Anda di halaman 1dari 5

Dinamika

Oleh Yudy Surya Irawan

1.7 Gaya-gaya Paralel


Tiga buah gaya parallel yang ditampilkan dalam Gambar 1.8 menunjukkn Gaya P diketahui arah dan besarnya; sedangkan F1, F2 tidak diketahui besarnya. Bila gaya parallel maka poligon gaya tertutup tidak dapat digunakan, sehingga perlu persamaan kesetimbangan momen. Misalkan kesetimbangan momen pada titik O, Ingat kaidah tangan kanan untuk momen, +M

= 0 = ( P )(a) + ( F2 )(b)

P b = F2 a
Hubungan di atas juga dapat dipecahkan dengan metode segitiga sebangun seperti ditampilkan dalam Gambar 1.8(b). Sekali lagi skala gambar gaya harus diperhatikan.

Gambar 1.8 Penerapan persamaan kesetimbangan momen dalam sebuah sistem tiga gaya parallel yang hasilnya dapat pula ditemukan dengan metode segi tiga sebangun. Sedangkan untuk nilai F1 dapat ditentukan dengan salah satu dari dua cata berikut: (a) Dengan menggunakan poligon gaya seperti tampak pada Gambar 1.8(c) (b) Dengan menggunakan persamaan kesetimbangan momen terhadap satu titik pada garis kerja F2 , seperti cara untuk mendapatkan gaya F2. Sekali lagi perlu diingat bahwa dalam pemecahan masalah gaya-gaya, persamaan kesetimbangan gaya (resultan gaya F=0) dan persamaan kesetimbangan momen (resultan momen, M=0) harus terpenuhi karena sistem dalam kondisi setimbang.

YudySuryaIrawan

Sumber: Holowenko, Dinamika Permesinan, Erlangga

3- 1

Dinamika
Oleh Yudy Surya Irawan

1.8 Metode Alternatif untuk Gaya-gaya Paralel


Metode berikutnya untuk analisa gaya-gaya parallel adalah metode resolusi. Seperti tampak pada Gambar 1.9 (a), dari suatu titik pada garis gaya, garis m dan n digambarkan memotong gaya F1, dan F2. Kemudian satu poligon gaya digambar, seperti tampak pada Gambar 1.9(a) dengan gaya P yang diketahui dan gaya-gaya parallel ke garis m dan n. Komponen S1 digambar sejajar dengan m dan S2 sejajar dengan n. Dengan menarik garis perpotongan S1 dan S2 vector P secara tegak lurus maka akan memberikan gaya F1 dan F2. Perlu diingat dalam metode ini pun kondisi kesetimbangan gaya dan momen juga berlaku yang mana resultante gaya dan momen = 0.

Gambar 1.9 Metode resolusi, metode lain untuk menyelesaikan sebuah sistem tiga gaya sejajar dengan menggunakan komponen komponen S1 dan S2 yang saling menghilangkan untuk mendapatkan gaya F1 dan F2.

1.9 Resultante Dua Gaya Paralel


Mencari resultante dari dua gaya parallel P1, dan P2 merupakan masalah umum untuk diketahui seperti tampak pada Gambar 1.10(a). Gaya resultante adalah sebuah gaya yang akan memiliki efek yang sama seperti efek-efek dari komponen-komponennya. Konsekuensinya, jumlah vector adalah jumlah aljabar dari gaya-gaya sejajar, yaitu P1 + P2. Pada Gambar 1.10(b) tampak bahwa posisi resultante yang diwakili oleh x belum diketahui. Dengan menggunakan persamaan kesetimbangan momen pada titik ujung gaya P1 maka nilai x dapat diketahui.

M = 0
( P1 + P2 )( x) + ( F2 )( x) = 0 ( P1 + P2 )( x) = ( P2 )(b) P2 x = b P1 + P2

1.10 Metode Alternatif untuk Resultante Dua Gaya Paralel


Metode alternative untuk mencari resultante dua buah gaya sejajar adalah dengan menggunakan dua buah gaya yang sama besar, berlawanan arah, dan segaris kerja, yaitu S dan S, yang tidak mempengaruhi hubungan gaya-gaya dalam cara apapun seperti tampak pada Gambar 1.10 (d). Di sini R1 adalah resultan dari P1 dan S, dan R2 adalah resultan dari P2 dan S. Resultan dari P1 + P2 harus melalui perpotongan R1 dan R2.

