Anda di halaman 1dari 25

SKRINING ANTENATAL PADA IBU HAMIL

PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya
tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Ibu dapat
mengalami beberapa keluhan fisik dan mental, sebagian kecil mengalami
kesukaran selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu tersebut
pulih sehat kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan
sehat.
Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang
menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun, sebagian ibu hamil
akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat
memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,
kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada
kelompok ibu hamil resiko tinggi maupun ibu hamil resiko rendah yang
mengalami komplikasi pada persalinan.
Sebagian komplikasi persalinan, kejadinnya tidak dapat diduga
sebelumnya ataupun tidak dapat dihindari. Komplikasi yang sering terjadi
adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal (retensio placenta),
persalinan macet/persalinan lama serta infeksi.
Besarnya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan pada setiap
ibu tidak sama, tergantung keadaan selama kehamilan, apakah ibu hamil
tersebut tanpa masalah atau termasuk dalam kelompok Kehamilan Resiko
Rendah atau ibu hamil dengan masalah/factor resiko, yaitu Kehamilan Resiko
Tinggi dan Kehamilan Resiko Sangat Tinggi.
Selama kehamilan, persalinan dan nifas, kedua kelompok tersebut
membutuhkan perhatian yang sama, untuk melakukan pencegahan dan
pengenalan dini terjadinya komplikasi persalinan. Selanjutnya apabila memang
terjadi komplikasi maka dapat ditemukan dini dan segera ditangani, atau
diberikan pertolongan pertama sebagai persiapan rujukan ke tempat dimana

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


pertolongan dapat diberikan secara adekuat dan komprehensif/tuntas, yaitu
Puskesmas dengan Rawat Inap atau Rumah Sakit Kabupaten.

PELAYANAN ANTENATAL
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh
tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini faktor resiko maka pada semua ibu hamil
perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa hamil paling sedikit 4 kali
selama kehamilan, yaitu: satu kali dalam triwulan I (K1), satu kali dalam
triwulan II, dan dua kali dalam triwulan III (K4).
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36)

TUJUAN PERAWATAN ANTENATAL


Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir
dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa
trauma fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan member ASI kepada bayinya.

4. Suami-istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga


berencana setelah kelahiran bayinya.

SKRINING ANTENATAL
Skrining antenatal adalah upaya pro aktif dan dini pada saat hamil
muda. Pelatihan diberikan pada ibu PKK, dukun, bidan desa atau tenaga
kesehatan lainnya untuk melakukan deteksi / menemukan dan mengenal
adanya tanda bahaya/masalah/factor resiko pada ibu hamil. Untuk kedepan,

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


pengenalan masalah tersebut dapat dilakukan oleh ibu hamil sendiri, suami dan
keluarganya.
Selanjutnya mendapatkan pelayanan kebidanan yang berkualitas
melalui rujukan bila dibutuhkan yaitu Puskesmas Rawat Inap dengan
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Essensial/Emerjensi Dasar (PONED) atau
ke Rumah Sakit Kabupaten dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Essensial/Emerjensi Komprehensif (PONEK). Pelayanan essensial diberikan
kepada ibu resiko tinggi yaitu Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO dan Ada
Gawat Obstetrik/AGO masih sehat dapat di Puskesmas Rawat Inap dengan
PONED maupun di Rumah Sakit dengan PONEK dalam upaya pencegahan
proaktif adanya komplikasi persalinan.
Pelayanan emerjensi adalah penanganan bagi ibu dengan Ada Gawat
Darurat Obstetrik/AGDO, yaitu perdarahan antepartum, preeklamsia
berat/eklamsia dan komplikasi persalinan dini.
Waktu pelaksanaan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi dapat
diberikan selama rentang waktu cukup lama 6-9 bulan, sejak hamil muda
sampai menjelang persalinan melalui hubungan akrab antara Bidan/Kader PKK
dan ibu hamil suami keluarga melalui Komunikasi Informasi Edukasi/KIE.
Dengan harapan selama kehamilan ibu hamil akan merasa aman dan terayomi,
serta terhindar dari bahaya/komplikasi yang tidak terduga dan mengancam
nyawanya
Pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga melibatkan juga lingkungan
dimana ibu hamil tersebut berada, antara lain: kader, tokoh masyarakat,
pemuka agama atau orang terlatih lainnya. Diharapkan secara bersama dapat
menemukan masalah non kesehatan lain yang ada misalnya kesulitan biaya
transportasi, kemudian berkembang kesepakatan bersama dan bergerak untuk
merujuk agar ibu hamil mendapatkan pelayanan kebidanan yang lebih lengkap.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Wanita usia
reproduksi sedang
hamil -Perawatan
antenatal

Persalinan KRR, KRT, -Skrining antenatal


KRST
Asuhan persalinan
normal (KRR)

