KAJIAN BIDANG KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT: SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, laporan kajian mengenai Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah ini dapat kami selesaikan. Laporan ini disusun melalui serangkaian kegiatan yang sangat intensif seperti seminar, lokakarya, diskusi dengan pakar, pejabat pemerintah, dan pelaku di lapangan, kunjungan lapangan, studi literatur dan dukungan beberapa kajian lainnya. Kajian ini dilakukan untuk menyusun rekomendasi kebijakan terkait sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah khususnya bidang kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan dan gizi masyarakat. Dengan demikian diharapkan rekomendasi kajian ini dapat memberikan kontribusi dalam perumusan arah kebijakan dan strategi dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan antara Pusat dan Daerah. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak baik di pusat maupun daerah yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kajian. Semoga laporan kajian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca dan kepada bangsa Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Masa Depan yang Maju, Mandiri, Adil dan Makmur. Amin.
1 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
TIM PENYUSUN KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012
Penanggung Jawab
: Dra.Nina Sardjunani, MA
Ketua Anggota
: Dr. Hadiat, MA : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ir. Yosi Diani Tresna, MPM; Sularsono, SP, ME; Dra. Esti Nurhayati, MM; Erwin Dimas, SE, DEA, MSi; Benny Azwir, ST, MM; Inti Wikanestri, SKM, MPA; Dewi Amila Solikha, SKM; Sidayu Ariteja, SE; dan Asep Zaenal Mustofa, SKM, M.Epid.
Tim Pendukung
: Nurlaily Aprilianti
2 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................ Tim Penyusun .......................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN............................................................................ A. Latar Belakang ............................................................................. B. Permasalahan .............................................................................. C. Tujuan ........................................................................................... D. Ruang Lingkup............................................................................. E. Metodologi .................................................................................. F. Manfaat yang Diharapkan............................................................ BAB II KERANGKA PIKIR KAJIAN............................................................. 2.1. Landasan Normatif Perencanaan Nasional.............................. 2.2. Kerangka Pikir Kajian................................................................. BAB III HASIL PELAKSANAAN DAN ANALISA KAJIAN ............................ A. Siklus Perencanaan Dan Penganggaran (Musyawarah Perencanaan Pembangunan..................................................... B. Identifikasi Regulasi yang Mendukung Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran di Pusat dan Daerah........... C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Tingkat Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Gorontalo)........................................................................... D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi dan Sinkronisasi Perencanaan............................................................................ BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan............................................................................... B. Rekomendasi........................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Rencana Kerja K/L tahun 2012 Berdasarkan Program Per Kegiatan UKPPD K/L Persandingan UKPPD K/L Alokasi Belanja Urusan Kesehatan (diluar gaji) Kumpulan Paparan Workshop Kegiatan Kajian
Halaman 1 2 3 4 4 5 5 6 6 6 7 7 10 12 12 16
20 33 37 37 37
3 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktup dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional di atas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai demi mewujudkan Indonesia sehat sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia juga untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa maka diselenggarakan program pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sekaligus untuk meningkatkan daya saing bangsa. yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).Dalam RPJMN 20102014 pembangunan diarahkan untuk memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Pada era desentralisasi sekarang ini, perencanaan dan penganggaran kesehatan di daerah telah menjadi isu yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan implementasi desentralisasi administrasi pemerintahan dan implementasi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. Selain itu secara substantif perencanaan dan penganggaran juga memiliki arti penting jika dikaitkan dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam alokasi sumber daya publik. Secara umum, ada lima instrumen hukum utama yang secara langsung melandasi kerangka desentralisasi perencanaan dan penganggaran daerah yang berlaku di Indonesia saat ini, yaitu: 1) Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undangundang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4) Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; serta 5) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah antara Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.
4 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Kerangka desentralisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya pembangunan kesehatan, terutama dikaitkan dengan sinkronisasi perencanaan dan pengganggaran kesehatan di pusat dan daerah. Keberagaman serta dinamika yang terjadi di daerah adalah potensi yang dapat mendukung ataupun melemahkan kebijakan nasional di tingkat pusat. Sesuai dengan Keputusan Men.PPN/Kepala Bappenas No. PER05/M.BAPPENAS/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan gizi masyarakat, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Sedangkan bidang pembangunan yang menjadi ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat meliputi bidang kesehatan dan gizi masyarakat, serta pengawasan obat dan makanan. Dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional, maka dipandang perlu dilakukan suatu kajian khusus dan atau paper kebijakan untuk mempertajam perencanaan pada tahap selanjutnya. B. Permasalahan Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melakukan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di pusat dan daerah, antara lain:
1.
Siklus perencanaan dan penganggaran pusat terkait dengan jadwal belum sesuai dengan siklus penganggaran di daerah; Penterjemahan kebijakan kesehatan di daerah yang belum sesuai kebijakan nasional di pusat; Peran pembiayaan pusat yang belum sepenuhnya mendukung kebutuhan pembangunan kesehatan di daerah
2.
3.
C. Tujuan Secara umum tujuan dari kajian ini adalah tersusunnya rekomendasi terkait dengan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan antara pusat dan daerah dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran kesehatan di Indonesia. Secara khusus tujuan kajian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui kesesuaian siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat dengan daerah, Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan antara pusat dan daerah terutama dalam menterjemahkan kebijakan pusat kedalam kebijakan daerah, Untuk mengetahui peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung kebutuhan pembiayaan kesehatan daerah
2.
3.
5 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan kajian ini meliputi: pengumpulan dan pengolahan data dan informasi yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan di pusat dan daerah, mencakup :
1.
Mempelajari siklus perencanaan yang dilakukan mulai di tingkat daerah (provinsi) sampai tingkat pusat. Mengidentifikasi peraturan yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan penganggaran kesehatan baik di pusat dan di daerah. Mempelajari pelaksanaan forum musyawarah perencanaan pembangunan di daerah dan nasional. Menggali pendapat dari pemangku kebijakan dan para pakar, terkait pelaksanaan proses perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah. Mereview kesesuaian Kebijakan RKPD pada 3 (tiga) provinsi (Jabar, DIY dan Gorontalo) dengan kebijakan RKP (Nasional). Metodologi
2.
3.
4.
5.
E.
Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview dengan narasumber, desk review, workshop pusat dan daerah, kunjungan lapangan, dan konsinyasi). Pengumpulan data dilakukan pada 3 (tiga) propinsi yaitu, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Gorontalo. Workshop daerah dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat dan DI Yogyakarta, mempertimbangkan waktu pelaksanaan musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan) di daerah. Sedangkan Di Provinsi Gorontalo kunjungan lapangan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan musrenbang. Pada tahap setelah dilakukan pengumpulan data dan informasi, dilakukan analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. F. Manfaat Yang Diharapkan Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi unit perencana dan pelaksana di Kementerian/Lembaga dan SKPD yang terkait dalam pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat dalam menyusun arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan baik di pusat dan daerah.
6 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
II.
A.
Pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menghendaki arah dan tujuan kebijakan pembangunan diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan, lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan azas umum penyelenggaraan Negara. Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk (1) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Alur sistem perencanaan dan penganggaran baik di Pusat maupun di daerah (Gbr.1), yaitu memadukan Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur pengeloalan keuangan negara. Tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi, (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (pemangku kepentingan) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan Rencana 7 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), memuat visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menegah dan tahunannya. Dokumen RPJP diperlukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi secara perlahan sehingga tidak terasa dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan masalah besar bagi kesejahteraan rakyat dalam jangka panjang. Perubahan yang demikian antara lain terjadi pada demografi, sumber daya alam, sosial, ekonomi, budaya politik, pertahanan, dan keamanan. Oleh karena itu, pada tahap awal penyusunan RPJP Nasional pemikiran visioner yang berkaitan dengan perubahan jangka panjang diatas perlu dihimpun dan dikaji dengan seksama. Informasi ini digunakan sebagai bahan penyusunan visi pembangunan untuk periode rencana yang dimaksud. Gambar 1. Alur Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan di Pusat dan Daerah
Visi, Misi, Program Presiden Dijabarkan Pedoman RPJP Nasional Pedoma (UU No. n 17/2007)
Acuan Pedoman Pedoman
RenstraKL
RenjaKL
RKA-KL
Rincian APBN
Pemerintah Pusat
Acuan
RKP
Pedoman
RAPBN
APBN
Diperhatikan Dijabarkan
RPJP Daerah
Pedoman
RPJM Daerah
RKP Daerah
Pedoman
RAPBD APBD
Pemerintah Daerah
Acuan
Pedoman
RenjaSKPD
Pedoman
RKASKPD
Rincian APBD
UU SPPN
UU KN
Selanjutnya perencanaan pembangunan jangka panjang nasional diikuti dengan penentuan pilihan arah untuk pembangunan kewilayahan, sarana dan prasarana, serta 8 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
arah pembangunan bidang-bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, dan perundang-undangan, pertahanan, keamanan, dan agama. Komitmen ini, ditindaklanjuti dengan rancangan peta penuntun penyusunan kebijakan kunci (road map) yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional adalah rencana pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program prioritas Presiden yang disusun dengan berpedoman pada RPJP. Dengan demikian tahap awal dari penyusunan RPJM Nasional adalah penjabaran visi-misi, dan program prioritas Presiden ke dalam Rancangan Awal. Rancangan Awal ini dijadikan sebagai pedoman bagi semua kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategisnya (Renstra-KL). Draft RPJM Nasional disusun dengan menggunakan Renstra-KL dan menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah. Rancangan akhir disusun dengan mengakomodasi hasil Musrenbang dan kemudian ditetapkan menjadi RPJM Nasional. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pendanaannya, rancangan kerangka ekonomi makro, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Walaupun bernama rencana kerja pemerintah, namun perlu disadari bahwa pembangunan nasional utamanya dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Yang diperlukan dari pemerintah adalah aturan agar kegiatan masyarakat itu sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang ditetapkan dalam pasal 33 UNDANG-UNDANGD 1945 yaitu berdasarkan demokrasi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Di samping itu, pemerintah juga perlu mendorong, mengkoordinasikan, dan memfasilitasi kegiatan masyarakat. Semua kegiatan pemerintah ini dikategorikan sebagai kegiatan dalam kerangka regulasi. Disamping itu, untuk menjembatani komitmen-komitmen internasional terkait pembangunan kesehatan seperti pencapaian target pembangunan Millenium (Millenium Development Goals), Pemerintah melalui Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 tentang Pembangunan Berkeadilan mengamanatkan agar daerah menyusun rencana aksi. Dokumen rencana aksi memuat perencanaan dan penganggaran untuk periode 5 tahunan. Saat ini terkait dengan pencapaian bidang kesehatan telah disusun Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs dan RAD Pangan dan Gizi. Kedudukan dokumen rencana aksi dengan dokumen perencanaan, sebagaimana gambar berikut (Gbr.2)
9 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 2. Kedudukan RAN-PG/RAD-PG dan Roadmap MDGs/RAD-MDGs dalam Dokumen Perencanaan Nasional
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), perkembangan perencanaan partisipatif bermula dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Semua pihak yang terkait selanjutnya dikenal dengan istilah pemangku kepentingan (stakeholders). Komitmen semua pemangku kepentingan adalah kunci keberhasilan program, dan diyakini bahwa besarnya komitmen ini tergantung kepada sejauhmana mereka terlibat dalam proses perencanaan. Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif diwujudkan antara lain melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di mana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniawan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non pemerintah, dan lain-lain. B. Kerangka Pikir Kajian Kerangka pikir kajian menjelaskan tentang lingkup hal yang akan menjadi bahasan dalam kajian. Proses perencanaan dan penganggaran baik di pusat dan daerah merupakan hal utama yang akan direview, dengan fokus pada siklus perencanaan dan penganggaran dan menilai efektifitas pelaksanaan forum Musrenbangnas dan Musrenbangda. Hal lainnya yang akan dikaji untuk melihat sinkronisasi perencanaan dan penganggaran ini adalah melakukan review dokumen kebijakan pada provinsi terpilih (Jawa Barat, Daerah Istomewa Yogyakarta, dan Gorontalo) untuk melihat penterjemahan kebijakan perencanaan dan penganggaran pusat ke daerah. Dari hasil serangkaian tahapan tersebut akan dianalisis secara mendalam dan terstruktur hal-hal yang menjadi bottleneck atau faktor-faktor penghambat dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan
10 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
daerah. Pada tahap akhir diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah.
Penterjemahan Kebijakan Perencanaan & Penganggaran (Pusat & Daerah) Review dokumen kebijakan (sandingan RKP & RKPD)
Analisis terhadap Proses Perencanaan dan Penganggaran serta Dokumen Kebijakan (Pusat & Daerah)
11 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Selanjutnya pada bulan Mei dilakukan penetapan RKPD. Pembahasan dan kesepakatan KUA antara KDH dengan DPRD serta pembahasan dan kesepakatan PPAS antara KDH dengan DPRD dilakukan pada bulan Juni. Penyusunan RKA-SKPD dan RAPBD ditetapkan pada bulan JuliSeptember yang selanjutnya akan dibahas dan disetujui Rancangan APBD dengan DPRD bulan OktoberNovember. Evaluasi Rancangan Perda APBD, penetapan Perda APBD dan penyusunan DPA SKPD dilakukan pada bulan Desember. Pelaksanaan APBD dilakukan pada Januari tahun berikutnya. Rencana Penyelenggaraan Rangkaian Musrenbang Dalam Rangka Penyusunan RKP. Musrenbang ditujukan untuk mengefektifkan perencanaan dan penganggaran dengan melihat berbagai kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan dari segi tataran birokratis. Pada Musrenbang 2011 telah teridentifikasi kelemahan yang terjadi ada pada 7 titik kritis pelaksanaan musrenbang yaitu : 1. Tujuan dan sasaran yang disampaikan dari pusat ke daerah kurang tajam sehingga diperlukan pembahasan dan kesepakatan isu strategis ada pada forum Triwulanan I dan menjadi fokus pembahasan pada rangkaian Musrenbang. 2. Pembahasan hanya pada kegiatan dengan sumber pendanaan dekonsentrasi/Tugas Perbantuan sehingga belum terlaksananya pembahasan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada Musrenbang selanjutnya diharapkan akan ada penentuan prioritas bidang DAK. 3. Arahan pusat ke daerah masih normatif. Hal ini terkait dengan kualitas isu strategis Provinsi yang perlu lebih disempurnakan, agar dapat menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi Kementerian dan Lembaga dalam mengalokasikan resource ke daerah. Maka dari itu, diharapkan menggunakan prioritas nasional, isu strategis provinsi, dan RKA-KL sebagai arahan ke daerah. 4. Nomenklatur kegiatan Kementerian dan Lembaga dengan daerah belum sepenuhnya sama terutama akibat adanya Inisiatif Baru sehingga hal ini diharapkan tetap mengikuti nomenklatur Renja K/L, melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi perubahan nomenklatur di Renja K/L serta integrasi aplikasi Renja dan UPPD, 5. Belum jelasnya kriteria penetapan prioritas, Berdasarkan evaluasi pada tahun 2011 diketahui bahwa isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi sehingga diharapkan pada tahun-tahun kedepan penetapan kegiatan prioritas berdasarkan isu strategis Provinsi. 6. Waktu pembahasan sinkronisasi program /kegiatan terbatas. Pada PraMusrenbangnas pada tahun 2011 yang dilakukan satu hari untuk satu wilayah, menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov dan Bappenas) dan hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa waktu pembahasan relatif mencukupi. 7. Tindak lanjut dari hasil musrenbangnas tidak pasti sehingga diinginkan ada suatu keberlanjutan dari proses yang sudah ada. Hal ini dikarenakan verifikasi oleh Direktorat Sektoral terhadap Renja mitranya belum berjalan, sehingga diharapkan
13 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
pada tahun-tahun ke depan peran dari direktorat sektoral Bappenas untuk lebih aktif mengawal proses finalisasi Renja KL berdasarkan hasil Musrenbangnas. Gambar 4. Tujuh Titik Kritis dalam Pelaksanaan Musrenbang
Terobosan baru yang dilakukan pada pelaksanaan Musrenbang tahun 2012 adalah adanya penunjukkan Liasion Officer (LO) dimana perannya adalah mempelajari dan mengawal isu strategis provinsi, memberikan arahan mengenai isu strategis provinsi, mempelajari UPPD Provinsi, memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan isu strategis provinsi, sebagai penanggung jawab sektor dan mengarahkan mitra daerah serta menagwasi hasil Musrenbangnas bagi provinsinya. Isu strategis pada Musrenbang 2012 akan diberi tanggapan oleh provinsi itu sendiri dan diharapkan dari isu strategis tersebut dihasilkan output 3 sampai 5 kegiatan strategis yang dapat dibawa hingga pra musrenbang. Mekanisme baru terkait dengan UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat) masih akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Output dari Pra Musrenbang adalah keluarnya isu strategis provinsi dimana 5 kegiatan yang dapat disepakati oleh Kementerian dan Lembaga yang kemudian akan diberikan prioritas pendanaan. Output lain yang diharapkan adalah keluarnya UKPPD (Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah) yang digambarkan pada gambar berikut (Gbr. 5).
