalah : 1. Apakah penggunaan metode kata hubung (Link Word Method) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS? 2. Bagaimana mengembangkan metode kata hubung ( Link Word Method) yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS, disiplin ilmu geografi ? E. Tujuan Penelitian Pembelajaran Pengetahuan Sosial, sangatlah penting bagi siswa karena dengan mempelajari Pengetahuan Sosial, siswa akan mempunyai kemampuan untuk memaknai kehidupan dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya baik skala

11

individu maupun skala kelompok serta memaknai masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini yang akhirnya siswa dapat mengantisipasi untuk masa yang akan datang. Salah satu bentuk peningkatan prestasi siswa, pada pelajaran Pengetahuan Sosial adalah dengan cara meningkatkan hafalan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru, namun pada realitanya siswa mengalami kesulitan dalam menghafal materi-materi yang telah disampaikan dan kesulitan menghafal ini menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap gejala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Jika siswa mempunyai hafalan yang efektif, maka akan meningkatkan prestasi akademik di sekolah khususnya pelajaran di bidang Pengetahuan Sosial dan meningkatkan pemahaman tentang gejala yang terjadi di sekitarnya baik skala individu dan kelompok. Siswa mampu memahami fakta, konsep generalisasi sistem sosial budaya sehingga menghasilkannya untuk bersifat kritis dalam situasi sosial yang timbul akibat perbedaan yang terjadi di masyarakat, terampil memperoleh, mengolah, menyajikan informasi geografis, berperilaku rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dan mempunyai kemampuan dalam merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa yang akan datang. Pembelajaran Pengetahuan Sosial sangatlah penting bagi kedewasaan siswa, membentuk kepribadian siswa, membentuk hubungan antar kelompok, memahami perilaku masyarakat terhadap perubahan yang ada, memahami pelaku-

12

pelaku ekonomi dan perjalanan sejarah bangsa. Dengan paparan yang telah disebutkan di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan : 1. Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa tentang Pengetahuan Sosial 2. Meningkatkan hasil belajar Pengetahuan sosial siswa kelas IX SMP Kasih Ananda 3. Membantu siswa agar dapat menjadi penghafal yang efektif dengan metode kata-hubung ( Link-Word Method ). F. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pengembangan profesi guru di SMP. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Siswa Kelas IX (SMP) Kasih Ananda. Bagi siswa SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pengembangan potensi siswa, agar terhindar dari hambatanhambatan yang muncul dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya dalam penghafalkan materi-materi yang diajarkan guru bidang studi IPS pada materi persebaran negara maju dan berkembang di dunia b. Guru SMP Kasih Ananda

13

Bagi guru SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi pedagogic dan professional dalam melaksanakan proses belajar mengajar khususnya bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. c. Kepala Sekolah Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan daya saing SMP Kasih Ananda dengan sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Pegangsaan Dua Kec. Kelapa Gading Jakarta Utara. d. Orang tua Bagi orang tua dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bekal dan konstribusi positif terhadap keberhasilan siswa. e. Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan untuk melaksanakan penelitian lanjutan, khususnya yang terkait dengan penerapan berbagai strategi pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi dan inovasi pembelajaran.

14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai yang paling kompleks.Efektivitas kegiatan belajar tergantung dari tingkat kerumitan jenis kehidupannya. Manusia sebagai makhuk yang unik melakukan kegiata belajar dengan cara dan sistem yang unik. Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, bergantung pada pembuat rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran atau sistem psikologi yang dianut, contoh psikologi daya berpendapat bahwa belajar adalah melatih daya yang dimiliki manusia, dengan melatih daya diharapkan manusia dapat berkembang berbagai daya yang dimikinya sebagaimana mestinya, seperti daya ingat, daya rasa, daya fikir dan sebagainya. Pandangan baru belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman. Pandangan terakhir berpendapat belajar merupakan suatu proses, bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses sebagai alat untuk mencapai tujuan yang di kehendaki dalam pendidikan.

15

Terdapat beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan diantaranya : Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975)

mengemukakan : Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. (Atmowidjoyo, 2009: 75) a. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. (Atmowidjoyo, 2009:75) b. Morgan dalam bukunya Introduction to Psikology (1978) mengemukakan : Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. (Atmowidjoyo, 2009:75) c. Witherington dalam bukunya Educasional Psichology mengemukakan : Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian. (Atmowid joyo, 2009:75) d. Howard L.Kingsley mengemukakan : Belajar adalah suatu proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. (Atmowidjoyo, 2009:75)

16

e. Skiner yang dikutip dari Dimyati dan Mujiono (2006:9) adalah : Belajar adalah suatu perilaku, pada saat belajar, maka responnya menjadi lebih baik sebaliknya jika tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar, respon pembelajar dan terdapat konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Sebagai ilustrasi perilaku respon si pembelajar jika ia telah berbuat baik maka diberi hadiah dan jika perilaku buruk maka diberikan teguran sampai hukuman. f. Rosyada dengan mengutip pendapat Kochhar menyatakan belajar adalah : Sebuah proses yang dengannya memperoleh bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju sebuah peningkatan. Perubahan perilaku tersebut terdiri dari berbagai proses modifikasi menuju bentuk permanen, yang terjadi pada aspek perbuatan, berfikir, sikap dan perasaan. g. Good dan Brophy dalam bukunya Edukasional Psykology mengemukakan : Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat di lihat dengan nyata , proses itu terjadi dalam dir i seseorang yang sedang mengalami belajar. Sehingga dalam belajar diperlukan analisis untuk menemukan persoalanpersoalan yang terjadi selama kegiatan belajar. (Atmowidjoyo, 2009:75) Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu : dalam belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah,

17

berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan dan sikap di mana perubahan itu dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik atau lebih buruk, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, perubahan itu relatif mantap dalam kehidupannya.

2. Teori-Teori Belajar Dalam peoses belajar mengajar perlu diperhatikan beberapa teori belajar agar belajar dapat menjadi efektif. Sebagai seorang pendidik perlu mencoba mengajar dengan cara menguatkan bagaimana anak belajar secara internal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana mestinya yang diharapkan. Terdapat beberapa teori-teori belajar yang paling berpengaruh di bidang pendidikan selama bertahun-tahun diantaranya : teori belajar aliran behaviorisme, Piaget dan Vygotsky, teori IQ, multiple intellegences, teori kognitif dan penelitian otak. a. Teori Belajar Behaviorisme Behaviorisme di kembangkan pada tahun 1920-an sampai 1930-an oleh para psikologi seperti Skiner, Pavlov, dan Thordike. Teori ini masih memiliki pengaruh yang kuat pada praktik pendidikan, atau teori pendidikan. Behavioral learning teory menekankan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil utama proses belajar. Para pakar teori ini berkonsentrasi pada fenomena yang dapat di observasi secara langsung dengan menggunakan metode ilmiah yang dipinjam dari ilmu pengetahuan alam. Skiner menganggap semua studi tentang perilaku yang tidak dapat di observasi (mentalisme) tidak ilmiah

18

(ODonohue dan Ferguson, 2001: Hilgard, 1995). Tetapi Bandura (1995) mengembangkan pandangan mereka dengan memasukkan aspek ekspektasi, pikiran, motivasi, dan kenyakinan. Belajar merupakan sesuatu yang dilakukan orang untuk merespon stimuli eksternal. Dimana ketika orang dapat merespons keadaan tertentu ketika dihadapkan pada suatu kondisi. Behavioral conditionisional terjadi bila respon terhadap stimulus diperkuat. Atau terdapat sistem umpan balik sederhana bila reward (hadiah) atau penguatan mengikuti respon terhadap suatu stimulus. Hadiah dan hukuman merupakan bagian penting teori belajar behaviorisme konsekuensi yanng menyenangkan, atau reinforcer, menguatkan perilaku sedangkan konsekuensi yanng tidak menyenangkan atau punisher dapat memperlemah perilaku. Temuan Skinner ini masih menjadi dasar bagi banyak sistem manajeman perilaku sekolah dan bagi banyak penelitian tentang pengajaran efektif (misalnya, Muijs dan Reynolds, 2003). Dapat disimpulkan bahwa aliran behaviorisme ini beranggapan bahwa kesan dan ingatan merupakan kegiatan organisme manusia yang tidak dapat teramati tetapi kelakuan jasmani dapat teramati, lewat kelakuan itulah dapat menjelaskan tentang jiwa manusia, melalui kelakuan merupakan jawaban terhadap stimulus dari luar sehingga belajar dapat diartikan hubungan antara stimulus dan respon (S-R) hubungan ini dapat diperkuat atau diperlemah bergantung pada latihan yang diadakan. Sebagai implikasinya dengan mempelajari kelakuan manusia dapat disusun program yang serasi dan memuaskan. b. Piaget dan Vygotsky

19

Jean Pieget adalah seorang psikolog Swiss yang sebelum perang dunia ke dua memulai pekerjaannya tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Jika kaum behaviorisme melakukan observasi menggunakan eksperimen laboratorik maka Piaget melakukan observasi langsung terhadap anak-anak. Menurut Pieget, beberapa pengaruh utama perkembangan kognitif (perilaku dalam bentuk bagaimana anak mengenal alam sekitarnya sepeti mengamati, memikirkan, mengingat dan mencipta) adalah apa yang diintilahkan dengan maturation (maturasi, kematangan), activity (aktivitas) Semakin

meningkat kematangan anak semakin meningkatkan kemampuan anak dalam menghadapi lingkungannya. Yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan proses berfikir anak, social transmission (transmisi sosial), belajar dari orang lain, pada saat anak menghadapi lingkungannya anak akan berinteraksi dengan orang lain dengan demikian anak akan belajar dengan mereka dengan tingkat belajar yang berbeda tergantung dari perkembangannya sesuai dengan tahapan-tahapan. Tahapan sensori motor (0-2) tahap dimana bayi mengenal dunianya dengan tindakan informasi inderawinya, tahap operasional konkret (7-12) anak mulai berfikir logis dan sistematik tetapi masih terkait dengan realitas fisik. Tahap operasional formal (12+) anak mampu membayangkan tentang dunia ideal yang tidak ada, dan karakteristik lain adalah adanya egosentris remaja. Salah satu temuan penting dari Piaget adalah tumbuh bukan sekedar berarti tahu lebih banyak tetapi melibatkan cara berfikir kita. Vigotsky adalah psikolog Rusia yang bekerja dalam kurun waktu yang sama dengan Piaget, meskipun ia meningal dalam usia yang lebih muda. Ia

20

berkonsentrasi pada cara-cara dimana belajar adalah sebuah proses social. Kita belajar melalui interaksi dengan orang lain baik yang umurnya sebaya dengan kita atau pun yang lebih tinggi. Proses ini bekerja melalui scaffolding (penopangan) di dalam zone of proximal development (ZPD). ZDP adalah gap (kesenjangan)

antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan apa yang dapat dilakukanya dengan bantuan orang lain yang lebih ahli dibanding dirinya sendiri. Scaffolding mengacu pada bagaimana orang lain dapat membantu kita menjembatani kesenjangan. Ide Vygotsky dapat berpengaruh pada program belajar kolaboratif antara peran guru, orang dewasa dan teman sebaya untuk meningkatkan hasil belajar. Hal yang ditekankan pada penelitian ini adalah pentingnya interaksi dengan wakil-wakil budaya yang masih hidup. c. Teory IQ Teory IQ merupakan teori yang memiliki pengaruh abadi di bidang pendidikan. Teori IQ adalah teori IQ ( Intellgence Quotient). Teori ini menitik beratkan pada konsep intelegensi (kecerdasan), yang dilihat sebagai penentu kemampuan untuk belajar, untuk mencapai prestasi akademik dan untuk mengambil peran pemimpin di dalam masyarakat. Teori ini mengatakan bahwa orang memiliki intellgensi umum dasar, yang akan memprediksi seberapa baik kemampuan mereka untuk belajar dan berprestasi di sekolah (Howe,1997). Teori IQ ini berkembang pada abad dua puluh dikembangkan oleh William Stern yang menyatakan bahwa inti kecerdasan dibawa sejak lahir. Banyak psikologi AS dan Eropa mendukung kesimpulan ini Terman dan Binet mengembangkan instrumen-instrumen yang dirancang khusus untuk mengetahui

21

intelegensi bawaan orang dengan menggunakan metode statistik, Thurstone dan Spearmen mengembangkan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis ini menggunakan pertanyaan di dalam tes. Pada dasarnya tes yang dilakukan untuk mengukur sebuah sebuah faktor besar yang si sebut G atau general intelligence (integensi umum). Pada penelitian selanjutnya bahwa IQ dapat dinaikkan melalui intervensi pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa intelgensi tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir melalui program CASE di Inggris (Adey dan Shayer, 2002). Tetapi bakat umum dasar mempengaruhi prestasi murid diberbagai pelajaran. d. Multiple Intelligences Pencetus teori ini adalah Howard Gardner (1983) dengan diterbitkanya Frames of Mind. Gardner memiliki pandangan yang berbeda dengan teori IQ menurutnya, orang tidak punya intelegensi umum tetapi ditandai dengan serangkaian intelgensi. Jadi dapat dikatakan cerdas secara global. Gardner (19831993) membedakan tujuh macam inteligensi utama yaitu : a) Visual/spatial intelligence : ini adalah kemampuan untuk mempersepsikan hal-hal yang bersifat visual kecerdasan ini cenderung berfikir dalam bentuk gambar dan menciptakan gambaran mental untuk menyimopan informasi. Mereka cenderung menikmati melihat gambar, grafik, film dan

semacamnya. b) Verbal/Linguistic intelligence : ini adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata dan bahasa, mereka memiliki kemampuan autorik yang tinggi atau pembicara yang elegan, kemampuan ini dapat diukur oleh verbal tes IQ.

22

c) Logical/mathematical

intelligence

ini

adalah

kemampuan

untuk

menggunakan penalaran, logika, dan angka-angka. Mereka cenderung berfikir konseptual dalam bentuk logis dan numerik bereka banyak bertanya dan bereksperimen. d) Bodily/kinaesthetic intelligence : ini adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan menangani obyek-obyek dengan terampil, mereka memiliki keseimbangan antara mata dan tanngan. Mereka mampu mengingat dan memproses informasi. e) Musical/rhytikmic intelligence : ini adalah kemampuan untuk memproduksi dan mengapresiasikan musik, mereka cenderung berfikir dalam bentuk suara, ritme dan pola. Mereka juga sensitif terhadap suara dan mereka juga bersikap manipulatif. f) Intrapersonal intelgence : ini adalah kemampuan untuk melakukan refleksidiri dan menyadari keadaan batiniahnya sendiri. Serta memahami kekuatan kelemahan dirinya. g) Interpersonal (Cerdas Bergaul/People Smart ) Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan kerjasama dengan orang lain. h) Naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart)Anak senang belajar dengan cara pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan hanya menyenangi sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang rumit. i) Existential( cerdas makna existence smart )

23

Anak belajar sesuatu dengan melihat gambaran besar, Mengapa kita di sini? Untuk apa kita di sini? Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar. Pada teori multiple intellgences dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki semua kecerdasan tersebut tetapi berada pada derajat yang berbeda. e. Teori Kognitif dan Penelitian Otak Menurut pandangan ahli psikologi kongnitif bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi (ingatan) atau tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Sehingga peran ingatan sangat penting dalam proses belajar. Ingatan terdiri dari tiga bagian penting : sensory buffer, working memory, dan long-term memory. Ingatan bekerja dengan cara sebagai berikut : pengalaman dicatat dalam memory buffer (ingatan jangka pendek) kemudian dikonversikan menjadi bentuk dimana pengalaman itu dipakai dalam working memory dan ingatan jangka pendek. Sensory buffer dapat mencatat informasi tetapi tidak mampu bertahan lama melainkan hanya dalam waktu yang singkat, yang sebagian disalurkan pada working memory (proses berfikir dilakukan). Bagian ingatan ini berisi dari memory buffer dan ingatan jangka panjang tetapi memiki ingatan yang terbatas untuk menyimpan informasi, working memory ini berisi informasi yang digunakan secara aktif pada saat tertentu. Dapat disimpulkan bahwa menurut teori kognitif, memorisasi dan membentuk hubungan merupakan dua komponen krusial dalam belajar.

24

Penelitian otak, teori ini menunjukkan bahwa otak adalah pembuat pola. Otak sangat senang mengambil informasi secara acak dan kacau lalu di tertibkannya. Otak, bila dimungkinkan untuk mengekpresikan perilaku

membentuk polanya, membentuk korehensi dan makna. Maka belajar dapat diselesaikan dengan baik bila kegiatan belajar yang dikaitkan secara langsung dengan pengalaman fisik. Implikasi penerapan penemuan ini yang terkait dengan koherensi dan makna bahwa belajar difasilitasi di dalam sebuah lingkungan pencelupan total di dalam banyak pengalaman interaktif kompleks yang di

dalamnya termasuk metode-metode pengajaran tradisional sebagai bagian pengalaman yang lebih besar (Lacky,2003,Kutolak, 1996). Penelitian otak menunjukkan bahwa otak terus tumbuh dan berubah sepanjang hidup proses perkembengan ini paling nyata di tahap perkembangan tertentu, yang dianggap sebagai jendela kesempatan untuk belajar. Yaitu pada masa kanak-kanak karena pada masa ini terjadi proses selektif menguatkan dan melemahkan berbagai hubungan di dalam otak secara selektif di dalam keadaan paling intens biasanya terjadi pada usia antara 2 dan 11 tahun, pada periode ini otak menuntut input-input penstimulusi tertentu dan ekstensif untuk menciptakan dan mengonsolidasikan berbagai jaringan syaraf, khususnya dalam bidang bahasa, kontrol emosional dan belajar memainkan musik. Meskipun orang dapat belajar di luar periode ini, tetapi apa yang diperoleh selama periode jendela kesempatan ini krusial bagi apa yang dipelajari selanjutnya (Sousa, 1998). Penelitian otak adalah bidang yang berkembang pesat di psikologi yang menghasilkan temuan-temuan berharga bagi para pendidik. Salah satu temuan

25

adalah kita dapat belajar dengan baik bila kita belajar dengan tertantang tetapi tidak stres. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa salah satu penemuan dari penelitian otak ini adalah bahwa otak dapat membentuk pola-pola tertentu, hal ini mengisyaratkan kepada pendidik bahwa perlu memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menciptakan pola-pola. Penelitian ini pula memberikan informasi bahwa kita dapat belajar seumur hidup, tetapi masa kanak-kanak awal merupakan periode kunci dalam mengembangkan kapasitas untuk belajar.

3. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik hendaklah

memperhatikan prinsip-prinsip belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan efektif ada beberapa pendapat para pakar pendidikan yang semuanya mempunyai sudut pandang yang berbeda sesuai dari sudut pandang masingmasing, prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut : a) Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

26

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : 1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya. 2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan. 3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa. 4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya. 5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu. b) Prinsip Motivasi (Motivation) Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anakanak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam

27

lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak. Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan. 1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini. 2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar. 3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu. 4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah. 5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung

meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.

28

6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi. 7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku. 8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar. 9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan. 10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. 11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. c) Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan :

29

a)

Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.

b) Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya. c) Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri. d) Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya. e) Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat. f) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka. g) Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya. d) Prinsip Tujuan Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

30

1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. 2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat 3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya. 4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai 5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku. 6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai. 7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat

mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun. 8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar. e) Prinsip Perbedaan Individual Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang, Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu

memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan

31

menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut. Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat : 1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda. 2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri. 3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya. 4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya. 5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat. 6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang

32

lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar. f) Prinsip Transfer dan Retensi Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru. Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat : 1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi. 2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik. 3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata. 4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.

33

5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer. 6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan. 7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang

menyenangkan. 8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut. 9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubunghubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa. 10. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat. 11. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

34

g) Prinsip Belajar Kognitif Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif. 1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif benarbenar terjadi. 2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada. 3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif. 4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai. 5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.

35

6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking). 7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran. h) Prinsip Belajar Afektif Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia

menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu. Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif. 1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif. 2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif. 3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.

36

4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung. 5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan. 6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok. 7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah. 8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas. 9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya. i) Proses Belajar Psikomotor Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor. 2. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.

37

3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor. 4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik. 5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat. 6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor individu. 7. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor. 8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata. 9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat. j) Prinsip Evaluasi Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan

38

yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai

pengalamannya. Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar. 2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar. 3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar. 4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan. 5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya. 6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang. 7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi. Selain pendapat di atas terdapat pendapat lain yang dikemukakan oleh William H. Burton dalam bukunya The Guidance of Learning Activities seperti yang dikutip oleh Atmowijoyo (2009:82) ia berpendapat bahwa terdapat prinsipprinsip belajar sebagai berikut :

39

1. Belajar hanya akan berhasil jika siswa melihat tujuan pelajaran itu, hendaknya tujuan itu di tentukan oleh murid sendiri. 2. Tujuan itu hendaknya timbul dari kehidupan siswa yang berhubungan dengan kehidupannya 3. Jika tujuan itu bermanfaat bagi siswa ,ia akan tekun dalam menghadapi rintangan dan kesulitan yang terjadi dalam peoses belajar 4. Hasil pelajaran dapat di lihat dari adanya perubahan pola kelakuan yang akan berlangsung bagi kehidupan siswa selanjutnya. 5. Proses belajar terutama terdiri dari perbuatan hal-hal yang harus di pelajari di samping bermacam-macam hal lain yang membantu proses belajar. 6. Kegiatan belajar serta hasilnya berpusat dan berhubungan dengan suatu tujuan 7. Pelajar bereaksi sebagai keseluruhan, serempak baik secara jasmani, rohani maupun secara emosional. 8. Siswa itu bereaksi terhadap sebagian dari lingkungan yang mengandung arti baginya 9. Dalam proses belajar siswa itu di bantu oleh orang-orang di dalam lingkungannya, agar proses belajar efisien 10. Siswa dapat mengejar tujuan-tujuan lain di samping tujuan utama yang berhubungan dengan tujuan utama. Sedangkan prinsip belajar menurut pendapat Abu Ahmadi dalam bukunya Teknik Belajar Yang Tepat (1982) seperti yang dikutip Atmowijoyo (2009:83) berpendapat :

40

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai tharapan-harapannya 2. Belajar memerlukan bimbingan,baik dari guru atau dari buku pelajaran 3. Belajar memerlukan pemahaman akan hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian. 4. Belajar memerlukan latihan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai 5. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dan lingkungannya. 6. Belajar harus disertai keiginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. 7. Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menterapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari. Beberapa prinsip belajar di atas dapat menjadi bahan kajian atau pertimbangan yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar agar proses belajar dapat terarah dengan tepat dan menghasil kan kualitas belajar yang benar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa Prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dibahas di atas hanya memberikan petujuk umum tentang belajar. Sehingga prinsip-prinsip belajar tidak dapat dijadikan sebagai hukum belajar sehingga bersifat mutlak. Jika tujuan belajar berbeda maka cara belajar harus berbeda. Maka guru harus memperhatikan

41

bagaimana siswa belajar dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa belajar sehingga guru dapat mengambil strategi pengajaran yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Terdapat faktor-faktor belajar yang mempengaruhi belajar siswa seperti yang diungkapkan oleh pakar pendidikan diantaranya : Faktor-faktor belajar yang dikemukakan oleh (Oemar Hamalik,2007,109) sebagai berikut : a) Kegiatan Belajar Belajar memerlukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motorik dan kegiatan lainnya, yang bertujuan agar anak didik memperoleh pengalaman guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai serta meningkatkan ketrampilan. Pengajaran dianggap efektif jika anak bersikap aktif, sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. b) Latihan dan Ulangan Belajar akan lebih mantap jika siswa diberikan latihan secara berkala dan terbimbing dengan jalan relearning, recalling dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat di pahami. c) Kepuasan dan Kesenangan Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar itu memberikan kepuasan kepada siswa. Kepuasan akan tumbuh jika siswa mengetahui kemajuan belajarnya, sedangkan kegagalan akan memunculkan rasa frustasi yang tidak diharapkan.

42

d) Asosiasi dan Transfer Berbagai pengalaman yang diperoleh baik itu pengalaman lama atau baru, harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan. Pengalaman dari satu situasi perlu diasosiasikan dengan pengalaman dari situasi lain sehingga memudahkan transfer hasil belajar. Berkaitan dengan transfer, sering dibahas tiga teori diantaranya : 1) Teori dan disiplin formal. Pembentukan berbagai daya pada manusia dapat dibentuk melalui latihan akademis. 2) Teori unsur-unsur dan identik ,transfer terjadi jika di antara dua situasi atau kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan 3) Teori Generalisasi, tranfer terjadi jika siswa memiliki pengertian atau kesimpulan umum e) Pengalaman Masa Lampau dan Pengertian Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa akan memudahkannya menerima pengalaman baru, pengalaman dan pengertian masa lampau tersebut menjadi dasar serta pengalaman apersepsi. f) Kesiapan dan Kesediaan Belajar Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar, kesiapan di sini mengandung arti kesiapan mental, sosial, emosional dan fisik. Kesiapan memudahkan para siswa untuk belajar mencapai keberhasilannya g) Minat dan Usaha Kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Minat akan

43

muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa menyadari kaitan hal yang dipelajarinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. h) Fisiologis Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian sepenuhnya, karena kondisi fissiologis ini sangat berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar. Keberhasilan atau kegagalan belajar ditentukan oleh faktor fisiologis siswa itu sendiri. i) Intelegensi dan Kecerdasan Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan intelegensi siswa seperti cerdas, atau lamban. Maka dalam proses belajar mengajar hendaklah memperhaikan faktor ini sehingga siswa mampu menyerap materi yang diberikan guru yang pada akhirnya memberikan hasil belajar yang memadai. Faktor-faktor belajar di atas perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam proses belajar mengajar, agar hasil belajar siswa sedapat mungkin tercapai sesuai dengan target yang dirumuskan sesuai dengan harapan lembaga pendidikan yang terkait. Selain pendapat di atas terdapat pula pendapat para ahli pendidikan seperti (Atmowidjo,2009:83) menyatakan terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya : a) Faktor Internal

44

Faktor internal ini adalah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi siswa termasuk fisik maupun mental, misalnya rasa aman, kesehatan, kemampuan, minat dll. Hal ini ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. b) Faktor Ekternal Faktor ekternal ini adalah faktor yang berasal dari luar siswa seperti alat pelajaran, ruang belajar dan lain-lain. Serta lingkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya. Faktor ekternal dapat di bagi sebagai berikut : 1) Lingkungan keluarga yang meliputi : a) Cara mendidik : jika orang tua dalam mendidik anaknya denngan penuh kekerasan maka di sekolah kelak akan menjadi anak penakut, atau jika orang tua dalam mendidik anaknya dengan memanjakannya maka jika anak sekolah kelak akan cenderung menjadi anak yang tidak mempunyai tanggung jawab dan takut menghadapi tantangan. b) Suasana keluarga : Hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap belajar siswa, jika dalam keluarga terjadi kekakuan dan hubungan antara keluarga tidak intim maka akan menurunkan semangat belajar siswa, tetapi jika hubungan antar keluarga terjadi keharmonisan maka akan menimbulkan semangat dan motivasi belajar siswa. c) Pengertian Orang tua : Pengertian dari orang tua sangat diharapkan dalam memotivasi belajar siswa, jika anak terbebani dengan tugastugas rumah yang di berikan orang tua maka akan menimbulkan turunnya motivasi belajar siswa.

45

d) Keadaan sosial ekonomi keluarga : Dalam belajar anak membutuhkan sarana dan prasarana yang terkadang membutuhkan harga yang mahal, bila keadaan ekonomi tidak memungkinkan maka akan menghambat belajar anak, namun kendati demikian anak sedapat mungkin harus diberikan pengertian. Agar semua kendala dapat teratasi. e) Latar belakang kebudayaan : Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap belajar siswa, untuk itu maka sangatlah di perlukan memberikan contoh atau menanamkan kebiasaankebiasaan baik kepada anak agar mendorong semangat belajar anak. 2) Lingkungan Sekolah yang meliputi : a) Interaksi guru dan murid : jika dalam berinteraksi antara guru dan murid kurang harmonis maka dapat menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar siswa, hal ini disebabkan siswa merasa jauh dengan guru sehingga siswa enggan untuk berpartisipasi langsung dalam belajar. b) Cara Penyajian : Dibutuhkan inovasi dalam mengajar agar dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, jika guru hanya menggunakan metode ceramah dalam belajar maka siswa cenderung untuk pasif dalam belajar, siswa cenderung hanya menulis dari ucapan guru. c) Hubungan antar murid : jika dalam kelas terdapat kelompok-kelompok yang kurang sehat yang saling bersaing, (klik) dan kurang mendapatkan pembinaan dari guru maka hal ini pula dapat

46

menghambat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar untuk itu diperlukan kebijaksanaan guru untuk mengatasi hal ini agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif. d) Standar pelajaran di atas ukuran : Sering guru berpendapat meningkatkan standar pelajaran dengan dalih meningkatkan mutu

pendidikan, akibatnya anak merasa tidak mampu untuk mengikuti pelajaran sehingga anak takut pada guru. e) Media Pendidikan : Media pendidikan mutlak dibutuhkan dalam belajar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, seiring semakin banyaknya siswa yang masuk sekolah maka diperlukan media pembelajaran yang cukup memadai misalnya buku, laboratorium, media pendidikan dan lain-lain. f) Kurikulum : Guru dituntut untuk mempunyai program perencanaan yang benar agar dapat melayani siswa belajar secara individual. g) Keadaan Gedung : Keadaan gedung harus memadai antara jumlah siswa dengan kapasitas gedung, agar siswa tidak duduk berjejal-jejal di dalam kelas yang pada ahirnya dapat menghambat proses belajarmengajar siswa. h) Waktu Sekolah : Dengan bertambahnya jumlah anak yang masuk sekolah sedangkan tidak disertai dengan penambahan gedung sekolah yang cukup, maka menyebabkan siswa terpaksa masuk sekolah siang atau sore hari, hal ini kurang dapat dipertanggung jawabkan.