Komplik
asi
persalin

Persalinan:
PONED/PONE
-Resiko tinggi
K
-Resiko sangat
tinggi

Gambar 1. Posisi Skrining Antenatal pada Ibu hamil

PENDEKATAN RESIKO UNTUK IBU HAMIL


Dalam obstetric modern terdapat pengertian POTENSI RESIKO,
dimana suatu kehamilan dan persalinan selalu mempunyai resiko, dengan
kemungkinan bahaya/resiko terjadinya komplikasi dalam persalinan.
Komplikasi dapat ringan atau berat yang menyebabkan terjadinya kematian,
kesakitan, kecacatan pada ibu dan atau bayi. Untuk itu dibutuhkan upaya
pencegahan proaktif sejak awal kehamilan, selama kehamilan sampai
menjelang persalinan yang dilakukan bersama-sama oleh tenaga kesehatan,
bidan desa dengan ibu hamil, suami, keluarga serta masyarakat.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


TUJUAN PENDEKATAN RESIKO
Meningkatkan mutu pelayanan kepada semua ibu hamil, janin dan bayi baru
lahir sebagai satu kesatuan, tetapi perhatian khusus dan lebih intensif diberikan
kepada mereka yang mempunyai peluang terjadinya resiko lebih besar.

UPAYA YANG DILAKUKAN


1. Meningkatkan cakupan dengan melakukan skrining pada semua ibu hamil
untuk deteksi dini secara proaktif, yaitu mengenal masalah yang perlu
diwaspadai dan menemukan secara dini adanya tanda bahaya dan faktor
resiko pada kehamilan.
2. Meningkatkan kualitas palayanan sesuai dengan kondisi dan faktor resiko
yang ada pada ibu hamil.

3. Meningkatkan akses rujukan yaitu pemanfaatan sarana dan fasilitas


pelayanan kesehatan.

RESIKO
Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan pada masa
yang akan datang yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetric pada saat
persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan,
ketidaknyamanan atau ketidak puasan pada ibu dan atau bayi.
Sebagai contoh pada ibu dengan persalinan macet kemudian terjadi
robekan rahim. Untuk menyelamatkan si ibu (dimana janin sudah mati) rahim
ibu terpaksa diangkat. Bila ibu dapat diselamatkan maka ibu kehilangan rahim
menjadi cacat, tidak dapat haid dan tidak dapat mempunyai anak lagi dengan
ketidaknyamanan dan ketidakpuasan dalam hidupnya.
Ukuran resiko itu dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor.
Skor merupakan bobot perkiraan dari berat ringannya resiko/bahaya. Pemilihan

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


angka penunjuk yang sederhana ini disesuaikan dengan pemakainya yaitu ibu
hamil, kader, dan petugas non kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Digunakan angka bulat dibawah 10 sebagai angka dasar 2,4 dan 8 pada tiap
faktor untuk membedakan resiko yang rendah, resiko menengah dan resiko
tinggi.
Jumlah skor memberikan pengertian tingkat resiko yang dihadapi oleh
ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Kehamilan Resiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah/faktor resiko, fisiologis dan kemungkinan besar
diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor resiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang member dampak kurang menguntungkan baik bagi
ibu maupun janinnya, memiliki resiko kegawatan tetapi tidak darurat.

3. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥12

Kehamilan dengan faktor resiko yaitu perdarahan sebelum bayi lahir,


memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau bayinya
membutuhkan rujukan tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan
adekuat dalam upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya serta ibu
dengan faktor resiko dua atau lebih tingkat resiko kegawatannya
meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh
dokter spesialis.

FAKTOR RESIKO/MASALAH
Faktor resiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan resiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan / bayinya.

CIRI-CIRI FAKTOR RESIKO/MASALAH

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


1. Faktor resiko/masalah mempunyai hubungan dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan. Contoh: pada ibu grande
multi ada perkiraan kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
2. Faktor resiko dapat ditemukan dan diamati/dipantau selama kehamilan
sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi.

3. Pada seorang ibu hamil dapat mempunyai faktor resiko/masalah tunggal


ataupun ganda. Contoh: seorang ibu berumur 38 tahun mempunyai 4 anak,
anak terkecil dilahirkan dengan operasi sesar karena adanya perdarahan
sebelum bayi lahir, saat ini hamil 3 bulan. Jumlah skor 14 sebagai KRST
diberi KIE untuk melahirkan di Rumah Sakit.

4. Beberapa faktor resiko pada seorang ibu hamil dapat merupakan suatu mata
rantai dalam proses terjadinya komplikasi pada persalinan. Contoh: seorang
ibu umur 25 tahun, kawin 5 tahun, TB 140 cm, anak I lahir mati, saat ini
hamil kedua. Jumlah skor 14, KRST resiko persalinan sulit dapat terulang
lagi, padahal bayi sangat didambakan.