14 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Dasar dari UKPPD adalah input dari K/L, Renja K/L 2011, Renja K/L 2012 sehingga akan menghasilkan output F1 (usulan shortlist 3-5 kegiatan plus usulan untuk koordinasi provinsi), F2 (longlist, sandingan UKPPD dengan Renja K/L) , F3 usulan UKPPD, F4 usulan Renja KL. Format pada UKPPD (F1, F2, F3, F4) ada pada lampiran. Dalam proses perencanaan dan penganganggaran berbagai tantangan dan permasalahan ditemukan, baik di pusat maupun didaerah. Di tingkat pusat tantangan dan permasalahan secara umum adalah fungsi koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan nasional pada Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi penganggaran pada di Kementerian Keuangan, sehingga hal ini menjadi tantangan yang besar dalam proses sinkronisasi perencanaan dan penganggaran. Di tingkat Daerah, peran Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran cukup besar yang melibatkan internal lintas Eselon I Kementerian Dalam Negeri. Proses perencanaan pembangunan daerah dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, sedangkan dalam penganggaran melalui Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, sehingga hal ini menuntut koordinasi yang cukup intensif. Hal tersebut berdampak (1) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan dengan penganggaran nasional; (2) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan dengan penganggaran daerah; dan (3) Belum adanya sinergitas antara perencanaan pembangunan nasional dengan perencanaan pembangunan daerah. Berbagai hambatan dalam perencanaan dan penganggaran yang dirasakan antara lain (1) Menu perencanaan pusat belum dapat mengakomodir daerah; (2) SDM dalam menyusun perencanan tidak memadai baik kualitas maupun kuantitas; (3) Dana yang digunakan untuk melaksanakan perencanaan tidak mencukupi; (4) Menu pusat belum mengakomodir kebutuhan daerah; (5) Waktu proses perencanaan terlalu pendek; (6) Jadwal perencanaan belum tepat. Namun, dalam perencanaan kesehatan masih mempunyai peluang yaitu (1) Kesehatan merupakan isu yang didukung oleh semua pihak 15 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
menjadi prioritas pembangunan nasional dan (2) Adanya dukungan dari stakeholder dalam menyusun perencanaan sesuai dengan kebutuhan program, sarana dan prasarana kesehatan memadai dan perencanaan disusun berdasarkan RPJMD dengan mendapat dukungan dari pemerintah, swasta, dan LSM, usulan program kesehatan bisa diajukan melalui APBN atau APBD. B. Identifikasi Regulasi Yang Mendukung Pelaksanaan Perencanaan Dan Penganggaran di Pusat dan Daerah Regulasi yang mendukung pelaksanaan perencanaan dan penganggaran di pusat dan daerah, meliputi empat regulasi yang mengatur mengenai perencanaan dan penganggaramn yaitu (1) Undang-Undang No.25 tahun 2004 mengatur khusus mengenai perencanaan yaitu Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 yang mengatur pengelolaan keuangan negara; (3) Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Desentralisasi; dan (4) Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Keuangan Daerah, dimana undang-undang tersebut mengatur perencanaan dan penganggaran di Gambar 6. Regulasi yang mengatur tentang pusat dan daerah (Gbr. 6).
perencanaan Nasional
Selain itu, juga terdapat kebijakan operasional Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota) dan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP No.8 tahun 2008. Kebijakan-kebijakan operasional tersebut secara prinsip mendukung sinkronisasi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah dalam satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional, dimana dapat digambarkan pada gambar berikut (Gbr. 7)
16 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Gambar 7. Sinkronisasi Perencanaan Dan Penganggaran Pusat Dan Daerah Dalam Satu Kesatuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Dari hasil identifikasi diatas, pemerintah telah menyusun dan menetapkan hampir seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui penetapan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tersebut maka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah menjadi lebih tertata. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga telah ditetapkan (Gbr.8). Peraturan ini menjadi acuan utama pelaksanaan pembangunan antarpelaku pembangunan. Disamping itu PP ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi ketaatan prinsip anggaran menyesuaikan fungsi (money follows function). Selain itu, ditetapkan pula PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang akan melengkapi mekanisme dan instrumen tata hubungan pembangunan antara propinsi dan kabupaten/kota.
17 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Hal penting lainnya adalah tersusunnya PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memungkinkan Pemerintah secara tersistem memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah. Dengan telah berhasil disusunnya dan ditetapkannya berbagai peraturan perundangan, pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah menjadi lebih baik dibandingkan dengan periode pembangunan sebelumnya. Keberhasilan program dapat dilihat dengan adanya: (1) jalinan hubungan kerja, fungsi, koordinasi, pendelegasian, dan penugasan antartingkat pemerintahan dan (2) kejelasan pembagian urusan pemerintahan antartingkat pemerintahan. Disamping itu terdapat beberapa regulasi yang mengatur penganggaran belanja daerah adalah sebagai berikut : 1. Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya. 2. Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau Kabupaten/ Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.
18 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
3.
4.
Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut. Alokasi belanja ditentukan melalui kebijakan penganggaran dan teknis penganggaran. Kebijakan penganggaran meliputi 4 belanja pokok dan belanja lain-lain. 4 belanja pokok tersebut yaitu belanja yang diarahkan (earmark), belanja yang bersifat mengikat/ wajib yang belanja tersebut harus didukung oleh provinsi, belanja yang ditentukan persentasenya sesuai amanat per Undang-Undang, belanja pemenuhan urusan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Perilaku belanja yang harusnya dilakukan oleh daerah adalah prioritas untuk pemenuhan 4 belanja pokok terlebih dahulu yang kemudian baru memenuhi belanja lainnya, namun perilaku daerah terkadang berbeda dengan pemenuhan belanja lainnya seperti hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dan belanja subsidi lebih didahulukan.
Analisa Kebijakan yang Berkaitan dengan Perencanaan dan Penganggaran Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Biro Hukum Bappenas menunjukkan bahwa ada beberapa undang-undang yang isinya bertentangan. Hal ini disebabkan belum adanya harmonisasi peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian terkait, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan menimbulkan kerancuan bagi instansi terkait di daerah. Tata cara pelaksanaan perencanaan pembangunan dan penganggaran belum menjadi satu kesatuan yang sistemik serta diatur dalam banyak peraturan yang terpisah bahkan di antaranya ada yang bertentangan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur pula perencanaan pembangunan dan penganggaran (di daerah). Pengaturan perencanaan pembangunan dan penganggaran pada Undang-Undang 32 Tahun 2004 tersebut pada beberapa ketentuannya bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menggunakan pendekatan perencanaan sektoral dan regional, sedangkan UndangUndang No. 32 Tahun 2004 menggunakan pendekatan kewenangan/konkruensi.Terdapat beberapa rumusan kalimat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 yang menimbulkan interpretasi yang beragam (Multi interprestasi) dan sulit dipahami oleh stakeholders. Tidak ada muatan sanksi (administratif) bagi pihak-pihak yang tidak mengikuti Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Kelembagaan penyusunan perencanaan dan penganggaran terpisah. Di tingkat pusat fungsi koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan nasional ada di Kementerian PPN/Bappenas, sedangkan fungsi penganggaran ada di Kementerian 19 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Keuangan. Apapun yang direncanakan, keputusan akhir ada di anggaran. Di tingkat Daerah, peran Kementerian Dalam Negeri dalam proses perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran cukup besar. Keterlibatan perencanaan pembangunan dilakukan melalui Ditjen Bangda, sedangkan dalam penganggaran melalui Ditjen Keuangan Daerah. Namun antara Ditjen Bangda dan Ditjen Keuangan Daerah, belum ada koordinasi yang baik. Tidak ada otoritas tunggal yang mengendalikan pelaksanaan perencanaan pembangunan dan penganggaran, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian belum maksimal dalam mengkoordinasikan lembaga perencanaan pembangunan (Kementerian PPN/Bappenas) dan lembaga penganggaran (Kementerian Keuangan).
Tabel 1.
Isu Penyusunan Renja SKPD Pedoman penyusunan Renja SKPD Pihak yang menetapkan prioritas dan plafon Prioritas dan plafon RKA SKPD
DPRD danPemda
Kepala Daerah
Acuan penyusunan RKA SKPD Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD Usul DPRD
Acuan penyusunan RKA SKPD Dibahas dahulu oleh DPRD lalu disampaikan ke PPKD Tidak ditegaskan
Perubahan RAPBD
C. Analisa Situasi dan Review dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Tingkat Provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Gorontalo) Dari hasil pengumpulan data pada beberapa daerah menunjukkan yaitu di Provinsi Jawa Barat tantangan dan permasalahan dalam perencanaan dan penganggaran yang ditemukan antara lain adalah (1) Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam perencanaan antara pusat dan daerah; (2) Perbedaan waktu dalam proses perencanaan mulai dari jadwal pelaksanaan musrenbang sampai dengan pengesahan anggaran; dan (3) Implementasi kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UNDANG-UNDANG No.36/2009 tentang kesehatan yaitu pasal 171 yang menyebutkan alokasi anggaran kesehatan pemerintah pusat sebesar 5% dari APBN dan pemerintah daerah 10% dari APBD di luar gaji dengan kenyataan yang terjadi dikebanyakan daerah (provinsi dan 20 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
kabupaten/kota) di Indonesia. Pada umumnya anggaran kesehatan di daerah (provinsi dan kabupaten/kota) berkisar antara 3 persen sampai 5 persen. Sedangkan, tantangan dan permasalahan perencanaan dan penganggaran yang ditemukan di Provinsi Gorontalo antara lain adalah (i) Perbedaan dalam menerjemahkan kebijakan nasional ke dalam kebijakan di daerah, ini terkait dengan anggaran kesehatan yang tercantum dalam undang-undang No. 36 Tahun 2009, dikatakan anggaran kesehatan untuk daerah sebesar 10% diluar gaji, pada kenyataannya anggaran kesehatan di Propinsi Gorontalo hanya dipenuhi sebesar 2,5 % dan (ii) Pemerintah pusat masih belum optimal dalam mengakomodasi usulan yang diajukan oleh daerah. Sedangkan, di Provinsi DI Yogyakarta tantangan dan permasalahan yang ditemukan antara lain adalah (i) Regulasi K/L yang berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran kesehatan berkaitan dengan Peraturan Kementerian Dalam Negeri, Peraturan Kementerian Kesehatan dan Peraturan Kementerian Keuangan masih tumpang tindih dalam operasional kegiatan program di daerah dan (ii) Menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat melalui dana pusat ke daerah belum sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah. Gambaran Ketidaksesuaian antara Kebutuhan Daerah dengan Dukungan Pusat. Berdasarkan hasil evaluasi dokumen perencanaan daerah, masih terdapat beberapa daerah yang masih belum cukup baik dalam perencanaan daerahnya. Pada tingkat pusat terdapat fokus-fokus perencanaan namun justru pada tingkat daerah tidak mengetahui sehingga diperlukan instrument-instrumen untuk perencanaan dan penganggaran daerah. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Prinsip dari perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan bersama pemangku kepentingan sesuai dengan peran dan kewenangan yang mengintegrasikan RTRW dengan rencana pembangunan serta dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika daerah, nasional dan global. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah berdasarkan pada politik, teknokratik, partisipatif, top down & bottom up. Dokumen RPJP Daerah berfungsi sebagai road map (peta arah) pembangunan daerah 20 tahun ke depan dan sebagai pedoman penyusunan RPJMD yang kemudian akan ada 4 periode RPJMD. RPJMD berfungsi sebagai pedoman pembangunan di daerah selama 5 tahun dan sebagai pedoman untuk penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD) yang nantinya akan menjadi instrument untuk mengoperasionalkan RPJMD dan sebagai acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD yang bersifat indikatif serta menjadi pedoman dalam penyusunan KUA dan PPAS. Pendekatan penyusunan perencanaan dan penganggaran daerah mengacu pada 14 SPM sehingga hal ini mendorong daerah untuk mengacu pada SPM. Perlu diperhatikan untuk sinkronisasi dan konsistensi dalam SKPD karena masih ditemukan kelemahan SKPD yang tidak tepat dalam menentukan indikator. 21 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Terdapat perubahan paradigma pada Musrenbang daerah yaitu adanya klarifikasi dan penajaman program serta usulan program terdapat pada forum SKPD. Permendagri tentang pedoman perencanaan RKPD yang selama ini hanya berbentuk surat edaran saat ini sedang dalam proses penyusunan. Rekomendasi yang diberikan untuk daerah yaitu: (1) Bidang Kesehatan dan gizi masyarakat merupakan bidang prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah, sehingga harus senantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencana pembangunan daerah untuk menjamin tersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan; (2) Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan antarpusat dan daerah harus ditempuh dengan menyelaraskan pendekatan dan jadwal waktu penyusunan perencanaan dan penganggaran antara kementerian terkait dan pemerintah daerah sesuai regulasi; (3) Untuk menjamin dukungan pendanaan APBD sesuai dengan prioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan program yang mendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD. Permasalahan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Kesehatan. Dalam sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, terdapat bottleneck yang perlu mendapat perhatian dan perlu bersama dicarikan solusinya. Bottleneck tersebut antara lain : (1) Perbedaan time line dari sistem perencanaan antara pusat dan daerah ; (2) Perbedaan dalam penentuan prioritas program dalam perencanaan (e-planning vs Musrenbang); (3) Perbedaan prioritas legislatif dengan perencanaan dan penganggaran program yang ada; (4) Masih terdapatnya ketidakjelasan pembagian urusan pusat dan daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota); dan (5) Masih lemahnya koordinasi lintas sektor terutama koordinasi yang melibatkan pihak swasta dan tokoh masyarakat. Selain itu, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa Barat tidak hanya dilihat antara pusat dan daerah, tetapi juga dilihat dari antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Jawa Barat. Sebagai contoh, anggaran kesehatan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk bidang kesehatan memang sudah mencapai batas penganggaran minimal daerah untuk kesehatan sebesar 10,4%, namun dari jumlah tersebut sebanyak 7,5% berada pada OPD selain Dinas Kesehatan yang tidak bergerak pada pelayanan publik. Padahal fungsi yang seharusnya dicapai untuk bidang kesehatan adalah pelayanan publik. Oleh karena itu, perlu kerjasama antar OPD di Jawa Barat. Jika melihat dari penjelasan di atas, opsi yang dapat dipertimbangkan dalam langkahlangkah untuk perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut : (1) Sinkronisasi berbagai peraturan daerah terkait perencanaan dan penganggaran; (2) Penyusunan isu strategis provinsi berbasis pada potret daerah (data 22 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