47

i) Pelaksanaan Disiplin : pelaksanaan disipin di sekolah sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, pelaksanaan disiplin yang ketat, kaku dan mati membuat siswa enggan untuk belajar begitu pula jika disiplin dilaksanakan dengan penuh toleransi tanpa ada ukuran yang jelas akan membuat siswa tidak termotivasi untuk berbuat disiplin yang pada ahirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. j) Metode Belajar : Cara belajar yang keliru dapat menghambat

keberhasilan siswa dalam belajar contoh jika siswa hanya belajar jika ada ulangan saja, sehingga dalam belajar siswa menggunakan waktu yang berlebihan dan melupakan waktu istirahat. Untuk itu diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat mngetahui cara belajar dengan baik dan benar. k) Pekerjaan Rumah (PR) : PR yang terlalu banyak dapat menghambat proses belajar siswa. 3) Lingkungan Masyarakat meliputi : a) Mass Media : Mass media seperti tv, radio, bioskop, internet, novel dan lain-lain dapat menghambat proses belajar siswa jika dalam penggunaan media tersebut siswa bersikap secara berlebihan sehingga melupakan tugas belajar, yang pada ahirnya mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memadai. b) Teman Bergaul : Dalam kehidupan anak, pergaulan dan teman dapat membentuk kepribadian dan sosialisasi anak, untuk itu agar orang tua

48

memperhatikan anak agar mendapatkan teman bergaul yang baik sehingga dapat bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. c) Kegiatan dalam Masyarakat : tidak jarang anak mempunyai kegiatan di luar rumah seperti pencak silat, tari ,drama dan lain-lain, hal itu baik untuk anak agar mengembangkan kreativitasnya, namun jika berlebihan akan menghambat belajarnya. d) Cara Hidup Lingkungan : Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, jika anak tinggal di lingkungan yang rajin belajar maka akan memberikan motivasi belajar yang baik, namun jika anak tinggal dalam lingkunngan yang kurang kondusif maka akan mengganggu belajar siswa. Yang pada ahirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebagai pendidik, dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat belajar siswa, sehingga guru dapat mencari solusi jika ditemukan faktor-faktor penghambat tersebut dan guru dapat menemukan metode yang tepat dalam mentransfer ilmunya. Sehingga proses belajar dapat berhasil sesui dengan yang diharapkan.

5. Hambatan-Hambatan Dalam Belajar Dalam proses belajar siswa, tidak selamanya berjalan dengan baik terdapat hambatan-hambatan yang menjadi penghambat belajar anak, yang dapat diteliti dengan seksama maka

menurunkan kualitas hasil belajar siswa. Jika

49

hambatan itu dapat digolongkan menjadi hambatan yang bersifat Endogen dan Eksogen. a) Endogen: Hambatan endogen ini adalah hambatan yang berasal dari dalam anak sendiri biasanya bersifat : 1. biologis biasanya cacat badan phisik anak, kurang makan dan lain-lain 2. spikologis, hambatan bersifat psikis seperti perhatian, motivasi, bakat, IQ, dan lain-lain. b) Eksogen : Hambatan yang berasal dari luar diri anak, seperti orang tua dengan cara mendidiknya, hubungan orang tua dengan anak, suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, latar belakang kebudayaan, lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya dimana anak berinteraksi apakah tinggal di lingkungan kumuh, lingkungan terpencil, lingkungan padat penduduk, lingkungan industri, lingkungan perkampungan, tinggal di desa atau di kota hal ini dapat mempengaruhi kepribadian siswa yang berdampak pada cara belajar siswa. Faktor yang datang dalam diri pelajar terutama kemampuan yang dimiliki, faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping kemampuan, faktor lain yang juga mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang ialah motivasi belajar, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan faktor psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri pelajar merupakan hal yang logis, jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi sejauh mana usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula hasil belajar yang akan dicapai.

50

Meskipun demikinan hasil belajar yang dicapai oleh pelajar masih dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar dirinya, yaitu lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran guru, oleh sebab itu hasil belajar si sekolah dipengaruhi oleh kapasitas pelajar dan kualitas pengajaran.

B. Hakekat Hasil Belajar 1. Manisfestasi Perilaku Belajar Hasil belajar mengandung arti terdapat perubahan pada diri pelajar. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada setiap siswa tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto,2009:34) sementara Sujdana mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman (Sudjana,2009:22). Sedangkan menurut pendapat (Suparta,2008:44) berpendapat hasil belajar pada umumnya termanisfestasikan dalam hal-hal berikut : a) kebiasaan, b) keterampilan, c) pengamatan, d) berfikir asosiatif, e) berfikir rasional dan kritis, f) sikap, g)inhisbi, h)apresiasi, i) tingkah laku afektif. a) Kebiasaan Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah di kuasai, bersifat persistent (tahan uji), seragam, dan hampir-hampir otomatis sedangkan pelaku hampir tidak menyadarinya, untuk itu orang yang telah melakukan kebiasaan masih dapat memusatkan pikirannya terhadap persoalan lain. Terdapat dua jalan yang membentuk kebiasaan, yaitu : pertama kebiasaan terbentuk dari suatu

51

tindakan sederhana yang di lakukan dengan cara tertentu dimana orang tidak perlu mengerahkan usaha besar dengan memulai rintangan-rintangan. semakin sering tindakan diulang maka makin sulit ia melakukan dengan cara yang lain. Kedua, kebiasaan terbentuk karena seseorang sengaja melakukan sesuatu dengan cara tertentu agar terbentuk semacam pola sambutan otomatis. Biasanya cara ini di lakukan bila membentuk kebiasaan baru. Kebiasaan terbentuk sejak usia muda. Sejalan dengan bertambahnya usia anak sebagian kebiasaan itu bisa berubah atau hilang. b) Keterampilan Ketrampilan adalah setiap perbuatan yang menuntut keahlian,

keterampilan berbeda dengan kebiasaan, perbedaan tersebut terdapat pada hal-hal berikut : kebiasaan muncul secara otomatis sedangkan keterampian membutuhkan kesadaran tingkat tinggi serta minat dan kemampuan, kebiasaan bersifat uniform (seragam) sementara keterampilan dapat berubah dari waktu ke waktu, keterampilan dituntut untuk ulangan atau latihan terus menerus untuk meningkatkan kualitas sedangkan kebiasaan tidak demikian. c) Pengamatan Salah satu manifestasi belajar yang pertama-tama timbul pada anak adalah penyesuaian pengamatan. Proses ini dimulai dengan membedakan obyek yang satu dengan obyek yang lain. bentuk pengamatan yang paling sederhana adalah mengamati pekerjaan pelajar sehari-hari di sekolah, ketika belajar membaca anak mulai mengamati, membedakan kata-kata, atau huruf. pengamatan yang lebih tinggi berkenaan dengan hubungan logis. Dimana anak mulai memecahkan

52

persoalan mekanis biasanya merupakan suatu bentuk perbuatan belajar rasional yangmenuntut pengamatan yang jelas mengenai hubungan antara bagian-bagian penting dari mekanisme. d) Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat Manisfestasi belajar dapat terlihat pada terbentuknya cara berfikir asosiatif dan daya ingat. Berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif ini merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons.kemampuan pelajar untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar di pengaruhi oleh tingkat atau pengetahuan yang di peroleh dari hasil belajar. Terdapat dua macam asosiasi, yaitu: 1) Asosiasi buatan (arbitrary). Asosiasi ini terjadi apabila obyek yang di ingat tidak mempunyai hubungan kausal.misalnya, dalam bahasa bila di sebut nama shinta seseorang akan teringat dengan rama. 2) Asosiasi logis menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.

Umpamanya, malaria dan nyamuk, atau hutan gundul dengan banjir. Mempelajari asosiasi-asosiasi semacam ini terdapat dalam segala bentuk belajar tingkat tinggi. Daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berfikir asosiatif. Pelajar yang telah mengalami proses belajar akan di tandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut

53

dengan situasi atau stimulus yang sedang di hadapi biasanya daya ingat terbatas pada obyek-obyek verbal. e) Berfikir Rasional dan Kritis Belajar dimanisfestasikan dalam berfikir rasional. dengan berfikir rasional pelajar berusaha memperoleh jawaban terhadap pertanyaan bagaimana ( how), dan mengapa ( why) hasil perbuatan belajar semacam ini menunjukkan adanya didikan, sikap rasional, pengertian intelektual, dan pengetahuan fungsional. f) Sikap Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu. sikap terhadap suatu nilai dalam aspek kultural merupakan hasil belajar tingkat tinggi, sikap terhadap suatu nilai dapat berupa suatu cara berfikir terhadap atau cara menghargai seseorang, suatu persoalan, suatu lembaga atau situasi yang selalu di ikuti, setiap kali timbul ancaman terhadap nilai-nilai tertentu. g) Inhibisi Inhisbi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang

berlangsung.Hendaknya pelajar memiliki kesanggupan untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lain yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.inhisbi menimbulkan rasa hormat dan harga diri. h) Apresiasi Apresiasi merupakan suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu. dalam penerapannya apresiasi sering di artikan sebagai penghargaan atau

54

penilaian terhadap suatu benda baik abstrak maupun konkret yang memiliki nilai luhur. Bagi pelajar mereka akan memiliki apresiasi apabila sebelumnya telah mempelajari materi yang berkaitan dengan obyek sebelumnya. i) Tingkah laku afektif Belajar di manisfestasikan dalam tingkah laku afektif yaitu : tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti rasa sedih, marah, kecewa, benci dan sebagainya. Perbuatan belajar mengandung arti terdapat perubahan dalam diri si pelajar perubahan-perubahan yang terjadi pada diri pelajar hendaknya terdapat perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti atau dari tidak tahu menjadi tahu, sehingga menjadikan setiap perubahan kearah yang meningkatkan hasil belajar yang hendak di capai. lebih baik sehingga dapat

2. Tipe Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai oleh pelajar menggambarkan usaha yang dilakukan guru dalam memfasilitasi dan menciptakan kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain tujuan usaha guru diukur dengan hasil belajar mereka. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan tercapai, guru perlu mengetahui tipe hasil belajar yang dicapai melalui kegiatan belajar. Sistem pengajaran di sekolah mengelompokkan tujuan pendidikan dalam tiga bidang, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. a) Segi Kognitif

55

Segi

kognitif

ini

memiliki

enam

taraf

diantaranya:

pengetahuan(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan(aplikasi), analisis,sintesis dan evaluasi. 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan mencakup berbagai hal baik umum ataupun khusus, hal-hal yang bersifat factual,dan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu di ingat kembali seperti metode, hokum, rumus dan lain-lain. ciri utama kognitif ini adalah ingatan, untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan yang baru pelajar perlu mengingat dan menghafal. Cara yang di gunakan adalah dengan mengulang pelajaran itu dengan teknik yang lazim di sebut dengan jembatan keledai. Tipe hasil belajar ini adalah syarat untuk menguasai hasil belajar yang lain. 2) Pemahaman (comprehension) Pemahaman lebih tinggi satu tigkat dari pengetahuan yang sekedar hafalan, karena pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dari suatu konsep, maka diperlukan adanya hubungan antara konsep dan makna yang ada di dalamnya. Pemahaman dapat di golongkan menjadi tiga : a) penerjemahan yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung dalam suatu obyek, b) penafsiran yaitu membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, c) pemahaman ekstrapolasi yaitu memperluas wawasan. 3) Penerapan (aplikasi) Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan abstraksi dalam suatu situasi konkret.dalam aplikasi terdapat konsep, teori, hokum ,rumus dan lain-lain, dapat

56

pula di sebut aplikasi bukan keterampilan motorik tetapi lebih pada keterampilan mental. 4) Analisis Analisis adalah kesanggupan mengurai suatu integritas (kesatuan uyang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti sehingga hirarkinya menjadi jelas. Analisis ini menunjukkan hasil belajar yang kompleks yang memanfaatkan tipe hasil belajar sebelumnya. 5) Sintesis Sintesis adalah lawan dari analisis. Jika analisis menekankan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang bermakna, maka sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsure menjadi satu integritas.atau

menghubungkan potongan menjadi pola yang sebelumnya tidak nampak menjadi jelas. 6) Evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan criteria yang dipakainya. Evaluasi ini menekankan pertimbangan suatu nilai mengenai baik buruk benar dan salah. Melalui evaluasi berarti siswa telah menggunakan tipe hasil belajar yang di kategorikan paling tinggi yang terkandung dalam semua tipe hasil belajar diantaranya pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis dan sintesis sehingga siswa dapat menentukan dan mempertimbangkan sesuatu hal baik atau buruk. b) Segi Afektif

57

Segi Afektif dapat digolongkan menjadi lima yaitu : Memperhatikan (Receiving/attending), Merespons (Responding), Menghayati nilai (Valuing), Mengorganisasikan, Menginternalisasi nilai. 1) Memperhatikan (Receiving/attending) Taraf yang pertama ini berkenaan dengan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar.taraf ini di bagi lagi tiga kategori yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena. 2) Merespons (responding) Pada taraf ini pelajar lebih dari sekedar memperhatikan fenomena ia sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga siswa dapat memperhatikan dan bereaksi terhadap rangsangan. Sehingga siswa dapat menjawab stimulus dari luar. 3) Menghayati nilai (Valuing) Pada taraf ini pelajar sudah menghayati dan menerima nilai, perilaku sudah cukup konsisten, sehingga dapat di katakana bahwa pelajar di pandang sebagai orang yang sudah menghayati nilai. 4) Mengorganisasikan Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu system organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai denngan nilai yang lain, sehingga menjadi satu system nilai.Termasuk dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan memprioritaskan nilai-nilai yang telah di milikinya. Nilai-nilai itu terdapat dalam berbagai situasi pelajaran, terutama sejarah dan agama. 5) Menginternalisasi nilai

58

Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang di miliki pelajar telah mendarahdaging serta mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dengan demikian ai sudah dapat di golongkan sebagai orang yang memegang nilai. Taksonomi hasil belajar afektif ditemukan oleh Krthwohl (Winkel 1996:242;Sudjana, 1990:29-30; Subiono, 1987:23-26; Gronlund dan Linn, 1990:508; Suciati,2001:2001:19;). Kratwohl membagi hasil belajar menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c) Segi Psikomotorik Segi psikomotorik dapat diurai ke dalam taraf-taraf : persepsi, kesiapan(set), gerakan terbimbing (respons terbimbing), gerakan terbiasa (respons mekanistis), gerakan(respon) kompleks. 1) Persepsi Taraf pertama dalam melakukan kegiatan motorik ialah menyadari obyek, sifat, atau hubungan-hubungan melalui alat indra. Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan dan mendiskriminasikan rangsangan taraf ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan motorik. 2) Kesiapan (set) Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini

59

terlihat tindakan seseorang bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental. 3) Gerakan Terbimbing (respons terbimbing) Pada taraf ini yang di tekankan adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan kemampuan kompleks, gerakan terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat teramat, yang terjadi karena di bimbing oleh individu lain. 4) Gerakan terbiasa (respons mekanistis) Pada taraf ini pelajar mempunyai kemampuan dan terampil melakukan suatu perbuatan di dalam dirinya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situai yang di hadapi. 5) Gerakan (respon) komplek Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motoris yang kompleks, karena pola gerakan ini yang di tuntut memang sudah kompleks, perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar,luwes,supel,gesit atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit mungkin. Taraf terahir ini masih dapat dikembangkan dengan keterampilan menyesuikan diri dan bervariasi. lebih tinggi dari itu muncul kreativitas untuk berinisiatif dan menciptakan sesuatu yang baru. Sebagai pengajar hendaklah guru memperhatikan ketiga ranah tersebut diantaranya kognitif,efektif, dan psikomotorik, hal ini perlu di lakukan agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik, jika guru hanya mengutamakan aspek kognitif saja tanpa mempertimbangkan aspek afektif dan spikomotorik maka tumbuh kembang anak tidak seimbang sehingga hasil belajar yang diinginkan tidak akan tercapai.

60

Bentuk penilaian ketiga ranah ini memiliki perbedaan, menurut Sudjana (2009:67), kuisioner dan wawancara pada umumnya di gunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorangserta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan perilaku individu. Sedangkan skala di gunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi pada umumnya di gunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi kasus untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu, terutama hubungan sosialnya. Catatan komulatif di gunakan untuk memperoleh data dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang di lakukan secara terus menerus sehingga di peroleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya yang lebih konprehensif, artinya dapat di gunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dari individu sehingga guru tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.

C. Hakekat Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 1. Pengertian IPS IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for

61

Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai Social Science Education dan Social Studies. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 1) Ilmu Sosial (Sicial Science) Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial

(Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut : Ilmu Sosial terdiri disiplin disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah. Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Maka dapat di simpulkan bahwa ilmu sosial adalah ilmu pengetahuan yang bertaraf akademis yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat di mana ia di bentuk. 2) Studi Sosial (Social Studies).

62

Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.

3) Pengetahuan Sosial (IPS) Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah Social Studies. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebua h komite yaitu Committee of Social Studies yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make

63

informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmuilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfungsian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

2. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.

64

Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l8611865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics. Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk

65

mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmuilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD 1 9. Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain: 1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.

66

2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan 3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. 4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana. 5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.

3. Rasional Mempelajari IPS. Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat : 1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. 2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

67

3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan sedangkan untuk jenjang sekolah menengah adalah geografi, ekonomi dan sejarah. Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: 1. Siapa diri saya? 2. Pada masyarakat apa saya berada? 3. Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? 4. Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia? 5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi

keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan serta menjawab tantangan kehidupan di dunia globalisasi.

4. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP

68

Ilmu Pengetahuan Sosial dapat memberikan dampak kehidupan yang cukup bagus terhadap kehidupan anak dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara hal ini di karenakan pelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia baik perorangan atau bermasyarakat bagaimana anak mampu menjawab tantangan kemajuan zaman yang di hadapinya. Maka tujuan pembelajaran ips adalah anak mampu menempatkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, mampu menjawab kehidupan globalisasi meningkatkan kemampuan kompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majamuk, baik skala nasional maupun internasional. Menurut KTSP 2006 tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah : a. Agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dlm masyarakat majemuk, di tingkal lokal, nasional dan global. e. Mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sifat mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan melatih keterampilan untuk

69

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri atau masyarakat. Berdasarkan pada falsafah pengetahuan dan keterampilan, Ilmu

pengetahuan sosial dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas maka tujuan pendidikan IPS yang akan dicapai harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan

tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat smp menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk :

Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial

Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut Nursid

Sumaatmadja adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi

70

dirinya serta bagi masyarakat dan negara Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) Keterampilan. Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran ips di sekolah di organisasikan secara baik serta program-program pelajaran ips di sesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan anak dalam menjawab tantangan globalisasi. Dari rumusan tujuan tersebut (Awan Mutakin, dalam puskur, 2006: 4) dapat merinci sebagai berikut: a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat di gunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

71

d) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. f) Memotivasi seseorang bertidak berdasarkan moral. g) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. h) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang di hadapinya. i) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran ips yang di berikan. Dengan pendapat yang telah di kemukakan para ahli pendidikan di bidang ips maka Ilmu pengetahuan sosial sangatlah di butuhkan bagi anak untuk tumbuh dan kembang anak dalam menjawab kemajuan zaman dan arus globalisasi yang semakin meningkat tajam, maka dibutuhkan kecerdasan dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat sehingga anak mampu bertahan di mana ia tinggal.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SMP

72

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas,pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikantinggi.Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan peserta didik.Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara ber kesinambungan.Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang

73

lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Ditinjau dari aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial,ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, gegrafi dan politik.Ditinjau kelompoknya meliputi keluarga, RT, RW, WK, Warga Desa, ormas. Sampai ke tingkat desa. Lokal, nasional, regional, global. Proses interakksi sosial meliputi interaksi bidang Kebudayaan, politik dan ekonomi. Mengingat luasnya cakupan IPS maka guru IPS wajib melakukan seleksi agar sesuai dengan tingkat jenajang dan kemampuan peserta didik. Wajib mengenali sumber dan pendekatan yang sesuai dengan peserta didik, maka untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama ruang lingkup pelajarannya meliputi : (1) Manusia, tempat dan lingkungan (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) Sistem sosial dan budaya, (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Dengan ruang lingkup pembelajaran yang telah di sebutkan di atas di harapkan agar peserta didik pada jenjang pendidikan tingkat pertama dapat hidup bermasyarakat dan mampu menjawab tantangan kehidupan di dunia globalisasi.

74

6. Penilaian Mata Pelajaran IPS di SMP Untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembelajaran telah mencapai tujuan atau ketercapaian kompetensi yang di tetapkan dalam rancangan pembelajaran,di perlukan kegiatan penilaian pembelajaran.Penilaian di katakan baik dan benar jika instrumen penilaian yang di gunakan benar benar mengukur apa yang seharusnya di ukur. Sistem penilaian yang di lakukan oleh sekolah atau madrasah harus mengikuti pedoman atau prinsip penilaian yang di tetapakan oleh pemerintah melalui Permendiknas nomor 20 tahun 2007 yang menyatakan Prinsip penilaian beracuan kriteria berarti penilaian di dasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah di tetapkan. Oleh karena itu kurikulum KTSP berdasarkan kompetensi dan untuk mengukur serta menilai keberhasilan belajar siswa dengan menggunakan penilaian acuan kriteria (PAK) jika pada saat ini di kenal dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Besarnya skor kkm pada dasarnya di serahkan pada sekolah/madrasah itu sendiri di karenakan madrasah/sekolah lebih tahu tentang kondisinya sendiri misalnya sumber daya yang di miliki, karakteristik peserta didik,media pembelajaran dan lain-lain. Hal ini sebagaimana di nyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no:20 tahun 2007 standar penilaian pendidikan sub bab pengertian point 10 bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang di tentukan oleh satuan pendidikan KKM pada ahir jenjang satuan pendidikan harus

75

memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. Untuk dapat melakukan penilaian yang tepat guru hendaknya menguasai tentang: (1) ranah penilaian hasil belajar, (2) menyusun instrumen penilain baik tes maupun non tes, (3) penentuan besaran kriteria ketuntasan minimal (KKM) hasil belajar siswa. Maka tahap penilaian harus di lakukan dengan matang oleh guru IPS baik format penilaian atau besaran skor KKM harus di tetapkan secara bersama oleh anggota tim guru mata pelajaran IPS pada awal tahun/awal semester bersama dengan acara pemetaan SK dan KD serta penyusunan silabus. Hasil penilaian di jadikan sebagai pertimbangan utama untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Penilaian di lakukan dalam bentuk tes maupun non tes.pengukuran dalam ranah afektif dapat di lakukan dengan menggunakan cara non tes, seperti skala penilaian, observasi dan wawancara, sementara terhadap ranah spikomotorik dengan tes perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan. (Departemen Agama,2003:5).

D. Hakekat Strategi Pembelajaran. 1. Pendekatan Pembelajaran Mendefinisikan pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masingmasing kalimat tersebut, Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25) bahwa, pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran. Sedangkan pembelajaran menuzut

76

H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Sukintaka (2004: 55) bahwa, pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain : a. Pendekatan Kontekstual Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali

77

siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa

(http://smacepiring.Wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metodepembelajaran/). Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual .org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benarbenar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas

78

yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil menemukan sendiri dan bukan dari apa kata guru. Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah. b. Pendekatan Konstruktivisme Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tibatiba(Suwarna,2005). Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan

79

pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara. Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan

konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional.

80

Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan. c. Pendekatan Deduktif Induktif 1. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep

dasarnya(Suwarna,2005). 2. Pendekatan Induktif Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi di lingkungan. Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer

81

informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: All new learning involves transfer of information based on previous learning, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya. Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan. Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif. Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri. Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau

82

generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati. Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian. (http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikirinduktideduktif.html) d. Pendekatan Konsep dan Proses 1. Pendekatan Konsep Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatandan-metode-pembelajaran/).

83

2. Pendekatan Proses Pada pendekatan proses, siswa tujuan dalam utama pembelajaran proses adalah seperti

mengembangkan

kemampuan

keterampilan

mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-danmetode-pembelajaran/). Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sdislam/message/1907). e. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat National Science Teachers Association (NSTA) (1990:1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains

84

dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi diantara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubunganhubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi. Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi,2000) menunjukan STM bahwa pembelajaran beberapa sains dengan jika

menggunakan

pendekatan

mempunyai

perbedaan

dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan

85

aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah

(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metodepembelajaran/). Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi (2003:39) adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah-semua tampak kemerah-merahan. Pengertian pendekatan pembelajaran pembelajaran ( instructional

approach), yang ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka umum dalam Praktek

Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan

86

masukan bagi para penyusun kurikulum untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi. Pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang, oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang di maknai selain sebagai Kerangka umum untuk Praktek Profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran, maupun petunjuk pelaksanaanya. Selain itu dokumen itu juga dimaksudkan untuk mendorong para guru untuk: (1) mengkaji lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya; (2) menjadi bahan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukannya; (3) merupakan seni, seperti hal nya ilmu mengajar yang terus berkembang, dan (4) juga sebagai katalisator untuk mengembangkan profesional guru lebih lanjut. Gambaran mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih jelas terdapat dalam artikel pendidikan yang diterbitkan oleh Saskatchewan education (1980) Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi: model-model pembelajaran, Strategistrategi pembelajaran, metode-metode pembelajaran dan juga keterampilanketerampilan mengajar. Pendekatan pembelajaran juga merupakan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dengan menyusun dan memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Meliputi hubungan antara model

87

pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan keterampilan mengajar. Menurut Philip R. Wallace (1992: 13) pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi 2, yaitu : Pendekatan konservatif (conservative approaches) dan pendekatan liberal (liberal approach). Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal (liberal approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. Para ahli pendidikan lebih senang menggunakan istilah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) untuk pendekatan konservatif dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach) untuk pendekatan liberal sebagaimana ditulis dalam websait http://www.wcer.

wisc.edu/step/ep301/fall2000/tochonites/stu_cen.html McCombs and Whistler (1997), Papalia (1996), Stuart (1997), Silberman (1996) dan Benson and Voller (1997) lebih suka menggunakan istilah tersebut. Di Indonesia kedua istilah di atas lebih familier digunakan dengan istilah pendekatan konvensional dan pendekatan siswa aktif atau PAKEM. Kosa kata PAKEM yang merupakan kependekakan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan tersebut mulai banyak digunakan sejak tahun 1999, yaitu pada saat UNICEF dan UNESCO membantu untuk meningkatkan mutu pembelajaran

88

di Indonesia dengan programnya CLCC ( Creating Learning communities for Children) yang kemudian di Indonesia lebih dikenal dengan program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Sejak saat itu untuk membandingkan antara pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa, hampir semua program bantuan luar negeri di Indonesia seperti: PLAN, AUSAID, USAID, NZAID, dan Intel Teach lebih suka menggunakan istilah pendekatan konvensional v.s pendekatan siswa aktif / PAKEM. Bahkan mulai tahun 2003 Departemen Pendidikan Nasional juga sudah sering menggunakan istilah tersebut. Baik dalam pendekatan pembelajaran konvensional maupun dalam pendekatan pembelajaran PAKEM di dalamnya ada: model-model pembelajaran (instructional models), strategi pembelajaran (instructional

strategies), metode-metode pembelajaran (instructional methods) dan ada juga keterampilan-keterampilan mengajar (instructional skillks). Dari pernyataan di atas pendekakan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa ( student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru ( teacher centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) menurunkan strategi pembelajaran langsung ( direct instruction),

89

pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. 1. Strategi Pembelajaran Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru di harapkan memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.pengertian strategi pembelajaran dapat di kaji dalam dua kata pembentuknya, yaitu strategi dan pembelajaran. Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang di artikan sebagai Seni menggunakan rencana untuk mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular aducational goal (J.R. David 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari pengertian ini dapat di pahami bahwa strategi mengandung arti cara dan seni menggunakan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya.definisi pembelajaran yang di anut A. Chaedar Alwasilah dalam pengantarnya untuk versi terjemahanbuku Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning sebagai berikut : (1)A relatively

90

permanent change in response potentiality which occurs as a result of reinforced practice dan (2) A change in human disposition or capability, Which can be retained, and which is not simply ascribable to the proses of growth. maka dari devinisi di atas terdapat tiga prinsip yang dapat di perhatikan. Pertama, proses pembelajaran menghasilkan perubahan tingkah laku anak didik yang relative permanen kedua, anak memiliki potensi dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk di tumbuh kembangkan tanpa henti.ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal tidak tumbuh linier sejalan proses kehidupan artinya proses belajar merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia di desain secara khusus demi tercapainya tujuan ideal. Berdasarkan pengertian strategi dan pembelajaran dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara dan seni menggunakan sumber daya untuk menyampaikan meteri pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran yang di ciptakan secara kondusif, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar siswa secara efektif. Sedangkan menurut (Firdaus Zarkasih,2009:43) menyatakan secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan.dapat pula di artikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.terdapat empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi: (1) Mengidentifikasi tingkah laku dan kepribadian anak didik,(2) memilih pendekatan belajar berdasarkan aspirasi masyarakat,(3) memilih dan menetapka prosedur,

91

metode,dan teknik belajar mengajar yang dinggap paling tepat dan efektif,(4) menetapkan norma dan batasan minimal keberhasilan siswa atau mengadakan evaluasi. J.R David mengartikan strategi pembelajaran sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2009:126) senada dengan J.R David, Dick and Carey menyebutkan bahwa staregi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang di gunakan secara bersama-sama untuk mencapai hasil belajar pada siswa. (Sanjaya, 2009:126) sedangkan Hilda Jaba mengatakan strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran (Zarkasi,2009:45). sedangkan (Hasibuan,1986:1) mengatakan Strategi belajar-mengajar merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar.pengertian strategi dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak perbuatan guru-siswa dalam peristiwa belajar actual tertentu. Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree). Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Sebagaimana yang dikutip oleh Wina, Roy

92

Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung ( direct instruction). Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal,atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja,

93

sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi

pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya, dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam

94

pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. 2. Metode pembelajaran Permasalahan yang sering di jumpai dalam pengajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga di peroleh hasil yang efektif dan efisien.untuk itu guru di tuntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, materi, konsidilingkungan di mana pengajaran berlangsung.hal ini dikarenakan metode mengajar merupakan bagian integral dalam suatu pengajaran yang tidak boleh di abaikan oleh guru sebagai pengajar. Metode pembelajaran (Basyiruddin Usman,2002:31) menyatakan suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.hal senada juga di kemukakan oleh (H.M. Suparta,2008:159) menyatakan metode mengajar adalah cara yang di gunakan ole guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

95

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) Ceramah

Ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang di maksud di sini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan siswa melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman siswa. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan, OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

96

(2) Diskusi Umum (Diskusi Kelas)

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, danlain-lain. (3) Curah Pendapat (Brain Storming)

97

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

98

(4) Diskusi Kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga

meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

99

(5) Bermain Peran (Role-Play)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya : menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

100

(6) Simulasi

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi

penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi

101

dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya. (7) Sandiwara

Metode sandiwara seperti memindahkan sepenggal cerita yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

102

(8) Demonstrasi

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah

pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

103

(9) Praktek lapangan

Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di lapangan, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

104

(10)

Permainan (Games)

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami

105

sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai. Mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar metode yang di gunakan guru di harapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi para pelajar sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Sehingga terjadi proses interaksi edukatif antara guru dan murid, di sini murid membeerikan respons terhadap guru. Maka metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi para pelajar,dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pengajaran atau pendidikan yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Dari uraian tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang telah di uraikan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang seorang guru terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, yang di dalamnya mewadai, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah di tetapkan selanjutnya di turunkan ke dalam strategi pembelajaran, hal ini di karenakan strategi pembelajaran adalah rangkaian perencanaan kegiatan pembelajaran yang di desain di guru, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif rangkaian

106

perencanaan ini masih bersifat konseptual tentang keputusan yang di ambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Dikarenakan srategi pembelajaran masih bersifat konseptual maka untuk mengimplementasi kannya di gunakan metode pembelajaran, sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang di gunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah di susun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan atau cara yang di pakai guru untuk menyampaikan pelajaran. Dalam proses belajar mengajar ketiga komponen tersebut tidak dapat di pisahkan semua terdapat hubungan yang erat, untuk mencapai hasil belajar yang di inginkan.