KELOMPOK FAKTOR RESIKO/MASALAH


Faktor resiko pada ibu hamil dikelompokkan dalam 3 kelompok I, II,
III berdasarkan kapan ditemukan, cara pengenalan dan sifat/tingkat resikonya.
Kapan ditemukan: pada kehamilan muda atau lanjut. Cara pengenalan: adanya
faktor resiko dapat dikenali oleh setiap orang dengan mudah atau diduga
misalnya perut sangat besar diduga hamil kembar atau ada penyakit, yang perlu
dirujuk ke bidan desa atau dokter puskesmas, dokter/bidan praktek swasta
untuk diperiksa.
Sifat/tingkat resiko: sesuai derajat kegawatannya: (1) Ada Potensi
Gawat Obstetrik/APGO ada masalah yang perlu diwaspadai. (2) Ada Gawat
Obstetrik/AGO ada tanda bahaya awal. (3) Ada Gawat Darurat
Obstetrik/AGDO yang mengancam jiwa ibu dan bayi.

JUMLAH FAKTOR RESIKO

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Kelompok I:
1. APGO yaitu ada 10 faktor resiko: 7 Terlalu, 3 Pernah
2. Kehamilan yang mempunyai masalah yang perlu diwaspadai. Selama
kehamilan ibu hamil sehat tanpa ada keluhan yang membahayakan.
3. Tetapi harus waspada karena ada kemungkinan dapat terjadi penyulit
komplikasi dalam persalinan.
No. Faktor resiko I Kondisi ibu
1. Primi muda Terlalu muda, hamil I umur ≤16 th
2. Primi tua a. Terlalu tua, hamil I umur ≥35 th
b. Terlalu lambat hamil, kawin ≥4 th
3. Primi tua sekunder Terlalu lama punya anak lagi, terkecil ≥10 th
4. Anak terkecil < 2th Terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2 th
5. Grande multi Terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih
6. Umur ≥35 th Terlalu tua, hamil umur 35 th atau lebih
7. TB ≤145 cm Terlalu pendek pada saat hamil I, kedua atau
lebih dan belum pernah melahirkan normal
dengan bayi cukup bulan dan hidup
8. Pernah gagal kehamilan Pernah abortus, lahir hidup kemudian mati
9. Pernah melahirkan Tarikan tang/vakum, uri dirogoh, diberi
dengan: infuse/tranfusi
10. Pernah operasi sesar Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar

Kelompok II:
1. AGO yaitu ada 8 faktor resiko.
2. Tanda bahaya pada saat kehamilan, ada keluhan tetapi tidak akurat.
No. Faktor resiko II Kondisi ibu
11. Penyakit ibu
hamil:
a. Anemia Pucat, lemas, lelah, lesu, mata berkunang-kunang
b. Malaria Panas tinggi, menggigil, keluar keringat, sakit
kepala
c. TB paru Batuk lama, batuk darah, badan lemah, lesu, kurus
d. Payah jantung Sesak, jantung berdebar, kaki bengkak
e. DM Diketahui dari pemeriksaan laborat

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


f. PMS, dll Diketahui dari pemeriksaan laborat
12. Preeklamsia Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi
ringan

13. Hamil kembar Perut ibu sangat besar, gerak anak dibanyak tempat

14. Hamil kembar Perut ibu sangat besar, gerak anak kurang terasa
air/hydramnion

15. Hamil lebih Hamil lebih 2 minggu dari perkiraan dan belum
bulan/serotinus melahirkan

16. Janin mati dalam Ibu hamil tidak merasakan pergerakan anak lagi,
rahim ibu perut mengecil

17. Letak sungsang Rasa berat (nggandol) diatas perut

18. Letak lintang Rasa berat (nggandol) di samping perut

Kelompok III:

1. AGDO yaitu ada 2 faktor resiko.

2. Ada ancaman nyawa ibu dan bayi.

No. Faktor resiko III Kondisi ibu


19. Perdarahan Mengeluarkan darah saat hamil sebelum kelahiran
sebelum bayi lahir bayi.
20. Preeklamsia Kehamilan >6 bulan:sakit kepala, bengkak
berat/eklamsia tungkai/wajah, tekanan darah tinggi, pemeriksaan
urine ada albumin.
Eklamsia: terjadi kejang-kejang

Ibu dengan faktor resiko kelompok III sangat membutuhkan pengenalan dini,
dirujuk dengan segera, tepat waktu, penanganan adekuat di pusat Rujukan
dalam upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Daftar Pustaka

Abdul Bari Saifudin, dkk, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Poedji Rochjati. 2004. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Airlangga
University Press, Surabaya.

ASKEP BUMIL TRIMESTER 3

A. PENGKAJIAN

1. ANAMNESA

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Umur kehamilan antara 16 – 24 minggu ( 4 – 6 bulan ) , keluhan
mual muntah dan pusing kepala sudah tidak ada. Gerakan janin
untuk pertama kalinya mulai dirasakan.

2. PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS

- PERUBAHAN FISIK PADA IBU HAMIL

Pada kehamilan trimester II ini mengalami perubahan seluruh sistem


tubuh baik secara anatomis maupun fisiologis dari keadaan tidak
hamil ke keaadan hamil yang disebut fisiologi maternal.

SISTEM REPRODUKSI

Uterus

Melalui pemeriksaan Leopold I

ú Usia 16 minggu

Berbentuk bulat, kavum uteri diisi oleh ruang amnion yang berisi
janin, dan tinggi fundus uteri kira – kira terletak diantara simfisis dan
pusat

ú Usia 20 minggu

Tinggi fundus uteri kira – kira 3 jari diatas pusat

ú Usia 24 minggu

Tinggi fundus uteri kira – kira tepat setinggi pusat

Vagina

Meningkatnya kongesti vaskular organ vagina dan pelvik


menyebabkan peningkatan sensitifitas yang sangat berarti. Jadi
antara bulan ke-4 dan ke-7 kehamilan memungkinkan tingginya
derajat rangsangan seksual.

SISTEM INTEGUMEN

Payudara

ú Adanya rasa kesemutan

ú Adanya nyeri tekan

ú Membesar secara bertahap karena peningkatan pertumbuhan


jaringan alveolar dan suplai darah

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


ú Puting susu lebih menonjol dan mengeras

ú Areola tumbuh lebih gelap

ú Kelenjar – kelenjar Montgomery menonjol keluar

Kulit

ú Stiae gravidarum

Yaitu tanda regangan yang dibentuk akibat serabut – serabut elastik


dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus. Hal ini
mengakibatkan pruritus atau rasa gatal

ú Pigmentasi

Mengalami pengumpulan pigmen sementara di tiga area yaitu linea


nigra ( garis gelap mengikuti midline abdomen ), cholasma ( topeng
kehamilan yang terlihat seperti bintik – bintik hitam pada wajah ),
dan areola.

ú Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak

Kelenjar sebasea atau keringat menjadi lebih aktif. Akibatnya


mungkin mengalami gangguan bau badan, banyak mengeluarkan
keringat, dan berminyak.

SISTEM ENDOKRIN

Ovarium dan plasenta

Korpus luteum mulai mnghasilkan estrogen dan progesteron dan


setelah plasenta terbentuk menjadi sumber utama kedua hormon.
Plasenta membentuk steroid, human chorionic gonadotropin ( HCG ),
Human Placenta Lactgogen ( HPL ) atau Human Chorionic
Somatomammothropin ( HCS ), dan Human Chorionic Thyrotropin
( HCT).

Kelenjar tiroid

Metabolic rate meningkat hampir 20 % karena oksigen yang


digunakan lebih banyak. Kelenjar ini ukurannya meningkat kqarena
pertumbuhan sel – sel acinar, tetapi jumlah hormon tiroksin yang
dihasilkan tetap sama

Kelenjar paratiroid

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Ukurannya meningkat karena kebutuhan kalsium semakin besar.
Karena hormon ini untuk mempertahankan kecukupan kalsium
dalam darah, jadi tanpa hormon ini metabolisme tulang dan otot
terganggu.

Pankreas

Sel – selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin untuk


memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Kelenjar pituitari

Pada lobus anterior mengalami sedikit pembesaran dan terus


menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan jumlah yang
sedikit berbeda. FSH ditekan oleh HCG. Hormon pertumbuhan
berkurang dan hormon melanotropik meningkat. Pembentukan
prolaktin meningkat.

Kelenjar adrenal

Ukuran bagian kortikal yang membentuk kortin meningkat. Tetapi


ukuran atau fungsi bagian medula tetap.

SISTEM KARDIOVASKULER

Terjadi peningkatan volume darah sekitar 30 % - 50% diatas tingkat


biasanya karena adanya retensi garam dan air yang disebabkan
sekresi aldosteron dari adrenal oleh esterogen.

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Gigi, tulang, persendian

ú Membutuhkan kira-kira sepertiga lebih banyak kalsium dan fosfor

ú Saliva yang asam pada saat hamil membantu aktifitas


penghancuran bakteri email yang menyebabkan karies.

ú Sendi pelvik sedikit dapat bergerak

ú Terjadi penambahan berat badan sehingga bahu lebih tertarik


kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang
belakang lebih lentur.

- PERKEMBANGAN JANIN

PENAMPAKAN EKSTERNAL

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


§ Minggu 16 ( bulan 4 )

Kepala masih dominan, wajah terlihat seperti manusia, mata telinga


dan hidung terlihat khas , perbandingan tangan dan kaki sesuai,
tumbuh rambut kulit kepala, terlihat aktifitas motorik.

§ Minggu 20 ( bulan 5 )

Terlihat vernik kaseosa, terlihat laguno, kaki memanjang dengan


sesuai, terlihat kelenjar sebasea.

§ Minggu 24 ( bulan 6 )

Tubuh terbaring tetapi dengan proporsi yang sempurna, kulit


kemerahan dan keriput, trlihat vernik kaseosa, terbentuk kelenjar
keringat.