spasial); (3) Penetapan bersama prioritas program, kegiatan, sasaran, target dan pembiayaan; (4) Pengarusutamaan RAD MDGs ke dalam perencanaan dan penganggaran di daerah; (5) Perencanaan harus didasarkan pada evidence based; 6)Revitalisasi Musrenbang dengan mengangkat isu strategis daerah (termasuk isu kesehatan); dan (7) Penguatan kerjasama lintas sektor terkait kesehatan termasuk pelibatan swasta, organisasi profesi (kerjasama vertikal dan horizontal). Langkah nyata yang diambil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam sinkronisasi tersebut, yaitu dengan melakukan pertemuan sinkronisasi dan koordinasi kebijakan program dan anggaran Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada minggu kedua bulan Maret 2012. Pertemuan ini dilakukan di lima wilayah yang membahas evaluasi tahun 2011 dan rencana 2013. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan dapat mengambil pelajaran dari tahun 2011 dan mampu memperbaikinya untuk perencanaan tahun 2013. Kegiatan tersebut terdiri dari Input, Proses, dan Output. Pada bagian input, hal-hal yang dibahas antara lain : hasil kinerja 2011, kebijakan program kesehatan provinsi 2013, materi sinkronisasi, protap pengusulan kegiatan dan anggaran, RKA Provinsi 2013, RKA kabupaten/kota 2013, dan panduan diskusi kelompok. Sedangkan pada bagian proses, kegiatan yang dillakukan terdiri dari: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok per kabupaten/kota, pendampingan diskusi kelompok dari Provinsi. Selanjutnya output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil identifikasi masalah dan kebutuhan pembangunan kesehatan per kabupaten/kota, rumusan prioritas program pembangunan kes 2013, rencana usulan kegiatan Provinsi dan kabupaten/kota dari berbagai sumber dana. Gambar 9. Bagan Tahapan Perencanaan di Provinsi Jawa Barat
Sumber : Dinas Kesehatan Jawa Barat 23 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Selain itu, langkah nyata yang dilakukan lainnya terutama untuk merevitalisasi Musrenbang untuk memasukan isu-isu strategis antara lain dengan mensosialisasikan isuisu strategis kesehatan kepada masyarakat sehingga pada saat proses musrenbang isu-isu tersebut dapat diangkat dan dimasukan dalam prioritas program atau kegiatan provinsi. Dengan beberapa langkah nyata tersebut diharapkan terjadi sinkronisasi perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah baiksecara vertikal dan horizontal. Perencanaan dan penganggaran kesehatan di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa kendala terutama terkait koordinasi pelaksanaan Musrenbangda. Pelaksanaan Musrenbangda di Provinsi Gorontalo dilakukan setelah melihat jadwal pelaksanaan dengan Musrebangnas dari Bappenas sehingga durasi pelaksanaan dirasa kurang cukup meskipun pelaksanaan Musrenbangda sudah dilakukan selama satu bulan di tingkat Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Selain itu, kurang lengkapnya data, lokasi pelaksanaan program/kegiatan, dan rincian pembebanan (APBN, APBD I & II) karena forum SKPD di tingkat Provinsi belum dilaksanakan. Oleh karena itu, hasil Musrenbang Provinsi belum seefisien yang diharapkan. Terkait permasalahan perencanaan dan penganggaran juga mencakup antara lain: (1) Penerjemahan kebijakan nasional kedalam kebijakan di daerah belum sesuai, misalnya anggaran untuk kesehatan harusnya 10% hanya dipenuhi sebesar 2,5% dan (2) pemerintah pusat masih belum optimal dalam mengakomodasi usulan yang diajukan daerah. Koordinasi perencanaan dan penganggaran di Provinsi Gorontalo perlu perbaikan diantaranya sebagai berikut : (1) Waktu pelaksanaan kegiatan koordinasi harus sesuai jadwal; (2) Manajemen forum perencanaan penganggaran perlu dioptimalkan; (3) Sosialisasi kepada SKPD perlu di tingkatkan. Tantangan dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY. Dalam Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran di DIY, masih didapati beberapa tantangan yang perlu dipikirkan bersama solusi penyelesaiannya. Tantangan-tantangan tersebut antara lain sebagai berikut : (1) Pada tahun 2012, proses perencanaan di Prov. DIY mengalami beberapa revitalisasi khususnya pada kegiatan musrenbang daerah. Revitalisasi yang dilakukan meliputi (a) Musrenbang lebih bersifat substansial dan terbuka terhadap partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan proses pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan; (b) Perencanaan mengutamakan kombinasi fokus dan lokus (keterkaitan antarsektor); (c) Musrenbang melalui trilateraldesk dalam rangka membahas persandingan-persandingan guna mensinergikan kabupaten/kota, provinsi, dan pusat; dan (d) Perencanaan didukung dengan aplikasi jogjaplan, Sistem Informasi Penataan Ruang (SIPR), Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) dan Web Monitoring dan Evaluasi. Kelebihan dari jogjaplan adalah jika program/kegiatan tidak sesuai dengan indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan yang diusulkan akan terpental/tertolak/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi terhadap indikator sasaran (target yang harus dicapai). Selain itu, Prov. DIY sudah melibatkan pihak legislatif pada rangkaian kegiatan proses musrenbang; (2) Konsistensi 24 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
perencanaan dan penganggaran di daerah dapat dilihat dari dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) kemudian diterjemahkan ke dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan kemudian ditetapkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); (3) Proses sinkronisasi bidang kesehatan di Prov. DIY dilakukan dengan sinkronisasi rencana strategis (renstra) antara SKPD Dinas Kesehatan Prov. DIY dengan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui rapat koordinasi antarprogram baik di tingkat pusat maupun kabupaten/kota serta rapat kerja kesehatan daerah (Rakerkesda), yang dimana forum-forum tersebut merupakan pendukung dari proses musrenbang daerah dan forum SKPD; dan (4) Hal-hal yang dapat disinkronkan antara provinsi dan kabupaten/kota di DIY untuk bidang kesehatan antara lain melalui sinkronisasi: (a) sharing dana (APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota); (b) lokasi kegiatan; dan (c) sasaran (Jamkesmas, Jamkesos, dan Jamkesda), sebagaimana terlihat pada Gbr. 10. Gambar 10. Sikronisasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY
Berdasarkan hasil diskusi dan analisis situasi Perencanaan dan Penganggaran di Provinsi DIY, tersusun suatu rekomendasi sebagai berikut: (1) Perlu adanya harmonisasi regulasi K/L berkenaan dengan perencanaan dan penganggaran khususnya bidang kesehatan untuk menghindari tumpangtindih regulasi di tingkat operasional daerah (Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Kesehatan) dan (2) Diharapkan menu-menu kegiatan yang diterbitkan di tingkat pusat melalui dana pusat ke daerah, sebaiknya sejalan dengan permasalahan yang ada di daerah.
25 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
Tabel 2. Matriks sandingan RKP dan RKPD Provinsi, serta RAD MDGs Jawa Barat, Jogjakarta, dan Gorontalo terkait isu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Dari hasil analisa dari dokumen perencanaan daerah (RKPD) tahun 2011, terlihat penterjemahan kebijakan pusat ke daerah sebagaimana berikut :
RKP 2011 Penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi; 1. RKPD 2011 Prov. Jawa Barat Peningkatan Pelayanan KIA, UKS, dan Lansia
Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Prov Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi Pertemuan PWS-KIA di Provinsi Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upayan Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pertemuan koordinasi dalam Pembinaan Kesehatan anak usia dini holistik-integratif (PAUD,SDITK,BKB, TPA) Sosialisasi Skrining Tumbang Anak Dengan Pengelola Program Anak Kab/Kota (SDIDTK, Skrining hipotiroid, intelegensi, Brainbooster Penguatan sistem rujukan kelainan Tumbuh Kembang Anak Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA Pertemuan Koordinasi Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di Jawa Barat Fasilitasi dan pembinaan program lansia di kab/kota Pertemuan pembahasan dan Pemutahiran data Program Pembinaan usia lanjut di Provinsi Rapat Koordinasi Hari Ulang tahun Usia Lanjut Penggandaan buku pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Lansia Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita
26 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RKP 2011
2.
Penggandaan Buku KIA Fasilitasi pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 26 kab/kota Fasilitasi tim Jambore UKS Provinsi Jawa Barat Pertemuan Penguatan TP UKS di Provinsi
3.
4.
Pengadaan Cetak Buku Pedoman Umum dan Teknis Program Gizi Pendampingan dan Fasilitasi Program Gizi Evaluasi cakupan konsumsi garam beryodium rumah tangga melalui survei cepat Verifikasi / Validasi Gizi Buruk Evaluasi dan Pembinaan Hasil - hasil Pelatihan di Bidang Gizi Ke Kab/Kota Pengadaan Buku Bidang Teknis Bidang Gizi Pengadaan Timbangan untuk Validasi data Pengadaan alat ukur panjang badan Konsultasi ke Pusat
Kegiatan Pemberian makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita Gizi Buruk
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Pasien Maskin Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Stroke Unit, ICCU, NICU, Stokr Unit, Renal unit dan High Care Unit Anak Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Bedah Central Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Radiologi, Laboratorium, Farmasi , Gizi, Rehab Medik dan Alat Medis Keperawatan Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IRJ, IRI & IGD Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan IPSRS, Loundry
RKPD 2011 Prov. DIY
RKP 2011 penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu
1.
27 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;
2. Program Kesehatan Bayi dalam Keluarga Pembinaaan Teknis Pasca Pelatihan Manajemen Asfiksia/BBLR Pengembangan Surveillan KIA Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Anak 3. Program Kesehatan Ibu dalam Keluarga Pengembangan Implementasi Deteksi Risti Bumil Pelatihan PPGDON Nakes Sosialisasi Pengenalan Tanda Bahaya Bumil,Bufas, Bulin Evaluasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Ibu Sosialisasi Pelaksanaan Sistem Mata Rantai Rujukan Penguatan Pelayanan KB Penguatan Task Force KIA Evaluasi RS PONEK
RKPD 2011 Prov. Gorontalo Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, antara lain melalui: penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan kunjungan bayi; peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita.
RKP 2011 penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih; peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4); peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani; peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah; peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani; peningkatan cakupan kunjungan bayi;
RAD MDGs Jabar (2012) Kegiatan 1. 2. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten Orientasi dan peningkatan pelaksanaan 1. Keluaran Jumlah bidan yang dilatih APN (Rp. 3,5 juta) Jumlah ibu nifas yang dikunjungi Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten 1.
RKPD Jabar (2012) Kegiatan Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi Pertemuan PWSKIA di Provinsi Pertemuan Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam 1. Keluaran Terlaksanannya Pertemuan Pembahasan dan Analisa Hasil Pendampingan KIA di Tingkat Provinsi Terlaksanannya Lokakarya Pemantapan Integrasi KIA dan Gizi di Provinsi Terlaksanannya Pertemuan PWSKIA di Provinsi Terlaksananya Pertemuan
2. 3.
3.
2.
2.
3. 4.
3.
4.
4.
28 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) Kegiatan Kemitraan Bidan dan Dukun Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) termasuk layanan swasta Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA Pendataan Ibu Hamil Pengadaan Paket Kelas Ibu untuk Puskesmas Orientasi pembentukan kelas Ibu di Puskesmas Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas PONED Fasilitasi perencanaan terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS) Pembentukan mobile team untuk memberikan 4. Keluaran Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim Jumlah Faskes dasar yang mendapat Kit Pelayanan KB Jumlah dokter dan bidan yang telah
RKPD Jabar (2012) Kegiatan Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal 5. Review dan Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial- Terpadu (PKRE-T) di Provinsi 6. Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi 7. Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi 8. Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota 9. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 10. Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) dan Kekerasan terhadap Anak (KtA) 11. Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA 12. Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi pengelola program KIA Keluaran Kemitraan Pelayanan KIA dengan Lintas Sektor dalam Upaya Peningkatan Aksesibilitas Program Jampersal 5. Terlaksananya Review dan Evaluasi Program PKRE-T di Provinsi 6. Terlaksananya Review dan Evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak terintegrasi 7. Terlaksanannya Bimbingan teknis KIA dan Gizi terintegrasi 8. Terlaksananya Sinergitas Pelayanan KB di Kab/Kota 9. Terlaksananya Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 10. Terlaksananya Pertemuan Kemitraan/jejaring dalam penanganan kasus KtP dan KtA 11. Terlaksananya Pertemuan Sosialisasi Penanganan KtP dan KtA 12. Terlaksananya Pertemuan penguatan penanganan komplikasi neonatus bagi
5.
5.
6.
6.
7.
7.
8.
8.
9.
9.
10.
10.
11.
11. 12.
12. 13.
13.
14.
14.
15.
15.
16.
17.
16.
18.
29 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) Kegiatan pelayanan kesehatan ibu di DTPK Penyediaan Kit pelayanan KB di faskes dasar yang memberikan pelayanan KB Update (pemutakhiran) keterampilan pelayanan KB bagi Dokter dan Bidan di tingkat pelayanan dasar Orientasi ABPK bagi Bidan Pustu/Poskesdes Orientasi Pelayanan KB pasca persalinan Pengadaan buffer stock alokon di tingkat Provinsi Sweeping pelayanan KB bagi kab/kota dengan unmet need tinggi Orientasi/pelatihan fasilitas pelayanan yang ramah remaja bagi Puskesmas di Kab/Kota Pengadaan buku pedoman panduan kesehatan remaja Sosialisasi buku panduan kesehatan remaja Pelatihan Konselor sebaya (Peer konselor) Insersi ARH dalam kurikulum Pelatihan PONED termasuk evaluasi pasca latih bagi tim PONED di puskesmas Pelatihan pelayanan pasca keguguran untuk tim PONED Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB, Keluaran mengikuti update ketrampilan pelayanan KB Jumlah bidan Pustu/Poskesdes yang telah mengikuti orientasi ABPK Jumlah Puskesmas yang mengikuti orientasi pelayanan KB pasca persalinan Jumlah alokon buffer stock yang diadakan di Propinsi Jumlah sweeping pelayanan KB yang dilaksanakan di Kab/Kota Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PKPR Jumlah buku pedoman panduan kesehatan remaja yang diadakan dan didistribusikan ke puskesmas Jumlah Puskesmas yang telah mengikuti sosialisasi buku panduan kesehatan remaja Jumlah remaja di sekolah dan luar sekolah menjadi konselor sebaya yang mampu berbagi informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual Jumlah sekolah yang melakukan insersi ARH ke dalam kurikulum Jumlah puskesmas rawat inap yang dilatih PONED Jumlah Puskesmas PONED yang dilatih Pelayanan Pasca
RKPD Jabar (2012) Kegiatan 13. Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita 14. Penggandaan Buku KIA Keluaran pengelola program KIA 13. Terlaksanannya Penggandaan kohort ibu, bayi dan balita 14. Terlaksananya Penggandaan Buku KIA
17.