E. Metode Kata-Hubung (link-Word Method) 1. Mnemonik Ilmuwan Yunani kuno menyatakan bahwa Memori adalah anugerah seseorang bisa mengingat masa lalu, mengutarakan keadaan yang mengagumkan yang membuat sekarang dan merenungkan masa depan melalui persamaannya dengan masa lalu (adaptasi dari http://www.ababasoft.com/

mnemonik/mnemonik01.htm). Secara lebih khusus, mnemonic berarti rumusan atau ungkapan untuk membantu mengingat-ingat sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dan menurut Stine, mnemonic adalah kemampuan otak untuk menghubungkan kata-kata, ide, dan khayalan. Peranti mnemonik (umunya dikenal metode menghafal jembatan keledai) adalah teknik -teknik khusus untuk membantu mengingat daftar kata-kata (Best, 2003:76)

107

Sedangkan Kamus Oxford mengartikan mnemonik adalah tentang atau terdesain untuk membantu ingatan. Mnemonic berasal dari bahasa Yunani, "Mnemosyne", yang berarti Dewi Memori. Yang dimaksud Mnemonic adalah menghafalkan sesuatu dengan "bantuan". Bantuan tersebut bisa berupa singkatan, pengandaian dengan benda, atau "linking" (mengingat sesuatu berdasarkan hubungan dengan suatu hal lain), dan masih banyak metode lain. Contoh Mnemonic yang paling populer adalah "MEJIKUHIBINIU" (Merah-JinggaKuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu) yang digunakan untuk menghafalkan warna pelangi. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mnemonic adalah teknik untuk memudahkan mengingat sesuatu yang dilakukan dengan membuat rumusan atau ungkapan, atau menghubungkan kata, ide, dan khayalan. Dengan kata lain mnemonic berarti teknik untuk mendayagunakan daya ingat dengan caracara tertentu. Adapun manfaat penggunaan mnemonic, karena memudahkan mengingat, tentunya juga akan memudahkan belajar. Hambatan belajar akan hilang. Ini akan membangkitkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar, sehingga akhirnya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Instruksi mnemonik mengacu kepada instruksi atau strategi belajar yang terancang secara khusus untuk mengingatkan memori. Hal ini dimaksudkan untuk memodifikasi atau mengubah informasi yang bisa dipelajari dan bertujuan menghubungkan langsung dengan informasi dimana para pembelajar segera dapat mengetahuinya.

108

Mnemonik adalah teknik yang teruji ilmiah berdasarkan pengetahuan manusia tentang prinsip-prinsip memori. Terdapat hubungan kata untuk membantu mengingat bahan-bahan, metode pancang, teknik potong, asosiasi (cerita), asosiasi konyol dan penggunaan akronim dan akrostik. Teknik akronim dapat digunakan saat mempelajari warna-warna pelangi, yaitu mejikuhibiniu. Strategi mnemonik terkumpulkan dari berbagai artikel-artikel penelitian yang digunakan untuk mempelajari nama orang, bahasa asing, negara, ibukota, hurufhuruf alphabet dan pengejaan beberapa nama. Mnemonic yang diambil dari bahas Yunani yaitu mnemonikos yang artinya mengingat. Ada banyak teknik mnemonic yang dapat dilakukan supaya daya ingat bisa lebih kuat dan hapalan bisa bertahan lebih lama di kepala. Contohnya:
a)

Acronyms. Teknik ini yang paling mudah dan paling sering digunakan. Carannya dengan menyingkat hal-hal yang harus kita ingat. Misalnya untuk warna pelangi, seringnya disingkat mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, nila, dan ungu).

b) Acrostics.

Hampir-hampir sama dengan acronyms, kita berusaha

mengingat sesuatu dengan membuat kalimat baru. Misalnya menghafal nama-nama planet yang berurutan dari matahari, Merkurius, Venus, Bumi, bisa disingkat menjasi Merah Vespa Baru.
c)

Rhymes and Songs. Banyak orang yang jauh lebih jago menghafal lirik lagu dibandingkan pelajaran, maka dalam menghafal sesuatu, metode ini cocok untuk digunakan. Misalnya dalam mengingat nama-nama hari atau

109

alfabet waktu kecil, kita diajarkan menghafalnya dengan lagu. Nah, itu adalah conton dari metode mnemonic rhymes and songs.
d) Metode Loci. Metode ini bisa dipakai jika kita harus mengingat banyak

hal dalam satu waktu. Misalnya untuk menghafal unsur-unsur kimia, kita menggunakan barang-barang yang ada di kamar kita, contohnya laci sebagai Oksigen, pintu sebagai Hidrogen, dan sebagainya.
e)

Chunking. Ini teknik yang digunakan jika ingin menghafal angka. Teorinya adalah, daripada menghafal delapan digit angka secara bersamaan, lebih baik membagi angka-angka itu ke beberapa bagian. Misalnya untuk angka 47857988, bisa dibagi ke 478-579-88.

f)

Link System. Teknik ini digunakan dalam menghafal daftar. Kita bisa mencoba menggunakan mnemonic link system. Misalnya kita perlu menghafal daftar yang di dalamnya terdiri dari: anjing, amplop, angka 13, benang, dan jendela. Kita bisa membuat sebuah cerita, seekor anjing mengirim amplop ke rumah nomor 13 yang isinya benang lewat jendela

g) Teknik Kata Penghubung,Menghubungkan adalah proses mengaitkan

atau mengasosiasikan satu kata dengan kata yang lain melalui sebuah aksi atau gambaran. Strategi ini biasa digunakan dengan sistem kata penanda untuk mengingatkan serangkaian informasi dalam urutan tertentu. Dengan strategi kata penanda yang telah diajarkan tadi, misalnya nomor telepon 438-0367 dapat diingat dengan dihubungkan dengan (4) roda mobil mogok ditarik oleh bemo beroda (3) sampai di sebuah sirkuit balap (8) yang kosong (0). Bemo beroda (3) itu membawa telur setengah lusin (6)

110

untuk makan selama semingu (7). Atau anda ingin mneyederhanakan proses mengingatnya dengan mengkombinasikan nomor dalam beberapa unit, sehingga nomor 1945-1965 dapat diingat dengan tahun kemerdekaan Indonesia yang coba dikudeta oleh PKI. Kunci dalam membuat hubungan adalah menggunakan imajinasi. Hubungan yang dibentuk tidak perlu logis atau realistis, yang penting hubungan itu memicu ingatan siswa.
h)

Teknik kata kunci (key word), Teknik kata kunci adalah salah satu teknik mnemonik. Teknik kata kunci mempunyai berbagai macam variasi aplikasi yang bisa membantu untuk mengingat. Salah satu

kemungkinannya yaitu dalam mengajarkan kata-kata baru. Teknik ini membantu untuk mengingat bahwa barrister adalah kata lain dari lawyer, pertama-tama ciptakan kata kunci dari kata asing, barrister. Kata kunci adalah kata yang terdengar seperti kata baru dan mudah digambarkan. Lalu ciptakan sebuah gambar dari kata kunci dan definisi tersebut bersama-sama. Kedua hal tersebut penting saat saling berinteraksi dan tidak ditampilkan dalam gambar yang sama. Jangan menggunakan gambar bear dan lawyer dalam satu gambar yang terpisah. Ini menyebabkan gambar tidak menarik karena elemen-elemennya tidak saling berinteraksi. Lebih baik jika gambar tersebut adalah gambar beruang yang sedang berakting sebagai pengacara di pengadilan, contohnya; membela kliennya yang tidak bersalah. Cara lain adalah dengan menciptakan gambar dan memperlihatkan di atas proyektor, tetapi

111

bisa juga dilakukan dengan media lainnya. Saat menggunakan teknik ini, harus dipastikan telah memahami semua bagian dengan baik.
i)

Teknik mengingat dengan Huruf, Teknik huruf, adalah teknik menggunakan huruf dengan cepat untuk mengingat suatu daftar kata, dan paling mudah dikenal oleh anak-anak. Akronim dari nama benda akan mudah diingat saat huruf pertama bisa diingat. Hal ini tidak selalu benar adanya. Sebagai contoh, jika seorang anak tidak tahu tentang sesuatu, hanya dengan mengingat huruf pertama, tidak akan cukup untuk bisa mengingat kemudian. Kesesuaian kata tidak bisa diperoleh dari huruf pertama saja, sebagai contoh, jika ingin menghafal nama planet yang mengelilingi matahari, huruf yang tersusun akan menjadi, M-V-B-M-J-S-U-N-P, dari huruf mana kata kemudian bisa terbentuk. Dalam kasus ini, akrostik bisa digunakan untuk mempermudah, dimana huruf pertama dapat dikreasi sedemikian rupa sehingga menjadi kalimat. Dapat dibuat kalimat seperti Mbak Vonny beli mangga, jambu dan salak untuk non poppy. Nama-nama planet tersebut harus cukup mudah untuk dikenal dengan hanya memberi huruf pertama, dan harus mudah dibedakan bahwa M itu kepanjangan dari Merkurius, dan bukan Mars. Contoh yang lain, untuk mengingat klassifikasi taksonomi dari benda hidup, seperti kalimat, King Philips class ordered a family of gentle Spaniels. Kalimat ini bisa berarti, kingdom, phylum, class, oreder, family, genus, dan species.

112

j)

Teknik Simonides (pasak lokasi), Teknik hafalan ini ditemukan setelah peristiwa tanah liat di Yunani kuno. Sekitar tahun 500 sebelum masehi, seorang yunani bernama Simonides telah memenangkan pertandingan Olimpiade, dan kemenangan tersebut dirayakan di rumahnya. Ia memberi kata sambutan dan pujian untuk pegulat, kemudian ia meninggalkan perjamuan tersebut. Ketika ia keluar dari rumah, atap runtuh dan menjatuhi siapa saja yang ada di dalam rumah. Walaupun tubuh para korban telah terkoyak-koyak, tetapi Simonides masih dapat mengingat dimana mereka duduk. Dengan hal itu, ia bisa menyebutkan nama-nama orang yang mengahadiri perjamuan tersebut. Ia mengetahui dimana setiap orang duduk dan bisa mengingat siapa mereka. Simonides menyadari bahwa dengan menggunakan imajinasi dan satu rangkaian lokasi dapat membantu mengingat hal lainnya. Teknik ini dikenal dengan teknik simonides (teknik pasak lokasi), tetapi harus mebiasakannya di rumah bukan di tempat perjamuan. Teknik ini membantu untuk mengingat suatu keadaan, sama seperti gambar yang membantu untuk mengingat. Untuk pembelajaran, cara penggunaan mnemonic sebagai berikut: (1)

siapkan fakta atau kata kunci dari materi pelajaran yang harus diingat, (2) kaitkan kata-kata tersebut antara satu dengan yang lain, (3) buat visualisasi (khayalan) di dalam pikiran, (4) panggil ulang kata-kata tersebut. Mnemonic adalah teknik untuk mengingat informasi, yang informasi itu sangat sulit untuk diingat kembali. Terdapat tiga prinsip dasar ketika

113

menggunakan mnemonic, yakni imajinasi, asosiasi, dan lokasi. Dengan memadukan ketiganya, maka ketiga prinsip ini untuk membangun sistem mnemonic memori yang powerful. 1. Imajinasi/ visualisasi, adalah sesuatu yang gunakan untuk membuat dan memperkuat asosiasi yang dibutuhkan, untuk membuat mnemonic menjadi efektif. Imajinasi adalah tool untuk membuat mnemonic yang bermanfaat untuk siswa.Semakin kuat apa yang siswa imajinasikan dan visualisasi sebuah situasinya, maka semakin efektif pula akan melekat di dalam pikiran siswa jika suatu saat siswa perlu mengingatnya kembali. Gambaran imajinasi pikiran dapat berupa kehebatan, semangat, atau sensualitas seperti yang inginkan, selama hal tersebut dapat memudahkan ingatan. 2. Asosiasi, adalah sebuah metode yang digunakan untuk menghubungkan sesuatu yang perlu diingat dengan jalan untuk mengingat nya hal ini dapat melakukannya dengan cara :

Menempatkan sesuatu di tingkat teratas di setiap hal yang perlu diingat Memadukan atau menghubungkan hal tersebut Menyatukan gambaran imajinasi Melingkupi gambaran imajinasi tersebut di sekeliling benda atau hal yang perlu diingat

Memutar imajinasi yang mengelilinginya atau memadukan imajinasi dengan hal atau benda tersebut

Menghubungkan semua benda atau hal yang perlu diingat dengan warna, bau, bentuk atau rasa yang sama

114

Sebagai contoh, siswa dapat menghubungkan angka 1 dengan visualisasi bentuk 1 seperti tombak yang digunakan untuk menombak.

3. Lokasi, akan memberikan dua hal kepada siswa, yakni siswa dapat menempatkan informasi dalam context secara langsung, dan sebuah jalan memisahkan mnemonic satu dengan yang lainnya. Dengan men-setting mnemonic satu dalam contoh, Wimbledon, dan memisahkan mnemonic lainnya dalam Indonesia, maka siswa dapat memisahkan mnemonic pikirannya tanpa adanya kebingungan. siswa dapat membangun selera dan atmosfir dari lokasi informasi tersebut ke dalam mnemonic, untuk memperkuat rasa dari lokasi informasi ingatan. Misalnya siswa harus mengingat 10 kata kunci berikut: Rusia, Amerika, Gajah, Pelawak, Api, Taj Mahal, Mesir, Hitam, Matahari, Laut (diadopsi dari Kapadia, 2003:56-57 dengan penyesuaian). Kata-kata itu kemudian dikaitkan dengan teknik mnemonic. Contoh kaitan mnemonic: Rusia berperang melawan Amerika dan mengubah Amerika menjadi seekor gajah. Gajah itu dinaiki seorang pelawak yang pergi ke Indonesia untuk menonton API (Akademi Pelawak TPI). Pelawak itu kemudian mengajak peserta API ke India untuk menyaksikan Taj Mahal. Dari India, mereka melanjutkan perjalanan ke Mesir untuk menyaksikan piramida. Di Mesir, mereka bertemu orang-orang yang berkulit hitam. Mereka heran dan bertanya mengapa orang-orang itu berkulit hitam, yang dijawab bahwa mereka terbakar matahari. Mendengar jawaban itu mereka kaget dan jatuh ke laut.

115

Dari contoh kaitan mnemonic di atas terlihat bahwa pikiran (ide) satu saling berkait dengan pikiran yang kedua dan seterusnya. Satu pikiran diikat oleh pikiran berikutnya seperti rantai. Jika kita mengingat satu pikiran, maka pikiran lainnya akan mengikutinya secara otomatis. Kaitan yang tersusun menyerupai sebuah cerita itu semakin memudahkan siswa mengingat keseluruhan kata, karena kata-kata yang semula seperti tidak saling berhubungan kini semuanya tampak logis dan saling terkait. Visualisasi dalam mnemonic dilakukan, misalnya dengan membuat gambaran mental tentang seekor gajah yang dinaiki lima orang pelawak. Di atas kepala mereka tampak matahari bersinar terang dan membakar tubuh orang-orang berkulit hitam. Atau visualisasi kunci di atas. Dengan bantuan mnomenik di harapkan siswa mudah mengingat kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori memudahkan untuk belajar sehingga hambatan belajar akan hilang.

2. Pengertian Methode Kata-Hubung (Link-Word Method ) Aktivitas menghafal sebenarnya selalu muncul sepanjang hidup manusia, banyak kejadian-kejadian baru yang muncul tersaji di hadapan manusia di sinilah kemampuan ingatan manusia di uji. Apakah menjadi penghafal yang efektif atau tidak.Manusia di tuntut untuk mempelajari kata-kata dan menghubungkannya dengan obyek,kejadian,tingkah laku,dan lain-lain dalam hidup, manusia di tuntut untuk belajar bahasa yang bermakna.

116

Kajian tentang hafalan memiliki sejarah yang panjang.Walau tujuan dari teori yang koheren, terpadu, dan memuaskan tentang memori/hafalan manusia (Estes,1976:11) masih belum tercapai, ada kemajuan kemajuan yang dapat di rasakan banyak strategi-strategi menghafal di kembangkan oleh para ahli pendidikan yang bertujuan membantu siswa belajar lebih efektif. Banyak obyek di sajikan pada individu dalam waktu yang singkat, dan hanya obyek yang mendapat perhatian yang mampu masuk dalam ingatan, dan hanya dengan latihan,siswa dapat mempertahankan obyek tersebut lebih lama seraya

membangun dasar inngatan yang kuat.(Estes,1976:7). Dengan kata lain jika siswa tidak memperhatikan sesuatu, mungkin tidak akan mampu mengingatnya, namun jika siswa memperhatikan sedemikian rupa maka akan mampu mengulanginya pada waktu yang akan datang. Ingatan jangka pendek seringkali di asosiasikan dengan pengalaman panca indera (sensory). Untuk ingatan jangka panjang otak akan menggabungkannya dengan segala sesuatu menurut isyarat episodic ( episodic cues ) yakni, mengingat rangkaian pengalaman pada obyek-obyek yang pernah kita hafal sebelumnya dan obyek-obyek lain yang berhubungan dengannya. Metode Kata-Hubung (Link-word Method) merupakan suatu metode yang dapat di gunakan guru untuk membantu meningkatkan ingatan siswa secara efektif. Masih sedikit sekali literatur yang membahas methode ini, namun penulis mencoba mengangkat metode kata-hubung (link-word method) dalam proses belajar mengahar yang bertujuan terdapat membaharuan dalam proses

117

pembelajaran, khususnya di sekolah tempat mengajar SMP Kasih Ananda yang berdomisili di Kelapa Gading Jakarta Utara. Metode dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:652) menyatakan cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai maksud ( dl ilmu pengetahuan dsb );cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan. Sedang kan arti kata dalam ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:451) adalah Unsur bahasa yang di ucapakan atau di tulis yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan di berbahasa. Dan arti dari hubung menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:358) adalah bersambung atau berangkaian yang satu dengan yang lain. Dari definisi di atas dapat di simpulkan metode kata hubung adalah cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan, dengan menghubungkan serta merangkai unsur bahasa yang di ucapkan atau di tulis yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan fikiran. Metode ini mempunyai dua komponen dasar,dengan asumsi bahwa salah satu tujuan balajar adalah menguasai materi yang tidak di ketahui. Komponen pertama menyediakan materi yang sudah di kenal dengan di hubungkan pada link yang berisi obyek-obyek yang tidak di kenal. Komponen ke dua menyediakan asosiasi dalam membangun makna materi baru. Contoh, saat siswa belajar bahasa asing, maka kata-link pertama berhubungan dengan bunyi dalam bahasa Inggris.sedangkan link ke dua berhubungan dengan kata-kata baru yang sedang di pelajari. Contoh, kata Spanyol carta (kartu pos) mungkin saja di hubungkan

118

(linked) dengan bahasa Inggris cart dan sebuah gambar sepucuk surat di belakang kereta belanja/shoping cart (Pressley,Levin,dan Delaney, 1982:62). Penemuan penting dari penelitian yang di lakukan oleh Pressley dan kawan-kawan dalam menghafal materi adalah menggunakan mnomenik (pembantu penghafalan) kedua perangkat-perangkat seperti metode kata-link ternyata lebih rinci dari pada metode yang di gunakan oleh pengingat alami,hal ini di karenakan metode kata-link mensyaratkan lebih banyak aktivitas mental dari pada melakukan prosedur-prosedur lain yang sekedar menghafal. Aktivitas mental di sini adalah siswa membentuk asosiasi-asosiasi tambahan pada proses linking, hal ini akan meningkatkat aktivitas kognitif siswa.kombinasi aktivitas dan asosiasi-asosiasi menyediakan jangkar/anchor yang lebih baik dalam system ingatan siswa dalam memproses informasi. Selain asosiasiasosiasi tambahan, metode ini menggunakan kata-kunci (key-word method) seperti pernyataan Pressley ketika menjawab, apakah metode kata-kunci (key-word method) akan membantu siswa yang pada umumnya adalah pengingat yang baik, buruk, dan sedang? Tampaknya, Ya (Pressley dan DennisRounds, 1980). Mnemonik dapat di ajarkan kepada siswa walaupun tanpa bantuan guru, siswa dapat membangun link mereka sendiri. Selanjutnya (Presley,Levin, dan Miller, 1981a) menyatakan Siswa-siswa yang masih muda seperti TK dan kelas satu dapat memanfaatkan Mnemonik walaupun mereka sulit untuk membangun link mereka sendiri, tetapi mereka dapat memanfaatkan mnemonic dengan bantuan guru.

119

Penelitian metode kata hubung memberikan pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan, dalam kajian Atkinson (1975) menyatakan Metode kata -link sekitar 50 persen lebih efektif dari pada metode hafalankonvensional.tetapi kajian berikutnya (Pressley,1977;Presley,Levin, dan Miller,1981a,1981b)

menyatakan bahwa Methode kata-link ternyata dua kali lebih efisien atau bahkan lebih di banding dengan hafalan konvensional.sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Mastropieri dan Scruggs (1994) berhasil menyesuaikan perangkatperangkat mnemonik pada kurikulum dengan perhatian khusus pada siswa yang memiliki masalah dalam belajar.

3. Konsep-Konsep tentang Memori Konsep-konsep berikut seperti kesadaran,asosiasi,system link,asosiasi konyol, system kata ganti dan kata kunci (Key word) pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk meningkatkan kapasitas memori siswa pada materi pelajaran. a. Kesadaran (Awareness) Menurut Lorayne dan lucas, segala hal yang betul-betul kita sadari, akan sangat sulit untuk di lupakan. Dan menyatakan pula bahwa (Lorayne dan Lucas,974:6) Pengamatan penting untuk memunculkan kesadaran yang sejati. Dari pernyataan Lorayne dan lucas adalah kesadaran manusia yang terjadi di sekelilingnya akan meninggalkan memori dalam waktu jangka panjang. b. Asosiasi (Association)

120

Asosiasi adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya.Berfikir asosiasi merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Anda dapat mengingat semua informasi baru jika anda mengasosiasikanya dengan sesuatu yang sudah anda kenal dan ingat sebelumnya (Lorayne dan Lukas, 1974:4). Terdapat dua macam asosiasi, yaitu: pertama, asosiasi buatan ( arbitrary), asosiasi ini terjadi apabila obyek- obyek yang harus di ingat tidak mempunyai hubungan kausal. Contoh apabila shinta di sebut maka akan teringat rama. Kedua, asosiasi logis adanya hubungan sebab akibat contoh malaria dan nyamuk. Pelajar yang telah mengalami proses belajar akan di tandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta

meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang di hadapi. c. Sistem Link (Link System) Inti dari prosedur memori ini adalah persambungan dua gagasan dengan gagasan ke dua yang memicu gagasan lain, dan seterusnya.Secara umum siswa belajar dengan mengunakan energy apabila belajar materi yang bermakna. d. Asosiasi Konyol(Ridiculous Asociation) Asosiasi merupakan dasar memori, kekuatan dapat di perbesar jika gambar yang diasosiasikan di wujudkan sebagai gambar yang jelas dan lucu, sesuatu yang mungkin atau tidak masuk akal.ada beberapa cara untuk membuat asosiasi menjadi lucu. Pertama, menerapkan aturan substansi/ penggantian kedua, menerapkan ketidak seimbangan ketiga,membuat aturan membesar-

121

besarkan,khususnya dengan angka. Mengambarkan asosiasi konyol tidak selalu susah jika siswa adalah anak kecil.tetapi akan menjadi susah jika siswa sudah mampu berfikir logis. e. Sistem Kata-Ganti (Sustitute-Word System) Sistem kata-ganti merupakan cara untuk membuat hal-hal yang tidak dapat di sentuh menjadi hal-hal yang dapat di sentuh,dan bermakna.(lorayne dan lukas,1974:21). Sistem ini sederhana, yakni hanya dengan mengucapkan kata-kata atau frasa-frasa yang tampak abstrak danberfikir sesuatu yang bunyinya mirip dengan, atau mengingatkan anda pada materi yang abstrak dan dapat di gambarkan dalam pikiran anda(Lorayne dan Lukas, 1974:22). Contoh Negara Mesir di visualisasikan dengan kata pasir dan gambar pasir, Negara Israel dengan rel dan lain-lain. f. Kata Kunci (Key Word) Inti dari system kata kunci adalah memilih satu kata untuk mempresentasikan pemikiran atau beberapa pemikiran subordinate (di

bawahnya) yang lebih panjang.jika kata kuncinya bersifat abstrak, maka sangat penting menggunakan system kata ganti sebelum menciptakan gambar yang di hafal.

4. Model Pengajaran Model pengajaran yang di kembangkan dari kajian Pressley,Levin, dan rekan-rekannya meliputi empat menggunakan teknik seperti tahap: (1) menggaris memperjelas materi dengan membuat daftar dan

bawahi,

122

merefleksikan, (2) mengembangkan hubungan-hubungan sehingga membuat informasi menjadi familier dan mengembangkan hubungan dengan menggunakan teknik dari system kata kunci,kata ganti,dan kata hubung, (3) meningkatkan gambar sensori dengan menggunakan asosiasi konyol dan melebih-lebihkan mengubah gambar, (4) melakukan pengulangan dengan mengingat kembali materi hingga tuntas dipelajari. Tahap-tahap ini didasarkan pada prinsip perhatian (the principle of attention ) dan teknik-teknik meningkatkan ingatan(the technigues for enhancing recall).

5. Struktur Pengajaran Tahap pertama : Mempersiapkan materi Menggunakan teknik-teknik yang mencakup menggaris bawahi

(underlining), membuat daftar (listing), dan merefleksikan (reflecting). Tahap ke dua : Mengembangkan hubungan-hubungan

Membuat materi menjadi familiar dan mengembangkan hubunganhubungan dengan menggunakan teknik-teknik system kata kunci (key word) Tahap ke tiga : Memperluas gambar-gambar sensori

Menggunakan teknik asosiasi konyol (ridiculous association) dan melebih-lebihkan (exaggeration).mengubah gambar. Tahap ke empat: Mengingat kembali Melakukan recalling pada materi hingga semuanya tuntas di pelajari. Dalam proses belajar-mengajar menggunakan metode kata-hubung terdapat system social yang dapat di ambil diantaranya adalah bersifat kooperatif.

123

Di mana guru dan siswa menjadi satu tim yang sama-sama bekerja dengan materi baru. Prakarsa ini di tekankan pada siswa agar mereka dapat melakukan control pada strategi dan menggunakannya untuk menghafal gagasan,kata, dan formulaformula. Peran guru, dalam pembelajaran metode kata-hubung membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek kunci, pasangan, dan gambar-gambar, dengan menawarkan sugesti-sugesti tetapi tetap merujuk pada kerangka rujukan siswa. Unsure-unsur familiar utamanya harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Dalam metode kata-hubung terdapat system pendukung yang di maksud di sini adalah semua perangkat bidang kurikulum yang tradisional dapat di bawa ke dalam pembelajaran seperti gambar,film dan materi audiovisual lain yang sangat berguna, khususnya untuk meningkatkan kekayaan sensorik siswa dalam membentuk asosiasi.