PENGUKURAN MAHKOTA KE PANTAT ( CM )

§ Minggu 16 ( bulan 4 )

11,5 -13,5

§ Minggu 20 ( bulan 5 )

16 – 18,5

§ Minggu 24 ( bulan 6 )

23

SISTEM MUSKULOSKELETAL

§ Minggu 16 ( bulan 4 )

Sebagaian tulang dapat terlihat dengan jelas di seluruh tubuh,


terlihat kavitas persendian,pergerakan otot sudah dapat terdeteksi.

§ Minggu 20 ( bulan 5 )

Sternum mengalami osifikasi, pergerakan janin cukup kuat untuk


dapat dirasakan oleh ibu.

§ Minggu 24 ( bulan 6 )

Sama dengan pada minggu ke 20, tetapi pergerakan semakin kuat


dirasakan oleh ibu.

SISTEM SIRKULASI

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


§ Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Otot – otot jantung berkembang dengan sempurna, darah dibentuk


aktif dalam limpa.

§ Minggu ke 24 ( bulan 6 )

Pembentukan darah meningkat dalam sumsum tulang dan menurun


dalam hepar.

SISTEM GASTROINTESTINAL

§ Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Terdapat mekonium pada usus, beberapa enzim disekresi, anus


terbuka.

§ Minggu ke 20 ( bulan 5 )

Email dan dentin terbentuk, kolon asending dapat dikenali

SISTEM PERNAPASAN

ú Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Serabut – serabut elastik terbentuk di paru – paru, terlihat brokioles


terminal dan respiratorius.

ú Minggu ke 20 ( bulan 5 )

Lubang hidung terbuka kembali

ú Minggu ke 24 ( bulan 6 )

Sakus dan duktus alveolus terbentuk, gerakan seperti pernafasan


mulai terlihat, terlihat lesitin dalam cairan amnion.

SISTEM RENALIS

ú Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Ginjal pada posisinya mencapai bentuknya yang pas.

SISTEM PERSARAFAN

ú Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Lobus – lobus serebral mulai terlihat, serebelum memperlihatkan


beberapa tonjolan.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


ú Minggu ke 20 ( bulan 5 )

Otak secara keseluruhan terbentuk, mulai terjadi mielinisasi korda,


medula spinalis berakhir pada tingkat S – 1

ú Minggu ke 24 ( bulan 6 )

Terbentuk selaput khusus korteks serebri, proliferasi neuronal pada


korteks serebri berakhir.

ORGAN – ORGAN PENGINDRA

ú Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Organ – organ pengindra mengalami perbedaan secara umum

ú Minggu ke 20 ( bulan 5 )

Hidung dan telinga mengalami osifikasi

SISTEM GENITALIS

ú Minggu ke 16 ( bulan 4 )

Testis dalam posisi siap mengalami desenden ke dalam skrotum,


vagina terbuka

ú Minggu ke 24 ( bulan 6 )

Testis turun pada cincin inguinal dalam posisi desenden ke skrotum.

- PERUBAHAN PSIKOLOGIS

Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah


terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi, morning sickness telah
hilang, ia telah menerima kehamilannya dan ia menggunakan
pikiran dan energinya lebih konstruktif. Janin masih tetap kecil dan
belum menyebabkan ketidaknyamanan dengan ukurannya. Selama
trimester ini terjadi quickening. Quickening adalah istilah yang
berarti “ perasaan pertama adanya kehidupan “. Pengalaman
tersebut menandakan pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru,
dan hal ini sering menyebabkan calon ibu memiliki dorongan
psikologis yang besar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh yang berhubungan


dengan perepsi perubahan biofisik, respon, orang lain.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
pergeseran diafragma karena pembesaran uterus.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kemajuan


alamiah dari kehamilan.

4. Resiko tinggi cidera terhadap janin yang berhubungan dengan


masalah kesehatan ibu, pemajanan pada teratogen / agen infeksi.

5. Resiko tinggi terhadap dekompensasi curah jantung yang


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sirkulasi, perubahan
pre load (penurunan aliran balik vena), hipertrofi ventrikel.

6. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan


dengan perubahan mekanisme regulator, retensi natrium / air.

7. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan pada


mekanika tubuh, efek – efek hormon, ketidakseimbangan elektrolit.

8. Resiko tinggi terhadap koping individual berhubungan dengan


krisis situasi dan maturasi, kerentanan pribadi, persepsi tidak
realistis.

9. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan konflik


mengenai perubahan hasrat seksual dan harapan, takut akan cedera
fisik

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan :

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan pergeseran


diafragma karena pembesaran uterus.

Kriteria Hasil :

- Klien melaporkan penurunan frekuensi atau beratnya keluhan.

- Klien mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi


pernafasan.

Intervensi :

1. Kaji status pernafasan (misal : sesak nafas pada pengerahan


tenaga, kelelahan).