19.
18.
20.
21.
19.
22.
20. 21.
23.
22.
24.
23.
25.
24.
25.
26.
26.
27. 28.
27.
29.
28.
30.
29.
30 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) Kegiatan Pelayanan pasca keguguran Penyediaan Ambulans PONED untuk mendukung rujukan PONED Orientasi PKRE terpadu di Puskesmas PONED Orientasi PP-KtP terpadu di Puskesmas PONED Orientasi Surveilans kematian ibu dan AMP bagi tim AMP di kab/kota Pengolahan data kematian ibu di kab/kota Bintek Tim PONEK RS di Kab/Kota Evaluasi pasca pelatihan tim PONEK RS (On the Job Training) Pembinaan 4 Puskesmas oleh Tim PONEK RS (minimal 4 kali setahunper PKM) Pelatihan klinis pelayanan KB di RS kab/kota Pembinaan RS dan Klinik Swasta oleh RS PONEK (RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK) Pemenuhan standar sarana dan peralatan RS PONEK di kab/kota Pembuatan SK Tim PONEK Kab/kota Regional sistem rujukan maternal neonatal di Kab/Kota Keluaran Keguguran (Post Abortion Care) Jumlah Puskesmas PONED yang memiliki sarana dan prasarana untuk PONED, KB dan pelayanan pasca keguguran Jumlah puskesmas PONED yang memiliki ambulans PONED Jumlah Puskesmas PONED yang mampu memberikan PKRE terpadu Jumlah Puskesmas PONED yang mampu tatalaksana PP-KtP Jumlah AMP termasuk surveilans kematian ibu yang dilaksanakan Jumlah rekapitulasi data kematian ibu Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar Jumlah RS yang melaksanakan PONEK sesuai standar Jumlah kunjungan pembinaan Tim PONEK RS ke Pkm PONED Jumlah RS yang dilatih klinis pelayanan KB sesuai standar. Jumlah kunjungan pembina tim PONEK Jumlah RS PONEK di kab/kota yang memiliki sarana dan peralatan sesuai standar.
31.
30.
32.
33.
31.
34.
32.
35.
33.
36. 37.
34.
38.
35. 36.
39.
40.
37.
38.
41.
39.
42. 43.
40.
41.
31 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs Jabar (2012) Kegiatan Keluaran 42. Jumlah RS yang sudah memiliki SK Tim PONEK RS 43. Jumlah kab/kota yang melaksanakan regionalisasi sistem rujukan maternal neonatal
RAD MDGs DIY (2012) Kegiatan 1. 2. Pelatihan APN dan Evaluasi Pasca Latih Kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan ibu nifas Advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di Kabupaten Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun Penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di Puskesmas Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, rumah tunggu dan PONED Kampanye KIE persalinan di fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan Orientasi Bikor dalam melaksanakan Supervisi Fasilitatif Pembinaan Puskesmas dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) 1. 2. 3. Keluaran Jumlah bidan yang dilatih APN Jumlah ibu nifas yang dikunjungi Jumlah pertemuan advokasi pembentukan Rumah Tunggu bagi Bumil Risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa fasilitas kesehatan di kabupaten Jumlah Dukun yang bermitra dengan Bidan Jumlah Puskesmas yang mempunyai ruang bersalin dan peralatan Jumlah SK Bupati Walikota/Perda tentang Persalinan, Rumah tunggu dan PONED Jumlah kampanye KIE persalinan di fasilitas yang dilakukan Jumlah Bidan koordinator yang melaksanakan Supervisi Fasilitatif Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PWS 1.
RKPD DIY (2012) Kegiatan Pengembangan implementasi deteksi risti bumil Pelatihan PPGDON Nakes Sosialisasi pengenalan tanda bahaya bumil, bufas, dan bulin Evaluasi dan koordinasi pelayanan kesehatan ibu Sosialisasi pelaksanaan sistem mata rantai rujukan Penguatan pelayanan KB Penguatan task force KIA Evaluasi RS PONEK 1. Keluaran Peserta mendapat pemahaman tentang deteksi risti bumil melalui forum kelas ibu Peserta mendapat pemahaman tentang PPGDON Peserta mendapat pemahaman tentang pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, dan bufas Data evaluasi dan kesepakatan pelayanan kesehatan ibu Peserta mendapat pemahaman tentang pelaksanaan sistem mata rantai rujukan
2. 3.
3.
2.
4.
4.
3.
4.
5.
5.
5.
6.
6. 7. 8.
6.
4.
7.
7.
5.
8.
8.
9.
9.
32 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
RAD MDGs DIY (2012) Kegiatan termasuk layanan swasta Pembinaan Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA Pendataan Ibu Hamil Pengadaan Paket Kelas Ibu untuk Puskesmas Orientasi pembentukan kelas Ibu di Puskesmas Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas PONED Fasilitasi perencanaan terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender (DTPS) Pembentukan mobile team untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu di DTPK Keluaran 10. Jumlah Puskesmas yang dibina dalam pemanfaatan buku KIA 11. Jumlah desa yang melaksanakan pendataan Ibu Hamil 12. Jumlah Paket kelas ibu yang diadakan 13. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu 14. Jumlah Puskesmas PONED yang melaksanakan ANC terpadu 15. Provinsi : Jumlah kab/kota yang melaksanakan DTPS 16. Provinsi : Jumlah kabupaten DTPK yang mempunyai mobile tim
RKPD DIY (2012) Kegiatan 6. Keluaran Dokumen penguatan pelayanan KB Kesepakatan untuk penguatan task force KIA Data tentang Evaluasi Pelaksanaan RS mampu PONEK
10.
7.
8.
16.
D. Faktor yang Berpengaruh Dalam Sinergi Dan Sinkronisasi Perencanaan Berbagai faktor yang memiliki pengaruh belum terwujudnya sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota antara lain: 1. Perencanaan ditinjau dari segi substansi a. Substansi perencanaan pembangunan dan penganggaran belum tajam mengarah pada upaya mencapai tujuan pembangunan, di mana permasalahan utama yang muncul adalah tidak adanya prioritas yang jelas (prioritas pembangunan dalam dokumen perencanaan poembangunan sangat banyak dan tidak fokus) serta program Kementerian/Lembaga yang tidak mengarah pada pencapaian program nasional. b. Program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dapat berbeda dengan Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Ada Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang tidak dimuat/dilaksanakan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. c. Pelaporan (dan evaluasi) masih bersifat parsial dan belum dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana. Kementerian/Lembaga yang memberikan laporan kepada Kementerian PPN/Bappenas hanya sedikit.
33 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
d. Muncul dokumen perencanaan yang dianggap sebagai dokumen tandingan seperti Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 20112025, dan berbagai Rencana Aksi Nasional serta Rencana Aksi Daerah. e. Perencanaan pembangunan, terutama jangka panjang, tidak mengakomodasi perubahan. Belum ada ruang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk mengubah rencana berdasarkan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis. f. Periodesasi pemilihan kepala daerah berbeda/tidak bersamaan antardaerah sehingga periodesasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menjadi tidak bersamaan antardaerah yang menyebabkan pula berbedanya substansi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. g. Dari sisi kelembagaan, adanya ego kelembagaan dan lemahnya koordinasi internal lembaga pemerintah. Koordinasi Kementerian PPN/Bappenas dengan Kementerian Keuangan yang belum terlaksana dengan baik. Bahkan koordinasi Ditjen Bangda (Perencanaan) dan Ditjen Keuangan Daerah (APBD) yang berada dalam satu lembaga (Kementerian Dalam Negeri) belum terlaksana dengan baik. h. Kepentingan Politik DPR (Legislative Heavy), di mana saat ini DPR turut berperan menentukan kebijakan teknis dan operasional, seperti turut menentukan kegiatan dan costing. i. Masih rendahnya kemampuan SDM perencana baik di tingkat pusat maupun daerah yang menyebabkan kualitas perencanaan pembangunan dan penganggaran tidak memadai dalam mencapai tujuan pembangunan. j. Pola komunikasi antara pusat, propinsi dan kabupaten kota belum berjalan efektif.
2. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota merupakan penentu utama kelancaran dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota dilakukan secara komprehensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi yang mencakup kebijakan atau regulasi, anggaran, kelembagaan serta pengembangan wilayah. Untuk mewujudkan Sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota perlu perhatian dari berbagai perspektif antara lain: a. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari perspektif kerangka kebijakan. Sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara pusat, propinsi dan kab/kota, diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antar pelaku perencanaan di 34 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (2) menjamin tersusunnya perencanaan yang sinergi, sinkron dan terintegrasi antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai sinergi dan sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan antara pusat, propinsi dan kab/kota perlu upaya bersama antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kab/kota yang dapat dilakukan melalui antara lain: (1) Sinkronisasi dan sinergi perencanaan melalui sinergi kebijakan (RPJP NAS, RPJPP & RPJPD, RPJPM Nas, RPJMP & RPJMD, RKP & RKPD); (2) Sinergi dan Sinkronisasi dalam penetapan target dan sasaran; (3) Standardisasi indikator dalam menyusun perencanaan dan nomenklatur dalam penganggaran yang digunakan oleh K/L dan SKPD; (4) Pengembangan basis data dan sistem informasi perencanaan yang lengkap dan akurat; dan (5) Sinergi dan sinkronisasi dalam pengendalian kebijakan anggaran. Selain upaya di atas sinergi dan sinkronisasi perencanaan antara pusat, propinsi dan kab/kota, baik 5 (lima) tahun atau tahunan dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan pelaksanaan Musrenbang di semua level/ tingkatan pemerintahan mulai tingkat desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Dengan demikian akan terwujud sinkronisasi perencanaan dari segi kebijakan, program dan kegiatan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, musrenbang juga diharapkan dapat mendorong terciptanya partisipatif semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. b. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kerangka regulasi Sinergi dan sinkronisasi dari segi kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-Undang maupun Peraturan-peraturan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, sehingga dapat mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun berjalan dalam lingkup RPJMN 2010 2014. Selain itu sinergi dan sinkronisasi perencanaan perlu di arahkan untuk meningkatkan kesepahaman, kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan. Diharapkan setiap kebijakan peraturan perundang-undangan baik peraturan Gubernur, peraturan Bupati/ Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan pemerintah pusat. Dalam hal ini sinergi dan sinkronisasi dapat dilakukan dengan cara : (1) Konsultasi dan Koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan peraturan perundangan dan (2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi dan lintas sektor dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan yang berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran.
35 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
c.
Sinergi dan sinkronisasi pusat, propinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan selaras dengan upaya penataan dan penguatan perimbangan keuangan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Dalam upaya sinergi dan sinkronisasi penganggaran dapat dilakukan dengan cara : (1) Meningkatkan efektifitas pelaksanaan penggunaan anggaran dari berbagai sumber dan terintegrasi dan (2) Sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan K/L agar sesuai dengan kebutuhan daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Sinergi dan sinkronisasi dari perspektif kelembagaan dan aparatur daerah Sinergi dan sinkronisasi dari sudut pandang kelembagaan dan aparatur, dalam pemerintahan diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintah daerah dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Kedepan sinergi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat dilakukan dengan cara: (1) Menata dan menyempurnakan pengaturan kewenangan antar tingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis kinerja secara bertanggungjawab; (2) Mengendalikan pemekaran daerah dan menetapkan pengelolaan daerah otonom dengan tetap mengutamakan harmonisasi kepentingan nasionaldan kebutuhan daerah serta rentang kendali manajemen yang ideal; dan (3) Meningkatkan kapasitas aparatur yang mampu menjembatani kepentingan nasional dan daerah serta kerja sama antardaerah.
36 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
A.
KESIMPULAN
Dari pelaksanaan Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah dapat disimpulkan beberapa hal penting yaitu: 1. Siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah masih belum sepenuhnya sejalan, hal ini antara lain ditandai dengan (a) Kepatuhan daerah dalam melaksanakan siklus perencanaan dan penganggaran sesuai dengan regulasi yang ada masih rendah; (b) Kebijakan operasional dalam perencanaan dan penganggaran antar Kementerian/Lembaga (Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian PPN/Bappenas) belum sinergi; dan (c) Dalam menyusun perencanaan belum mengacu pada isu strategis dan prioritas nasional antara pusat dan daerah. 2. Pentejemahan kebijakan pusat kedalam kegiatan di daerah di bidang kesehatan dan gizi masyarakat secara umum telah sejalan, namun kepastian seluruh kebijakan tersebut diimplementasikan kedalam dokumen anggaran masih menghadapi beberapa kendala antara lain (a) Keterbatasan anggaran yang ada di tingkat provinsi, terutama yang bersumber dari APBD; (b) Kesesuaian dengan kebijakan politik pada setiap daerah akibat dominasi peran legislative (DPRD); (c) Kapasitas tenaga di bidang perencanaan dan penganggaran yang masih belum optimal; (d) Perumusan indikator dalam penterjemahan kebijakan belum sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan. 3. Peran pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung pembangunan kesehatan daerah sangat besar, terutama dilakukan melalui mekanisme dana dekonsentrasi, tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta bantuan sosial seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Selain itu juga pembiayaan pusat juga diberikan dalam bentuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan preventif dan promotif. Bantuan pembiayaan pusat tersebut secara signifikan telah mendukung perbaikan status kesehatan di daerah juga. B. REKOMENDASI 1. Memperkuat sistem perencanaan dan penganggaran dengan (a) Melakukan evaluasi terhadap sistem perencanaan dalam rangka menyempurnakan sistem yang telah ada termasuk revitalisasi pelaksanaan Musrenbang dengan mengutamakan kombinasi fokus dan lokus (keterkaitan antarsektor); (b) Menyempurnakan berbagai aturan (Standar Operasional) dan mekanisme pelaksanaan perencanaan dan penganggaran; (c) Mengembangkan sistem dan jaringan perencanaan pembangunan pelaksana perencanaan pembangunan baik di pusat dan daerah dan mengembangkan sistem
37 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
informasi publik; dan (d) Mengembangkan sistem monitoring terpadu antara pusat dan daerah serta bersifat lintas program. 2. Memperkuat kepastian seluruh kebijakan tersebut diimplementasikan kedalam dokumen anggaran dengan (a) Melakukan advokasi peningkatan anggaran kesehatan yang ada di tingkat provinsi, terutama yang bersumber dari APBD; (b) Melakukan advokasi kepada pihak legislative (DPRD) untuk meningkatkan keberpihakan pada pembangunan kesehatan; (c) Meningkatkan kapasitas tenaga di bidang perencanaan dan penganggaran khususnya di tingkat daerah; (d) Merumuskan indikator dalam penterjemahan kebijakan yang sepenuhnya menggambarkan sebagai alat ukur kebutuhan anggaran dalam mencapai kegiatan; dan (e) Optimalisasi perencanaan dan penganggaran dalam pelaksanaan rapat koordinasi teknis yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga. 3. Meningkatkan optimalisasi pembiayaan kesehatan pusat dalam mendukung pembangunan kesehatan daerah dengan (a) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan dana dekonsentrasi, tugas perbantuan, dana alokasi khusus, serta bantuan sosial seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal) dan (b) Meningkatkan pembiayaan pusat dalam bentuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan preventif dan promotif.