6. Langkah-langkah Penerapan Metode Kata-Hubung (link Word-Method) a) Komponen Utama Metode Kata-Hubung Mastropieri dan Scruggs (1991) menyediakan aplikasi, yang meliputi materi-meteri yang di kembangkan untuk semua bidang yang cukup sulit bagi siswa, seperti tempat-tempat geografis dan penduduknya. Pada dasarnya model memori dapat di terapkan pada seluruh bidang kurikulum yang meterinya menuntut hafalan siswa, pada pengajaran model ini guru membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek kunci, pasangan, dan gambar-gambar yang merujuk pada materi pembelajaran dengan tidak

124

mengabaikan kerangka rujukan siswa. Tetapi lambat laun setelah siswa menguasai model ini, maka siswa dapat menggunakan secara independen pada persoalan dan materi lain. Untuk menghilangkan ketergantungan siswa kepada guru dalam menggunakan metode ini maka siswa di ajarkan.langkah- langkah sebagai berikut: 1. Mengolah informasi untuk dapat di pelajari,pada dasarnya semakin banyak informasi yang diolah,semakin mudah untuk dipelajari, informasi dapat di olah dengan mengasosiasikan materi menurut kategori-kategori. 2. Menata informasi untuk dipelajari, menjadikan informasi atau materi menjadi satu rangkaian yang mudah untuk di simpan. 3. Menghubungkan informasi dengan materi yang familier (bunyi dan arti keduanya harus menjadi pertimbangan) 4. Menghubungkan informasi dengan representasi visual contoh dengan gambar ,film, komik dan lain-lain. 5. Menghubungkan informasi dengan informasi lain yang telah diasosiasikan. 6. Perangkat-perangkat yang membuat informasi menjadi hidup juga bermanfaat. Lorayne dan Lucas menyukai asosiasi konyol yang informasinya dihubungkan dengan asosiasi yang absurd (missal the silly two carries his twin two on his back so his back so they are really four) 7. Praktik dan latihan sangat penting agar siswa dapat melatih diri mereka sendiri. b) Persiapan untuk menggunakan model pengajaran Kata-Hubung

125

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan belajar mengajar dengan menggunakan metode kata-hubung sebagai berikut: 1. Menyiapkan materi dan mengolah materi untuk di pelajari. Persiapan pertama adalah guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode kata-hubung, pada dasarnya metode ini dapat di gunakan pada semua materi kurikulum pelajaran.tetapi pada kali ini materi yang di ajarkan adalah pelajaran IPS kelas IX Kompetensi dasar mengidentifikasi cirri-ciri Negara maju dan Negara berkembang, materi pokok pelajaran persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, kegiatan pembelajaran contoh Negara maju dan berkembang di Asia, Eropa, Afrika, Amerika dengan menggaris bawahi materi pelajaran yang perlu di ingat,

membuat daftar (listing) dengan mengasosiasikan materi menurut katagori atau mendaftar gagasan-gagasan secara terpisah dan mengutarakan kembali gagasan tersebut dengan kata-kata sendiri, merefleksikan materi dan menentukan hubungan dengan gagasan. 2. Mengolah materi pelajaran untuk di pelajari . Mengolah materi dengan mengklarifikasi dan mengevaluasi sehingga menjadi familier selanjutnya siswa mengembangkan hubungan-hubungan dengan teknik-teknik system kata kunci (key word) untuk menghafal kutipan yang panjang dan kompleks, menggunakan kata ganti ( substitute word),dan selanjutnya siswa mengembangkan kata hubung (Link word) dengan gagasan. Gagasan

adalah menghubungkan materi baru dengan kata-kata, gambar-gambar atau gagasan-gagasan yang familier dan menghubungkan gambar dengan kata.

126

3. Memperluas gambaran-gambaran sensorik. Setelah siswa mampu mengidentifikasi materi dengan gambar-gambar selanjutnya guru menyuruh siswa untuk mengasosiasikan gambar tersebut dengan indera dan menciptakan dramatisasi lucu melalui asosiasi konyol dan melebihlebihkan.yang pada ahirnya gambar-gambar tersebut memberikan kekuatan ingatan yang besar.dalam memilih gambar yang baik hendaknya guru mempertimbangkan beberapa hal diantaranya: hendaknya gambar di buat sesuai dengan tingkat pengalaman siswa yang artinya penggunaan gambar dapat di mengerti oleh siswa pada saat gambar itu di gunakan. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan gambar, menggunakan gambar yang sederhana dan jelas sehingga mudah di mengerti, menggunakan symbol dan lambing yang jelas. 4. Mengingat kembali Setelah siswa mampu menghubungkan gambar dengan kata-kata yang bermakna yang beracuan pada materi pelajaran selanjutnya tugas siswa adalah mengingat kembali atau melakukan recall pada meteri yang di ajarkan. 5. Menentukan nilai awal Nilai awal di tentukan dengan memberikan evaluasi materi yang sama, bembandingkan tingkat keberhasilan siswa secara kognitif antara sebelum memakai metode kata-hubung dan sesudah memakai metode kata hubung. c) Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode katahubung dilakukan pada kegiatan belajar secara regular, jadwal kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:

127

(1)

Mengajar. Gagasan Utama Waktu Materi : Mengajar : 1-2 periode kelas : Rancangan Rencana Pengajaran (RPP)

Guru menyampaikan materi pelajaran yang mencakup pembukaan, pengembangan dan pengarahan praktis tiap-tiap komponen dari keseluruhan pelajaran kepada siswa hingga siswa mengerti proses pembelajaran yang di

kehendaki oleh guru yaitu melakukan pembelajaran dengan metode kata-hubung. (2) Belajar Gagasan Utama Waktu Materi : Belajar : 1-2 Periode : Peta persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, gambar-gambar

sensori,mengembangkan kata hubung (3) Tes (Ujian) Gagasan Utama Waktu Materi : Melaksanakan ujian : 1-2 periode kelas : soal materi pelajaran pesebaran Negara maju dan Negara berkembang di kawasan Asia, Eropa, Afrika, Amerika.

128

Tabel Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Kata-Hubung (Link Word Method) No Langkah-langkah Keterangan Mengolah informasi menurut kategori Menata informasi rangkaian Menghubungkan gambar menjadi satu dengan

informasi

Komponen Utama

Menghubungkan informasi dengan informasi lain yang telah di asosiasikan Membuat asosiasi konyol Praktik latihan Menyiapkan materi Mengolah materi 2 Persiapan Memperluas gambaran sensorik Mengingat kembali Menentukan nilai awal Mengajar waktu 1-2 periode kelas 3 Jadwal kegiatan Belajar waktu 1-2 periode kelas Tes ujian waktu 1-2 periode kelas

F. Penelitian yang Relevan Secara khusus penulis belum menemukan hasil penelitian tindakan kelas yang menggunakan metode kata-hubung ( link-word method ) untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia. Maka untuk mengetahui hasilhasil penelitian yang relevan penulis merujuk beberapa sumber diantaranya:

129

1. Pressley, Levin, dan Delaney (1982) menemukan bahwa orang yang menguasai materi lebih cepat dan menyimpannya lebih lama pada umumnya menggunakan strategi mnomenik,dan perangkat seperti metode kata-link mensyaratkan lebih banyak aktivitas mental dari pada melakukan aktivitas lain dari sekedar menghafal. 2. Pressley dan Dennis-Round (1980) menyatakan metode kata-kunci (keyword method) akan membantu siswa untuk menjadi pengingat yang lebih baik. 3. Pressley, Levin, dan Miller (1981) menyatakan mnomenik dapat di ajarkan pada siswa tanpa bantuan guru, siswa dapat mengembangkan sistemsistem untuk membuat link-link mereka sendiri, khusus untuk siswa muda TK maka guru membantu menyediakan link-link bantuan. 4. Atkinson (1975) menyatakan metode kata-link sekitar 50 persen lebih efektif dari pada metode hafalan konvensional. 5. Pressley, 1977;Pressley, Levin, dan Miller, 1981a, 1981b menyatakan metode kata-link dua kali lebih efisien atau bahkan lebih di banding dengan hafalan secara konvensional. 6. Mastropieri dan Scruggs (1994) menyatakan lebih banyak yang dihafal lebih banyak kata link yang di gunakan, dan peneliti telah berhasil menyesuaikan perangkat-perangkat mnomenik pada kurikulum dengan perhatian khusus pada siswa yang memiliki masalah dalam belajar.

130

7. Lorayne dan Lukas (1974) menyatakan bahwa mengingat informasi yang baru akan lebih mudah jika mengasosiasikannya dengan sesuatu yang sudah di kenal dan di ingat sebelumnya. 8. Lorayne dan Lukas (1974) menyatakan bahwa system ini sangat sederhana yakni dengan mengucap kata-kata atau frase-frase yang tampak abstrak dan berfikir sesuatu yang bunyinya mirip dengan materi yang di hafal.

G. Acuan Konseptual Perencanaan Tindakan Penelitian ini dimulai dari proses belajar yang biasa di lakukan tanpa mengubah jadwal pelajaran yang telah di tentukan, konseptual perencanaan tindakan yang akan di lakukan adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri Negara maju dan Negara berkembang , materi pokok pelajaran persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, kegiatan pembelajaran mengamati peta tentang persebaran Negara maju dan Negara berkembang, indikator membuat peta wilayah Negara maju dan Negara berkembang. 2. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa mereka akan belajar dengan menggunakan metode belajar kata-hubung ( link-word method ) guru menjelaskan proses belajarnya yaitu dengan menyiapkan gambar-gambar sensori, membangun link dan menghubungkannya dengan materi yang baru.

131

3. Guru menyiapkan media pelajaran yang akan di pakai berupa peta dunia, buku materi pelajaran, OHP, transparan yang bergambar peta Negara maju dan Negara berkembang. 4. Pada setiap ahir pembahasan dalam setiap siklus akan diadakan tes penilaian untuk mengukur kemampuan masing peserta didik. 5. Setelah di ketahui hasil penilaian, nilai akan di masukkan ke dalam nilai kemajuan siswa.

H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan beberapa teori di dalam BAB II , pada penelitian ini penulis menduga bahwa proses menghafal khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial akan mudah di lakukan apabila menggunakan metode belajar kata-hubung (link-word method), hal ini di karenakan dalam menghafal dengan methode ini siswa mencoba membuat kata atau frase yang telah di kenalnya dan di hubungkan dengan informasi yang baru di terimanya, sehingga bisa di katakan bahwa dengan membuat kata frase atau link yang di bangunnya merupakan alat bantu atau jangkar untuk mengingat informasi yang baru dan dapat menyimpannya lebih lama dan memudahkannya untuk mengingatnya kembali apabila di butuhkan. Di samping itu jika siswa telah terbiasa dan terampil dalam membangun link, maka siswa akan mudah menerapkan metode kata-hubung dalam mata pelajaran yang lain tanpa bantuan guru, yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

132

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Secara harfiah penelitian tindakan kelas (PTK) berasal dari bahasa inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research ( penelitian tindakan) yang di lakukan di kelas.terdapat beberapa pendapat tentang penelitian tindakan kelas (PTK) diantaranya : Arikunto, seorang ahli di bidang penelitian tindakan kelas (PTK) menjelaskan pengertian PTK secara sistematis a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu obyek yang diamati. b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu dalam PTK tindakan ini di sebut dengan siklus kegiatan untuk peserta didik. c. Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama. Dari ketiga pengertian di atas, penelitian ,tindakan dan kelas dapat di simpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah Pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan(Arikunto,2008:2).

133

Sementara Carr dan Kemmis, berpendapat pengertian PTK dalam Carr dan Kemmis (McNiff,991) adalah: Action research is a form of self -refective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of their own social or educational practices, their understanding of these practices, and the situation (and institution) in which the practices are carried out, Berdasarkan pengertian di atas dapat di garis bawahi beberapa poin penting tentang PTK yakni: a. PTK adalah suatu bentuk inquiri atau penyelidikan yang di lakukan melalui refleksi diri. b. PTK di lakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang di teliti, seperti guru, peserta didik, atau kepala sekolah. c. PTK di lakukan dalam situasi social, termasuk situasi pendidikan. d. Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik belajar-mengajar, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut di lakukan. Dari keempat ide pokok tersebut, dapat di simpukan PTK adalah pencermatan yang di lakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah ) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melalukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran. Sedangkan Rapoport (1970, dalam Hopkins, 1993) mengartikan Penelitian Tindakan Kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis

134

persoalan yang di hadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu social dengan kerja sama dalam kerangka etika yang di sepakati bersama. Mulyasa (2009:34) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai upaya yang di tujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang di hadapi dalam pembelajaran. Definisi yang sama di kemukakan oleh Latief(2009:2) bahwa penelitian tindakan kelas adalah satu rancangan penelitian yang di rancang khusus untuk meningkatkan kualitas praktek pembelajaran. Dari beberapa devinisi di atas penulis menyimpulkan bahwa tindakan kelas (PTK) adalah pencermatan guru atau sekelompok guru di dalam kelasnya, mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam proses pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya perbaikan itu, penelitian tindakan kelas di lakukan untuk meningkatkan profesi guru dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai karakter tersendiri jika di banding dengan penelitian lain pada umumnya. Misalnya penelitian naturalistic, eksperimen, survey dan lain-lain tetapi jika di kaitkan dengan penelitian yang lain PTK dapat di kategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen, di katakan kualitatif karena pada saat data di analisis di gunakan strategi kualitatif, tanpa ada perhitungan statistic. Di katakana sebagai penelitian eksperimen karena penelitian ini di awali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subyek

135

penelitian, dan ada nya evaluasi terhadap hasil yang di capai sesudah adanya perlakuan. (Iskandar, 2009:24). Sementara itu Latief (2009:16) berpendapat bahwa PTK bisa di masukkan ke dalam rancangan kuantitatif sekaligus kualitatif atau sebaliknya PTK tidak dapat di masukkan ke dalam rancangan kuantitatif karena melibatkan data yang tidak bias di analisis dengan statistic. Atau tidak bisa di masukkan ke dalam rancangan kualitatif karena melibatkan data yang analisisnya menggunakan formula statistic. Maka tidak usah berfikir memasukkan PTK ke dalam kuantitatif atau kualitatif, sebutkan saja bahwa PTK mempunyai cirri khas yang berbeda dari penelitian yang lainnya, yaitu menggunakan rancangan penelitian sesuai dengan kebutuhan. Di tinjau dari karakteristiknya, penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki karakteristik antara lain: (1) guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera di selesaikan di dalam kelasnya; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek instruksional;(5) di laksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. (Iskandar, 2009:24). Menurut Richard Winter dalam Iskandar (2009:24) terdapat enam karakteristik dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) diantaranya: (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko,(5) susunan jamak, (6) internalisasi teoridan praktek.

136

Sementara menurut Suyadi (2010:22) karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain : (1) terdapat permasalahan yang di hadapi guru, (2) refleksi diri, (3) PTK di lakukan di dalam kelas sehingga focus perhatian adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui interaksi, (4) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. Sedangkan menurut Gunawan Undang (2008:9) menyatakan terdapat lima karakteristik dalam PTK diantaranya : (1) masalah yang di teliti adalah masalah mikro yang di batasi oleh dinding kelas, (2) bertujuan untuk memperbaiki PBM, (3) PTK merupakan penelitian terapan untuk memecahkan masalah real yang di hadapi guru dan siswa, (4) PTK bersifat siklus, (5) PTK berorientasi pada daya serap dan taraf serap materi pengajaran.

C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Prinsip adalah pegangan, fungsi dari pegangan adalah untuk pedoman dalam PTK terdapat beberapa prinsip atau pedoman yang harus di penuhi di antaranya: (1) PTK di laksanakan dalam lingkungan pembelajaran yang alamiah,artinya PTK di lakukan tanpa mengubah situasi dan jadwal pelajaran, (2) adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses pembelajaran, artinya guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam PBM bahkan gru di tuntut untuk lebih peka terhadap prestasi belajar siswa, (3) menggunakan analisis SWOT sebagai dasar tindakan hal ini di cetuskan oleh Arikunto (2006:7) SWOT yang di maksud adalah strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunity (kesempatan) dan threat (ancaman), (4) adanya upaya secara kongkret dan dapat

137

di terapkan sebagai manisfestasi inisiatif dan analisis SWOT, (5) merencanakan dengan SMART, smart di sini bukan cerdas tetapi spesifik( tidak terlalu luas), manageable ( dapat di laksanakan ), acceptable (di terima lingkungan), realistic ( tidak menyimpang dari tujuan), time-bound (di ikat oleh waktu dan terencana). Berdasarkan prinsip SMART, khususnya acceptable, maka sebelum melakukan penelitian tindakan kelas guru harus mengomunikasikannya dengan siswa. Hal ini di maksudkan untuk mencari kesepakatan apakah siswa mampu melakukan inisiatif guru atau tidak.

E. Setting Penelitian Setting Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reseach) meliputi : tempat penelitian dan waktu penelitian. 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Kasih Ananda yang berdomisili di Jalan Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara, pada penelitian ini ditujukan untuk meneliti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Social dengan menggunakan metode belajar kata-hubung (link-word method) hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas IX SMP Kasih Ananda. 2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2011/2012. Waktu penelitian direncanakan dari minggu ke empat bulan September tahun 20011 sampai 1 Desember 20011. Rentang waktu ini termasuk

138

di dalamnya mulai perencanaan pembelajaran siklus persiklus sampai pada penilaian dan refleksi terhadap kegiatan penilaian. Penentuan waktu penilaian mengacu pada kalender akademik sekolah, hal ini dikarenakan PTK memerlukan beberapa siklus dan proses pembelajarannya tidak mengganggu PBM sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif, aktif dan kreatif .

F. Subyek Penelitian Subyek Penelitian Tidakan kelas ini adalah siswa-siswi kelas IX di SMP Kasih Ananda. Jumlah seluruh siswa kelas IX berjumlah 34 siswa, dengan perbandingan 19 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, karakteristik di kelas IX SMP Kasih Ananda ini memiliki tingkat kemampuan daya serap yang berbeda, latar belakang yang berbeda dan terdapat perbedaan terhadap minat belajar pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada setiap siswa.

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas tahapan yang ada pada setiap siklus (PTK) terdapat empat

dalam pelaksanaan penelitian, hal ini

mengacu kepada model Hopkins (1993). Tahapan-tahapan tersebut berupa perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi (Mulyasa, 2009:181). Tahapan-tahapan tersebut di sebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tandatanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset di lanjutkan pada siklus ke dua , dan seterusnya, sampai peneliti mencapai tujuan

139

penelitiannya. Adapun desain prosedur penelitian tindakan kelas ( PTK ) sebagai berikut:

Desain Prosedur Tindakan Kelas


PERENCANAAN

REFLEKSI

SIKLUS I

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

SIKLUS II

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

DILANJUTKAN KE SIKLUS BERIKUT

Berdasarkan desain penelitian di atas, tahapan penelitian di jelaskan sebagai berikut: Siklus I 1. Perencanaan Tindakan sebagai berikut :

140

a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar, materi pokok pelajaran dan indikator yang akan di sampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kata-hubung (link-word method). c. Membuat scenario pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi di kelas d. Membuat lembar kegiatan siswa dan membuat soal-soal persebaran negara maju dan Negara berkembang. e. Membuat instrument yang di gunakan dalam siklus PTK. 2. Pelaksanaan Tindakan Deskripsi yang akan di lakukan, scenario kerja tindakan perbaikan yang akan di kerjakan dan prosedur tindakan yang akan di terapkan, sebagai berikut: a. Presentasi pelajaran di dalam kelas yang di lakukan oleh guru dengan menyampaikan kompetensi dasar sesuai kurikulum. Kompetensi Dasar

pada pelaksanaan tindakan kelas sikulus I ini adalah mengidentifikasi ciriciri Negara maju dan Negara berkembang ,materi pokok pelajaran persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia dengan kegiatan pembelajaran mengamati peta tentang persebaran Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang , indikator pelajaran memberi contoh Negaranegara yang tergolong maju dan berkembang beserta peta wilayahnya.

141

b. Guru menyiapkan media pembelajaran berupa peta dunia, OHP, trasparan, buku pelajaran, gambar-gambar sensori, membangun link dan

menghungkannya dengan materi yang akan dipelajari. c. Guru membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek kunci, pasangan dan gambar-gambar dengan menawarkan sugesti-sugesti tetapi tetap pada kerangka rujukan siswa. Dan membangun unsure familier utamanya yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. d. Menguji kemampuan individual peserta didik, dengan menyajikan peta buta materi pokok pelajaran persebaran Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang di dunia, siswa mencoba mengingat kembali dengan mengamati dan menyebutkan Negara-Negara yang termasuk Negara maju dan berkembang. e. Hasil tes peserta didik di koreksi oleh guru yang merangkap sebagai peneliti dan di bantu dengan teman sejawat dalam hal ini adalah guru Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). f. Setelah hasil tes di ketahui, langkah selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dengan memberikan hadiah. 3. Observasi/Pengamatan Tindakan Observasi/pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran dalam

penelitian ini guru bertindak sebagai peneliti yang dibantu oleh teman sejawat, bentuk pengamatan dengan menggunakan instrument yang telah disediakan. Fokus mengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar melalui metode kata-hubung (link-word method). Selain mengajar guru bertindak sebagai

142

peneliti, memonitor, memfasilitasi dan mengawasi jalannya proses pembelajaran serta mengevaluasi hasil tindakannya. Sedangkan tugas teman sejawat adalah memberikan masukan kepada peneliti dan ikut mengamati jalannya penelitian tindakan kelas (PTK). 4. Refleksi Hasil penemuan yang diperoleh dari pengamatan peneliti, dianalisis secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif (nilai belajar siswa) akan dianalisis secara deskriptif. Hasil tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menentukan langkah berikutnya pada siklus ke dua, ke tiga dan seterusnya. Penelitian kelas ini berhasil apabila : a. Minimal 75% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil belajar tuntus (KKM=70) b. Sebagian besar (75% dari siswa) termotivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode belajar kata-hubung (link-word method). c. Sebagian besar (75% dari siswa) telah mampu membangun link dan menghubungkannya dengan informasi yang baru tanpa bantuan guru. Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Peneliti membuat rencana program pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama 2. Pelaksanaan Tindakan

143

Peneliti yang merangkap sebagai guru melaksanakan pembelajaran dengan metodhe belajar kata-hubung (link-word method)berdasarkan rencana

pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. 3. Observasi/Pengamatan Tindakan Peneliti dan teman sejawat melakukan pengamatan terhadap aktivitas

pembelajaran berdasarkan instumen yang telah di sediakan. 4. Refleksi Peneliti dibantu teman sejawat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ke dua dan apabila diperlukan kembali peneliti dan teman sejawat menyusun rencana untuk siklus selanjutnya. Siklus III Siklus ke tiga (jika diperlukan) akan dilaksanakan berdasarkan pada refleksi siklus ke dua.

H. Data dan Sumber Data Data yang diperoleh adalah hasil dari proses penilaian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, dan hasil penelitian itu sendiri, data dan sumber data berupa : 1. Hasil belajar siswa yang berupa tes siswa 2. Wawancara dengan siswa

3. Observasi 4. Dokumen dari pengamatan lapangan 5. Catatan lapangan

144

6. Informasi dari teman sejawat

I. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tindakan kelas (PTK) adalah: 1. Methode kata-hubung (link-word method) 2. Lembar tes/lembar jawaban 3. Lembar kuisioner tentang pendapat siswa mengenai metode pembelajaran menggunakan metode kata-hubung (link-word method). 4. Lembar pedoman wawancara alat evaluasi siswa. 5. Teknik 6. Catatan lapangan 7. Alat evaluasi guru dan

J. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Lembar observasi 2. Lembar evaluasi guru dan hasil belajar siswa dalam bentuk lembar jawaban. 3. Lembar wawancara 4. Jurnal harian pengamat 5. Catatan lapangan 6. Dokumentasi

145

K. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam pemeriksaan keabsaan data yaitu : (1) wawancara, (2) observasi, (3) kuisioner/dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dapat di lihat dari tiga sumber, yaitu: 1. Peneliti dan teman sejawat, yang berupa catatan peneliti dan catatan teman sejawat sebagai pembanding dan juga sebagai bahan masukan serta pendapat tentang pengalaman proses belajar mengajar menggunakan metode kata-

hubung (link-word method), yang berupa kuisioner maupun wawancara. 2. Hasil wawancara antara peneliti dengan subyek penelitian (siswa) 3. Hasil tes siswa yang berupa lembar jawaban

L. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan akan dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan (1) data kualitatif, (2) data kuantitatif. 1. Analisis data kuanlitatif Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang terdapat dalam proses pembelajaran yang mencakup (1) data deskripsi, (2) interprestasi, (3) refleksi terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran. 2. Analisis data kuantatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Teknis analisa data yang digunakan adalah analisis varians (anava) dengan menggunakan statistik uji-F

146

untuk menguji perbedaan rerata antara tiap-tiap siklus, dan statistik uji-t (uji-t anava) untuk menguji mana yang berbeda secara signifikan antara siklus-siklus tersebut. a) Pengujian dengan analisis varians ( anava ) Untuk mencari perbedaan antar rerata nilai beberapa hasil tes, peneliti menggunakan teknik analisis varians (anava ) untuk mendapatkan nilai F. Sebelum analisis varians di lakukan untuk pengujian hipotesis, maka di perlukan pengujian homogenitas varians terlebih dahulu supaya data yang akan di analisis itu homogeny yaitu dengan cara membandingkan varians terbesar dibagi varians terkecil. Dengan criteria pengujian sebagai berikut : Jika nilai F hitung lebih besar maka data tidak homogen tetapi jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftable maka tersebut homogeny. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus berikut:

Setelah uji homogenitas maka di lanjutkan dengan uji F untuk rerata menggunakan analisis varians (Anava) satu jalan yang menggunakan simple randomized design. Untuk mendapatkan nilai F ada beberapa langkah yang harus di tempuh terlebih dahulu diantaranya ( Kadir dan Raihan, 2009: 140) (1) Mengitung jumlah kuarat (JK) untuk beberapa sumber variansi, yaitu Antar (A), Dalam (D),dan Total (T), dengan formula sebagai berikut:

147

(2) Menentukan derajat kebebasan (dk) masing-masing sumber varians dk(T) =nt 1 dk(A)= na 1 dk(D)=nt na

(3) Menentukan rata-rata jumlah kuadrat (RJK) RJK(A) (4) Menyusun tabel anava Sumber JK Varians Dk RJK Fhitung 0,05 JK(A) JK(D) JK(T) dk(A) dk(D) dk(D) RJK(A) RJK(D) RJK(T) Fhit 0,01 F1 dan RJK(D)

Antar Dalam Total

Setelah harga F hitung sudah di ketahui maka di bandingkan dengan harga F


tabel

jika F

hit

lebih besar di bandingkan dengan F

tabel

untuk kesalahan 0,05 atau

0,01 maka hipotesis nol (Ho) di tolak berarti ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Tetapi jika harga F
hitung

lebih kecil dari pada F

tabel

maka (Ho) di

terima yang berarti tidak ada perubahan atau peningkatan hasil belajar siswa. b) Perbedaan rerata antara dua hasil tes (uji satu pihak) Hipotesis Penelitian ke dua yang akan di uji adalah terdapat perbedaan antara nilai dua hasil tes. Untuk membuktikan antara dua hasil penilaian tersebut peneliti menggunakan statistic uji-t (uji-t anava) dengan rumus:

148

(1) Perbedaan rerata nilai pada pre tes (X1)dan tes siklus I (X2). Jika di peroleh t hitung X1 dan X2 lebih besar di bandingkan t tabel maka Ho di tolak yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara rerata nilai pre tes X1 dan siklus 1 (X2) (2) Perbedaan rerata nilai pada pre tes (X1) dan tes siklus II (X3). Jika di peroleh t hitung X1 dan X3 lebih besar di banding t
tabel

maka Ho di

tolak yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara rerata nilai pre tes X1 dan siklus II (X3). (3) Perbedaan rerata nilai pada siklus I (X2) dan tes siklus II (X3) Jika di peroleh t
hitung

X2 dan X3 lebih besar di banding t

tabel

maka Ho di

tolak yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara rerata nilai tes siklus I (X2) dan nilai siklus II (X3).

149

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data a. Data Umum SMP Kasih Ananda Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah, maka secara global kondisi SMP Kasih Ananda dapat di gambarkan sebagai berikut : 1. Data guru dan tenaga kependidikan a) Status Kepegawaian Jumlah guru dan tenaga kependidikan di SMP Kasih Ananda berjumlah 25 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 1 orang wakil kepala sekolah, 3 orang guru pegawai negeri sipil (PNS), 2 orang guru tetap yayasan, 11 orang guru tidak tetap yayasan, sedangkan tenaga kependidikan berjumlah 7 orang, yang terdiri dari, 2 orang tenaga administrasi, 1 orang tenaga pustakawan, 1 orang BK, 1 orang laboran dan 2 orang tenaga kebersihan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 : Data Guru dan Tenaga Kependidikan PNS No Personel Lk 1 2 3 Kepala sekolah Wakil kepala sekolah Guru PNS 1 1 3 Pr Lk Pr 1 1 3 Non PNS Jumlah

150

4 5 6 7 8 9 10

Guru tetap yayasan Guru tdk tetap yayasan Tenaga administrasi Pustakawan BP/BK Laboran Personil lainnya Jumlah 3

1 6 1

1 5 1 1 1 1 2

2 11 2 1 1 1 2 25

13

b)

Tenaga Pendidik berdasarkan Pendidikan Untuk lulusan S 2 berjumlah 1 orang, lulusan S 1 berjumlah 14 orang, D 3

berjumlah 3 orang, SLTA berjumlah 4 orang. Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 : Data Guru dan Tenaga Kependidikan Berdasarkan Pendidikan Non PNS No Personal SLTA 1 2 Kepala Sekolah Wakil kepala Sekolah D3 1 S1 1 SLTA D3 S1 S2 1 1 PNS Jml

151

3 4 5

Guru PNS Guru Tetap Yayasan Guru Tidak Tetap

2 -

1 -

3 2

Yayasan 6 7 8 9 10 Pustakawan BP/BK Laboran Administrasi Personil Lainnya Jumlah 2 2

11

11

1 1 1 2 15

1 1 1 2 2 25

2.