R : Menentukan luas atau beratnya masalah, yang terjadi pada kira –


kira 60% klien pranatal. Meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


pernafasan diubah saat kemampuan diafragma untuk turun pada
inspirasi berkurang oleh pembesaran uterus.

2. Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi atau


ada sebelumnya (misalnya alergi, einitis, asma, masalah
sinus,tuberkulosis).

R : Masalah lain dapat terus mengubnah pola pernafasan dan


menurunkan oksigenasi jaringan ibu atau janin.

3. Kaji kadar hemoglobin dan hematokrit. Tekankan pentingnya


masukan vitamin atau fero sulfat pranatal setiap hari (kecuali pada
klien dengan anemia sel sabit).

R : Peningkatan kadar plasma pada gestasi minggu ke 24 – 32


mengencerkan kadar Hb, mengakibatkan kemungkinan anemia dan
menurunkan kapasitas pembawa oksigen. (Catatan : zat besi dapat
dikontraindikasikan untuk anemia sel sabit).

4. Berikan informasi tentang rasional untuk kesulitan pernafasan dan


program aktivitas / latihan yang realistis. Anjurkan sering istirahat,
tambah waktu untuk melakukan aktivitas tertentu, dan latihan
ringan,seperti berjalan.

R : Menurunkan kemungkinan gejala – gejala pernafasan yang


disebabkan oleh kelebihan.

5. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk


mengurangi masalah, misalnya : postur yang baik, menghindari
yang buruk, makan sedikit tetapi sering dengan menggunakan posisi
semi fowler untuk duduk atau tidur bila gejala berat.

R : Postur yang baik dan makan sedikit tetapi sering membantu


memaksimalkan penurunan diafragmatik, meningkatkan
ketersediaan ruang untuk ekspansi paru. Merokok menurunkan
persediaan oksigen untuk pertukaran ibu janin. Pengubahan posisi
tegak dapat meningkatkan ekspansi paryu sesuai penurunan uterus
gravid.

2. Diagnosa Keperawatan

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kemajuan


alamiah dari kehamilan berhubungan dengan terus membutuhkan
informasi sesuai perubahan trimester kedua yang dialami.

Kriteria Hasil :

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


- Klien mampu mengungkapkan atau mendemonstrasikan perilaku
perawatan diri yang meningkatkan kesejahteraan.

- Klien mampu bertanggung jawab terhadap perawatan


kesehatannya sendiri.

- Klien mampu mengenali dan melakukan tindakan untuk


meminimalkan dan mencegah faktor resiko.

- Klien mampu mengidentifikasi tanda – tanda bahaya / mencari


perawatan medis dengan tepat.

Intervensi :

1. Tinjau ulang perubahan yang diharapkan selama trimester kedua.

R : Pertanyaan timbul sesuai perubahan baru yang terjadi, tanpa


memperhatikan apakah perubahan diharapkan atau tidak.

2. Lakukan / lanjutkan program penyuluhan sesuai pedeoman pada


MK : trimester pertama, DK : Akurang pengetahuan (kebutuhan
belajar).

R : Pengulangan menguatkan penyuluhan dan bila klien belum


melihat sebelumnya, informasi bermanfaat pada saat ini.

3. Berikan informasi tentang kebutuhan terhadap fero sulfat dan


asam folat

R : Fero sulfat asam folat membantu mempertahankan kadar Hb


normal. Defisiensi asam folat memperberat anemia megaloblastik,
kemungkinan abrupsi plasenta, aborsi dan malformasi janin (catatan
: klien dengan anemia sel sabit memerlukan peningkatan asam folat
selama dan setelah episode krisis).

4. Identifikasi kemungkinan resiko kesehatan individu (misalnya


aborsi spontan, hipoksia yang berhubungan dengan asma atau
tuberkulosis, penyakit jantung, hipertensi akibat kehamilan (HAK),
kelainan ginjal, anemia, diabetes melitus gestasional (DMG),
penyakit hubungan seksual (PHS). Tinjau ulang tanda – tanda
bahaya dan tindakan yang tepat.

R : Membantu mengingatkan / informasi untuk klien tentang


potensial situasi resiko tinggi yang memerlukan pemantauan lebih
ketat dan intervensi.

5. Diskusikan adanya obat obatan yang mungkin diperlukan untuk


mengontrol atau mengatasi masalah medis.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


R : Membantu dalam memilih tindakan karena kebutuhan harus
ditekankan kepada kemungkinan efek berbahaya pada janin.

6. Diskusikan kebutuhan terhadap pemeriksaan laboratorium khusus


screaning dan pemantauan ketat sesuai indikasi.

R : Kunjungan pra natal yang lebih sering mungkin diperlukan untuk


meningkatkan kesejahteraan ibu. Pemantauan Hb dan Ht dengan
menggunakan elektroforesis mendeteksi anemia khusus dan
membantu dalam menentukan penyebab. Skrining untuk DMG pada
gestasi minggu ke 24 -26 atau pada gestasi minggu ke 8,dan ke 32
pada klien resiko tinggi dapat mendeteksi terjadinya hiperglikemia,
dapat memerlukan tindakan dengan insulin dan / atau diet menurut
American Diabetes Association.