38 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2010), Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, Memperkuat Sinergi Antara Pusat dan Daerah Serta AntarDaerah, Buku Pegangan 2010. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2010), Memelihara Momentum Perubahan, Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2011), Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme Revitalisasi Musrenbang 2011, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Jakarta. Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20102014. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20042009. Presentasi Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat (2012), Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Undang-Undang N0. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
39 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
LAMPIRAN 1.
FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012 BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN
Provinsi : Jawa Barat Kementerian/Lemba No Kode Lokasi Sasaran Indikator Sasaran ga 1 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI 1.1.1 1091Pembangunan/ Provinsi Tersedianya Sarana dan Jumlah pengadaan Pengadaan/ Jawa Prasarana Gedung Kantor, sarana perlengkapan Peningkatan Sarana Barat rumah jabatan untuk dan peralatan dan Prasarana aparatur Kejaksaan di Kejaksaan RI daerah, Pusat Rumah Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional roda-4, kendaraan tahanan serta sarana perlengkapan gedung untuk seluruh satuan kerja baik di pusat maupun di daerah guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas penegakan hukum 1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas AparaturKejaksaan RI 1.2.1 1097Peningkatan Provinsi Terlaksananya Kegiatan Jumlah Laporan Pengawasan Jawa Pengawasan Atas Pengaduan Aparatur Kejaksaan Barat Pelaksanaan Tugas Rutin Masyarakat yang di Daerah Baik di dan Pembangunan Semua Ditindaklanjuti dan Kejati, Kejari dan Unsur Kejaksaan Diselesaikan Cabjari dan Jajaran Berdasarkan Peraturan Terhadap Pengawasan di Perundang-Undangan dan Penyalahgunaan Daerah Kebijaksanaan yang Wewenang, TugasDitetapkan Oleh Jaksa Tugas Rutin, Agung. Pelanggaran Disiplin dan Penanganan Perkara Oleh Aparatur Kejaksaan di Daerah.
Satuan
2011
2012
Target 2013
2014
2015
unit
10
10
10
10
10
lapdu
220
283
283
283
40 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
No Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan 1 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 1.1 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR 1.1.1 1001Pengelolaan Administrasi Provinsi Terselenggaranya Persentase (%) Pelayanan Persen (%) 0 MPR dan Sekretariat Jawa Barat administrasi keanggotaan kesehatan Jenderal dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan kesehatan Sekretariat Jenderal 1.1.2 1001Pengelolaan Administrasi Kab. Bekasi Terselenggaranya Persentase (%) Pelayanan Persen (%) 0 MPR dan Sekretariat administrasi keanggotaan kesehatan Jenderal dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan kesehatan Sekretariat Jenderal 1.2 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR 1.2.1 1007Pembangunan, Provinsi Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 Pengadaan, Peningkatan Jawa Barat dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor. 1.2.2 1007Pembangunan, Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 Pengadaan, Peningkatan dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor. 1.2.3 1007Pembangunan, Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 Pengadaan, Peningkatan dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor.
2398 100000 00
11
111
454545
41 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
UKPPD Format F1
42 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DAERAH Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total Provinsi Se- Indonesia TOTAL BELANJA 9,511,938,653,801.00 7,990,721,778,191.00 3,121,167,223,000.00 6,366,656,082,429.31 2,387,789,580,000.00 1,942,503,556,205.00 1,586,154,929,122.00 4,742,452,272,000.00 1,450,019,258,815.91 2,838,249,945,031.00 33,827,031,650,310.00 15,804,296,979,395.00 4,134,075,000,000.00 11,245,744,293,000.00 2,124,288,709,311.00 12,214,783,359,822.00 2,902,408,853,315.00 2,248,744,203,500.00 3,108,943,628,560.00 10,502,613,100,000.00 969,008,829,760.80 1,817,969,042,396.00 938,401,827,019.20 1,931,199,415,482.00 4,760,942,065,502.67 2,021,706,570,358.00 3,656,633,235,145.91 2,254,557,144,100.00 2,147,354,663,000.00 1,429,870,261,553.45 1,170,032,917,000.00 7,114,955,358,000.00 3,998,380,838,950.00 174,261,595,224,076.00 U.KESEHATAN 895,106,316,693.00 263,491,978,493.00 311,674,843,729.00 417,425,940,005.66 89,850,623,290.00 189,192,565,183.00 194,107,937,713.00 266,016,272,000.00 62,167,009,863.00 330,625,561,301.00 3,304,871,058,846.00 532,645,838,342.00 228,645,030,442.00 973,037,731,000.00 127,525,403,864.00 1,838,068,137,951.00 231,217,889,600.00 149,306,083,976.00 486,093,162,150.00 807,169,051,800.00 39,141,198,918.00 96,125,500,000.00 29,992,243,391.00 166,022,073,322.00 329,489,029,057.00 136,587,736,217.00 444,107,403,833.00 196,140,724,000.00 165,695,156,349.00 117,855,407,791.88 67,475,869,000.00 575,925,479,000.00 87,962,474,500.00 14,150,758,731,620.50 % 9.41% 3.30% 9.99% 6.56% 3.76% 9.74% 12.24% 5.61% 4.29% 11.65% 9.77% 3.37% 5.53% 8.65% 6.00% 15.05% 7.97% 6.64% 15.64% 7.69% 4.04% 5.29% 3.20% 8.60% 6.92% 6.76% 12.15% 8.70% 7.72% 8.24% 5.77% 8.09% 2.20% 8.12%
43 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji) PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DAERAH Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total Provinsi Se- Indonesia TOTAL BELANJA 9,511,938,653,801.00 7,990,721,778,191.00 3,121,167,223,000.00 6,366,656,082,429.31 2,387,789,580,000.00 1,942,503,556,205.00 1,586,154,929,122.00 4,742,452,272,000.00 1,450,019,258,815.91 2,838,249,945,031.00 33,827,031,650,310.00 15,804,296,979,395.00 4,134,075,000,000.00 11,245,744,293,000.00 2,124,288,709,311.00 12,214,783,359,822.00 2,902,408,853,315.00 2,248,744,203,500.00 3,108,943,628,560.00 10,502,613,100,000.00 969,008,829,760.80 1,817,969,042,396.00 938,401,827,019.20 1,931,199,415,482.00 4,760,942,065,502.67 2,021,706,570,358.00 3,656,633,235,145.91 2,254,557,144,100.00 2,147,354,663,000.00 1,429,870,261,553.45 1,170,032,917,000.00 7,114,955,358,000.00 3,998,380,838,950.00 174,261,595,224,076.00 U.KESEHATAN/BL 746,247,711,788.00 190,135,374,063.00 202,643,845,100.00 293,717,583,295.00 53,511,115,000.00 109,380,400,000.00 109,534,385,500.00 209,223,084,000.00 31,079,005,580.00 253,919,085,000.00 2,681,095,937,777.00 421,639,761,786.00 213,000,000,000.00 718,461,073,000.00 91,651,904,207.00 1,422,133,831,550.00 130,207,537,100.00 25,087,065,050.00 353,760,758,150.00 565,239,517,800.00 22,483,222,350.00 36,105,000,000.00 13,482,560,000.00 102,126,451,613.00 36,105,000,000.00 62,235,936,538.00 359,256,962,293.00 103,489,530,000.00 89,644,766,349.00 41,481,525,213.18 31,483,725,000.00 421,833,466,000.00 71,022,874,500.00 10,212,419,995,602.20 % 7.85% 2.38% 6.49% 4.61% 2.24% 5.63% 6.91% 4.41% 2.14% 8.95% 7.93% 2.67% 5.15% 6.39% 4.31% 11.64% 4.49% 1.12% 11.38% 5.38% 2.32% 1.99% 1.44% 5.29% 0.76% 3.08% 9.82% 4.59% 4.17% 2.90% 2.69% 5.93% 1.78% 5.86%
44 | Kajian Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan antara Pusat dan Daerah
06/02/2013
SISTEMATIKA PAPARAN
RANCANGAN PENYELENGGARAAN RANGKAIAN MUSRENBANG 2012 DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP 2013
Oleh :
MUSRENBANG 2012 o Tujuh titik kritis: Evaluasi 2011 dan Solusi 2012 o Tujuh tahap revitalisasi Musrenbang
Pra Rakorbangpus s.d Pasca Musrenbangnas UKPPD
No
1
Evaluasi 2011
Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah
Solusi 2012
Isu Strategis dibahas dan disepakati di forum Triwulanan I (29 Feb) Isu Strategis menjadi fokus pembahasan pada rangkaian Musrenbang 2012 Peran LO: Mempelajari dan mengawal isu strategis provinsi
No
3
Titik Kritis
Arahan Pusat ke daerah masih normatif
Evaluasi 2011
Kualitas Isu Strategis Provinsi perlu lebih disempurnakan, agar bisa menjadi acuan bagi provinsi untuk mendukung sasaran pembangunan nasional dan juga bagi KL dalam mengalokasikan resource ke daerah
Solusi 2012
Menggunakan Prioritas Nasional, Isu Strategis Provinsi, dan RKAKL 2011 dan 2012 sebagai arahan ke daerah. Peran LO: Memberikan arahan mengenai Isu Strategis Provinsi
4 2 Hanya membahas dana Dekon/ TP Selain membahas D/TP, juga akan dimulai pembahasan perkiraan kebutuhan DAK melalui penentuan prioritas DAK per bidang. Pembahasan DAK belum terlaksana dalam Musrenbang 2011 Penentuan prioritas bidang DAK Akan ditentukan lebih lanjut pada Raker II
Nomenklatur UPPD dan Renja K/L belum sepenuhnya sama (terutama akibat adanya Inisiatif Baru)
Tetap mengikuti nomenklatur Renja K/L. Melakukan pemetaan di UPPD jika terjadi perubahan nomenklatur di Renja K/L Integrasi aplikasi Renja dan UPPD. Peran LO:
06/02/2013
No
5
Titik Kritis
Belum jelasnya kriteria penetapan prioritas
Evaluasi 2011
Isu strategis belum sepenuhnya dijadikan kriteria seleksi
Solusi 2012
Penetapan kegiatan prioritas berdasarkan Isu Strategis Provinsi. Peran LO: Memastikan usulan kegiatan prioritas daerah sesuai dengan Isu Strategis Provinsi
Menghasilkan UPPD
Waktu pembahasan sinkronisasi program/ kegiatan terbatas Tindak lanjut hasil Musrenbangnas tidak pasti
Menggunakan format pembahasan trilateral desks (K/L, Pemprov dan Bappenas) pada Pra Musrenbangnas (satu hari satu wilayah). Melakukan verifikasi pada forum Pasca Musrenbangnas untuk memastikan hasil Musrenbangnas telah diakomodir dalam Renja K/L dan RKP.
Cukup baik. Peran LO: Sebagai penanggungjawab sektor Mengarahkan mitra daerah
Peran direktorat sektoral Bappenas untuk lebih aktif mengawal proses finalisasi Renja KL berdasarkan hasil musrenbangnas. Peran LO: Mengawal hasil musrenbangnas bagi provinsinya
5
FORUM OMS (21-30 Mar) Menjaring aspirasi publik bagi RKP 2013
Rangkaian Musrenbangnas
Catatan
Rakorbangpus
Mekanisme Sidang Pleno: Bappenas menyampaikan Ranc. Awal RKP 2012 dan SEB pagu indikatif 2013; Kemenkeu menyampaikan kebijakan fiskal dan pelaksanaan anggaran 2013; SEB Rancangan Awal RKP 2013 Catatan rapat untuk ditindaklanjuti dalam penyusunan Renja K/L dan UPPD Keluaran Tindak Lanjut Penyusunan: Renja K/L oleh K/L UPPD oleh Pemprov melalui Musrenbangprov Peran LO : Berkoordinasi dengan Bappeda Provinsi yang bersangkutan
06/02/2013
Musrenbangprov...(1)
Input Mekanisme Sidang pleno dan kelompok membahas: Keluaran Tindak Lanjut Menyampaikan UPPD kepada Bappenas Penyusunan usulan bidang dana transfer (DAK) 2013. Peran LO: Mendampingi Pejabat Eselon I Bappenas ke daerah Memberikan pendampingan selama Musrenbangprov Memastikan hasil Musrenbangprov dapat dibawa ke Jakarta 9
Musrenbangprov...(2)
Mekanisme UPPD (short list-F1) berdasarkan isu strategis provinsi yang akan dibahas dalam Pra-Musrenbangnas Keluaran UPPD terpilih (short list-F1) yang dipilih berdasarkan isu strategis provinsi untuk dibahas dalam Pra Musrenbangnas; Tindak Lanjut
Input
Program/kegiatan prioritas yang akan didanai oleh APBD Rancangan Isu program, kegiatan dan diusulkan didanai Isu Strategis dan indikator dengan APBN melalui UPPD; Provinsi mengacu tema dan Rancangan RKPD prioritas (konsep) Indikasi Renja KL Provinsi dan Rancangan Awal RKP per provinsi Rancangan Renja 2013 serta Aplikasi UPPD SKPD yang telah kesesuaiannya disempurnakan Usulan kegiatan dengan Isu Strategis berdasarkan hasil Kabupaten/Kota Provinsi dan Musrenbangprov. kerangka investasi Prioritas bidang wilayah DAK program/kegiatan yang potensial dikerja-samakan dengan sektor swasta (KPS/PPP)
10
Pra Musrenbangnas
Input Mekanisme Trilateral desk (H1-5) antara KL, Bappeda, Bappenas: Membahas persandingan sasaran dan prioritas nasional dengan sasaran dan prioritas daerah; Membahas daftar pendek UPPD (F1) dan bila memungkinkan dilanjutkan dengan membahas daftar panjang UPPD (F2); Membahas prioritas bidang DAK; Para pihak menandatangani berita acara kesepakatan/keputusan; Keluaran Hasil kesepakatan, program kegiatan, target, lokus, dan indikasi anggaran dalam bentuk berita acara. Tindak lanjut Rekapitulasi Berita Acara Kesepakatan dilaporkan kepada Presiden di Musrenbang-nas. Peran LO: Sebagai penanggungjawab sektor/bidang Fasilitasi Provinsi mitra
Musrenbangnas
Mekanisme Laporan hasil kesepakatan PraMusrenbangnas Arahan Presiden mengenai pelaksanaan pembangunan 2012 dan rencana 2013 Paparan para menteri koordinator mengenai strategi pelaksanaan pembangunan menurut bidang kerja masingmasing sektor Dialog para menteri dan gubernur membahas arahan pelaksanaan dari Presiden Keluaran Pelaporan hasil kesepakatan mengenai Program, Kegiatan Strategis dan Pendanaan Pusat dan Daerah; Arahan Presiden RI Tindak Lanjut K/L menyempurnakan Renja K/L untuk diverifikasi pada forum Pasca Musrenbangnas;
Rancangan Awal RKP 2013; Rancangan Awal Renja K/L tahun 2013 yang memuat indikasi kegiatan per provinsi; Isu Strategis Provinsi; UPPD hasil Musrenbangprov. Usulan prioritas bidang DAK.