Data Siswa Jumlah siswa SMP Kasih Ananda terdiri dari 161 siswa yang terdiri dari

75 siswa kelas VII yang terbagi menjadi dua kelas, VII A terdiri dari 37 siswa dan VII B terdiri dari 38 siswa, untuk kelas VIII terdiri dari 32 siswa yang terbagi menjadi dua kelas, VIII A terdiri dari 26 siswa dan VIII B 26 siswa, sedangkan pada siswa kelas IX terdiri dari 34 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini :

152

Tabel 3 : Data Siswa SMP Kasih Ananda Kelas VII No Sekolah


Lk Pr Jmh Lk Pr Jmh Lk Pr Jmh Lk Pr

Kelas VIII

Kelas IX

Jumlah
Jmh

SMP Kasih Ananda

16

18

34

28

24

52

42

33

75

86

75

161

b. Kondisi Awal Subyek Penelitian dan Pra Tes ( Tes I ) Sebelum mengadakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian siswa kelas IX SMP Kasih Ananda yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki, hal ini di lakukan untuk mengetahui aktivitas siswa, respon siswa dan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Data penelitian tindakan kelas ini di peroleh dari hasil tes siswa melalui pre tes sebelum di adakan tindakan penelitian kelas, post test siklus I dan post test siklus II, di samping itu data juga di peroleh melalui wawancara siswa, observasi, yang terdiri dari observasi guru dalam kegiatan pembelajaran pesertadidik, interaksi belajar siswa, dokumentasi, kuesioner,

catatan lapangan, dan informasi teman sejawat serta pengamatan secara langsung di lapangan. Di bawah ini di jabarkan beberapa pengamatan awal terhadap kondisi subjek penelitian (peserta didik) dan hasil pre test. 1. Kondisi Peserta Didik Setelah melakukan pengamatan, secara Umum kondisi kelas IX SMP Kasih Ananda dapat di gambarkan sebagai berikut:

153

a) Kurangnya motivasi terhadap pembelajaran IPS b) Kurang adanya keberanian siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum di pahami c) Tingkat kesukaran dalam menghafal sangat tinggi d) Tidak mampu mengembangkan potensi dirinya e) Tidak mampu membangun kata-hubung atau link untuk di sambungkan dengan materi yang di ajarkan f) Tidak mampu menentukan kata kunci dalam sebuah materi g) Tidak terdapat interaksi yang memuaskan antara siswa dengan guru,maupun siswa dengan siswa lainnya. h) Siswa cenderung pasif dalam belajar i) Kurangnya respon yang baik dari siswa untuk mengikuti proses pembelajaran IPS 2. Hasil Pra Tes ( Test I ) Sebelum mengadakan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti

mengadakan pra tes untuk mengetahui dan mengukur kemampuan awal peserta didik.dari hasil pra tes di dapat data bahwa belum ada peserta didik yang

memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang telah di tetapkan yaitu 70, nilai tertingg 68 dan terendah 32 sementara rata-rata kelas di peroleh 48 Berdasarkan temuan data di atas , maka di susunlah perencanaan terhadap penelitian tindakan kelas yang di tujukan pada peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran kata-hubung atau link-word method dengan menggunakan dua siklus. 1. Siklus I

154

a. Perencanaan Berdasarkan temuan awal tentang kenyataan yang ada di lapangan serta hasil pre test, maka penulis merencanakan untuk melakukan tindakan atau perbaikan terhadap kondisi yang sedang terjadi pada kelas IX SMP Kasih Ananda.Tindakan yang akan dilakukan di sesuaikan dengan prosedur penelitian tindakan kelas pada BAB III, maka di rencanakan siklus I, Pada siklus I ini berlangsung selama dua kali pertemuan (2x2 jam pelajaran) atau masing-masing tindakan berlangsung selama (2x45 menit) agar tidak mengganggu proses pembelajaran maka pokok bahasan yang di angkat adalah yang sesuai dengan silabus yang telah di tetapkan yaitu Standar Kompetensi Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia, Kompetensi Dasar Meng identifikasi cirri-ciri Negara berkembang dan Negara maju di dunia, materi pokok pelajaran persebaran negara-negara maju dan negara-negara berkembang di dunia, kegiatan pembelajaran mengamati peta tentang persebaran Negara-negara maju dan Negara berkembang di dunia, indikator membuat peta wilayah Negara maju dan Negara berkembang di dunia. Sebagai teman kolaborasi pada siklus ini penulis meminta bantuan kepada Dra. Hj. Miratul Fuad selaku guru IPS di sekolah tempat penelitian, hal ini di lakukan untuk membantu penulis mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method) Pemilihan nama tersebut di dasarkan pada pertimbangan bahwa saat penelitian di lakukan nama tersebut mempunyai waktu luang dan berkompeten untuk menilai proses pembelajaran dengan metode kata- hubung ( link-word method) hal ini di karenakan nama

155

tersebut mengajar IPS pada sekolah tempat penelitian dilaksanakan, sehingga nama tersebut tidak merasa terganggu dalam pelaksanaan penelitian bahkan nama tersebut merasa terbantu dengan metode pembelajaran yang di terapkan. Dan akan menerapkannya pada kelas VII dan VII khusus pada bidang sudi IPS. Untuk mengetahui lebih jelas tentang permasalahan yang di jumpai pada pengamatan awal serta masalah akademis yang ada pada peserta didik serta tindakan dan tujuannya di laksanakan siklus I.maka penulis membuat peta konsep rencana tindakan kelas terlabih dahulu. Peta konsep rencana tindakan kelas siklus I dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4 : Peta Konsep Rencana Tindakan Kelas Siklus I No Keadaan Awal Masalah Rencana Tindakan Memberikan motivasi kepada siswa, bahwa pelajaran IPS masuk pada Ujian Ahir Sekolah dan dapat menentukan proses kelulusan, hal ini di karenakan system penilain 60% nilai UN dan 40% nilai sekolah. Melibatkan siswa dengan methode pembelajaran kata-hubung (link word method) Tujuan

Kurangnya motivasi terhadap pembelajaran IPS

Siswa tidak belajar dengan serius hal ini di karenakan pelajaran IPS tidak masuk dalam UN

Agar siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran IPS dengan sungguhsungguh dan serius yang ahirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

Kurang adanya keberanian siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum di

Siswa cenderung diam dan pasif, tidak mau bertanya kepada guru ataupun teman tentang

Agar siswa lebih aktif dalam proses belajarmengajar

156

pahaminya

materi yang belum mereka pahami Siswa tidak dengan sungguhsungguh berusaha mengingat materi yang telah di ajarkan kepadanya, siswa cenderung menganggap remeh hal-hal yang harus di ingat. Siswa mudah sekali melupakan materi yang telah di sampaikan, dan siswa tidak mempunyai teknik-teknik bagaimana mengembangkan daya ingat yang baik dan tidak berani berkreasi untuk mengembangkan imajinasinya. Siswa tidak terbiasa membuat katahubung Memberikan motivasi kepada siswa, bahwa ingatan harus di tingkatkan dengan berbagai cara karena mengingat merupakan aktivitas yang harus di lakukan sepanjang hidup manusia Agar siswa termotivasi untuk mengembangkan daya ingatnya.

Tingkat kesukaran dalam menghafal sangat tinggi

Siswa tidak mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mengembangkan daya ingngatannya dan daya kreasinya

Mengajarkan pada siswa tentang proses mengingat dengan metode kata-hubung (link-word method) dengan mendayakan imajinasinya dalam membuat asosiasi yang telah di kenalnya

Siswa berani mengembangkan daya ingatnya dengan mendayakan kreatifitas imajinasinya dalam membuat asosiasi dengan sesuatu yang telah di kenalnya

Tidak mampu membangun kata hubung /link untuk di sambungkan dengan materi

Guru mengajarkan kepada siswa bagaimana mengembangkan kata-hubung dengan

Siswa dapat mengembangkan materi menjadi familier dan

157

yang di ajarkan

menggunakan siswa dapat teknik-teknik dari system kata kunci, mengembangkan kata ganti,dan kata hubung kata hubung sehingga membuat meteri menjadi familier Siswa cenderung menulis semua paragraph dalam materi yang di pelajari tanpa dapat menemukan kata kunci nya dengan tepat Guru Siswa mampu mengajarkan menentukan kata bagai mana mencari ide kunci pokok dalam sebuah paragraph dan menentukannya sebagai kata kunci dengan menggaris bawahi, membuat daftar kosakata yang sejenis dan merefleksikannya. Memberi motifasi kepada siswa agar mau bertanya Siswa berani bertanya

Siswa tidak mampu menentukan kata kunci dalam sebuah materi yang di pelajari

Tidak terdapat interaksi yang memuaskan antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa Siswa cenderung pasif dalam belajar

Siswa cenderung diam dan mendengarkan materi yang di ajarkan tanpa mau bertanya

Siswa cenderung untuk diam tanpa adanya kreatifitas dalam mengembangkan meteri yang di pelajari

Mengembangkan kreatifitas siswa dengan membuat gambar-gambar untuk membangun ingatan

Siswa mampu membuat gambar-gambar untuk membangun ingatannya

158

Kurangnya respon yang baik untuk mengikuti proses pembelajaran IPS

Siswa tidak merespon materi yang di ajarkan

Memberikan motivasi kapad siswa

Meningkatkan respon siswa dalam proses belajar mengajar

Sebagai gambaran rencana tinadakan kelas pada siklus I dapat di lihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5 : Rencana Tindakan Kelas Siklus I Siklus I Perencanaan Merencanakan pembelajaran Menentukan Kompetensi Dasar Mengembangkan scenario pembelajaran Menyusun lembar kerja siswa Menyiapkan sumber belajar Mengembangkan format penilaian Mengembangkan format observasi pembelajaran Mengembangkan format dokumentasi penilaian harian Melakukan tindakan sesuai scenario pembelajaran dan lembar kegiatan siswa Melakukan observasi sesuai format yang di siapkan Melakukan penilaian perilaku harian Menilai hasil tindakan sesuai format yang di siapkan Melakukan evaluasi tindakan yang telah di lakukan Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang scenario, lembar kegiatan siswa dan lain-lain Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

159

hasil evaluasi untuk di gunakan pada siklus selanjutnya

Agar rencana tindakan dapat di laksanakan dengan baik dan lebih terarah maka perlu di susun jadwal pelaksanaan tindakan. Sebagai gambaran pelaksanan kegiatan tindakan kelas pada siklus I dapat di lihat pada tabal 6 di bawah ini: Tabel 6 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I No Hari/Tanggal Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan dan Jenis Tindakan Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia Persebaran negara maju dan berkembang di dunia, contoh Negara maju di benua amerika bagian utara dan tengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SK : Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia KD : Mengidentifikasi ciri-ciri Negara maju dan Negara berkembang

Rabu, 28-0920011

Jenis tindakan: Presentasi kelas Guru memberikan motivasi pentingnya belajar IPS Guru memberikan pengertian bagaimana belajar dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method) Meyiapkan media pembelajaran Pembagian kelompok

160

Jumat 30-092011

Memahami kondisi kondisi perkembangan Negara di dunia

SK : Memahami kondisi perkembangan nagara di dunia KD : Mengidentifikasi cirri-ciri Negara berkembang dan Negara maju

Persebaran Negaranegara maju dan Negara berkembang di dunia contoh benua Amerika utara dan tengah

Jenis tindakan: 3 Rabu, 05-102011 Presentasi kelas Menggaris bawahi Membuat kata kunci Mengembangkan katahubung Membuat gambar-gambar Siswa mengingat kembali materi yang di berikan Pengelompokan siswa SK : Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia KD: Mengidentifikasi cirri-ciri Negara berkembang dan Negara maju di dunia

Tes ke II kemampuan individu

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I ini, segala sesuatu yang telah di rencanakan berhubungan dengan rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS dengan menggunakan metode pembelajaran , metode kata-hubung (link- word

161

method) yang akan di terapkan serta tahapan-tahapan penelitian berdasarkan acuan teoritis yang telah di uraikan pada BAB II. b. 1) Pelaksanaan Pertemuan Pertama, Rabu 28-09-2011 Pada pertemuan pertama, standar kompetensi memahami kondisi perkembangan Negara dunia yang di bahas adalah , kompetensi dasar

mengidentifikasi persebaran Negara berkembang dan Negara maju , pokok bahasan persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, kegiatan pembelajaran merumuskan persebaran Negara maju dan Negara berkembang, indikator mengidentifikasi persebaran Negara maju dan Negara berkembang. Guru yang bertindak sebagai peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar IPS, bahwa dengan belajar IPS siswa akan mengerti fenomena-fenomena dinamika social, budaya, dan ekonomi yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, local, nasional, regional dan global. Setelah siswa termotivasi dan memahami pentingnya belajar IPS, selanjutnya guru menjelaskan bagaimana belajar dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method) yaitu dengan empat tahapan, yaitu (1) menghadirkan materi, dengan menggunakan teknik seperti menggarisbawahi, membuat daftar (2) mengembangkan hubungan-hubungan, dan membuat materi menjadi familier, dengan menggunakan teknik-teknik system kata kunci(key word), kata ganti (substitute word), dan kata hubung (link-word) selanjutnya (3)membuat gambar-gambar sensorik, dengan menggunakan teknik-teknik

162

asosiasi konyol dan melebih-lebihkan dank (4) tahap mengingat kembali dengan melakukan recalling pada materi yang di pelajari. Untuk mempermudah mengetahui tahapan menghafal metode kata-hubung (link-word method) berikut ini di hadirkan tabel ke 7 tentang model pengajaran method kata-hubung (linkwordmethod) Tabel 7: Model Pengajaran Kata-Hubung (Link-Word Method) No 1 Tahapan Tahapan Pertama, Menghadirkan Materi Tahapan Dua, Menggembangkan Hubungan-hubungan Pelaksanaan Menggunakan teknik-teknik, seperti menggaris bawahi, membuat daftar, dan merefleksikan Membuat materi menjadi familier dan mengembangkan hubungan-hubungan dengan menggunakanteknik-teknik dari system kata kunci, kata ganti, dan kata hubung Menggunakan teknik asosiasi konyol dan melebihlebihkan. Mengubah gambar

Tahapan tiga, meningkatkan gambar (sensori) Tahapan Empat,Mengingat kembali

Mengingat kembali materi hingga tuntas di pelajari

Selanjutnya guru dan peserta didik mempersiapkan media pembelajaran berupa buku pelajaran, peta dunia, atlas dunia, OHP, transparan, alat tulis, gambar-gambar yang di butuhkan yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 7 siswa, terdapat satu kelompok dengan jumlah siswa 6 orang, hal ini di sebabkan jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 34 siswa.guru yang bertindak

163

sebagai peneliti membagi kemampuan siswa berdasarkan hasil nilai semester ganjil kelas VIII dengan taraf kemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga dalam satu kelompok terdapat kemampuan tinggi sedang dan rendah. Pada

pertemuan ini guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk membaca materi pokok Negara maju dan Negara berkembang, menggaris bawahi ,membuat daftar, menentukan kata kunci dari materi yang di ajarkan, selanjutnya guru memerintahkan kepada siswa untuk mengembangkan kata kunci dengan kata hubung yang sudah mereka kenal, dan menghubungkannya dengan materi yang baru, sehingga materi baru menjadi materi yang familier. Untuk mempermudah mengingat materi baru ,di terjemahkan melalui gambar-gambar sensorik yang berhubungan dengan materi yang bersangkutan. Kerja yang terpenting pada pada penggunaan methode kata-hubung (link-word method ) guru dengan bantuan siswa mempersiapkan link dan membuat materi visual seperti pada tabel 8 tentang link persebaran Negara maju dan berkembang di Amerika Utara dan Tengah Tabel 8 : Link dan Gambar Negara Maju dan Negara Berkembang di Amerika Utara dan Tengah No Materi Negara di Benua Amerika Utara 1 2 3 4 Alaska Canada Amerika Serikat Mexsiko Negara di benua Amerika Tengah Alas Kasih ananda Amerika Serikat Taksi Link Gambar Lihat gambar 1 Lihat gambarl 8.1 Lihat gambar 8.2 Lihat gambar 8.3 Lihat gambar 8.4 Lihat gambar 2

164

1 2 3 4 5 6 7

Panama Costa rica Nicara gua Elsavador Honduras Guatemala Belize

Panah Kos nya rica Nih, cara gua Elsa Honda Gua the Bel

Lihat gambar 8.5 Lihat gambar 8.6 Lihat gambar 8.7 Lihat gambar 8.8 Lihat gambar 8.9 Lihat gambar 8.10 Lihat gambar 8.11

Pada Pertemuan Pertama ini di mulai dengan menyajikan peta kosong Amerika Utara dan Amerika Tengah yang beberapa negaranya telah di beri nomor (lihat peta 1) ,seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan cara bercerita seperti berikut ini: bayangkan kita mencari Alasan untuk pergi ke kasih ananda ternyata kita pegi ke amerika serikat dengan mengendarai taksi, setelah bercerita demikian, ketua kelompok tadi menunjuk negara Alaska, seraya menunjukkan gambar kartunnya dan berkata: Kata link untuk negara Alaska adalah alas an(lihat kartun 8.1) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Lalu, ketua kelompok menunjuk Negara ke dua dan menunjukkan gambar kedua seraya berkata:alas an pergi ke kasih ananda kata link untuk canada adalah kasih ananda (lihat kartun 8.2) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Kemudian ketua kelompok menunjuk menunjuk Negara ke tiga seraya menunjukkan gambar kartun ke tiga seraya berkata: Alasan pergi ke kasih ananda ternyata ke Amerika serikat kata link untuk Amerika serikat adalah Amerika serikat (lihat kartun 8.3) kemudian

anggota kelompok mengucapkan kembali kata link tersebut. Selanjutnya ketua

165

kelompok menunjuk gambar ke empat sambil berkata: alasan pergi ke kasih ananda ternyata ke amerika serikat naik taksi kata link untuk meksiko adalah taksi( lihat kartun 8.4) anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Kemudian ketua kelompok mengulang dari awal Negara-negara yang ada di amerika utara di ikuti oleh anggota kelompok nya. Gambar 1: PetaBenua Amerika Utara

Gambar 2 : Kartun link Benua Amerika Utara

Gambar 8.1 : Alaska = Alas kaki Gambar 8.2 : Canada = Kasih Ananda

166

Gambar 8.3 : AS = Amerika Serikat

Gambar 8.4 : Taxi = Meksiko

Selanjutnya proses belajar mengajar di lanjutkan pada benua amerika tengah, seperti pada pembelajaran yang pertama, guru menyajikan peta kosong benua amerika bagian tengah dengan memberi nomor pada masing-masing Negara (lihat gambar 2). Seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan cara bercerita: bayangkan kita membawa panah pergi ke cosnya rica kita b ilang nih, cara gua elsa naik Honda untuk melihat gua the. Setelah bercerita demikian, ketua kelompok tadi menunjuk Negara panama, Panama, seraya menunjukkan gambar kartunnya, dan berkata: kata link untuk panama adalah panah ( lihat kartun 8.5) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Lalu ketua kelompok menunjuk Negara kedua seraya berkata: kita pergi ke costarika katalink untuk kostarika adalah cosnya rica (lihat kartun 8.6) Anggota kelompok mengucapkan lagi kata link tersebut dan Negara-negara seperti yang di tunjukkan oleh ketua mereka. panama, panah; costarica, cosnya rica latihan terus berlanjut .Kata link untuk

167

Nicaragua adalah nih, cara gua lihat kartun (8.7) sambil menunjuk Negara ke empat.dan elsavador adalah elsa(lihat kartun 8.8) sambil menunjuk negara ke 4 .kemudian ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk Negara ke 5 dengan berkata kita naik motor Honda kata link untuk hondarous adalah Honda. (lihat kartun 8.9) selanjutnya ketua kelompok menunjuk Negara ke 6 dengan berkata kita pergi ke gua the kata link untuk Guatemala adalah gua the (lihat kartun 8.10) kemudian ketua kelompok melanjutkan dengan berkata: Belize link untuk Belize adalah bel sambil menunjuk peta no 7 dan memperlihatkan kartunnya. Anggota kelompok mengikuti dan berkata: belize,bel anggota kelompok mengulang kembali 7 Negara-negara beserta link-link yang telah di ucapkan oleh ketua mereka. Gambar 3: Peta benua Amerika bagian Tengah

168

Gambar 4 : Link Benua Amerika Bagian Tengah

Gambar 8.5 : Panama = Panah

Gambar 8.6 : Kos nya Rica = Costa Rica

Nih, Cara Gua!


Gambar 8.7 : Nih, cara gua = Nicaragua Gambar 8.8 : Elsa = Elsavador

Gambar 8.9 : Honda = Honduras

Gambar 8.10 : Gua theh = Guetamala

169

Gambar 8.11 : Bel = Belize

Pada pertemuan pertama ini, peserta didik sangat antusias mengikuti proses belajar mengajar. Peserta didik mulai belajar membangun link dan gambargambar sesuai dengan materi yang di ajarkan. Guru mengawasi dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung guna melihat kekurangan dan kelemahan yang terjadi sehingga kekurangan dan kelemahannya dapat di perbaiki pada pertemuan berikutnya. 2) Pertemuan ke dua, jumat 30-9-2011 Pada pertemuan ke dua siklus ke I pokok materi yang bahas adalah persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, guru mengambil contoh persebaran Negara maju dan berkembang di benua Amerika, kegiatan awal pada pertemuan ini adalah peserta didik mempersiapkan media pembelajaran berupa buku pelajaran, alat tulis, globe/peta/atlas, gambar-gambar sensorik, OHP, transparasi, dan mempersiapkan kata- hubung. Guru menjelaskan kembali proses pembelajaran menggunakan metode kata-hubung (link-word method) pada materi pokok yang telah di tentukan sesuai dengan silabus yang telah di tetapkan. Guru

170

memerintahkan kepada siswa agar duduk dengan kelompoknya sesuai dengan pertemuan pertama, selanjutnya Peserta didik mengidentifikasi Negara-negara yang masuk dalam daftar Negara maju dan Negara berkembang yang terdapat pada Benua Amerika pada atlas yang telah di persiapkan, sedangkan guru menyajikan peta kosong Benua Amerika, beberapa negaranya telah di beri nomor yang menunjukkan persebaran Negara maju dan Negara berkembang di benua Amerika. Pada pertemuan pertama telah di bahas persebaran Negara di benua amerika bagian utara dan tengah maka pada pertemuan ke dua ini guru membahas persebaran Negara di Benua Amerika bagian selatan dengan link dan gambar seperti pada tabel 9 persebaran Negara di benua Amerika bagian tengah Tabel 9 : Persebaran Negara di benua Amerika bagian selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Peru Chili Argentina Uruguay Paraguay Bolivia Brazilia Guyana Suriname Venezuella Colombia Ekuador Materi Peluru Chili Antena Urugan Paralon Bali Ber AC Yana Sirine Pen jel Kalam Eskalator Link Gambar Lihat kartun 9.1 Lihat kartun 9.2 Lihat kartun 9.3 Lihat kartun 9.4 Lihat kartun 9.5 Lihat kartun 9.6 Lihat kartun 9.7 Lihat kartun 9.8 Lihat kartun 9.9 Lihat kartun 9.10 Lihat kartun 9.11 Lihat kartun 9.12

171

Pada pertemuan ini guru menyajikan peta kosong Benua Amerika Selatan yang beberapa Negara nya telah di beri nomor, (lihat gambar peta 3). Seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan bercerita: Bayangkan peluru chili kena antena nyenggol urugan masuk ke paralon, bali, ber AC, Bu Yana pencet sirine pakai pen jel dan kalam lalu naik escalator Setelah bercerita demikian ketua kelompok menunjuk Negara nomor 1 Peru seraya menunjukkan gambar kartunnya dan berkata: kata link untuk Peru adalah peluru (lihat kartun 9.1).Anggota kelompok mengikutinya kemudian mengucapkan kata link tersebut.lalu ketua kelompok menunjuk Negara ke 2 dan berkata: chili link untuk chili adalah chili semua anggota kelompok mengikuti kemudian mengucapkan kata link (lihat kartun 9.2).selanjutnya ketua kelompok menunjukkan Negara ke 3 Argentina sambil berkata: Argentina link untuk

Argentina adalah Antena(lihat kartun 9.3) kemudian anggota kelompok mengikutinya dan berkata Antena, Argentina. Selanjutnya ketua kelompok menunjuk Negara ke 4 seraya menunjukkan gambar sambil berkata: antenna nyenggal urugan Uruguai link untuk Uruguai adalah Urugan( lihat kartun 9.4 ) anggota kelompok mengikuti sambil mengucapkan linknya. Ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk peta pada nomor 5 sambil menunjukkan kartunnya dan berkata:Paraguai link untuk paraguai adalah paralon (lihat gambar 9.5) Anggota kelompok mengucapkan kembali link nya secara bersamaan. Ketua kelompok menunjuk angka 6 sambil menunjukkan kartunnya dan berkata:Bolivia link untuk Bolivia adalah Bali, pergi ke bali (lihat kartun 9.6) semua anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan link tersebut. Kemudian ketua kelompok

172

menunjuk Negara ke 7 dan berkata Brazilia sambil menunjukkan kartunnya dan berkata: Bali ber AC, Brazillia link untuk Brazillia adalah ber AC (lihat kartun 9.7) anggota kelompok mengucapkan kembali Negara beserta linknya. Ketua kelompok menunjuk angka 8 pada peta sambil menunjukkan kartunnya Guyana, dan berkata kata link Guyana adalah Pok Yana (lihat kartun 9.8) anggota kelompok kembali mengucapkan Negara beserta kata linknya. Sekarang ketua kelompok menunjuk angka 9 pada peta, Suriname ,seraya menunjukkan gambar kartunnya ketua kelompok berkata: Pok Yana mencet suriname link untuk suriname adalah sirine (lihat kartun 9.9), kemudian anggota mengucapkan kembali Negara dan kata linknya. Ketua kelompok melanjutkan kembali dengan menunjuk angka 10, Venezuella,sambil menunjukkan kartun dan berkata: pok Yana mencet sirine menggunakan penjel, link untuk venezuella adalah pen jel (lihat kartun 9.10) anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan kembali Negara dan link yang telah di ucapkan oleh ketua kelompok. Selanjutnya ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk angka 11 pada peta, Colombia sambil menunjukkan kartunnya ( lihat gambar 9.11) dan berkata : mencet sirine pakai pen jel dan kalam link untuk Colombia adalah kalam anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan kembali Negara-negara beserta linknya. Kemudia ketua kelompok menunjuk peta pada angka 12 seraya berkata Ekuador link untuk ekuador adalah escalator (lihat gambar 9.12) anggota kelompok mengkuti dan mengucapkan escalator, Ekuador. Selanjutnya ketua kelompok dan anggotanya mengulang kembali nama-nama Negara beserta linknya di mulai dari Negara nomor 1 sampai nomor 12 seraya menunjukkan gambar-gambar linknya .