3. Diagnosa Keperawatan

Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan konflik mengenai


perubahan hasrat seksual dan harapan, takut akan cedera.

Kriteria Hasil :

- Klien mampu mendiskusikan masalah seksual.

- Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang alasan yang


mungkin untuk diubah.

- Klien mampu mengidentifikasi alternatif yang dapat diterima untuk


memenuhi kebutuhan individu.

- Klien mampu mengungkapkan kepuasan bersama atau konseling


bila dibutuhkan.

Intervensi :

Mandiri

1. Diskusikan dampak kehamilan terhadap pola koitus seksual yang


normal.

R : Kepuasan seksual yang optimal untuk klien pranatal terjadi pada


trimester kedua karena vasokongesti pelvis / perineal meningkatkan
kenikmatan orgasme. Pria dapat mengalami berbagai perasaan saat
berespon terhadap peningkatan hasrat pasangannya dan menjadi
bingung karena penurunan atau peningkatan hasrat seksualnya
sendiri dalam memberi rspon terhadap perubahan bentuk tubuh
pasangannya.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


2. Tinjau ulang apa yang dirasakan dan didiskusikan kemungkinan
pilihan dalam peningkatan kontak fisik melalui berpelukan dan
bercumbu daripada melakukan koitus secara aktual.

R : Rasa takut mencederai janin pada saat koitus adalah hal yang
umum. Meyakinkan dan memperhatikan bahwa hal tersebut normal
dapat membantu menghilangkan ansietas. Pilihan lain akan diterima
dengan baik bila keduanya dipuaskan.

3. Tinjau ulang perubahan posisi yang mungkin dilakukan dalam


aktivitas seksual.

R : Membantu pasangan untuk mempertimbangkan / membuat


pilihan.

4. Waspadai adanya indikasi kemungkinan kesulitan seksual atau


perilaku yang tidak sesuai dari pria.

R : Disini tampak frekuensi penyimpangan menjadei lebih tinggi


(misalnya perkosaan, inses, kejahatan kekerasan, dan
perselingkuhan ekstramarital) bila pasangan sedang hamil.

Kolaborasi

1. Rujuk pada perawat klinis spesialis / konseling sesuai indikasi.

R : Mungkin perlu bantuan tambahan untuk mengatasi masalah


dasar, yang dapat berkembang selama kehamilan atau mungkin
sudah ada sebelumnya.

4. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh yang berhubungan


dengan persepsi perubahan biofisik,respon orang lain.

Kriteria Hasil :

- Klien mampumengungkapkan penerimaan / adaptasi bertyahap


untuk mengubah konsep diri / cityra tubuh.

- Klien mampu mendemonstrasikan citra tubuh positif dengan


mempertahankan kepuasan penampilan keseluruhan, berpakaian
dengan pakaian yang tepat dan sepatu berhak rendah.

Intervensi :

Mandiri

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


1. Tinjau ulang / kaji sikap terhadap kehamilan perubahan bentuk
tubuh, dsb.

R : Pada trimester kedua perubahan bentuk tubuh telah tampak.


Respon negatif dapat terjadi pada klien / pasangan yang memiliki
konsep diri yang rapuh, didasarkan pada penampilan fisik. Efek –
efek yang tampak lainnya dari hormon – hormon pranatal seperti
kloasma, striae gravidarum, telangiektasis (spider vaskular), eritema
palmar, jerawat, dan hirsutisme dapat memperberat perubahan
emosi klien. Perubahan ini dapat mempengaruhi bagaimana
menghadapi perubahan yang terjadi.

2. Diskusikan perubahan aspek fisiologis dan responb klien terhadap


perubahan. Berikan informasi tentang kenormalan perubahan.

R : Individu bereaksi secara berbeda terhadap perubahan yang


terjadi. Informasi dapat membantu klien memahami / menerimja
apa yang terjadi.

3. Anjurkan gaya dan sumber – sumber yang tersedia dari pakaian


saat hamil.

R : Situasi individu menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan


menungkatkan penampilan klien untuk kerja dan melakukan aktivita
yang menyenangkan.

4. Diskusikan metode perawatan kulit dan berhias (untuk


meminimalkan / menyembunyikan area kulit yang menjadi gelap),
menggunakan kaos kaki penyokong, pemeliharaan postur dan
program latihan sedang.

R : Belajar dan ikut untuk melihat dan merasa lebih baik mungkin
membantu untuk mempertahankan perasaan positif tentang diri.
Aturan latihan perinatal yang bukan latihan ketahanan cenderung
memperpendek persalinan, meningkatkan kemungkinan kelahiran
vaginal spontan, dan menurunkan kebutuhan terhadap argumentasi
oksitosin.