11
12
06/02/2013
Pasca Musrenbangnas
Mekanisme Bilateral desk Bappenas-KL K/L menunjukkan kepada Bappenas bahwa hasil Musrenbangnas telah tercantum dalam Renja K/L. Direktorat teknis Bappenas memastikan Renja K/L sudah mengakomodir hasil musrenbangnas dengan memberikan paraf. Jika ada hasil kesepakatan yang belum dapat diakomodir dalam Renja K/L, K/L harus memberikan penjelasan. Renja K/L yang final (sudah diparaf) menjadi input untuk penyempurnaan RKP 2013. Keluaran Rancangan Akhir Renja K/L tahun 2013. Rancangan Akhir RKP tahun 2013. Tindak lanjut Bappenas melakukan penyempurnaan Rancangan RKP 2013. Menetapkan Rancangan Akhir RKP 2013
Input Rekapitulasi kesepakatan sinergi program, kegiatan, indikator, lokasi dan pendanaan hasil Musrenbangnas ; Rancangan Renja K/L Tahun 2013 yang telah disempurnakan berdasarkan hasil Musrenbangnas dan arahan presiden.
13
14
Alur UKPPD
RENJA K/L 2012 RENJA KL 2013 UKPPD PEMERINTAH PROVINSI
I.
PROSES
PRIORITAS NASIONAL (RPJMN/RKP)
PERSANDINGAN REKAP
Renja KL; UKPPD (usulan daerah final); Persandingan UKPPD dan Renja KL Persandingan Prioritas Pembahasan
OUT PUT F1
ShortList Sandingan
F2
LongList Sandingan
F3
UKPPD
F4
RENJA K/L 15 16
06/02/2013
UKPPD Format F4
FORM F4 - RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2012 BERDASARKAN PERPOGRAM PER KEGIATAN
Satuan 2011 2012 Target 2013 2014 2015 Alokasi Dana (Juta) 2011 2012 2013 2014 2015
UKPPD Format F3
FORM F3 - UKPPD KEMENTERIAN / LEMBAGA
Provi Jawa Barat APBD Pendukung 2011 2012 Realisasi 2011 Usulan 2013 Dana Dana Dana Dana Dana Usulan Kode KL/Program/Kegiatan Lokasi Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target (juta) Target (Juta) Target (Juta) Target (Juta) Target (Juta) Baru 1MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 1Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR 1001Pengelolaan Administrasi Provinsi Terselenggaranya Persentase (%) Pelayanan Persen (%) 0 0 0 0 2398 100000 0 MPR dan Sekretariat Jawa Barat administrasi keanggotaan kesehatan 00 Jenderal dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan kesehatan Sekretariat Jenderal 1001Pengelolaan Administrasi Kab. Bekasi Terselenggaranya Persentase (%) Pelayanan Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0 MPR dan Sekretariat administrasi keanggotaan kesehatan Jenderal dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi, ketatausahaan serta pelayanan kesehatan Sekretariat Jenderal 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR 1007Pembangunan, Provinsi Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 0 0 0 11 111 0 Pengadaan, Peningkatan Jawa Barat dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor. 1007Pembangunan, Kab. Bogor Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 0 0 0 454545 0 0 Pengadaan, Peningkatan dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor. 1007Pembangunan, Kab. Bekasi Pelayanan perlengkapan Persentase (%) Persen (%) 0 0 0 0 0 0 0 Pengadaan, Peningkatan dan inventarisasi dalam Ketersediaan peralatan, dan Pengelolaan Sarana lingkup MPR dan perlengkapan kerja dan dan Prasarana MPR Sekretariat Jenderal alat tulis kantor.
Provinsi : Jawa Barat Kementerian/Lemba ga No Kode Lokasi Sasaran Indikator Sasaran 1 6KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1.1 2Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI 1.1.1 1091Pembangunan/ Provinsi Tersedianya Sarana dan Jumlah pengadaan Pengadaan/ Jawa Prasarana Gedung Kantor, sarana perlengkapan Peningkatan Sarana Barat rumah jabatan untuk dan peralatan dan Prasarana aparatur Kejaksaan di Kejaksaan RI daerah, Pusat Rumah Sakit Kejaksaan, Kendaraan Operasional roda-4, kendaraan tahanan serta sarana perlengkapan gedung untuk seluruh satuan kerja baik di pusat maupun di daerah guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas penegakan hukum 1.2 3Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan RI 1.2.1 1097Peningkatan Provinsi Terlaksananya Kegiatan Jumlah Laporan Pengawasan Jawa Pengawasan Atas Pengaduan Aparatur Kejaksaan Barat Pelaksanaan Tugas Rutin Masyarakat yang di Daerah Baik di dan Pembangunan Semua Ditindaklanjuti dan Kejati, Kejari dan Unsur Kejaksaan Diselesaikan Cabjari dan Jajaran Berdasarkan Peraturan Terhadap Pengawasan di Perundang-Undangan dan Penyalahgunaan Daerah Kebijaksanaan yang Wewenang, TugasDitetapkan Oleh Jaksa Tugas Rutin, Agung. Pelanggaran Disiplin dan Penanganan Perkara Oleh Aparatur Kejaksaan di Daerah.
unit
10
10
10
10
10
No 1 1.1 1.1.1
1.1.2
lapdu
220
283
283
283
1.2 1.2.1
1.2.2
1.2.3
17
18
UKPPD Format F2
UKPPD Format F1
19
20
06/02/2013
Isu Strategis
TERIMA KASIH
21
Pada Acara : WORKSHOP KAJIAN SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH HOTEL SARI PAN PACIFIC, 6 MARET 2012
PERENCANAAN
DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DOKUMEN RPJPD (20 th) RPJMD (5 th) RENSTRA SKPD (5 th) RKPD (1 th) RENJA SKPD (1 th) PENETAPAN
PERDA PERDA PENGESAHAN KDH
PERKADA
adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
TATA CARA PENYUSUNAN Lampiran II Lampiran III Lampiran IV Lampiran V Lampiran VI
TAHAPAN
Psl 20 s.d Psl 49 Psl 50 s.d Psl 84 Psl 85 s.d Psl 98
Psl 99 s.d Psl 133
PEMBANGUNAN DAERAH
adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
PENGESAHAN KDH
Satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional Dilakukan bersama pemangku kepentingan sesuai peran dan kewenangan Mengintegrasikan RTRW dgn rencana pembangunan Dilaksanakan berdasarkan kondisi, potensi serta dinamika daerah, nasional dan global
Politik, (penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih) Teknokratik, (menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah) Partisipatif, (melibatkan semua pemangku kepentingan) Top down & Bottom Up (diselaraskan melalui musyawarah nasional, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa) Berdasarkan prestasi kerja (Performance Budgeting System) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) Perencanaan Penganggaran terpadu (Unified Budgeting System) Pagu Indikaif & Prakiraan maju (Resource Envelope & Forward Estimate) Mengacu pada SPM, sesuai dgn kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat dan urusan wajib serta urusan pilihan yang menjadi tanggungjawab SKPD.
5
IPM
ASPEK PELAYANAN UMUM
Pelayanan dasar Pelayanan Penunjang Kemampuan Ekonomi Daerah ASPEK DAYA SAING DAERAH Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Iklim Berinvestasi Sumber Daya Manusia
6
Road map (peta arah) pembangunan daerah 20 tahun kedepan. pedoman bagi penyusunan RPJMD. acuan penyusunan visi dan misi calon kepala daerah. instrumen bagi mewujudkan pembangunan berkelanjutan dalam jangka 20 tahun. instrumen untuk meningkatkan keunggulan utama daerah (core competency).
alat atau instrumen pengendalian bagi satuan pengawas internal (SPI) dan Bappeda. instrumen mengukur tingkat pencapaian kinerja kepala SKPD pedoman evaluasi penyelenggaraan Pemda sebagaimana amanat PP 6/2008
Sasaran Tahun II
Strategi & Arah Kebijakan
Sasaran Tahun IV
Strategi & Arah Kebijakan
Sasaran Tahun V
Strategi & Arah Kebijakan
10
SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN PUSAT DAN DAERAH DALAM SATU KESATUAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
20 TAHUN PEDOMAN 5 TAHUN 1 TAHUN DIJABARKAN
RPJPN
RPJMN
DIPERHATIKAN
RKP
DIACU DAN DISERASIKAN
PEDOMAN DIACU
RAPBN
RPJPD
DIACU
PEDOMAN
Renstra SKPD
Kebijakan umum dan program Pemb Daerah Serta Indikasi Rencana Program Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan I II III IV V Program dan kegiatan dan indikator kinerja SKPD I II III IV V
RPJPD PROV
PEDOMAN
RPJMD PROV
DIPERHATIKAN
DIJABARKAN PEDOMAN
RKPD PROV
DIACU DAN DISERASIKAN
RAPBD PROV
RPJMD
DIACU
RPJPD K/K
PEDOMAN
RPJMD K/K
RKPD K/K
PEDOMAN DIACU
RAPBD K/K
PEDOMAN
11
14 SPM
1. PERMEN Kesehatan No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan. 2. PERMEN Negara Lingkungan Hidup No. 19/2008 tentang SPM Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota. 3. PERMEN Dalam Negeri No. 62/2008 ttg SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kab/Kota. 4. PERMEN Sosial No. 129/HUK/2008 ttg SPM (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota. 5. PERMEN Negara Perumahan Rakyat No. 22/PERMEN/M/2008 ttg SPM Bidang Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota. 6. PERMEN Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 1/2010 ttg SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. 7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional No: 55/Hk-010/B5/2010 ttg ttg SPM Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota. 8. PERMEN Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 15/2010 ttg SPM Bidang Pendidikan Dasar. 9. PERMEN Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tgl 25 Oktober 2010 ttg SPM Bidang Pekerjaan Umum. 10. PERMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 15/MEN/X/2010 tgl 29 Oktober 2010 ttg SPM Bidang Ketenagakerjaan. 11. PERMEN Pertanian No. 65/Permenten/OT.140/12/2010 tgl 22 Desember 2010 ttg SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kab/Kota. 12. PERMEN Informasi dan Komunikasi No. 22/PER/M.Kominfo/12/2010 tgl 20 Desember 2010 ttg SPM Bidang Komunikasi dan Informasi. 13. KEPMEN Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 106/HK.501/MKP/2010 tgl 23 Desember 2010 ttg SPM Bidang Kesenian . 14. PERMENHUB NOMOR PM.41 TAHUN 2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang SPM Bidang Perhubungan 14 Provinsi dan Kab/kota.
13
(1) Pemerintah Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan Peraturan PerundangUndangan. (2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaraan penyelenggaraan pemerintahan daerah. (3) Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri. (4) Rencana Pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam RPJMD dan Renstra SKPD. (5) Target tahunan pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan ke dalam RKPD, Renja SKPD, KUA, RKA-SKPD sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
1 2 3 4 5
15
PERSIAPAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL PELAKSANAAN MUSRENBANG PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR PENETAPAN
16
RPJPD
(Pasal 20 s.d Pasal 49)
RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional. RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi.
VISI DAERAH
MISI DAERAH
3
Perumusan visi dan misi daerah
Perumusan sasaran pokok dan arah kebijakan
Musrenbang RPJPD
4
Rancangan Akhir RPJPD
5
Penyelarasan visi, misi dan arah kebijakan RPJPD kab/kota
Indikator Target 5 th
Indikator Target 5 th
Indikator Target 5 th
Indikator Target 5 th
20
SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJPD KABUPATEN/KOTA (Tabel T-II.C.49 Lampiran II Permendagri No 54/2010)
RPJMD
(Pasal 50 s.d Pasal 84)
RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional.
Misi 1
Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun I Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun II Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun III Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun IV
21
Misi 2
Misi dst
dst .................
RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, serta program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
Visi dst.......
Misi dst
dst .................
22
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA (Lampiran III Permendagri No 54/2010)
Persiapan Penyusunan RPJMD
2
Rancangan Awal RPJMD
Penelaahan RPJPD Kab/Kota
Perumusan Strategi dan arah kebijakan
Perumusan Kebijakan umum dan program pembangunan daerah Perumusan Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan
3 4
Analisis Gambaran umum kondisi daerah & pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan
KEBIJAKAN UMUM & PROGRAM PEMBANGUNAN RPJMD KABUPATEN/KOTA (Tabel T-III.C.90 Lampiran III Permendagri No 54/2010)
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN RPJMD KABUPATEN/KOTA (Tabel T-III.C.91 Lampiran III Permendagri No 54/2010)
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Pembangunan Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD (Tahun 0)
Kondisi Kinerja SKPD pada akhir periode RPJMD Penan
No
(1)
Sasaran
(2)
Kondisi Akhir
(6)
Bidang Urusan
(8)
Kode
Tahun-1
Tahun-2
Tahun-3
Tahun-4
Tahun-5
ggung Jawab
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
01
Kesehatan
01 01 Program .......... 01 02 Program......... 01 03 Dst ..... Urusan Pilihan 01 Pertanian 01 01 Program......... 01 02 Dst ..... 02 Dst .......
2 2 2 2 2
25
26
RENSTRA SKPD
(Pasal 85 s.d Pasal 98)
Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman RPJMD dan bersifat indikatif. pada
Pendahuluan
Gambaran Pelayanan SKPD Isuisu Strategis Tugas dan Fungsi SKPD Visi, Misi, Tujuan & Sasaran, Strategi dan Kebijakan Rencana Program & Kegiatan, Indikator Kinerja, Keluaran Sasaran & Pedanaan Indikatif Indikator Kinerja SKPD mengacu ke RPJMD
27 28
BAGAN ALIR TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA (Lampiran IV Permendagri No 54/2010)
Persiapan Penyusunan Rentra-SKPD
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, LOKASI & PENDANAAN INDIKATIF RENSTRA SKPD KABUPATEN/KOTA (Tabel T-IV.C.28 Lampiran IV Permendagri No 54/2010)
3
Indikator Data Kinerja Capaian Program pada (outcome) Tahun dan Awal Kegiatan Perenca (output) naan
Tdk sesuai
VERIFIKASI
sesuai
2011
2012
2013
2014
2014
Kode
Perumusan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif
Perda RPJMD
Penyempurnaan Rancangan Renstra-SKPD (1) (2) (3) (4) (5) Program ................ Kegiatan................