173

Guru sebagai peneliti dan teman sejawat mengamati berjalannya proses belajar mengajar dengan melakukan penilaian sesuai dengan instrument yang telah di sediakan. Hal ini di lakukan untuk mencari kelemahan agar dapat di perbarui pada siklus selanjutnya. Gambar 5 : Peta Benua Amerika Selatan

Gambar 6 : Link Benua Amerika Selatan

Gambar 9.1 : Peluru = Peru

Gambar 9.2 : Chili = Chili

174

Gambar 9.3 : Antena = Argentina

Gambar 9.4 : Urugan = Uruguay

Gambar 9.5 : Paralon = Paraguay

Gambar 9.6 : Bali = Bolivia

Gambar 9.7 : Ber AC = Brazilia

Gambar 9.8 : Yana = Guyana

175

Gambar 9.9 : Sirine = Suriname

Gambar 9.10 : Pen jel = Venezuela

Gambar 9.11 : Kalam = Colombia

Gambar 9.12 : Ekskalator = Ekuador

3)

Pertemuan ke tiga, 5-10-2011 Setelah melaksanakan pertemuan selama dua kali pertemuan langkah

selanjutnya adalah melakukan tes individu dengan melakukan tes tulis dan menunjukkan Negara-negara pada peta kosong yang telah di sediakan. Para siswa di berikan motivasi agar tidak bekerjasama dengan siswa lainnya atau mencotek

176

buku pelajaran, catatan atau peta. Sehingga terjadi kejujuran atas hasil tes yang akan di dapat masing-masing siswa. Tes yang akan di berikan berupa tes tulis dengan menyebutkan dan

menunjukkan Negara pada peta kosong yang telah di sediakan. Soal yang di berikan sesuai dengan soal pre tes hal ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode kata-hubung atau (link-word method). Hasil penilaian akan di analisis apakah perlu untuk di lakukan tindakan siklus selanjutnya. c. Observasi atau Pengamatan Pada tahapan observasi atau pengamatan guru sebagai peneliti menggunakan 3 instrumen, yang di jadikan sebagai alat observasi adalah : (1) pengamatan langsung oleh guru (peneliti) (2) pedoman observasi interaksi belajar siswa yang di lakukan oleh teman sejawat yaitu Dra.Hj. Miratul Fuad (3) Hasil belajar tes III. 1) Observasi Guru Dalam Pembelajaran metode kata-hubung (link-

word method) a) Penampilan, secara umum penampilan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran dengan metode kata hubung (link-word method) cukup baik, tetapi masih terdapat kekurangan diantaranya peserta didik merasa takut dalam berbicara, tidak dapat menggunakan OHP dengan benar. b) Interaksi antara siswa, setiap peserta didik mempunyai peran sendirisendiri, pada siklus pertama ini peran peserta didik cukup bagus dalam

177

memainkan perannya ,tetapi masih terdapat sedikit kendala yaitu peserta didik saling menertawakan temannya yang melakukan kesalahan. c) Kemampuan memotivasi anggota kelompok, kemampuan memotivasi anggota kelompok belum bagus, hal ini di karenakan ketua kelompok tidak selalu memberikan motivasi yang positif kepada anggotanya. d) Kemampuan membangun link, kemampuan membangun link cukup

bagus, peserta didik mencari kata hubung yang sesuai dengan nama-nama Negara yang akan mereka hafal tetapi terdapat beberapa siswa yang salah dalam membangun link, sehingga kata hubung yang di buatnya tidak sesuai dengan meteri yang di pelajari e) Kemampuan menyampaikan cerita, pada siklus pertama ini kemampuan menyampaikan cerita cukup beragam dan tidak keluar dari link-link yang telah di persiapkan, tetapi terdapat sedikit kekurangan bahwa peserta didik terutama ketua kelompok masih malu dan takut dalam bercerita sehingga mengganggu daya serap peserta didik yang berperan sebagai anggota kelompok. f) Kemampuan menyampaikan link,pada siklus pertama ini kemampuan menyampaikan link atau kata hubung cukup bagus, tetapi masih terdapat kekurangan bahwa peserta didik sering salah jika kata hubung tersebut di hubungkan dengan materi yang di pelajari g) Kemampuan menerima link, pada siklus pertama ini kemampuan menerima link belum bagus, walaupun peserta didik selalu mengulang-

178

ulang kata hubung yang telah mereka terima sampai mereka benar-benar menguasai. h) Kemampuan menghafal Negara Negara, pada siklus pertama ini kemampuan menghafal Negara cukup bagus walaupun masih terdapat beberapa peserta didik salah dalam menyebutkan nama-nama Negara yang terdapat pada benua Amerika i) Kemampuan menghafal lokasi Negara, pada siklus pertama ini kemampuan menghafal lokasi Negara cukup bagus tetapi terdapat kekurangan bahwa beberapa peserta didik lupa nama Negara dan di mana lokasi Negara tersebut. 2) Observasi teman sejawat Berdasarkan pengamatan yang dilakukan teman sejawat/kolaborator pada proses pembelajaran IPS dengan metode mengajar metode kata-hubung (linkword method) melalui lembar observasi kemampuan menghafal siswa di temukan beberapa poin penting di antaranya adalah: a) Interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dalam belajar kelompok, belum maksimal dan perlu di tingkatkan b) Kerjasama dalam kelompok,kerjasama dengan kelompok umumnya baik tetapi terdapat beberapa siswa yang tidak aktif dalam belajar c) Tindakan siswa ketika ada salah satu anggota kelompok yang tidak aktif hanya melihat tidak memberi motivasi d) Komunikasi antara peserta didik umumnya baik tetapi jika terdapat kesalahan peserta didik saling menertawakan

179

e) Kemampuan siswa dalam mempengaruhi anggota kelompok belum maksimal sehingga terdapat beberapa peserta didik yang pasif f) Kemampuan siswa mengendalikan emosi antar kelompok belum maksimal g) Kemampuan menyampaikan wacana/kata hubung dengan materi yang di pelajari umumnya sudah baik tetapi ada beberapa peserta didik yang gemetar dan takut untuk tampil di depan kelas h) Kemampuan menerima link yang sudah di siapkan pada umumnya cukup baik tetapi terdapat beberapa siswa yang masih lupa antara link dengan materi i) Kemampuan menghubungkan link dengan materi cukup baik tetapi terdapat beberapa peserta didik yang lupa j) Kemampuan menghafal Negara-negara cuku baik tetapi masih terdapat bberapa peserta didik yang lupa sehingga harus di pancing dengan kaata hubungnya k) Kemampuan menghafal lokasi Negara-negara dalam peta kosong cukup baik tetapi terdapat beberapa peserta didik yang lupa nama Negara dan likasinya l) Kemampuan guru dalam penerapan metode kata- hubung(link- word method) cukup baik tetapi terdapat sedikit kekurangan yaitu dalam menyampaikan materi terlalu cepat m) Komunikasi guru dengan peserta didik cukup baik n) Reaksi guru ketika melihat siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran mengingatkan dan memberikan motivasi

180

o) Suasana dan interaksi siswa saat guru melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar cukup tenang dan terkonsentrasi tetapi masih terdapat beberapa siswa yang berbicara dengan temannya. 3) Hasil Belajar Siklus I Berdasarkan hasil belajar siklus I ( test II ) Di peroleh data sebagai berikut: tidak di temukan siswa dengan nilai di bawah KKM. Standar Ketuntasan Minimal yaitu : 70 sedangkan seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM nilai terendah adalah 72 dan tertinggi adalah 100 sementara rata-rata kelas mencapai 96 dengan demikian hasil belajar setelah di lakukan Penelitian Tindakan Kelas mencapai 100% agar lebih jelasnya lihat tabel 10 tentang Perbandingan Nilai Pra tes dan hasil belajar tes II Tabel 10: Perbandingan nilai pra tes dan hasil belajar test II No. 1 2 3 4 Nilai Skor nilai Rata-Rata Nilai maksimal Nilai minimal Tes I 1632 48 68 32 Tes II 3284 96 100 72 Keterangan Mengalami peningkatan sebesar 100 %

Secara keseluruhan hasil test II bisa di lihat pada lampiran . Pada tes II ini ada beberapa poin penting yang dapat di jadikan refleksi untuk melakukan perbaikan pada siklus II poin-poin tersebut adalah : Soal berbentuk esay Pada Penelitian ini soal berbentuk esay sebanyak 25 butir soal, kemampuan peserta didik untuk kompetensi dasar I yaitu memahami persebaran

181

Negara-negara maju dan berkembang di dunia, peneliti mengambil contoh persebaran Negara-maju dan berkembang di benua Amerika Serikat sudah menunjukkan peningkatan namun masih terdapat beberapa butir soal yang di rasa sulit bagi peserta didik yaitu butir soal ke 17 kemampuan menjawab 80 % dan butir soal ke 22 sebanyak 74%.Tetapi pada umumnya peserta didik telah menguasai Kompetensi dasar Persebaran Negara maju dan Berkembang khususnya benua amerika. D. Refleksi Siklus I Berdasarkan pengamatan guru sebagai peneliti melalui lembar observasi guru dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dengan menggunakan metode kata hubung (link- beberapa word method) dan teman sejawat sebagai kolaborator melalui lembar kemampuan menghafal siswa serta kamampuan guru mengelola pembelajaran dan hasil tes II peserta didik yang telah di uraiakan di atas dapat di jadikan refleksi untuk tindakan selanjutnya yaitu siklus ke dua. Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk di perbaiki. 1) Kemampuan menghafal siswa Secara umum kemampuan menghafal siswa sudah menunjukkan kemajuan, namun terdapat beberapa siswa yang belum menunjukkan kemajuan menghafal dengan baik, masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu terdapat beberapa aspek yang harus di perbaiki seperti: membuat kata hubung yang mudah di kenal oleh siswa, membuat gambar-gambar sensori yang lebih jenaka atau melebih-lebihkan sehingga mudah di ingat, membuat cerita yang mudah di cerna dan di buat sangat sederhana, memotivasi siswa bahwa proses

182

menghafal itu mudah apabila ada kemauan dalam diri siswa, membuat suasana menjadi lebih tenang sehingga peserta didik merasa nyaman dan tidak takut, memberikan peluang kepada peserta didik untuk menyampaikan ide gagasan ,kritik dan saran kepada guru. 2) Kemampuan guru dalam menerapkan metode kata-hubung(link

word method) Berdasarkan hasil dari pengamatan teman sejawat/kolaborator melalui lembar pengamatan kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode kata-hubung link-word method pada umumnya

kemampuan guru dalam kegiatan proses belajar-mengajar cukup baik, dengan menggunakan metode kata-hubung ini atau link-word method ini peserta didik mendapat nuansa belajar yang baru, hal ini di karenakan peserta didik belajar dengan hanya menggunakan ceramah dan tanya jawab. Dengan menggunakan metode kata-hubung ini, peserta didik belajar untuk meningkatkan hafalannya dengan membangun hubungan-hubungan materi yang sudah di kenalnya lalu di hubungkan dengan materi yang baru di kenalnya dengan bantuan gambar-gambar.guru yang bertindak sebagai peneliti membantu peserta didik untuk membangun link-link yang mereka inginkan. Sebagai metode yang baru di terapkan di sekolah SMP Kasih Ananda tepatnya di kelas IX, guru sebagai peneliti memberikan penjelasan yang cukup baik kepada siswa agar siswa mengerti bagaimana menerapkan metode ini agar mencapai hasil belajar yang telah di tetapkan, selain itu guru memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa proses manghafal akan lebih mudah jika di

183

terapkan melalui metode kata-hubung ini. Jika di temukan peserta didik yang tidak aktif maka guru memberikan motifasi secara personal . Ada beberapa catatan yang harus di perhatikan oleh guru yang bertindak sebagai peneliti agar menjadi pertimbangan untuk melakukan siklus selanjutnya hal-hal yang harus di pertimbangkan antaralain: a. Guru perlu membangkitkan cara berfikir yang kreatif kepada siswa agar siswa dapat membuat kata hubung yang akan di hubungkannya dengan materi yang belum di kenalnya dan siswa mampu membuat gambar gambar sensorik sebagai bantuan untuk mempermudah mengingat. b. Guru perlu memberikan motivasi kepada siswa bahwa dengan menggunakan metode belajar kata-hubung akan mempermudah untuk mengingat dan metode ini dapat di terapkan untuk mata pelajaran lain selain IPS. c. Guru perlu memberikan contoh kepada siswa bagaimana menggunakan dan menerapkan metode kata hubung ini dengan jelas dan tidak terlalu cepat sehingga siswa dapat memahami dengan baik dan benar sehingga dapat di terapkannya pada mata pelajaran selain pelajaran IPS. 3) Hasil Belajar Peserta Didik Seperti yang telah di uraikan pada hasil pengamatan tentang hasil belajar tes II, bahwa secara keseluruhan kemampuan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebelum diadakan tindakan kelas sebesar 100%, namun masih di temukan beberapa kelemahan dan kekurangan yang ada pada siklus I yang perlu di perbaiki, di tingkatkan pada siklus berikutnya.

184

Kelemahan dan kekurangan meliputi pengelolaan kelas yang kurang kondusif sehingga kelas masih gaduh, peserta didik belum mampu menggunakan sarana dan prasarana dengan baik, pemilihan kata hubung yang kurang tepat, gambar yang di sajikan kurang menarik, dan hasil belajar yangkurang dari keriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk itu penulis menilai perlunya di

lakukan penelitian tindakan kelas yang lebih baik dan mendalam pada siklus II. 2) Siklus II

a. Perencanaan Bersadarkan temuan yang ada pada siklus I di mana masih di jumpai kelemahan dan kekurangan yang meliputi: suasana kelas yang kurang kondusif, peserta didik belum mampu menggunakan sarana prasarana dengan baik, pemilihan kata hubung yang kurang tepat,penyajian gambar yang kurang menarik dan hasil belajar siswa yang belum mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM) unutk itu, peneliti yang merangkap sebagai guru berupaya untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan cara melanjutkan penelitian pada siklus II Rencana pembelajaran dengan metode kata-hubung (link-word method) paa penelitian tindakan kelas ini dirumuskan berdasarkan pertimbangan seluruh aspek pembelajaaran termasuk informasi dan masukan-masukan positif serta saran yang membangun dari teman sejawat. Pada prinsipnya perencanaan pelaksanaan pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan perencanaan pada siklus I.Berdasarkan catatan hasil pengamatan pada siklus I, maka perencanaan pada siklus kedua lebih bersifat perbaikan dan

185

peningkatan pada siklus I untuk menyempurnakan hasil yang telah di capai. Pada siklus II ini berlangsung selama dua kali pertemuan (2x2 jam pelajaran) atau masing-masing tindakan berlangsung seang di lama (2x45 menit). Pokok bahasan yang di bahas adalah sama dengan penelitian pada siklus I yaitu Persebaran Negara maju dan berkembang di dunia. Untuk mengetahui lebih jelas permasalahan yang di jumpai pada siklus I dan tujuan yang akan di laksanakan pada siklus II, eneliti membuat peta konsep rencana tindakan kelas terlebihdahulu, seperti pada siklus I, peta konsep rencana tindakan kelas siklus II dapat di lihat pada tabel 11 di bawah ini. Tabel 11: Peta Konsep Rencana Tindakan Kelas Siklus II NO 1 Keadaan Pada Siklus I Motifasi belajar IPS mulai tumbuh Masalah Kemauan belajar belum muncul, disiplin masih rendah Sering Ide yang lontarkan tidak sesuai dengan materi yang di pelajari Rencana Tindakan Memberikan motifasi kepada siswa agar meningkatkan belajar Memberikan pengarahan kepada siswa tentang gagasangagasan atau ide yang di milikinya agar sesuai dengan materi yang di hadapi Memberikan pengarahan dan contoh bagaimana membuat katahubung yang Tujuan Siswa mempunyai keinginan untuk belajar tanpa harus di paksa Siswa berani menyampaikan ide dan saran dengan benar sesuai dengan materi pelajaran yang di hadapi

Berani mengungkapkan ide dan saran yang membangun

Membuat katahubung

Kata-hubung yang di buat oleh siswa terkadang tidak sesuai dengan materi yang sedang di

Siswa mampu membuat katahubung sesuai dengan materi yang di pelajari

186

pelajari

sesuai dengan materi yang di pelajari Mengarahkan siswa agar dalam membuat gambar-gambar yang dibutuhkan harus sesuai dengan materi , rapi dan menarik Siswa dapat membuat gambar-gambar yang di butuhkansesuai dengan kata hubung yang telah di persiapkan

Membuat gambar- Dalam membuat gambar gambar peserta didik sering membuatnya tanpa memperhatikan kebutuhan materi yang pelajari, peserta didik hanya membuat sesuai dengan kemampuannya tanpa meningkatkan kualitas yang ada pada dirinya Sarana dan prasarana Peserta didik belum mampu menggunakan OHP dengan benar sehingga sering terjadi kesalahan dalam penampilannya di depan kelas yang berdampak siswa tidak percaya diri atau takut

Memberikan pelatihan kepada peserta didik dalam menggunakan OHP

Siswa mampu menggunakan OHP dengan benar

Sebagai gambaran rencana tindakan kelas pada siklus II dapat di lihat pada tabel 12 di bawah ini: Tabel 12 : Rencana Tindakan Kelas Siklus II Siklus II Perencanaan Merencanakan pembelajaran Menentukan Kompetensi Dasar Mengembangkan scenario pembelajaran Menyusun lembar kerja siswa

187

Pelaksanaan

Menyiapkan sumber belajar Mengembangkan format penilaian Mengembangkan format observasi pembelajaran Mengembangkan format dokumentasi penilaian harian Mengembangkan format kemampuan guru Melakukan tindakan sesuai hasil pengamatan siklus I sesuai dengan sekenario pembelajaran dan lembar kegiatan siswa Melakukan observasi sesuai format yang di siapkan Melakukan penilaian perilaku harian Menilai hasil tindakan sesuai format yang di siapkan Melakukan evaluasi tindakan yang telah di lakukan Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang scenario, lembar kegiatan siswa dan lain-lain Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk di gunakan pada siklus selanjutnya

Pengamatan

Refleksi

Agar rencana tindakan siklus II ini dapat di laksanakan dengan baik dan dapat memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I, maka perlu di susun jadwal pelaksanaan tindakan siklus II. Sebagai gambaran pelaksanaan kegiatan tindakan kelas siklus II dapat dinlihat pada tabel 13 di bawah ini: Tabel 13 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II No Hari/Tanggal 1 jumat,7-1020011 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan dan Jenis Tindakan Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia Persebaran negara maju dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SK :Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia

188

berkembang di dunia, contoh Negara maju di benua amerika bagian utara dan tengah Jenis tindakan: Presentasi kelas Guru memberikan motivasi pentingnya belajar IPS Guru memberikan pengertian bagaimana belajar dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method) Meyiapkan media pembelajaran Pembagian kelompok 2 Rabu,12-102011 Memahami kondisi kondisi perkembangan Negara di dunia Persebaran Negaranegara maju dan Negara berkembang di dunia contoh benua Amerika utara dan tengah

KD:Mengidentifikasi ciri-ciri Negara maju dan Negara berkembang

SK : Memahami kondisi perkembangan nagara di dunia KD : Mengidentifikasi cirri-ciri Negara berkembang dan Negara maju

Jenis tindakan: Presentasi kelas Menggaris bawahi Membuat kata kunci Mengembangkan katahubung Membuat gambargambar Siswa mengingat kembali materi yang di berikan

189

Pengelompokan siswa

Jumat,14- 102011

Tes ke III kemampuan individu

SK : Memahami kondisi perkembangan Negara di dunia KD: Mengidentifikasi cirri-ciri Negara berkembang dan Negara maju di dunia

Dalam pelaksanaan kegiatan tindakan kelas pada siklus II ini, semua perencanaan yang berhubungan dengan rencana pembelajaran, perangkat pembelajaran dan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas berpedoman pada acuan PTK yang ada pada bab III b. Pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran tindakan kelas pada siklus ke dua ini tidak jauh berbeda dengan tindakan kelas pada siklus pertama, di bawah ini di paparkan pelaksanaan pembelajaran siklus II, yaitu: 1) Pertemuan Pertama, jumat, 7-10-2011 Pada pertemuan pertama siklus II, standar kompetensi yang di bahas adalah memahami kondisi perkembangan Negara dunia , kompetensi dasar mengidentifikasi persebaran Negara berkembang dan Negara maju , pokok bahasan persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, kegiatan

190

pembelajaran merumuskan persebaran Negara maju dan Negara berkembang, indikator mengidentifikasi persebaran Negara maju dan Negara berkembang. Guru yang bertindak sebagai peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar IPS, bahwa dengan belajar IPS siswa akan mengerti fenomena-fenomena dinamika social, budaya, dan ekonomi yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, local, nasional, regional dan global. Setelah siswa termotivasi dan memahami pentingnya belajar IPS, selanjutnya guru menjelaskan bagaimana belajar dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method) yaitu dengan empat tahapan, yaitu (1) menghadirkan materi, dengan menggunakan teknik seperti menggarisbawahi, membuat daftar (2) mengembangkan hubungan-hubungan, dan membuat materi menjadi familier, dengan menggunakan teknik-teknik system kata kunci(key word), kata ganti (substitute word), dan kata hubung (link-word) selanjutnya (3)membuat gambar-gambar sensorik, dengan menggunakan teknik-teknik asosiasi konyol dan melebih-lebihkan (4) tahap mengingat kembali dengan

melakukan recalling pada materi yang di pelajari. Untuk mempermudah mengetahui tahapan menghafal metode kata-hubung (link-word method) berikut ini di hadirkan tabel ke 14 tentang model pengajaran method kata-hubung (linkwordmethod) Tabel 14: Model Pengajaran Kata-Hubung (Link-Word Method) No 1 Tahapan Tahapan Pertama, Menghadirkan Materi Pelaksanaan Menggunakan teknik-teknik, seperti menggaris bawahi, membuat daftar, dan merefleksikan

191

Tahapan Dua, Menggembangkan Hubungan-hubungan Tahapan tiga, meningkatkan gambar (sensori) Tahapan Empat,Mengingat kembali

Membuat materi menjadi familier dan mengembangkan hubungan-hubungan dengan menggunakanteknik-teknik dari system kata kunci, kata ganti, dan kata hubung Menggunakan teknik asosiasi konyol dan melebihlebihkan. Mengubah gambar Mengingat kembali materi hingga tuntas di pelajari

Selanjutnya guru dan peserta didik mempersiapkan media pembelajaran berupa buku pelajaran, peta dunia, atlas dunia, OHP, transparan, alat tulis, gambar-gambar yang di butuhkan yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 7 siswa, terdapat satu kelompok dengan jumlah siswa 6 orang, hal ini di sebabkan jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 34 siswa.guru yang bertindak sebagai peneliti membagi kemampuan siswa berdasarkan hasil nilai semester ganjil kelas VIII dengan taraf kemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga dalam satu kelompok terdapat kemampuan tinggi sedang dan rendah. Pada

pertemuan ini guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk membaca materi pokok Negara maju dan Negara berkembang, menggaris bawahi ,membuat daftar, menentukan kata kunci dari materi yang di ajarkan, selanjutnya guru memerintahkan kepada siswa untuk mengembangkan kata kunci dengan kata hubung yang sudah mereka kenal, dan menghubungkannya dengan materi yang baru, sehingga materi baru menjadi materi yang familier. Untuk mempermudah mengingat materi baru ,di terjemahkan melalui gambar-gambar sensorik yang

192

berhubungan dengan materi yang bersangkutan. Kerja yang terpenting pada pada penggunaan methode kata-hubung (link-word method ) guru dengan bantuan siswa mempersiapkan link dan membuat materi visual seperti pada tabel 15 tentang link persebaran Negara maju dan berkembang di Amerika Utara dan Tengah. Tabel 15 : Link dan Gambar Negara Maju dan Negara Berkembang di Amerika Utara dan Tengah No Materi Negara di Benua Amerika Utara 1 2 3 4 Alaska Canada Amerika Serikat Mexsiko Negara di benua Amerika Tengah 1 2 3 4 5 6 7 Panama Costa rica Nicara gua Elsavador Honduras Guatemala Belize Panah Kos nya rica Nih, cara gua Elsa Honda Gua the Bel Alas Kasih ananda Amerika Serikat Taksi Link Gambar Lihat gambar 5 Lihat gambarl 15.1 Lihat gambar 15.2 Lihat gambar 15.3 Lihat gambar 15.4 Lihat gambar 6 Lihat gambar 15.5 Lihat gambar 15.6 Lihat gambar 15.7 Lihat gambar 15.8 Lihat gambar 15.9 Lihat gambar 15.10 Lihat gambar 15.11

Pada Pertemuan Pertama ini di mulai dengan menyajikan peta kosong Amerika Utara dan Amerika Tengah yang beberapa negaranya telah di beri nomor

193

(lihat peta 5) ,seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan cara bercerita seperti berikut ini: bayangkan kita mencari Alasan untuk pergi ke kasih ananda ternyata kita pegi ke amerika serikat dengan mengendarai taksi, setelah bercerita demikian, ketua kelompok tadi menunjuk negara Alaska, seraya menunjukkan gambar kartunnya dan berkata: Kata link untuk negara Alaska adala h alas an(lihat kartun 15.1) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Lalu, ketua kelompok menunjuk Negara ke dua dan menunjukkan gambar kedua seraya berkata:alas an pergi ke kasih ananda kata link untuk canada adalah kasih ananda (lihat kartun 15.2) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Kemudian ketua kelompok menunjuk menunjuk Negara ke tiga seraya menunjukkan gambar kartun ke tiga seraya berkata: Alasan pergi ke kasih ananda ternyata ke Amerika serikat kata link untuk Amerika serikat adalah Amerika serikat (lihat kartun 15.3) kemudian anggota kelompok mengucapkan kembali kata link tersebut. Selanjutnya ketua kelompok menunjuk gambar ke empat sambil berkata: alasan pergi ke kasih ananda ternyata ke amerika serikat naik taksi kata link untuk meksiko adalah taksi( lihat kartun 15.4) anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Kemudian ketua kelompok mengulang dari awal Negara-negara yang ada di amerika utara di ikuti oleh anggota kelompok nya.

194

Gambar 7 : Peta Benua Amerika Utara

Gambar 8 : Kartun link Benua Amerika Utara

Gambar 15.1 : Alaska = Alas kaki Gambar 15.2 : Canada = Kasih Ananda

195

Gambar 15.3 : AS = Amerika Serikat

Gambar 15.4 : Taxi = Meksiko

Selanjutnya proses belajar mengajar di lanjutkan pada benua amerika tengah, seperti pada pembelajaran yang pertama, guru menyajikan peta kosong benua amerika bagian tengah dengan memberi nomor pada masing-masing Negara (lihat gambar 2). Seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan cara bercerita: bayangkan kita membawa panah pergi ke cosnya rica kita bilang nih, cara gua elsa naik Honda untuk melihat gua the. Setelah bercerita demikian, ketua kelompok tadi menunjuk Negara panama, Panama, seraya menunjukkan gambar kartunnya, dan berkata: kata link untuk panama adalah panah ( lihat kartun 15.5) Anggota kelompok kemudian mengucapkan kembali kata link tersebut. Lalu ketua kelompok menunjuk Negara kedua seraya berkata: kita pergi ke costarika katalink untuk kostarika adalah cosnya rica (lihat kartun 15.6) Anggota kelompok mengucapkan lagi kata link tersebut dan Negara-negara seperti yang di tunjukkan oleh ketua mereka. panama, panah; costarica, cosnya rica latihan terus berlanjut .Kata link untuk Nicaragua adalah nih, cara gua lihat kartun (15.7) sambil menunjuk Negara ke

196

empat.dan elsavador adalah elsa(lihat kartun 15.8) sambil menunjuk negara ke 4 .kemudian ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk Negara ke 5 dengan berkata kita naik motor Honda kata link untuk hondarous adalah Honda. (lihat kartun 15.9) selanjutnya ketua kelompok menunjuk Negara ke 6 dengan berkata kita pergi ke gua the kata link untuk Guatemala adalah gua the(lihat kartun 15.10) kemudian ketua kelompok melanjutkan dengan berkata: Belize link untuk Belize adalah bel sambil menunjuk peta no 7 dan memperlihatkan kartun (lihat kartun 15.11). Anggota kelompok mengikuti dan berkata: belize,bel anggota kelompok mengulang kembali 7 Negara-negara beserta link-link yang telah di ucapkan oleh ketua mereka. Gambar 9 : Peta benua Amerika bagian Tengah

197

Gambar 10 : Link Benua Amerika Bagian Tengah

Gambar 15.5 : Panama = Panah

Gambar 15.6 : Kos nya Rica = Costa Rica

Nih, Cara Gua!