Kolaborasi

1. Rujuk pada sumber – sumber lain seperti konseling dan / atau


kelas – kelas pendidikan kelahuiran anak dan menjadi orang tua.

R : Mungkin membantu dalam memberikan dukungan tambahan


selama periode perubahan ini; mengidentifikasi mode – model
peran.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


5. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terhadap dekompensasi curah jantung yang


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sirkulasi, perubahan
pre load (penurunan aliran balik vena), hipertrofi ventrikel.

Kriteria Hasil

- Klien tetap normotensif selama perjalanan pranatal.

- Klien mampu bebas dari edema patologis dan tanda – tanda HAK.

- Klien mengidentifikasi cara – cara untuk mengontrol dan


menurunkan masalah kardiovaskuler.

Intervensi :

1. Tinjau ulang proses fisiologis dan perubahan normal dan


abnormal, tanda – tanda, dan gejala – gejala (Rujuk pada MK ;
Kondisi jantung).

R : Selama trimester kedua, hipertrofi ventrikel jantung menjamin


peningkatan curah jantung, yang memuncak pada gestasi minggu
ke 25 – 27 untuk memenuhi oksigen dan kebutuhan nutrien ibu /
janin. Noramlnya, sistem kardivaskular mengkompensasi
peningkatan curah jantung dengan dilatasi penbuluh darah, yang
menurunkan tahanan curah jantung. Ini menurunkan pembacaan
tekanan sistolik kira – kira 8 mmHg saat tekanan diastolik menurun
kira – kira 12 mmHg. Peningkatan cairan, stres dan / atau masalah
jantung sebelumnya, dapat membahayakan sistem.

2. Perhatikan riwayat yang ada sebelumnya / potensial masalah


jantung / ginjal / diabetik.

R : Klien ini menghadapi resiko paling tinggi terhadap masalah


jantung selama trimester kedua, bila curah jantung memuncak.

3. Ukur tekanan darah (TD) dan nadi. Laporkan jika peningkatan


sistolik lebih dari 30 mmHg dan diastolik lebih dari 15 mmHg.

R : Peningkatan TD dapat menunjukkan HAK, khususnya pada klien


dengan penyakit jantung / ginjal, diabetes, atau adanya kehamilan
multiple atau mola hidatidosa.

4. Auskultasi bunnyi jantung; catat adanya murmur.

R : Murmur sistolik sering ringan dan mungkin diciptakan oleh


peningkatan volume, penurunan viskositas darah, perubahan posisi

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


jantungt, atau torsio pembuluh darah besar. Namun murmur dapat
menandakan terjadinya kerusakan.

5. Kaji adanya edema pergelangan kaki dan varises kaki, vulva, dan
rektum. Bedakan antara edema fisiologis dan yang potensial
berbahaya.(Rujuk pada MK: hipertensi akibat kehamilan, DK:
kekurangan volume cairan (kehilangan aktif)).

R : Edema dependen dari ekstremitas bawah (edema fisiologis0


sering terjadi karena status vena akibat vasodilatasi dari aktivitas
progesteron, hirediter, retensi kelebihan cairan, dan tekanan pada
pembuluh darah pelvis. Ini meningkatkan resiko pembentukan
trombus vena. Edema wajah dan / atau ektremitas atas dapat
menandakan HAK.

6. Anjurkan klien untuk menghindari menyilangkan kaki, duduk, dan


berdiri dalam waktu lam; pasang kaos kaki penyokong sebelum
bangun pada pagi hari ; menggunakan pakaian yang longgar, tidak
ketat, meninggikan kaki, panggul dan vulva vertikel ke dinding tiga
kali sehari selama 20 menit; dan membalikkan telapak kaki ke atas
dalam posisi dorsofleksi bila duduk atau berdiri selama periode
lama.

R : Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko


terjadinya edema, varises atau trombosis vena.

7. Kaki dorsofleksi untuk tes terhadap tanda Human’s. Bila ada,


rujuk pada dokter.

R : Tanda Human’s positif dapat menunjukkan tromboflebitis.

8. Kaji adanya kelemahan. Anjurkan klien untuk menhindari


perubahan posisi dengan cepat.

R : Perubahan posisi cepat dapat mengakibatkan pusing saat darah


terkumpul di ekstremitas bawah, menurunkan volume sirkulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Curtis, Glade B . 1999. Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Minggu


Perminggu. Jakarta : Arcan.

Doengoes, M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi.


Jakarta : EGC.

Hamitton, Persis Mary. 1995 . Dasar – dasar Keperawatan Maternitas


Edisi 6. Jakarta : EGC.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009


Rustam, Mocthar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta :
EGC.

Scott, James. R. dkk. 2002. Danforth,Buku Saku Obstetri Dan


Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiharjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiharjo.

Nurul Pujiastuti – Prodi Keperawatan Lawang 2009

Anda mungkin juga menyukai