Tujuan Sasaran 1 2
Perumusan sasaran
Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Rancangan RENSTRA-SKPD
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
Tujuan Sasaran 1 1
SPM
Perumusan Strategi dan Kebijakan
VERIFIKASI
sesuai
30
Pengajuan RAPBD
Penetapan APBD
RKA-SKPD
Mei
Jun
Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
SE Penyusunan Renja-SKPD
Berita Acara Musrenbang kecamatan Pokok-pokok pikiran DPRD Kab/Kota
Pendahuluan Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Beserta Kerangka Pendanaan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah
Review RPJMD
VERIFIKASI Bappeda
Rancangan RKPD
Perumusan program prioritas daerah beserta pagu indikatif
4
Forum Konsultasi Publik
Penyelarasan Rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif
33
Kesepakatan KDH dgn DPRD IndikasI rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan RPJMD (5 Thn)
PERDA RPJMD
Rancangan RKPD
RKPD
1. Inventarisasi jenis program/kegiatan yang diusulkan DPRD dalam dokumen rumusan hasil penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD tahun lalu dan dikelompokkan kedalam urusan SKPD. 2. Kaji pandangan dan pertimbangan yang disampaikan berkaitan dengan usulan program/kegiatan hasil penelaahan. 3. Indikator kinerja yang diusulkan serta lokasi yang diusulkan. 4. Lakukan pengecekan dan validasi oleh tim penyusun RKPD yang berasal dari SKPD terkait terhadap kebutuhan riil di lapangan dengan mempertimbangkan asas manfaat, kemendesakan, efisiensi dan efektivitas. 5. Rumuskan usulan program dan kegiatan yang dapat diakomodasikan dalam rancangan awal RKPD
35 36
RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RKPD KAB/KOTA (Tabel T-V.C.67 Lampiran V Permendagri No 54/2010)
Rencana Tahun ............ (tahun rencana) Target Capaian Lokasi Kinerja
Kebutuhan Dana/ Pagu indikatif (Rp)
Kode
Indikator
Kegiatan
37
38
TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RENJA SKPD KABUPATEN/KOTA (Lampiran VI Permendagri No 54/2010)
1
SE KDH perihal penyampaian rancangan awal RKPD sebagai bahan penyusunan rancangan Renja-SKPD kab/kota Sinkronisasi Kebijakan Nasional dan Provinsi Telaahan Rancangan Awal RKPD kab/kota Perumusan Ranc. akhir RKPD
Pendahuluan
Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu Tujuan, Sasaran Program & Kegiatan indikator kinerja & kelompok sasaran yang menggambarkan Pencapaian Renstra SKPD Dana indikatif beserta sumbernya & prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif Sumber dana Penutup
39
Musrenbang RKPD Penyusunan Rancangan RKPD Penyesuaian Rancangan Renja SKPD kab/kota
Perumusan Tujuan
Perumusan Sasaran
Perumusan program dan kegiatan, indikator kinerja, dana indikatif
pelaksanaan Renja-
hasil evaluasi
RENJA-SKPD Kab/Kota
3
Usulan program & kegiatan dari masyarakat
40
10
RENCANA PROGRAM & KEGIATAN SERTA PRAKIRAAN MAJU RENJA SKPD KAB/KOTA (Tabel T-VI.C.10 Lampiran VI Permendagri No 54/2010)
Prakiraan Maju Rencana Tahun ......... Catatan Penting
Target Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/ Pagu Indikatif
Kode
Indikator
Kegiatan
Lokasi
RPJMD
DPRD EPPD
Berdasarkan KUA yang telah disepakati dengan DPRD, Pasal 18 ayat (3) Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas PPAS UU 17/2003 untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD. Pasal 25 ayat (2) RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD. UU 25/2004 Pasal 16 PP 58/2005 Penyusunan APBD berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
43
RKPD
KUA
PPAS
RAPBD
RENJA SKPD
RKA-SKPD
DPA-SKPD
LAKIP
44
11
TUGAS DAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DAERAH (Pasal 155 s.d Pasal 281)
PELAKSANA MENDAGRI (DITJEN BINA BANGDA) FOKUS
RPJPD, RPJMD,RKPD PROV
HASIL DAN TINDAK LANJUT Melaporkan kpd MDN dan rekomendasi perbaikan/ penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Gubernur
Gub melaporkan kpd MDN (RPJPD, RPJMD & RKPD) RPJPD, RPJMD, RENSTRA dan rekomendasi kpd Gubernur : SKPD, RKPD & RENJA SKPD Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD prov Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD PROV Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD RPJPD, PJMD,RKPD KAB/KOTA Melaporkan kpd Gubernur dan rekomendasi perbaikan / penyempurnaan RPJPD, RPJMD dan RKPD oleh Bupati/Walikota Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda Prov Menindaklanjuti rekomendasi Gub atas pelaksanaan Renja SKPD
RENJA SKPD : DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS SKPD PROV/KABUPATEN/KOTA, Memuat : Indikator Kinerja Program dan Kegiatan, Lokasi, Target Capaian Kinerja, Kebutuhan Dana/Pagu Indikatif dan Prakiraan Maju
Lampiran RAPERKADA ttg Penjabaran APBD Memuat : Judul Program dan Kegiatan, Waktu Pelaksanaan, Lokasi, Sumber dana, Indikator capaian, Tolok ukur kinerja, Target Kinerja atas capaian program, masukan dan keluaran serta hasil kegiatan.
45
Bup/Walikota melaporkan kpd Gub (RPJPD, RPJMD & RKPD) RPJPD, RPJMD, RENSTRA dan rekomendasi kpd Bupati/Walikota : SKPD, RKPD & RENJA SKPD Perbaikan dan penyempurnaan RPJPD, RPJMD & RKPD kab/kota Perbaikan dan penyempurnaan Renstra SKPD& Renja SKPD KAB/KOTA Tindak lanjut pelaksanaan Renja SKPD Laporan triwulan capaian Renja SKPD kpd Bappeda kab/kota RENSTRA SKPD & RENJA Menindaklanjuti rekomendasi Bup/Walikota atas pelaksanaan Renja SKPD KAB/ KOTA SKPD
46
KERANGKA PENGENDALIAN DAN EVALUASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PERENCANAAN, PENGANGGARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
RPJPD
Review
Laporan Triwulan Laporan Smesteran
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri ini;
RPJMD
RKPD
KUA
PPAS
PERDA APBD
PRKPD
PKUA
PPPAS
PERDA PAPBD
DPPA SKPD
RPJPD dan RPJMD perubahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan RPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
48
12
PERUBAHAN RKPD
(Pasal 285 s.d Pasal 286) RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan, meliputi : a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah; b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam perturan perundang-undangan. Perubahan RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
REKOMENDASI
1. Bidang kesehatan dan gizi masyarakat merupakan bidang prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah, sehingga harus senantiasa terakomodasi dalam setiap dokumen rencana pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD dan RKPD) untuk menjamin tersedianya alokasi anggaran yang sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan. 2. Upaya untuk mewujudkan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran kesehatan antar pusat dan daerah harus ditempuh dengan menyelaraskan pendekatan dan jadwal waktu penyusunan perencanaan dan penganggaran antara kementerian terkait dan pemerintah daerah sesuai regulasi. 3. Untuk menjamin dukungan pendanaan APBD sesuai dengan prioritas kemampuan keuangan daerah, urgensi dan program yang mendukung percepatan pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat harus disosialisasikan kepada DPRD.
49 50
51
13
6 7
Musrenbang Kab/Kota (Maret) Forum SKPD Penyusunan Renja SKPD Kab/Kota (Maret) Musrenbang Kecamatan (Februari)
Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD (Juli-September) Pembahasan dan persetujuan Rancangan APBD dgn DPRD (Oktober-November) Evaluasi Rancangan Perda APBD (Desember)
10
1 12
11
BELANJA DAERAH
Pasal 18 PP Nomor 58 Tahun 2005 Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
Pasal 26 ayat (1) PP Nomor 58 Tahun 2005 Jo. Pasal 31 ayat (1) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kab/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan concurrent.
KEBIJAKAN PENGANGGARAN
TEKNIS PENGANGGARAN
Pasal 22 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut.
3 4
BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK) BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT PER UU BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM BELANJA LAIN-LAIN
BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN 20% DARI TOTAL BELANJA BELANJA URUSAN KESEHATAN 10% (DARI TOTAL BELANJA DILUAR GAJI) DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA BANTUAN PARPOL INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BELANJA MODAL
BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BANTUAN KEUANGAN BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA SUBSIDI
PROSES EVALUASI PERDA APBD PROVINSI & PERATURAN GUBERNUR TTG PENJABARAN APBD
Membuat RAPERGUB Sebesar Pagu APBD Tahun Lalu (15 hari)
PROSES EVALUASI PERDA APBD KAB/KOT & PERATURAN BUP/WAL TTG PENJABARAN APBD
Membuat RAPERBUP/WAL Sebesar Pagu APBD Tahun Lalu (15 hari)
RAPERDA APBD
Tidak Setuju
RAPERDA APBD
Tidak Setuju
DPRD
Setuju
DPRD
Setuju
MDN
(15 hari)
Hasil Evaluasi
GUBERNUR
(15 hari)
Hasil Evaluasi
Sesuai dgn UU 9
Sesuai dgn UU
10
35 30
28
21 15
30
25 20
15 10
10
2011
PROVINSI YANG MEMILIKI PORSI PAD TERTINGGI
PROVINSI TOTAL PENDAPATAN PAD NOMINAL PROSENTASE PROVINSI
2012
2011
PROPORSI URAIAN
2012
PROPORSI URAIAN NOMINAL % NOMINAL %
13
14
2011
%
2012
PROVINSI YANG MEMILIKI BELANJA PEGAWAI TERTINGGI
PROVINSI DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat TOTAL BELANJA 33,827,031 12,214,783 11,560,297 BELANJA PEGAWAI NOMINAL 10,053,911 1,673,665 1,650,063 PROSENTASE 29,72% 13,70% 14,27%
2008
96,12
26,18
27,2
5,57
5,80
3,43
3,60
21,25
22,11
23,73
24,68
2009
105,59
27,18
25,7
3,22
3,00
4,08
3,90
24,49
23,19
25,80
24,43
2010
113,13
29,84
26,4
3,41
3,00
3,45
3,00
26,95
23,83
26,30
23,24
Jawa Timur
2011
146,30
31,55
21,57
6,30
4,30
3,55
2,42
33,79
26,42
26,43
18,07
2012
146.95
33.68
22,92
13.35
9,09
1.58
1,07
35.69
24,29
30.72
20,91
Catatan: 1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah 2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 31 Provinsi *) Hibah dalam bentuk uang dan untuk Tahun 2012 belum termasuk Hibah Bos kepada satuan pendidikan dasar
15
16
2011
PROVINSI YANG MEMILIKI BELANJA MODAL TERTINGGI
PROVINSI TOTAL BELANJA 30,922,36 9,452,22 7,974,70 BELANJA MODAL NOMINAL 9,707,23 2,224,26 1,610,31 PROSENTASE PROVINSI
2012
PROVINSI YANG MEMILIKI BELANJA MODAL TERTINGGI
TOTAL BELANJA 33,827,03 10,100,00 6,367,55 BELANJA MODAL NOMINAL 11,196,56 2,835,10 1,627,54 PROSENTASE 33,10% 28,07% 25,56%
31.39%
23.70%
20.19%
URAIAN
Dana Bagi Hsl Pjk/Bkn Pjk Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
12,83% 15,35%
2011
25,74 22,55 1,31 49,60
2012
24,80 23,60 1,07
49,47
183,41 216,22
TOTAL
Catatan: 17 1. Diolah dari Data APBD Ditjen Keuangan Daerah 2. Data Tahun 2012 dengan jumlah 30 Provinsi
18
SINKRONISASI ANGGARAN PROGRAM/KEGIATAN PROVINSI MENDUKUNG 11 PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2012
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DAERAH Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total Provinsi Se- Indonesia TOTAL BELANJA 9,511,938,653,801.00 7,990,721,778,191.00 3,121,167,223,000.00 6,366,656,082,429.31 2,387,789,580,000.00 1,942,503,556,205.00 1,586,154,929,122.00 4,742,452,272,000.00 1,450,019,258,815.91 2,838,249,945,031.00 33,827,031,650,310.00 15,804,296,979,395.00 4,134,075,000,000.00 11,245,744,293,000.00 2,124,288,709,311.00 12,214,783,359,822.00 2,902,408,853,315.00 2,248,744,203,500.00 3,108,943,628,560.00 10,502,613,100,000.00 969,008,829,760.80 1,817,969,042,396.00 938,401,827,019.20 1,931,199,415,482.00 4,760,942,065,502.67 2,021,706,570,358.00 3,656,633,235,145.91 2,254,557,144,100.00 2,147,354,663,000.00 1,429,870,261,553.45 1,170,032,917,000.00 7,114,955,358,000.00 3,998,380,838,950.00 174,261,595,224,076.00 U.KESEHATAN 895,106,316,693.00 263,491,978,493.00 311,674,843,729.00 417,425,940,005.66 89,850,623,290.00 189,192,565,183.00 194,107,937,713.00 266,016,272,000.00 62,167,009,863.00 330,625,561,301.00 3,304,871,058,846.00 532,645,838,342.00 228,645,030,442.00 973,037,731,000.00 127,525,403,864.00 1,838,068,137,951.00 231,217,889,600.00 149,306,083,976.00 486,093,162,150.00 807,169,051,800.00 39,141,198,918.00 96,125,500,000.00 29,992,243,391.00 166,022,073,322.00 329,489,029,057.00 136,587,736,217.00 444,107,403,833.00 196,140,724,000.00 165,695,156,349.00 117,855,407,791.88 67,475,869,000.00 575,925,479,000.00 87,962,474,500.00 14,150,758,731,620.50 % 9.41% 3.30% 9.99% 6.56% 3.76% 9.74% 12.24% 5.61% 4.29% 11.65% 9.77% 3.37% 5.53% 8.65% 6.00% 15.05% 7.97% 6.64% 15.64% 7.69% 4.04% 5.29% 3.20% 8.60% 6.92% 6.76% 12.15% 8.70% 7.72% 8.24% 5.77% 8.09% 2.20% 8.12%
19
19
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN (diluar gaji) PROVINSI SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DAERAH Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total Provinsi Se- Indonesia TOTAL BELANJA 9,511,938,653,801.00 7,990,721,778,191.00 3,121,167,223,000.00 6,366,656,082,429.31 2,387,789,580,000.00 1,942,503,556,205.00 1,586,154,929,122.00 4,742,452,272,000.00 1,450,019,258,815.91 2,838,249,945,031.00 33,827,031,650,310.00 15,804,296,979,395.00 4,134,075,000,000.00 11,245,744,293,000.00 2,124,288,709,311.00 12,214,783,359,822.00 2,902,408,853,315.00 2,248,744,203,500.00 3,108,943,628,560.00 10,502,613,100,000.00 969,008,829,760.80 1,817,969,042,396.00 938,401,827,019.20 1,931,199,415,482.00 4,760,942,065,502.67 2,021,706,570,358.00 3,656,633,235,145.91 2,254,557,144,100.00 2,147,354,663,000.00 1,429,870,261,553.45 1,170,032,917,000.00 7,114,955,358,000.00 3,998,380,838,950.00 174,261,595,224,076.00 U.KESEHATAN/BL 746,247,711,788.00 190,135,374,063.00 202,643,845,100.00 293,717,583,295.00 53,511,115,000.00 109,380,400,000.00 109,534,385,500.00 209,223,084,000.00 31,079,005,580.00 253,919,085,000.00 2,681,095,937,777.00 421,639,761,786.00 213,000,000,000.00 718,461,073,000.00 91,651,904,207.00 1,422,133,831,550.00 130,207,537,100.00 25,087,065,050.00 353,760,758,150.00 565,239,517,800.00 22,483,222,350.00 36,105,000,000.00 13,482,560,000.00 102,126,451,613.00 36,105,000,000.00 62,235,936,538.00 359,256,962,293.00 103,489,530,000.00 89,644,766,349.00 41,481,525,213.18 31,483,725,000.00 421,833,466,000.00 71,022,874,500.00 10,212,419,995,602.20 % 7.85% 2.38% 6.49% 4.61% 2.24% 5.63% 6.91% 4.41% 2.14% 8.95% 7.93% 2.67% 5.15% 6.39% 4.31% 11.64% 4.49% 1.12% 11.38% 5.38% 2.32% 1.99% 1.44% 5.29% 0.76% 3.08% 9.82% 4.59% 4.17% 2.90% 2.69% 5.93% 1.78% 5.86%
06/02/2013
Perencanaan
Salah satu fungsi dalam fungsi manajemen yang terdiri dari - Planning, Organizing, Actuating, Controling, Evaluation
Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia (UU No 25/2004)
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
Perencanaan suatu langkah awal dalam proses memecahkan masalah yang terdiri dari analisis situasi, perumusan masalah, penentuan tujuan, penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan, dan penentuan sumber daya untuk melaksanakannya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan: a. Perencanaan harus didasarkan pemahaman sistem dengan baik. kepada analisis dan
2. Penentuan tujuan 3. Identifikasi & perumusan kegiatan 4. Integrasi rencana 5. Penyusunan Rencana Operasional
b. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.