Gambar 15.7 : Nih, cara gua = Nicaragua Gambar 15.8 : Elsa = Elsavador

Gambar 15.9 : Honda = Honduras

Gambar 15.10 : Gua theh = Guetamala

198

Gambar 15.11 : Bel = Belize

Pada pertemuan pertama siklus II ini, peserta didik sangat antusias mengikuti proses belajar mengajar. Peserta didik mulai belajar membangun link dan gambar-gambar sesuai dengan materi yang di ajarkan. Guru lebih menekankan pada materi yang belum di kuasai peserta didik sambil mengawasi dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung guna melihat kekurangan dan kelemahan yang terjadi sehingga kekurangan dan kelemahannya. 2) Pertemuan Kedua, Rabu, 12-10-2011 Pada pertemuan ke dua siklus II pokok materi yang bahas adalah persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia, guru mengambil contoh persebaran Negara maju dan berkembang di benua Amerika, kegiatan awal pada pertemuan ini adalah peserta didik mempersiapkan media pembelajaran berupa buku pelajaran, alat tulis, globe/peta/atlas, gambar-gambar sensorik, OHP, transparasi, dan mempersiapkan kata- hubung. Guru menjelaskan kembali proses pembelajaran menggunakan metode kata-hubung (link-word method) pada materi pokok yang telah di tentukan sesuai dengan silabus yang telah di tetapkan. Guru

199

memerintahkan kepada siswa agar duduk dengan kelompoknya sesuai dengan pertemuan pertama, selanjutnya Peserta didik mengidentifikasi Negara-negara yang masuk dalam daftar Negara maju dan Negara berkembang yang terdapat pada Benua Amerika pada atlas yang telah di persiapkan, sedangkan guru menyajikan peta kosong Benua Amerika, beberapa negaranya telah di beri nomor yang menunjukkan persebaran Negara maju dan Negara berkembang di benua Amerika. Pada pertemuan pertama siklus ke II telah di bahas persebaran Negara di benua amerika bagian utara dan tengah maka pada pertemuan ke dua ini guru membahas persebaran Negara di Benua Amerika bagian selatan dengan link dan gambar seperti pada tabel 16 persebaran Negara di benua Amerika bagian tengah Tabel 16 : Persebaran Negara di benua Amerika bagian selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Peru Chili Argentina Uruguay Paraguay Bolivia Brazilia Guyana Suriname Venezuella Colombia Ekuador Materi Peluru Chili Antena Urugan Paralon Bali Ber AC Yana Sirine Pen jel Kalam Eskalator Link Gambar Lihat kartun 16.1 Lihat kartun 16.2 Lihat kartun 16.3 Lihat kartun 16.4 Lihat kartun 16.5 Lihat kartun 16.6 Lihat kartun 16.7 Lihat kartun 16.8 Lihat kartun 16.9 Lihat kartun 1610 Lihat kartun 16.11 Lihat kartun 16.12

200

Pada pertemuan ini guru menyajikan peta kosong Benua Amerika Selatan yang beberapa Negara nya telah di beri nomor, (lihat gambar peta 9). Seorang ketua kelompok mengilustrasikan dengan bercerita: Bayangkan peluru chili kena antena nyenggol urugan masuk ke paralon, bali, ber AC, Bu Yana pencet sirine pakai pen jel dan kalam lalu naik escalator Setelah bercerita demikian ketua kelompok menunjuk Negara nomor 1 Peru seraya menunjukkan gambar kartunnya dan berkata: kata link untuk Peru adalah peluru (lihat kartun 16.1). Anggota kelompok mengikutinya kemudian mengucapkan kata link tersebut.lalu ketua kelompok menunjuk Negara ke 2 dan berkata: chili link untuk chili adalah chili semua anggota kelompok mengikuti kemudian mengucapkan kata link (lihat kartun 16.2).selanjutnya ketua kelompok menunjukkan Negara ke 3 Argentina sambil berkata: Argentina link untuk

Argentina adalah Antena(lihat kartun 16.3) kemudian anggota kelompok mengikutinya dan berkata Antena, Argentina. Selanjutnya ketua kelompok menunjuk Negara ke 4 seraya menunjukkan gambar sambil berkata: antenna nyenggal urugan Uruguai link untuk Uruguai adalah Urugan( lihat kartun 16.4 ) anggota kelompok mengikuti sambil mengucapkan linknya. Ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk peta pada nomor 5 sambil menunjukkan kartunnya dan berkata:Paraguai link untuk paraguai adalah paralon (lihat gambar 16.5) Anggota kelompok mengucapkan kembali link nya secara bersamaan. Ketua kelompok menunjuk angka 6 sambil menunjukkan kartunnya dan berkata:Bolivia link untuk Bolivia adalah Bali, pergi ke bali (lihat kartun 16.6) semua anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan link tersebut. Kemudian ketua kelompok

201

menunjuk Negara ke 7 dan berkata Brazilia sambil menunjukkan kartunnya dan berkata: Bali ber AC, Brazillia link untuk Brazillia adalah ber AC (lihat kartun 16.7) anggota kelompok mengucapkan kembali Negara beserta linknya. Ketua kelompok menunjuk angka 8 pada peta sambil menunjukkan kartunnya Guyana, dan berkata kata link Guyana adalah Pok Yana (lihat kartun 16.8) anggota kelompok kembali mengucapkan Negara beserta kata linknya. Sekarang ketua kelompok menunjuk angka 9 pada peta, Suriname ,seraya menunjukkan gambar kartunnya ketua kelompok berkata: Pok Yana mencet suriname link untuk suriname adalah sirine (lihat kartun 16.9), kemudian anggota mengucapkan kembali Negara dan kata linknya. Ketua kelompok melanjutkan kembali dengan menunjuk angka 10, Venezuella,sambil menunjukkan kartun dan berkata: pok Yana mencet sirine menggunakan penjel, link untuk venezuella adalah pen jel (lihat kartun 16.10) anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan kembali Negara dan link yang telah di ucapkan oleh ketua kelompok. Selanjutnya ketua kelompok melanjutkan dengan menunjuk angka 11 pada peta, Colombia sambil menunjukkan kartunnya ( lihat gambar 16.11) dan berkata : mencet sirine pakai pen jel dan kalam link untuk Colombia adalah kalam anggota kelompok mengikuti dan mengucapkan kembali Negara -negara beserta linknya. Kemudia ketua kelompok menunjuk peta pada angka 12 seraya berkata Ekuador link untuk ekuador adalah escalator (lihat gambar 16.12) anggota kelompok mengkuti dan mengucapkan escalator, Ekuador. Selanjutnya ketua kelompok dan anggotanya mengulang kembali nama-nama Negara beserta

202

linknya di mulai dari Negara nomor 1 sampai nomor 12 seraya menunjukkan gambar-gambar linknya . Guru sebagai peneliti dan teman sejawat mengamati berjalannya proses belajar mengajar dengan melakukan penilaian sesuai dengan instrument yang telah di sediakan. Hal ini di lakukan untuk mencari kelemahan agar dapat di perbarui pada penelitian selanjutnya. Gambar 11 : Peta Benua Amerika Selatan

203

Gambar 12: Link Benua Amerika Selatan

Gambar 16.1 : Peluru = Peru

Gambar 16.2 : Chili = Chili

Gambar 16.3 : Antena = Argentina

Gambar 16.4 : Urugan = Uruguay

Gambar 16.5 : Paralon = Paraguay

Gambar 16.6 : Bali = Bolivia

204

Gambar 16.7 : Ber AC = Brazilia

Gambar 16.8 :Bu Yana = Guyana

Gambar 16.9 : Sirine = Suriname

Gambar 16.10 : Pen jel = Venezuela

Gambar 16.11 : Kalam = Colombia

Gambar 16.12 : Ekskalator = Ekuador

205

4)

Pertemuan ke tiga jumat,14-10-2011 Setelah melaksanakan pertemuan selama dua kali pertemuan langkah

selanjutnya adalah melakukan tes individu dengan melakukan tes tulis dan menunjukkan Negara-negara pada peta kosong yang telah di sediakan. Para siswa di berikan motivasi agar tidak bekerjasama dengan siswa lainnya atau mencotek buku pelajaran, catatan atau peta. Sehingga terjadi kejujuran atas hasil tes yang akan di dapat masing-masing siswa. Tes yang akan di berikan berupa tes tulis yang terdiri dari 25 soal esay dengan menyebutkan dan menunjukkan Negara pada peta kosong yang telah di sediakan. Soal yang di berikan sesuai dengan soal pre tes dan tes II pada siklus I hal ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode kata-hubung atau (link-word method) dan di jadikan pertimbangan apakah diperlukan tindakan selanjutnya atau cukup sampai siklus II saja. c. Observasi atau Pengamatan Pada tahapan observasi atau pengamatan guru sebagai peneliti menggunakan 3 instrumen, yang di jadikan sebagai alat observasi adalah : (1) pengamatan langsung oleh guru (peneliti) (2) pedoman observasi interaksi belajar siswa yang di lakukan oleh teman sejawat yaitu Dra.Hj. Miratul Fuad (3) Hasil belajar tes III. 1) Observasi guru

206

Berdasarkan catatan lapangan yang di lakukan oleh peneliti melalui lembar observasi guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kata-hubung(link-word method) a) Penampilan, secara umum penampilan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran dengan metode kata hubung ( link-word method) cukup baik, peserta didik mulai terbiasa untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, rasa takut, malu tidak muncul lagi dan peserta didik sudah mampu menggunakan OHP dengan benar. b) Interaksi antara siswa, setiap peserta didik mempunyai peran sendirisendiri, pada siklus ke dua ini peran peserta didik cukup bagus dalam memainkan perannya, jika terdapat kesalahan yang di lakukan oleh temannya peserta didik tidak menertawakannya tetapi memancingnya dengan kata hubung yang telah di persiapkan. c) Kemampuan memotivasi anggota kelompok, kemampuan memotivasi anggota kelompok cukup bagus, hal ini di karenakan ketua kelompok selalu memberikan motivasi yang positif kepada anggotanya. d) Kemampuan membangun link, kemampuan membangun link cukup

bagus, peserta didik mencari kata hubung yang sesuai dengan nama-nama Negara yang akan mereka hafal. e) Kemampuan menyampaikan cerita, pada siklus ke dua ini kemampuan menyampaikan cerita cukup beragam dan tidak keluar dari link-link yang telah di persiapkan, ketua kelompok tidak lagi malu dan takut ketika harus tampil di depan kelas hal ini membawa dampak positif bagi anggotanya,

207

yang pada ahirnya akan meningkatkan daya serap peserta didik yang berperan sebagai anggota kelompok. f) Kemampuan menyampaikan link,pada siklus kedua ini kemampuan menyampaikan link atau kata hubung cukup bagus, peserta didik mempunyai rasa percaya diri yang tinggi untuk menyampaikan katahubung yang telah di sesuaikannya dengan materi yang di pelajari g) Kemampuan menerima link, siklus ke dua ini kemampuan menerima link cukup bagus, peserta didik selalu mengulang-ulang kata hubung yang telah mereka terima sampai mereka benar-benar menguasai. h) Kemampuan menghafal Negara Negara, pada siklus ke dua ini pada umumnya kemampuan menghafal Negara cukup bagus walaupun masih terdapat beberapa peserta didik salah dalam menyebutkan nama-nama Negara yang terdapat pada benua Amerika selatan i) Kemampuan menghafal lokasi Negara, pada siklus ke dua ini kemampuan menghafal lokasi Negara cukup bagus peserta didik telah mampu menghafal nama Negara beserta lokasinya dengan tepat. 2) Observasi teman sejawat Berdasarkan pengamatan yang dilakukan teman sejawat/kolaborator pada proses pembelajaran IPS dengan metode mengajar metode kata-hubung (linkword method) melalui lembar observasi kemampuan menghafal siswa di temukan beberapa poin penting di antaranya adalah:

208

a) Interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dalam belajar kelompok, sangat aktif dan saling bertukar fikiran hal ini menimbulkan semangat dalam belajar b) Kerjasama dalam kelompok,kerjasama dengan kelompok umumnya baik peserta didik saling bekerjasama sesuai dengan perannya masingmasing c) Tindakan siswa ketika ada salah satu anggota kelompok yang tidak aktif, peserta didik sangat perhatian dan mengajak temannya untuk memberikan sumbangan kata-hubung yang sesuai dengan materi yang sedang di pelajari d) Komunikasi antara peserta didik umumnya baik, mereka saling memberikan tanggapan dan argumen yang sesuai dengan materi yang di pelajari. e) Kemampuan siswa dalam mempengaruhi anggota kelompok sangat bagus sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif f) Kemampuan siswa mengendalikan emosi antar kelompok cukup maksimal sehingga suasana kelas tidak gaduh dan tercipta kondisi kelas yang nyaman. g) Kemampuan menyampaikan wacana/kata hubung dengan materi yang di pelajari umumnya sudah baik, rasa takut dan gugup dapat di hilangkan oleh peserta didik

209

h) Kemampuan menerima link yang sudah di siapkan pada umumnya cukup baik sehinga pesera didik dapat menghafal Negara-negara dengan mudah i) Kemampuan menghubungkan link dengan materi cukup baik sehingga terdapat kemudahan peserta didik untuk menghafal nama-nama negara j) Kemampuan menghafal Negara-negara cukup baik, peserta didik telah mampu mengubungkan kata-hubung yang sudah mereka kenal untuk di hubungkan dengan materi yang belum di kenalnya. k) Kemampuan menghafal lokasi Negara-negara dalam peta kosong cukup baik , peserta didik mampu menghafal lokasi beserta namanama negaranya l) Kemampuan guru dalam penerapan metode kata- hubung(link- word method) cukup baik, tidak terlalu cepat sehingga penjelasan yang di sampaikannya dapat di engerti oleh peserta didik m) Komunikasi guru dengan peserta didik cukup baik, guru memotifasi siswa sehingga siswa mempunyai semangat untuk belajar n) Reaksi guru ketika melihat siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran mengingatkan dan memberikan motivasi o) Suasana dan interaksi siswa saat guru melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar cukup tenang dan terkonsentrasi. 3) Hasil Belajar Siklus II ( tes III ) Berdasarkan hasil belajar siklus II ( test III ) Di peroleh data sebagai berikut : penguasaan materi pada siklus ini mengalamai peningkatan. Hasil rerata

210

pada siklus ini adalah 97 sedangkan skor ideal adalah 100 dan KKM adalah 70. Dengan demikian setelah di lakukan tindakan kelas skor tertinggi adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 76 hal ini menunjukkan bahwa seluruh peserta didik telah mencapai KKM. Dapat di ambil kesimpulan bahwa terdapat

peningkatan 100% setelah tindakan kelas pada siklus pertama dan mengalami peningkatan 2 % dari pra tes. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel : 17 tentang perbandingan nilai tes II dan tes III di bawah ini Tabel 17 : Perbandingan nilai tes II dan hasil belajar test III No 1 2 3 4 Nilai Skor nilai Rata-Rata Nilai maksimal Nilai minimal Tes II 3284 96 100 72 Tes III 3318 97 100 76 Keterangan Mengalami peningkatan sebesar 2 %

d. Refleksi Siklus II 1) Kemampuan Menghafal Siswa Pada siklus II ini terdapat kemajuan yang di tunjukkan oleh peserta didik dalam menghafal materi yang di ajarkan, peserta didik mulai mampu membuat kata hubung yang familier untuk di hubungkan dengan materi yang baru di kenalnya, selain itu peserta didik telah mampu membuat gambar-gambar jenaka sebagai bantuan untuk menghafal materi yang baru di terimanya, sehingga memudahkan untuk mengingat materi yang di pelajari,kemampuan peserta didik dalam mengolah kata-hubung menjadi

211

sebuah cerita yang menarik mulai menunjukkan peningkatan sehingga memudahkan peserta didik untuk menghafal Negara beserta lokasi nya. Pada siklus II ini, peserta didik saling memberikan motifasi agar aktif dalam menghafal sehingga tampak terlihat interaksi peserta didik yang positif, mereka saling memberikan ide, kritik dan saran yang membangun sehingga suasana kelas tampak aktif,efektif dan

menyenangkan. 2) Kemampuan guru dalam menerapkan metode kata-hubung(link word method) Berdasarkan hasil dari pengamatan teman sejawat/kolaborator melalui lembar pengamatan kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode kata-hubung link-word method pada umumnya

kemampuan guru dalam kegiatan proses belajar-mengajar cukup baik, dengan menggunakan metode kata-hubung atau link-word method, peserta didik mendapat nuansa belajar yang baru, hal ini di karenakan selama ini peserta didik belajar dengan hanya menggunakan ceramah dan tanya jawab. Dengan menggunakan metode kata-hubung ini, peserta didik belajar untuk meningkatkan hafalannya dengan membangun hubungan-hubungan materi yang sudah di kenalnya lalu di hubungkan dengan materi yang baru di kenalnya dengan bantuan gambar-gambar.guru yang bertindak sebagai peneliti membantu peserta didik untuk membangun link-link yang mereka inginkan. Sebagai metode yang baru di terapkan di sekolah SMP Kasih Ananda tepatnya di kelas IX, guru sebagai peneliti memberikan penjelasan yang cukup

212

baik kepada siswa agar siswa mengerti bagaimana menerapkan metode ini agar mencapai hasil belajar yang telah di tetapkan, selain itu guru memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa proses manghafal akan lebih mudah jika di terapkan melalui metode kata-hubung ini. Jika di temukan peserta didik yang tidak aktif maka guru memberikan motifasi secara personal . Perbaikan yang telah di lakukan selama siklus dua adalah: a. Guru telah dapat membangkitkan cara berfikir yang kreatif kepada siswa agar siswa dapat membuat kata hubung yang akan di hubungkannya dengan materi yang belum di kenalnya dan siswa mampu membuat gambar gambar sensorik sebagai bantuan untuk mempermudah mengingat. b. Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa bahwa dengan

menggunakan metode belajar kata-hubung akan mempermudah untuk mengingat dan metode ini dapat di terapkan untuk mata pelajaran lain selain IPS. c. Guru selalu memberikan contoh kepada siswa bagaimana menggunakan dan menerapkan metode kata hubung ini dengan jelas, tidak terlalu cepat sehingga siswa dapat memahami dengan baik dan benar yang pada ahirnya dapat di terapkannya pada mata pelajaran selain pelajaran IPS. Dari hasil pengamatan teman sejawat secara umum dapat di gambarkan bahwa guru telah mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, sehingga terdapat peningkatan menghafal peserta didik khususnya siswa SMP Kasih Ananda kelas IX. 3) Hasil Kuesioner Siswa

213

Berdasarkan data yang terkumpul

dari hasil lembar kuisioner pendapat

siswa mengenai metode belajar kata-hubung (link- word method) dengan cara mengelompokkan responden dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang lebih mudah dengan menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 1 orang siswa yang menyatakan titak tahu, den terdapat 3 orang siswa yang menyatakan tidak setuju. Dengan data ini sebagian besar siswa menyatakan menyukai metode kata-hubung link-word method 2. Terdapat 32 siswa atau 94% siswadari 34 siswa yang menyatakan bahwa belajar menggunakan kata-hubung link-word method membuat belajar menjadi menyenangkan sedangkan terdapat 2 orang siswa aatau 6% dari 34 siswa yang menyatakan tidak siswa setuju, dari data ini menunjukkan bahwa methode kata-hubung dapat membuat belajar siswa lebih menyenangkan. 3. Terdapat 30 siswa atau 88% dari 34 siswa yang menyatakan semangat belajar menjadi besar jika menggunakan metode kata-hubung link-word method sedangkan yang menjawab tidak tahu sebesar 1 orang siswa atau sebesar 3% sedangkan terdapat 2orang siswa atau sekitar 6% yang menjawab tidak tahu hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan metode link-word method dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

214

4. Terdapat 32 siswa atau 94 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat membuat belajar lebih focus dan terdapat 2 siswa atau 6% siswa yang menyatakan tidak setuju hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar menggunakan metode kata hubung dapat membuat peserta didik belajar lebih terfokus. 5. Terdapat 34 siswa atau 100 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat membuat belajar lebih mudah memahami materi pelajaran yang di berikan guru. hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar menggunakan metode kata hubung dapat membuat peserta didik belajar lebih mudah memahami materi yang di ajarkan. 6. Terdapat 34 siswa atau 100 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat membuat aktif dalam belajar hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar menggunakan metode kata hubung dapat membuat peserta didik belajar lebih aktif dalam belajar. 7. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa lebih mandiri dalam belajar jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 2 orang siswa atau 6% yang menyatakan titak tahu, den terdapat 2 orang siswa atau 6 % yang menyatakan tidak setuju.

215

Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode ini dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar 8. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa lebih percaya diri dalam belajar jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 3 orang siswa atau 9% yang menyatakan titak tahu, den terdapat 2 orang siswa atau 6 % yang menyatakan tidak setuju. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar. 9. Terdapat 32 orang siswa atau 94% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa lebih kreatif dalam belajar jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat orang siswa atau 6% yang menyatakan tidak setuju. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar. 10. Terdapat 33 orang siswa atau 97% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa lebih kreatif dalam belajar jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 1 orang siswa atau 3% yang menyatakan tidak setuju. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung

216

link-word method ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dan inovasi siswa dalam belajar. 11. Terdapat 32 orang siswa atau 94% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa lebih mudah menghafal materi pelajaran yang di berikan guru jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 2 orang siswa atau 6% yang menyatakan tidak tahu. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat meningkatkan pemahaman materi belajar siswa. 12. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa dapat

menyampaikan ide kritik dan saran jika menggunakan metode katahubung link-word method. Sementara terdapat 2 orang siswa atau 6% yang menyatakan tidak tahu dan 2 orang siswa atau 6% siswa yang menyatakan tidak setuju. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat menyampaikan ide, saran dan kritik. 13. Terdapat 33 orang siswa atau 97% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa tidak jenuh jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara

217

terdapat 1 orang siswa atau 3% yang menyatakan tidak tahu. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat membuat siswa tidak jenuh dalam belajar. 14. Terdapat 25 siswa atau 73% dari 34 siswa yang menyatakan metode kata-hubung link-word method dapat di terapkan pada mata pelajaran lain.sedangkan yang menjawab tidak tahu sebesar 6 orang siswa atau sebesar 18% sedangkan terdapat 3 orang siswa atau sekitar 9% yang menjawab tidak tahu hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan metode link-word method dapat di terapkan pada mata pelajaran lain. 15. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat guru lebih aktif

dalam mengajar siswa .jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 2 orang siswa atau 6% yang menyatakan tidak tahu.sedangkan terdapat 2 orang siswa atau 6% siswa Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat membuat guru lebih aktif dalam mengajar siswa. 16. Terdapat 28 orang siswa atau 82% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa setiap mata pelajaran, selain pelajaran IPS dapat di terapkan dengan menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 5 orang siswa atau 15% yang menyatakan tidak tahu.sedangkan terdapat 1 orang siswa atau 3% siswa Dengan data

218

ini dapat di simpulkan bahwa

siswa menginginkan belajar dengan

metode kata-hubung link-word method pada mata pelajaran lain selain IPS. 17. Terdapat 34 siswa atau 100 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat membuat suasana kelas lebih aktif dalam belajar hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar menggunakan metode kata hubung dapat membuat suasana kelas lebih aktif. 18. Terdapat 34 siswa atau 100 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat meningkatkan hasil belajar siswa data ini menunjukkan bahwa dengan belajar menggunakan metode kata hubung dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 19. Terdapat 30 orang siswa atau 88% dari 34 orang siswa memberikan pendapat setuju bahwa materi pelajaran IPS dengan kompetensi dasar persebaran negara maju dan berkembang membuat siswa menjadi

penghafal yang aktif, jika menggunakan metode kata-hubung link-word method. Sementara terdapat 14 orang siswa atau 12% yang menyatakan tidak tahu. Dengan data ini dapat di simpulkan bahwa dengan metode kata-hubung link-word method ini dapat membuat penghafal yang aktif. 20. Terdapat 34 siswa atau 100 % dari 34 siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kata-hubung dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain pelajaran IPS, data ini menunjukkan bahwa dengan siswa menjadi

219

belajar menggunakan metode kata hubung dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran lain. Berdasarkan hasil kuisioner pendapat siswa mngenai pembelajaran dengan menggunakan kata-hubung (link-word method) mendapat tanggapan yang positif dari mayoritas siswa untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 18: Hasil kuisioner pendapat siswa mengenai metode kata-hubung.

Tabel 18 : Hasil Kuesionar Pendapat Siswa Mengenai Metode Kata-Hubung (link-word Method) NO 1 Pertanyaan Materi pelajaran ilmu Pengetahuan social lebih mudah saya pelajari jika menggunakan metode kata-hubung (link-word method) Peoses- belajar mengajar menjadi menyenangkan bila menggunakan Metode kata-hubung (link-word method) Semangat belajar saya menjadi besar jika belajar menggunakan metode kata-hubung (link-word method) Belajar dengan metode kata-hubung (link-word method) membuat saya lebih focus dalam belajar Belajar dengan metode kata-hubung (link word method) membuat saya lebih mudah memahami materi yang di pelajari Belajar dengan metode kata-hubung membuat saya menjadi aktif dalam belajar Belajar menggunakan kata-hubung membuat saya lebih mandiri S 30 TT 1 TS 3

32

30

32

34

34

30

220

Belajar dengan kata-hubung membuat saya lebih percaya diri Belajar menggunakan kata-hubung membuat saya lebih kreatif untuk memikirkan kata-katahubungnya Belajar menggunakan kata hubung ni saya lebih berfikir aktif dan inovasi dalam membuat gambargambar yang berhubungan dengan materi Belajar menggunakan kata-hubung membuat saya lebih mudah menghafal materi yang di berikan Belajar menggunakan metode kata hubung membuat saya dapat menyampaikan ide,saran dan kritik Belajar menggunakan kata-hubung membuat saya tidak jenuh di dalam kelas Metode kata hubung dapat saya terapkan pada mata pelajaran lain selain IPS Dalam mengajar menggunakan metode kata hubung, guru sangat aktif dan tidak membosankan Saya sangat menginginkan jika setiap mata pelajaran menggunakan metode kata-hubung Dengan menerapkan kata-hubung suasana kelas menjadi lebih aktif Dengan metode kata-hubung meningkatkan hasil belajar saya (nilai) Metode kata-hubung memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih dirinya menjadi penghafal yang aktif Belajar menggunakan metode kata-hubung sangat membantu saya dalam meningkatkan hasil belajar selain pelajaran IPS

29

32

10

33

11

32

12

30

13

33

14

25

15

30

16

28

17

34

18

34

19

30

20

34

221

Wawancara antara guru dan siswa

Wawancara antara guru dan siswa di adakan pada hari jumat, 14-10-2011. Proses wawancara berlangsung saat pelajaran berlangsung. Guru memanggil siswa secara bertahap setiap tahap terdiri dari 5 orangsiswa siswa yang di wawancarai sejumlah 17 orang siswa yang di ambil secara acak . secara lengkap kutipan wawancara dapat di lihat pada lampiran Berdasarkan Hasil Wawancara dengan siswa dapat di simpulkan sebagai berikut: 1) Para siswa merasa termotivasi belajar jika menggunakan metode kata hubung (link-word method), sebab selama ini mereka belajar hanya mengunakan metode ceramah dan tanyajawab. 2) Dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word mwthod) suasana kelas menjadi menyenangkan dan tidak membosankan walaupun terkadangagak ramai. 3) Suasana belajar mengajar dengan menggunakan metode kata-hubung sangat menyenangkan karena di sini siswa di latih untuk berani tampil di depan membimbing anggota kelompoknya untuk mengingat materi yang di sajikan. 4) Peranan Guru dalam mengajar sangat aktif di mana guru membimbing siswa dalam menerapkan metode kata-hubung (link-word method) dengan semangat dan penuh kesabaran. 5) Dalam metode kata-hubung ini, pemilihan kata hubung yang di hubungkan dengan materi yang baru di kenalnya, sangat membantu peserta didik dalam menghafal materi yang baru di kenalnya.

222

6) Pemilihan gambar sangat menarik sehingga siswa terkonsentrasi dan menghubungkannya dengan materi yang baru di kenalnya. 7) Pembentukan nama negara menjadi sebuah cerita sangat membantu siswa dalam menghafal materi yang sedang di pelajari. 8) Pada mulanya penggunaan sarana dan prasarana sangat menakutkan siswa, karena peserta didik belum pernah mencoba OHP, tetrapi setelah pelajaran berlangsung peserta didik mulai terbiasa dan menyukai OHP. 9) Hasil belajar yang di capai siswa sangat mengagumkan karena terjadi peningkatan yang cukup signifikan, dari sebelum mengalami tindakan dan sesudah mengalami tinadakan. 10) Para siswa masih kebingungan apakah mungkin metode kata-hubung ini dapat di terapakan pada mata pelajaran lain selain IPS, tetapi setelah menerima penjelasan dari guru siswa mulai menyakini bahwa metode ini dapat di terapkan pada mata pelajaran lain. B. Pemeriksaan Keabsahan Data Pengumpulan data di lakukan secara menyeluruh dan di peroleh berdasarkan pemerolehannya. Data yang pnulis peroleh yaitu data pribadi yang berupa catatan observasi guru terhadap proses pembelajaran, dokumentasi, hasil observasi teman sejawat tentang kemampuan menghafal siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran kuisioner siswa tentang pembelajaran metode katahubung( link-word method) dan pendapat dari siswa mengenai penerapan metode kata-hubung melalui lembar wawancara serta hasil belajar siswa baik tes I, tes II dan tes III.

223

Temuan-temuan yang di dapat baik dari peneliti maupun dari teman sejawat yang mempunyai pengaruh langsung terhadap prosespembelajaran pada setiap siklus baik tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas, kemampuan siswa mengikuti pembelajaran maupun peristiwa-periatiwa yang muncul pada setiap siklus yang perlu mendapat perhatian sendiri untuk bias di perbaiki dan di tingkatkan di bahas dengan teman sejawat. Keberadaan teman sejawat di dalam kelas untuk melakukan pengamatan kemampuan menghafal siswa, berbagi pendapat merupakan pengendalian dari penelitian tindakan kelas ini. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran dengan metode kata-hubung (link-word method), PTK yang di lakukan peneliti ini di kendalikan oleh langkah-langkah dalam pembelajaran metode katahubungdan acuan konseptual perencanaan tindakan kelas. C. Analisis Data Analisis data di lakukan mulai dari pengambilan pra tes sebelum di

lakukan tindakan kelas,perencanaan tindakan masing-masing pertemuan, seluruh temuan yang di peroleh pada saat proses pembelajaran, observasi dan refleksi siklus I dan siklus II. Berdasarkan data-data yang di peroleh kemudian di telaah dan di bahas dengan teman sejawat/kolaborator di nilai cukup signifikan untuk di ambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ini memiliki hasil ahir yang cukup signifikan. Ada beberapa komponen penelitian ini yang kiranya penting untuk di kaji pada penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1) hasil belajar siswa, (2) hasil penilaian yang mencakup perubahan atau perbaikan, peningkatan proses hasil

224

belajar siswa dan deskripsi data dari masing-masing siklusyang akan di tampilakan dalam bentuk distribusi frekuensi, histogram, dan diagram batang serta pengujian hipotesis untuk mengetahui tingkat signifikasi rerata dari ketiga hasil tes yaitu: pra tes (tes I), tes II, tes III. Berikut komponen-komponen yang di teliti dalam penelitian tindakan kelas ini yang akan di uraikan di bawah ini: 1. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pra tes IPS tentang persebaran Negara-negara maju dan berkembang di dunia pada siswa kelas IX SMP Kasih Ananda Jakarta Utara, hasil pra tes dapat di katakana masih sangat jauh dari criteria ketuntasan minimal. Hasil rata-rata yang di peroleh adalah 4,8 sementara criteria ketuntasan minimal yang di harapkan adalah 70 dan minimal siswa yang memperoleh nilai sama atau lebih dari 70 adalah 0%. Dengan kenyataan temuan pra tes tersebut maka pembelajaran IPS perlu mendapat perhatian lebih sehingga bisa di tingkatkan kemampuannya. Oleh karena itu maka di perlukan tindakan kelas dalam dua siklus yang masingmasing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dari dua siklus yang di laksanakan , siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, peningkatan ini terjadi karena beberapa faktor di antaranya kata-hubung, gambar-gambar sensorik dan penyampaian dalam bentuk cerita. Selain itu guru sebagai peneliti selalu memberikan motifasi kepada siswa bahwa proses menghafal akan lebih mudah jika menggunakan metode kata-hubung (link word method), kegiatan pembelajaran tidak terpusat kepada guru melainkan terpusat pada peserta didik.

225

2.