YudySuryaIrawan

Sumber: Holowenko, Dinamika Permesinan, Erlangga

3- 2

Dinamika
Oleh Yudy Surya Irawan

Gambar 1.10 Lokasi resultan dua gaya sejajar diperoleh (c) dengan menggunakan satu persamaan kesetimbangan momen dan (d) dengan menambahkan gaya-gaya yang sama besar, berlawanan arah dan segaris kerja yang dapat saling menghilangkan satu dengan lainnya.

1.11 Anggota Dua Gaya


Salah satu jenis pembebanan yang sering ditemui dalam analisa gaya adalah yang disebut anggota dua gaya. Gambar 1.11(a) memperlihatkan sebuah penghubung/konektor/link dengan dua gaya F1 dan F2 yang bekerja di A dan B. Yang menjadi masalah adalah bagaimana hubungan antara F1 dan F2. Untuk mendapatkan hubungan tersebut maka gaya-gaya F1 dan F2 diuraikan ke masing-masing sumbu x dan y, kemudian diterapkan persamaan kesetimbangan gaya pada sumbu x dan y (Fx=0 dan Fy=0).

Gambar 1.11 Sebuah sistem dua gaya yang memerlukan gaya-gaya yang sama besar, berlawanan arah dan segaris kerja untuk memenuhi persamaan-persamaan kesetimbangan.
YudySuryaIrawan

Sumber: Holowenko, Dinamika Permesinan, Erlangga

3- 3

Dinamika
Oleh Yudy Surya Irawan

1.12 Konstruksi Gaya Khusus


Terdapat dua kasus dalam mengkonstruksi gaya-gaya untuk analisa gaya, yang mana metode-metode dalam kasus ini akan mempermudah analisa gaya secara grafis. Kasus I Misalkan terdapat garis kerja sebuah gaya yang melalui satu titik x tertentu dan perpotongan dua gaya di suatu titik di luar bidang gambar seperti tampak pada Gambar 1.12(a) yang memperlihatkan garis kerja dua gaya F1 dan F2. Metode penyusunan dan pembuktiannya berdasarkan sifat-sifat dari segi tiga segi tiga sebangun. Pada Gambar 1.12(b), suatu garis l-l digambarkan melalui titik x, kemudian garis m-m juga digambarkan sejajar dengan garis i-i. Titik p ditentukan sedemikian rupa agar memenuhi hubungan Cp/pD = Ax/xB. Garis yang melalui titik p dan x akan melalui perpotongan gaya F1 dan F2. Bila salah satu gaya F diketahui besar dan arahnya maka dengan poligon gaya akan dapat diketahui komponen gaya lainnya.

Gambar 1.12 Hubungan segitiga sebangun digunakan untuk menentukan sebuah gaya yang melalui satu titik tertentu dan melalui perpotongan dua buah gaya di suatu titik di luar kertas.

YudySuryaIrawan

Sumber: Holowenko, Dinamika Permesinan, Erlangga

3- 4

Dinamika
Oleh Yudy Surya Irawan Kasus II Kasus berikutnya adalah untuk resultante dua gaya yang hampir sejajar. Gambar 1.13a menunjukkan dua buah gaya yang diketahui yaitu P1 dan P2 yang hampir sejajar. Untuk mendapatkan resultantenya maka ditambahkan dua gaya yang sama besar S dan S, berlawanan arah dan segaris kerja di penghubung antara P1 dan P2. Seperti tampak pada gambar maka resultante dari P1 dan S, dan P2 dan S dapat ditemukan. Resultane R yang akan bekerja melali titik a akan memiliki besar dan arah sesuai dengan hasil poligon gaya pada Gambar 1.13(b).

Gambar 1.13 Penambahan dua gaya yang sama besar, berlawanan arah, dan segaris kerja untuk menentukan lokasi dari resultante dua buah gaya yang berpotongan di luar bidang gambar. Prosedur ini dapat juga diterapkan untuk masalah-masalah gaya parallel.

YudySuryaIrawan

Sumber: Holowenko, Dinamika Permesinan, Erlangga

3- 5

Anda mungkin juga menyukai