Hasil Penilaian Pada hasil penilaian ini, penulis ingin memaparkan tentang (a) Perubahan

atau perbaikan proses kegiatan hasil belajar siswa, (b) Deskripsi data hasil penelitian, dan (c) Pengujian hipotesis. Berikut ini akan di uraikan tentang hasil penilaian satu per satu. a) Perubahan atau Perbaikan Proses Kegiatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti bersama dengan teman sejawat, ada beberapa perubahan atau perbaikan pada proses kegiatan pembelajaran dengan metode kata-hubung (link-word method) dari keadaan awal, siklus I,dan siklus II. Untuk melihat perbedaan dari hasil pengamatan yang di lakukan oleh guru sebagai peneliti bias di lihat pada tabel 18 di bawah ini. Tabel 19 : Perbedaan Hasil Pengamatan Guru Siklus I dan Siklus II No 1 Hasil Pengamatan Guru Penampilan Siklus I secara umum penampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan metode kata hubung (link-word method) cukup baik, tetapi masih terdapat kekurangan diantaranya peserta didik merasa takut dalam berbicara, tidak dapat menggunakan OHP dengan benar. Siklus II secara umum penampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan metode kata hubung (link-word method) cukup baik, peserta didik mulai terbiasa untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, rasa takut, malu tidak muncul lagi dan peserta didik sudah mampu menggunakan OHP dengan benar.

226

Interaksi antar siswa

setiap peserta didik mempunyai peran sendiri-sendiri, pada siklus pertama ini peran peserta didik cukup bagus dalam memainkan perannya ,tetapi masih terdapat sedikit kendala yaitu peserta didik saling menertawakan temannya yang melakukan kesalahan.

setiap peserta didik mempunyai peran sendiri-sendiri, pada siklus ke dua ini peran peserta didik cukup bagus dalam memainkan perannya, jika terdapat kesalahan yang di lakukan oleh temannya peserta didik tidak menertawakannya tetapi memancingnya dengan kata hubung yang telah di persiapkan.

Kemampuan memotivasi anggota kelompok

kemampuan memotivasi anggota kelompok belum bagus hal ini di karenakan ketua kelompok tidak memberikan motivasi yang positif kepada anggotanya.

memotivasi anggota kelompok, kemampuan memotivasi anggota kelompok cukup bagus, hal ini di karenakan ketua kelompok selalu memberikan motivasi yang positif kepada anggotanya.

Kemampuan membangun Link

kemampuan membangun link cukup bagus, peserta didik mencari kata hubung yang sesuai dengan nama-nama Negara yang akan mereka hafal tetapi terdapat beberapa siswa yang salah dalam membangun link, sehingga kata

kemampuan membangun link cukup bagus, peserta didik mencari kata hubung yang sesuai dengan nama-nama Negara yang akan mereka hafal.

227

hubung yang di buatnya tidak sesuai dengan meteri yang di pelajari 5 Kemampuan pada siklus pertama ini Menyampaikan cerita kemampuan menyampaikan cerita cukup beragam dan tidak keluar dari linklink yang telah di persiapkan, tetapi terdapat sedikit kekurangan bahwa peserta didik terutama ketua kelompok masih malu dan takut dalam bercerita sehingga mengganggu daya serap peserta didik yang berperan sebagai anggota kelompok. pada siklus ke dua ini kemampuan menyampaikan cerita cukup beragam dan tidak keluar dari link-link yang telah di persiapkan, ketua kelompok tidak lagi malu dan takut ketika harus tampil di depan kelas hal ini membawa dampak positif bagi anggotanya, yang pada ahirnya akan meningkatkan daya serap peserta didik yang berperan sebagai anggota kelompok.

Kemampuan menyampaikan link

siklus pertama ini kemampuan menyampaikan link atau kata hubung cukup bagus, tetapi masih terdapat kekurangan bahwa peserta didik sering salah jika kata hubung tersebut di hubungkan dengan materi yang di pelajari

pada siklus kedua ini kemampuan menyampaikan link atau kata hubung cukup bagus, peserta didik mempunyai rasa percaya diri yang tinggi untuk menyampaikan katahubung yang telah di sesuaikannya dengan materi yang di pelajari

Kemampuan menerima pada siklus pertama ini siklus ke dua ini link kemampuan menerima kemampuan menerima link belum bagus, link cukup bagus, peserta

228

walaupun peserta didik selalu mengulangulang kata hubung yang telah mereka terima sampai mereka benar-benar menguasai.

didik selalu mengulangulang kata hubung yang telah mereka terima sampai mereka benarbenar menguasai.

Kemampuan menghafal Negaranegara

siklus pertama ini kemampuan menghafal Negara cukup bagus walaupun masih terdapat beberapa peserta didik salah dalam menyebutkan namanama Negara yang terdapat pada benua Amerika

pada siklus ke dua ini pada umumnya kemampuan menghafal Negara cukup bagus walaupun masih terdapat beberapa peserta didik salah dalam menyebutkan namanama Negara yang terdapat pada benua Amerika selatan

Kemampuan menghafal lokasi Negara

pada siklus pertama ini kemampuan menghafal lokasi Negara cukup bagus tetapi terdapat kekurangan bahwa beberapa peserta didik lupa nama Negara dan di mana lokasi Negara tersebut.

pada siklus ke dua ini kemampuan menghafal lokasi Negara cukup bagus peserta didik telah mampu menghafal nama Negara beserta lokasinya dengan tepat.

229

Dari tabel di atas terlihat perbedaan yang jelas antara siklus pertama dan siklus ke dua. Perbedaan kedua siklus tersebut mengarah pada perubahan dan perbaikan. b) Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap 34 orang siswa IX SMP Kasih Ananda Jakarta Utara yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Variabel yang di ukur meliputi pra tes (tes I), tes II (siklus I), dan tes III (siklus II) Data mentah hasil penelitian akan di sajikan dalam lampiran tersendiri. Penyajian tentang deskripsi data yang di mulai dari hasil pra tes, tes II dan tes III akan di tampilkan dalam bentuk deskripsi frekuensi, histogram dan diagram batang. 1) Pra Tes ( tes I ) Nilai pra tes yang di peroleh dari tes yang di berikan sebelum siswa mengalami tindakan kelas dari peneliti. Pra tes ini di berikan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum di lakukan tindakan. Skor maksimal berdasarkan acuan penilaian adalah 100 dan skor terendah adalah 0. Dari hasil pra tes di peroleh nilai tertinggi 68 dan terendah 32. Nilai rata-rata (mean) adalah 4,8 nilai median adalah 48 nilai modus adalah 48 standar deviasi adalah 6,893 dan variasnya adalah 47,513 daftar distribusi frewensi dapat dilihat pada tabel 19: Daftar Distribusi Frekuwensi Data Pra Tes

230

Tabel 20 : Daftar Distribusi Frekuwensi Data Pra Tes No 1 2 3 4 5 6 7 Kelas Interval 30 35 36 41 42 47 48 53 54 59 60 65 66 71 Jumlah Frekuwensi Absolut 1 4 9 11 8 1 34 Frekuwensi Relatif 1% 12 % 26 % 32 % 24 % 3% 100 %

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagram batang pada gambar 11 dan 12 di bawah ini: Gambar 13 : Histogram Frekuwensi Pra tes
12 10 8 6 4 2 0 Frekuensi 30-35 36-41 42-47

48-53
54-59 60-65

66-71

231

Gambar 14 : Diagram Batang Data Pra Tes


80 70 60 50 40 30 20 10 0 Nama Siswa S1 S4 S7 S10 S13 S16 S19 S22 S2 S5 S8 S11 S14 S17 S20 S23 S3 S6 S9 S12 S15 S18 S21 S24

S25
S28 S31 S34

S26
S29 S32

S27
S30 S33

2) Tes II Nilai tes II di peroleh dari tes yang di berikan setelah siswa mengalami tindakan kelas selama dua kali pertemuan. Dari hasil tes II peroleh data sebagai berikut nilai tertinggi adalah 100, terendah adalah 72 dan rata-rata adalah 96 ini menunjukkan bahwa semua peserta didik telah mencapai nilai KKM yaitu 70 dari data tersebut di peroleh nilai median adalah 100 dan modus adalah 100 sedangkan standar deviasi adalah 6,839 sedangkan varians nya adalah 46,771.daftar distribusi frekuwensi dari siklus I (tes II) dapat dilihat seperti tabel: 20 di bawah ini. Tabel 21 : Distribusi Frekuwensi Data Tes II No 1 2 3 Kelas Interval 70 74 75 79 80 84 Frekuwensi Absolut 1 3 Frekuwensi Relative % 3% 9

232

4 5 6 7

85 89 90 94 95 99 100 104 Jumlah

2 2 26 34

6 6 76 100

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagrambatang pada gambar 13 dan gambar 14 di bawah ini: Gambar 15 : Histogram Frekuwenai Tes II
30 25 20 15 10 5 0 Frekuensi 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 100-104

Gambar 16 : Diagram Batang Data Tes Siklus I (Tes II)


120 100 80 60 40 20 0 Nama Siswa S1 S4 S7 S10 S13 S16 S19 S22 S2 S5 S8 S11 S14 S17 S20 S23 S3 S6 S9 S12 S15 S18 S21 S24

S25
S28 S31 S34

S26
S29 S32

S27
S30 S33

233

3) Test III Nilai tes III di peroleh dari tes yang di berikan setelah siswa- siswa mengikuti pelajaran yang di berikan selama dua kali pertemuan. Dari hasil tes III ini di peroleh nilai tertinggi 100, terendah 76 dan rata-rata adalah 97 nlai median adalah 100, nilai modusnya adalah 100 , nilai deviasinya adalah 5,113 dan nilai variansnya adalah 26,142 .Daftar disrtibusi frekuwensi dari hasil siklus II ( tes III) dapat dilihat pada tabel 21 : Distribusi Frekuwensi Data Tes III Tabel 22 : Distribusi Frekuwensi Data Tes III No 1 2 3 4 5 6 Kelas Interval 75 78 79 82 83 86 87 92 93 96 97 100 Jumlah Frekuwensi absolut 1 1 6 26 34 Frekuwensi Relatif % 3% 3% 18 % 76 % 100 %

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagram batang pada gambar 15 dan 16 berikut ini :

234

Gambar 17 : Histogram Frekuwensi Tes III


30 25 20 15 10 5 0 Frekuensi 75-78 79-82 83-86 87-92 93-96 97-100

Gambar 18 : Diagram Batang Data Tes III


120 100 80 60 40 20 0 Nama Siswa

S1 S3 S5 S7 S9 S11 S13 S15 S17 S19 S21 S23 S25 S27 S29 S31 S33

S2 S4 S6 S8 S10 S12 S14 S16 S18 S20 S22 S24 S26 S28 S30 S32 S34

c)

Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis di lakukan untuk menghitung masing-masing

hipotesis penelitian yang telah di lakukan yaitu (a) Perbedaan rerata nilai ketiga hasil tes yang menggunakan analisis varians (anava) untuk mendapatkan nilai F (b) Perbedaan rerata nilai antara dua hasil penilaian yang menggunakan statistic t (uji-t anava) Sebelum analisis varian s di lakukan untuk pengujian hipotesis, maka

di perlukan pengujian homogenitas varians terlebih dahulu yaitu dengan cara

235

membandingkan varians terbesar di bagi dengan varians terkecil. Pengujannya menggunakan rumus berikut: F = Varian terbesar Varian terkecil

Kriteria pengujian adalah Ho di terima apabila F hitung lebih kecil dari pada F tabel pada = 0,05 Berdasarkan penghitungan dapat di ketahui bahwa varians untuk pra tes adalah 47,513, tes II adalah 46,771 dan tes III adalah 26,142. Ketiga varians tersebut dapat di lihat seperti pada tabel 22: Varians Hasil Belajar siswa

Tabel 23 : Varians Hasil Belajar siswa Nilai Varians Jenis Variabel : Perbandingan Hasil Belajar Pra tes (VII) S2 N 47,513 34 Tes II ( VIII) 46,771 34 Tes III (IX ) 26,142 34

Dari tabel di atas maka di ketahui varians terbesar adalah 47, 513 dan varians terkecil adalah 26, 142 dengan demikian F hitung dapat di peroleh : Fhitung = 47,515 = 1,817 26,142 Langkah berikutnya adalah membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan rumus dk pembilang = n-1 = 34-1 = 33 (untuk varian terbesar) dan dk penyebut = n-1 = 33-1 = 32 (untuk varian terkecil). Taraf signifikan ( ) = 0.05. Dengan demikian diperoleh Ftabel = 1,82.

236

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh Fnilai = 1,817 sedangkan Ftabel = 1,82. Jadi Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Ini berarti bahwa varians data ketiga tes yang akan dianalisis homogeny. Tabel 24 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Terbesar Terkecil Nilai 47,78 1,817 26,142 dk 33 dengan 20,05 1,82 Fhitung Ftabel Kesimpulan Fhitung < Ftabel (Homogen)

(a). Perbedaan nilai rerata ketiga hasil tes Untuk mencari perbedaan antara rerata nilai ketiga hasil tes, penulis menggunakan teknik analisis varians (Avana). Untuk mendapatkan nilai F ada bebrapa langkah yang harus ditempuh : 1. Menghitung jumlah kuadrat (JK) untuk beberapa sumber varians, yaitu : Antar (A), Dalam (D), dan Total (T) : JK(T) = JK(A) = = = JK(D) = 2. Menentukan derajat kebebasan (dk) masing-masing sumber varians :

237

3. Menetukan rata-rata jumlah kuadrat (RJK) :

Tabel 25 : Tabel Avana Uji Segnitifikasi Rerata Ketiga Hasil Tes Sumber Varians Antar Dalam Total JK 54,637 4002 58.639 db 2 99 102 RJK 27.318,5 40,424 Fhitung Ftabel =0,05 =0,01 3,11 4,88 Keputusan Fhit > Ftab Ho ditolak signifikan

675.799

Fh = 675.799 > Ft

3.11 pada taraf signifikan

0.05 dengan dk

pembilang, yaitu dk(A) = 2 dan dk penyebut dk(D) = 99 maka Ho ditolak. Dengan hipotesis ini dapat memberikan informasi bahwa terdapat perbedaan peningkatan selama tiga kali pengukuran yaitu sebelum siklus I (X 1), sesudah siklus I (X2) dan sesudah siklus II (X3). Disini belum diketahui apa yang berbeda itu X1 dengan X2, X1 dengan X3, atau X2 dengan X3, oleh karena itu, peneliti mencoba untuk membuktikan antara dua hasil penelitian tersebut. (b). Perbedaan Rerata nilai antara dua hasil tes (uji satu pihak) Hipotesis penelitian kedua yang akan diuji adalah terdapat perbedaan antara nilai dua hasil tes. Untuk pengujian ini penulis menggunakan teknik statistic uji-t (uji-t anava) dengan rumus :

238

ttabel = t (0.95;99) = 1.671 ditolak. Interpretasi :

ttabel = t (0.99;66) = -2.390

thitung > ttabel

berarti

1. Perbedaan rerata nilai pra tes (X1) dan tes (X2) Pada pengujian hipotesis ini diperoleh t hitung X1 dan X2 = -31.352 dan ttabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa t hitung = 31,352 < ttabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pra tes dan nilai tes II (nilai siklus I). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa siklus I (tes II) lebih tinggi dari pada rerata pra tes atau rerata nilai hasil belajar pra tes lebih rendah dari pada rerata nilai hasil belajar tes II. 2. Perbedaan rerata nilai pra tes (X1) dan tes III (X3) Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh t hitung X1 dan X3 = -32.005 dan ttabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa thitung = -32,005 < ttabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pra tes dan nilai tes III (nilai siklus II). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa siklus III (tes II) lebih

239

tinggi dari pada rerata pra tes atau rerata nilai hasil belajar pra tes lebih rendah dari pada rerata nilai hasil belajar tes III. 3. Perbedaan rerata nilai pra tes (X2) dan tes III (X3) Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh t hitung X2 dan X3 = -0,808 dan ttabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa thitung = -0,808 < ttabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai tes II dan nilai tes III (nilai siklus II). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa tes III (siklus II) lebih tinggi dari pada rerata tes II atau rerata nilai hasil belajar tes II lebih rendah dari pada rerata nilai hasil belajar tes III. d) Interpretasi Hasil Penelitian Metode kata-hubung (link-word method) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri dan kreatif. Kemampuan mereka dalam membuat kata-hubung dan gambar memberikan nilai dan warna yang positif dalam meningkatkan kemampuan memahami materi pelajaran IPS. Peserta didik lebih kreatif, inovatif, berani dan terbuka menyampaikan pendapat dan pikiran kepada teman-temannya terutama teman satu kelompoknya. Interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya berjalan sangat baik yang menyebabkan mereka dapat belajar sangat optimal. Permasalahan-permasalalahan dalam belajar sedikit demi sedikit dapat teratasi dengan pemberian motivasi baik dari guru maupun motivasi yang diberikan oleh rekan-rekannya sehingga terbentuk semangat belajar yang tinggi.

240

Suasana belajar yang kondusif dan lebih banyak melibatkan siswa dalamproses pembelajaran dapat menciptakan komunikasi yang baik diantara mereka. Pembelajaran yang terjadi di kelas tidak lagi bersifat kompetitif tetapi mengarah kepada kooperatif. Dengan pembelajaran yang seperti ini bisa menciptakan suasana keberhasilan bersama dalam memecahkan masalah dan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi. Keberhasilan dalam

pembelajaran bukan semata-mata kerja keras guru tetapi karena adanya kerjasama yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta guru dengan rekan sejawatnya. Tindakan yang dilakukan peneliti mampu membuat perubahan proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada masing-masing pertemuan dalam siklus telah memberikan gambaran yang sangat berarti untuk dapat mengetahui perbaikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi pada siswa baik dari segi kemampuan kognitif maupun kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan kemampuan memberikan motivasi kepada temantemannya. Dari segi kemampuan kognitif siswa dalam belajar IPS terlihat ada peningkatan yang sangat signifikan pada setiap siklusnya. Dari siklus I siswa rata-rata mengalami peningkatan sebesar 100% dari hasil pra tes (tes I),dan pada siklus II siswa mengalami peningkatan sebesar 22,55%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa mengalami peningkatan hasil belajar pada pelajaran IPS yang sangat signifikan setlah dilakukan tindakan kelas selama dua siklus dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method).

241

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, hipotesis dan pengamatan, maka penelitian tindakan kelas ini dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan metode kata-hubung ( link-word method ) yang di terapkan

dalam Penelitian Tindakan Kelas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pelajaran IPS kompetensi dasar negara maju dan negara berkembang. Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah di lakukan tindakan mengalami peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan. Hal ini bisa di tunjukkan dengan hasil belajar yang di peroleh siswa pada setiap siklus yaitu pada siklus pertama mengalami peningkatan sebesar.% dari hasil pra tes (tes I ) dan pada siklus dua mengalami peningkatan sebesar % dari tes II pada siklus pertama mengalami peningkatan sebesar .% dari pra tes 2. Pengembangan metode belajar menggunakan kata-hubung (link-word

method) bertujuan untuk meningkatkan hafalan peserta didik, metode menghafal ini mengutamakan kata hubung sebagai alat bantu utama, dapat di katakan bahwa kata-hubung merupakan jangkar untuk mengambil memori yang terekam dalam ingatan,selain kata-hubung di gunakan pula gambar-gambar sensorik yang menarik hal ini di lakukan untuk menarik perhatian peserta didik agar lebih berkonsentrasi dan terfokus pada materi yang di pelajari dan yang harus di jadi kan bahan pertimbangan adalah mengubah materi menjadi sebuah cerita yang sederhana hal ini di lakukan peserta didik agar mudah mengingat materi yang baru di kenalnya. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal peserta didik di berikan

242

kebebasan untuk menentukan kata hubung, gambar-gambar sensorik dan mengubah materi menjadi sebuah cerita, hal ini di lakukan agar peserta didik terbiasa untuk berfikir aktif, kreatif dan inovatif. Dengan demikian menjadi lebih menyenangkan. B. Implikasi Dari hasil penelitian di temukan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode kata-hubung mampu mengadakan perubahan perbaikan menghafal peserta didik menjadi lebih aktif, model menghafal ini di rancang untuk meningkatkan kapasitas siswa dalam menyimpan dan memperoleh informasi kembali selain itu model menghafal ini mendidik peserta didik mempunyai sensibilitas kekuatan intelektual, meningkatkan kesadaran akan kemampuan nya dalam menguasai materi yang tidak di ketahuinya, serta meningkatkan keterampilan melalui sebuah cerita yang sederhana, kata-hubung, mengubah materi menjadi gambar-gambar, Pembentukan gambar

mengharuskan peserta didik untuk mengamati lingkungan atau menghadirkan dunia di sekitarnya. Dengan membentuk gambar merupakan bagian dari kerja memori untuk menghadirkan lingkungan secara otomatis. Metode kata- hubung ini bersifat kooperatif, yang mana guru dan peserta didik menjadi satu tim yang sama-sama bekerja dengan materi yang baru, guru membantu peserta didik mengidentifikasi obyek-obyek kunci, pasangan dan gambar-gambar yang merujuk pada kerangka rujukan siswa, pemilihan unsurunsur familiar harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

243

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini guru sebagai peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa hal ini di perlukan agar mereka memberikan ide,saran dan kritik untuk perbaikan hasil belajar siswa melalui metode kata-hubung (link-word method) keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat di butuhkan guna menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif . Metode-kata hubung(link-word method )menuntut guru untuk mempersiapkan bahan pembelajaran seperti RPP, gambar-gambar dan kata hubung agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, tak lupa pula motivasi yang besar sangat di perlukan untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik Temuan pada penelitian ini adalah bahwa dengan metode kata-hubung (Link word method) dapat meningkatkan hafalan siswa sekitar 50% lebih efektif

bahkan lebih, bila di bandingkan dengan menggunakan metode konvensional hal ini selajan dengan temuan Atkinson (1975) yang menyatakan: menghafal deng an metode kata-link sekitar 50% lebih efektif dari pada menggunakan metode hafalan konvensional bahkan menurut temuan (Pressley, 1977;Pressley, Levin, dan Miller, 1981a,1981b) menyatakan : menghafal dengan menggunakan metode kata-hubung ternyata dua kali lebih efisien atau bahkan lebih. Dari temuan di atas dapat di simpulkan bahwa meningkatkan hafalan dengan menggunakan metode kata-hubung atau link-word method dapat meningkatkan hafalan peserta didik lebih efektif yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. C. Saran

244

Berdasarkan hasil penelitian, telah terbukti bahwa metode kata-hubung (link-word method) dapat meningkatkan hafalan siswa yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, dari penelitian ini dapat di kemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru, dalam melaksanakan proses belajar mengajar hendaknya guru:

a. Kompeten dan professional dalam mengajar, dan terdapat kemauan untuk melakukan evaluasi diri terhadap pekerjaan yang telah di lakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar siswa yang maksimal. Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan melakukan penelitian tindakan kelas baik di lakukan sendiri atau berkolaborasi dengan teman sejawat hal ini di butuhkan karena realitas di lapangan guru sering menemukan masalahmasalah dan kesulitan-kesulitan yang di hadapi peserta didik. b. Guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar mulai dari memetakan masalah,membuat scenario,membuat RPP , saran dan praarana dan lain-lain yang dapat membantu lancarnya proses belajar-mengajar. c. Guru dapat menguasai kelas, dalam arti guru dapat menciptakan situasi yangkelas yang kondusif, kooperatif,menyenangkan serta memberikan kesempatan yang besar kepada peserta didik untuk menyampaikan ide,saran, inovasi yang sesuai dengan kerangka pembelajaran.

245

d. Guru hendaknya lebih peka terhadap kondisi di lapangan maka seorang guru hendaknya dapat menerima kritikan dan saran dari teman sejawat, peserta didik bahkan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. e. Guru selalu berfikir aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajan, sehingga siswa tidak merasa jemu dan bosan. 2. Peserta Didik

a. Proses menghafal dapat di lakukan oleh siswa dengan metode kata-hubung ( link-word method) proses menghafal dengan metode ini di rasakan peserta didik lebih efisien dan tepat di banding menghafal tanpa kata-bantu. b. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal hendaknya menggunakan caracara kooperatif dalam proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik atau antara peserta didik dengan peserta didik c. Saling memotivasi dan semangat dalam belajar, yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik d. Memberikan saran dan kritik yang positif kepada guru, agar terjadi perbaikan dalam proses belajar mengajar e. Berani berfikir aktif, kreatif dan inovatif sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

246

DAFTAR PUSTAKA Anwar Kurnia, Drs Ilmu Pengetahuan Sosial Yudistira, 2007) Terpadu Kelas IX (Jakarta:

Arikunto, Suharmi, et al, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara : 2008 Asrori, Mohammad, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Wacana Prima : 2008 Asadi Muhammad Bila Otak Kanan dan otak kiri Seimbang (Jogjakarta : Diva Press, 2010) Atkinson, Rita L, at al, Pengantar Psikologi, Jilid I, Alih bahasa Nurjanah Taufik dan Rukmini Barhana, Jakarta, Erlangga cet ke 6 : 1999 Atmowidjoyo, Sutarjo, Landasan Kependidikan, Prinsip-prinsip Dasar Teori Belajar dan Konsep Intruksional, Jakarta, Universitas Islam Jakarta : 2007 ..........................., Atlas Dunia (Jakarta: GBS, 2004) ., Perencanaan Sistem Instruksional, Jakarta, Universitas Islam Jakarta, cet ke 1 : 2009 Aunurrahmah, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, cet ke 3 : 2009 Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga, cet ke 2 : 1999 Daniel Muijs, dkk Efective Teaching Teori dan Aplikasi (Jakarta: Pustaka Pelajar : 2008) Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Alaiyah, Jakarta : 2003 .., Pdoman Khusus Pemebelajaran Fiqih, Jakarta : 2004 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Jilid II, Jakarta, Ictar Baru Van Hoove : 2001 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, cet ke 3 : 2006 Dwi Sukanti, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas IX (Jakarta : Ganica Exact, 2007) Emzir, Metodologi Penelitian Tindakan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada : 2008

247

Grendler, Bell dan Margaret, E, Belajar dan Membelajarkan, Alih bahasa Munandir, Jakarta, Rajawali, cet ke 1 : 1991 Gunawan Undang, DR Tekhnik Penelitian Tindakan Kelas, cet ke 2 (Jakarta : Sayagatama, 2008) ....... ................., Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas IX (Jakarta : Depdiknas , 2004) Hill, Winfred F, Theories of Learning, Alih bahasa M. Khozin, Bandung, Nusa Media : 2009 Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pemebelajaran Kelompok, Bandung, Alfabeta, cet ke 2 : 2009 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Ciputat, Caung Persada Press : 2009 Kadir dan Raihan, Statistika Sosial, Jakarta, Universitas Jakarta : 2006 Latief, Muhammad Adnan, Peneleitian Tindakan Kelas Pembelajaran Bahasa (Inggris), Malang, Universitas Negeri Malang, adnanltiefs@yahoo.com : 2009 Lie, Anita, Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas), Jakarta, cet ke 6, Grasindo : 2008 M. firdausi, Zarkasi, Belajar Cepat Dengan Diskusi (Surabaya : Indah, 2009) Maksum, Ali dan Ruhendi, LY, Paradigma Pendidikan Universal di Era Moderen dan Post Moderen, Yogyakarta, IRCi SoD : 2004 Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2009 Nana, Sudjana, DR, dkk, Media Pengajaran (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2009) cet ke 8 Nana, Supriatna, dkk Ilmu Pengetahuan Alam Sosial IX Media Pratama, 2007) cet I (Jakarta: Grafindo

Nasution, Berbagai Pndekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, cet ke 13 : 2007 Purwanto, Ngalim, Pycology Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, cet ke 9 : 1994 Riduan, DR, Metode dan Teknik Penyusunan Tesis (Bandung: Alfabeta, 2010) cet 7

248

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, Jakarta, Kencana Frenanda Media Group, cet ke 1 : 2009 Rosyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pemebelajaran, Jakarta, Uhamka Press dan Yayasan PEP-Ex 8, cet ke 4 : 2003 Rosyad, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaran Pendidikan, Jakarta, Prenanda Media, Jakarta, cet ke 1 : 2004 Sadali, Dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial IX (Jakrta : Bumi Aksara, 2007) ........................., Model Silabus Pelajaran IPS (Jakarta : BSNP, Depdiknas, 2006) Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kuruikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Kencana Predana Media Group, cet ke 2 : 2009 .., Wina, Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Prenada Media Group : 2009 Santrock, Jhon W, Psikologi Pendidikan, Alih bahasa Tribowo B.S, Jakarta, Kencana Frenada Media Group : 2008 Seifert, Kelfin, Educational Pychology, Boston, Houghton Muflin Company : 1983 Sharan, Shlomo, Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas, Alih bahasa Prawoto, Yogyakarta, Imperium, cet ke 1 : 2009 Slavin, Robert, E, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktis, Alih bahasa Nurulita, Bandung, Nusa Media, cet ke 4 : 2009 Slavin, Robert, E, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jilid I, Alih bahasa Marianto, Jakarta, PT. Indeks : 2008 Slavin, Robert, E, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Alih bahasa Marianto Samosir, Jakarta, PT. Indeks, cet ke 2 : 2009 Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta : 1990 Solihatin, Etin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta, cet ke : 2008

249

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo, cet ke 5 : 2000 , Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2009 Sugiyono, Prof, Dr, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : Alfabeta, 2009) cet 13 Suparno, Paul, Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius : 1997 Suparta, HM dan Ali, Herry Noer, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Amissco, cet ke 2 : 2008 Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta, Pustaka Pengajar, cet ke 1 : 2009 Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, cet ke 7 : 1995 Suyanto, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo, Masmedia Buana Pustaka, cet ke 1 : 2009 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Jogjakarta : Diva Press, 2010) Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I, Bandung, Imperial Bakti Utama, cet ke 2 : 2007 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif, Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta, Bumi Aksara, cet ke 1 : 2009 Winkel, WS, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Gramedia, cet ke 4 : 1996 Wiroatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2007

Anda mungkin juga menyukai