6. Estimasi kebutuhan biaya (A&I Based Costing) 7. Integrasi Anggaran 8. Konversi Mata Anggaran SK Mendagri
DH-BP-BDG-070312
Ascobat G/P2KT-III/05
06/02/2013
Penentuan Kegiatan
Analisis situasi adalah proses untuk mengenali masalah kesehatan dan determinan masalah tersebut serta analisis hal-hal umum yang diperkirakan bermanfaat untuk program kesehatan. Analisis situasi sangat critical dalam perencanaan kesehatan
Pengorganisasian
Penentuan Tujuan
O A E
C
Evaluasi
Perlu data yg akurat dan up to date tentang: - Data geografi - Data demografi - Epidemiologi masalah kesehatan - Faktor resiko lingkungan - Faktor resiko perilaku - Pencapaian kinerja program - Sarana dan prasarana - Sumberdaya pembiayaan
Identifikasi Masalah
Deskripsi masalah:
1. Morbiditas (Prev/Insidens), Mortalitas
Kinerja Program
1. Essential Clinical Services (WB 1993) (1) KIA (2) KB (3) Pengobatan Tbc (4) Pengobatan PMS (5) Pengobatan kurang gizi pada anak
2. Distribusinya menurut klpok pddk 3. Distribusinya mnrt tempat 4. Disribusinya mnrt waktu 5. Sumber penyakit Resiko lingkungan: 1. Fisik 2. Biologis 3. Sosial Resiko perilaku: 1. Health belief 2. Health Seeking Behavior 3. Kebiasaan-2,dll
DH-BP-BDG-070312
2. Essential Services for the poor (SEARO/Tokyo 1998) (1) Maternal Child Health, Family Planning (2) Immunisasi (2) Th/ infectious diseases (Tb, malaria, DHF, etc) (4) Th/ of undernutrition (5) Health Promotion (6) Referal to hospital for MCH and communicable diseases
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
5. SPM, Permekes no. 741/Menkes/Per/VII/2008 3. Lima Program Terpadu (Posyandu) (1) Diare (2) ISPA (3) Gizi/penimbangan (4) Immunisasi (5) PKM
Tabel-2 Daftar SPM, Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008
No
Jenis Pelayanan
Indikator Kinerja
4.
Basic Six (1) KIA / KB (2) P2M (3) PKL (4) Perbaikan Gizi Masyarakat (5) Promkes (6) Pengobatan
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 3. Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan desa/kelurahan UCI 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian MP-ASI anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB aktif 13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 2 Pelayanan kesehatan rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota 3 Penyelidikan epidemiologi dan 17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penanggulangan Kejadian penyelidikan epidemiologi < 24 jam Biasa (KLB) 4 Promosi kesehatan dan 18. Cakupan desa siaga aktif Pemberdayaan masyarakat
Target 2010 2015 95% 80% 90% 90% 80% 90% 100% 90% 100% 100% 100% 70% 100% 100% 100% 100% 100%
80%
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
Penentuan tujuan
Yang ditentukan adalah tujuan tahun depan (target program tahun depan) Tujuan bisa bersifat output, bisa bersifat outcome Biasanya rencana tahunan, sulit mengukur perubahan outcome Biasanya cukup menentukan output program (misal: cakupan2) Tujuan harus punya indikator Indikator tsb harus memenuhi kriteria SMART - Specific (jelas sasarannya, mudah dipahami oleh pelaksana) - Measurable (dapat diukur kemajuannya) - Appropriate (sesuai dg kebijakan, dan strategi nasional, tujuan program, visi dan misi institusi) - Time bound (ada batas waktu pencapaiannya)
Tujuan:
Target/tujuan global Target/tujuan nasional Keadaan Masalah Target Renstrakes Daerah Tujuan (Rumusan I) Trend kinerja masa lalu Faktor internal Faktor eksternal
06/02/2013
Penentuan kegiatan
Kegiatan program kesehatan sudah baku Ada dalam pedoman-pedoman program Prinsipnya: kegiatan tersebut harus yg sudah terbukti cost effective Contoh kegiatan baku dlm program malaria: - Case detection & pengobatan - Vector control
- Pembagian kelambu
Kegiatan Manajemen
Pengembangan/ investasi
- Promkes
Kegiatan langsung
DH-BP-BDG-070312
Ascobat G/P2KT-III/05
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada dalam institusi tesebut agar kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
Pelaksanaan
Elemen-elemen dalam pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan - Input - Proses - Out-Put - Out come
1. UNDANG-UNDANG NO 25/2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) ; UU NO 25/2004 MENGATUR TENTANG PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA SKPD UNTUK MENYIAPKAN RENJA SKPD, KETERKAITANNYA DENGAN VISI DAN MISI RENSTRA SKPD DAN RPJMD . UNDANG-UNDANG INI JUGA MENEKANKAN KETERKAITAN ERAT ANTARA PENYUSUNAN RKPD DENGAN RENJA SKPD.
DH-BP-BDG-070312
UNDANG-UNDANG TERSEBUT MENGEMUKAKAN TENTANG RENCANA KERJA (RENJA) SKPD SEBAGAI PENJABARAN DARI RENSTRA SKPD UNTUK JANGKA WAKTU 1 (SATU) TAHUN YANG MEMUAT KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN BAIK YANG DILAKSANAKAN LANGSUNG OLEH PEMERINTAH DAERAH MAUPUN YANG DITEMPUH DENGAN MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT.
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
1. UNDANG-UNDANG NO 33/2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH ; UU 33 / 2004 MENYEBUTKAN TENTANG RKPD SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN RAPBD DAN RKA SKPD. UNDANG-UNDANG INI JUGA MENEKANKAN TENTANG PERLUNYA PENYUSUNAN RENJA SKPD DAN RKA SKPD BERBASIS PENGANGGARAN KINERJA. INI MENUNJUKKAN TENTANG PERLUNYA RKPD JUGA MENGGAMBARKAN TARGET CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SEHINGGA MUDAH UNTUK DITRANSFORMASIKAN KEDALAM RENJA SKPD DAN RKA SKPD.
1. UNDANG-UNDANG NO 17/2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA . UNDANG UNDANG 17/2003 INI TIDAK MENGATUR SECARA EKSPLISIT TENTANG RENJA SKPD, NAMUN MENGATUR TENTANG PERANAN DAN KEDUDUKAN RKPD DALAM KAITANNYA DENGAN PERUMUSAN KUA APBD DAN RAPBD. UNDANGUNDANG INI MENEKANKAN TENTANG PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA (PERFORMANCE BUDGETING) DAN SERTA PRINSIP- PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN YANG MELIPUTI AKUNTABILITAS, PROFESIONALITAS, PROPORSIONALITAS, KETERBUKAAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN OLEH BADAN PEMERIKSA YANG BEBAS DAN MANDIRI.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
TENTANG
6. PERATURAN PEMERINTAH NO 59/2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 59/2007 YANG MERUPAKAN PENJABARAN PERATURAN PEMERINTAH NO 58/2005 TELAH MENGATUR SECARA RINCI MEKANISME, PROSES, DAN PROSEDUR PENYUSUNAN PENGANGGARAN TAHUNAN DAERAH, TERMASUK DIDALAMNYA RKPD, KUA, PPAS, RKASKPD, RAPBD, DAN APBD. MENGINGAT PENYUSUNAN RENJA SKPD MENGACU PADA RKPD, MAKA RENJA SKPD JUGA PERLU MENCERMINKAN KERANGKA PENGANGGARAN YANG DIATUR DALAM PERMENDAGRI TERSEBUT. UNTUK ITU, RENJA SKPD PERLU MENGGUNAKAN KERANGKA FUNGSI, URUSAN WAJIB, DAN URUSAN PILIHAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM MENGANALISIS ISU STRATEGIS, MERUMUSKAN STRATEGI, KEBIJAKAN, DAN MENETAPKAN PRIORITAS PROGRAM DAN KEGIATANNYA, SETIAP PROGRAM DAN KEGIATAN PERLU MEMPUNYAI TOLOK UKUR DAN TARGET KINERJA CAPAIAN PROGRAM YANG JELAS. PERMENDAGRI 59/2008 TELAH MENETAPKAN PROGRAM DENGAN KODE PROGRAMNYA SERTA KODE REKENING SETIAP KEGIATAN YANG PERLU DIIKUTI OLEH SETIAP SKPD .
PP 58/2005 INI MENYEBUTKAN BAHWA RENJA SKPD MERUPAKAN PENJABARAN DARI RENSTRA SKPD YANG DISUSUN BERDASARKAN EVALUASI PENCAPAIAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
7. PERATURAN PEMERINTAH NO 38 / 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN / KOTA . PP 38 / 2007 INI SECARA NYATA MENYEBUTKAN TENTANG URUSAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA MELIPUTI URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN. URUSAN PEMERINTAHAN YANG WAJIB DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH ADALAH ERAT KAITANNYA DENGAN PELAYANAN DASAR, SEDANGKAN UNTUK URUSAN PILIHAN ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG SECARA NYATA ADA DAN BERPOTENSI SERTA MENJADI UNGGULAN DAERAH TERSEBUT. KONSEKUENSI DARI ADANYA URUSAN WAJIB DAN PILIHAN TERSEBUT DAERAH WAJIB MENGALOKASIKAN ANGGARANNYA UNTUK OPERASIONAL PELAYANAN DASAR TERSEBUT MELALUI MEKANISME PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEBAGAIMANA DIATUR DENGAN UU 25/2004 DAN PP 8/2008..
8. PERATURAN PEMERINTAH NO 8/ 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH. PP 8/2008 MENGEMUKAKAN BAHWA KEWAJIBAN SKPD UNTUK MENYUSUN RENSTRA DAN RENJA SKPD YANG BERPEDOMAN PADA RPJMD DAN BERSIFAT INDIKATIF SERTA DISUSUN DENGAN MENGGUNAKAN DATA DAN INFORMASI. RENJA SKPD DIBAHAS DALAM FORUM SKPD YANG DISELENGGARAKAN BERSAMA ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS KEGIATAN PEMBANGUNAN . PROGRAM PRIORITAS URUSAN WAJIB DAN PILIHAN MENGACU PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL SESUAI KONDISI NYATA DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
9. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP) INPRES TERSEBUT MEWAJIBKAN SETIAP SKPD/INSTANSI PEMERINTAH SEBAGAI UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN NEGARA UNTUK MEMPETANGGUNGJAWABKAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA SERTA KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DENGAN DIDASARKAN PADA SUATU PERENCANAAN STRATEGIK (RENSTRA) YANG DITETAPKAN OLEH MASING-MASING SKPD/INSTANSI PEMERINTAH. PERTANGGUNGJAWABAN TERSEBUT BERUPA LAPORAN YANG DIDSAMPAIKAN KEPADA ATASAN MASING-MASING, LEMBAGA LEMBAGA PENGAWAS DAN PENILAI AKUNTABILITAS DAN AKHIRNYA DISAMPAIKAN KEPADA PRESIDEN. LAPORAN TERBUT DISEBUT DENGAN ISTILAH LAKIP.
SECARA EXPLISIT PP 41 / 2007 TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN PENYUSUNAN RENJA TAHUNAN SKPD, TETAPI PADA PP 41 TERSEBUT PADA PASAL 25 DISEBUTKAN BAHWA UNTUK ORGANISASI DINAS DAERAH TERDIRI DARI (1) SATU SEKRETARIAT DAN PALING BANYAK 4 (EMPAT) BIDANG . SEKRETARIAT MEMBAWAHI 3 (TIGA) SUB.BAGIAN, DAN BIDANG MEMBAWAHI 3 (TIGA) SEKSI. DARI 4 (EMPAT) BIDANG YANG DIREKOMENDASIKAN TENTUNYA MEMPERKECIL PELUANG TERBENTUK BIDANG BINA PROGRAM YANG MENGKOORDINIR PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM . BILA HAL TERSEBUT TERJADI AKAN MEMPERLEMAH DINAS KESEHATAN DALAM HAL PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM DIKARENAKAN KEWENANGAN UNTUK MELAKUKAN KOORDINASI IDEALNYA OLEH BIDANG BINA PROGRAM SETINGKAT ESSELON III.
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
Bbrp kelemahan perencanaan (atas dasar pegamatan) * Kaku, rule driven (sulit dirubah karena terikat peraturan) - Program, kegiatan, sumberdana terikat pada peraturan baku - Isinya sulit dirubah/disesuaikan dengan perubahan yg bisa terjadi sepanjang tahun.
Contoh: Alokasi anggaran bersumber pemerintah seperti DAK peruntukannya tidak fleksibel sesuai kebutuhan daerah, DAK penggunaannya hanya diperbolehkan untuk fisik. Untuk daerah yang fisiknya sudah mencukupi, menjadi tdk efektif kalau anggaran tsb digunakan lagi untuk fisik, disisi lain untuk operasional masih sangat kurang.
Daerah belum sepenuhnya mengikuti kebijakan dan regulasi dari pusat, demikian juga pusat harus dapat membaca kesulitan daerah. Belum ada sinkronisasi dalam perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah. Anggaran lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan tidak langsung seperti manajerial. Untuk program-program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti KIA, Immunisasi pembiayaannya sangat kecil (sumber data DHA ), demikian juga untuk program Promotif dan Preventif sangat kecil, akibatnya pembiayaan untuk kuratif menjadi besar.
*Tidak evidence based - Kelemahan dalam melakukan analisis situasi - Kelemahan sistem informasi kesehatan - Kelemahan informasi/pengetahuan ttg faktor-faktor yg berkaitan dengan suatu masalah kesehata
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
* Historical planning - rencana tahun lalu ditambah-tambah sedikit, 10%,15%, dll * Target tahun depan tidak realistis - Sering mengikuti saja target emosional - Tidak didasarkan pada trend pencapaian masa lalu - Tidak didasarkan pada prospek ketersediaan sumberdaya thn yad * Fragmented - tidak ada kordinasi antara program, apalagi integrasi - sering disebut karena egoisme program - tapi bisa juga karena perencanaan top-down (sudah terfragmentasi dari atas) *
DH-BP-BDG-070312
Budget driven: - target dan kegiatan didasarkan pada flafond anggaran yg tersedia (budget based targeting) - perencana pasif, tidak mau menghitung besaran masalah, trend kinerja dll Benang merah logika problem solving tidak jelas - perencanaan dilakukan tanpa mind-set tentang siklus pemecahan masalah - tidak ada konsisten antara masalah dan tujuan dan kegiatan dan alokasi sumberdaya
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
Anggaran kesehatan terlalu kecil Dibandingkan dengan kebutuhan normatif (US$ 12/capita, nilai tahun 1993, menurut World Development Report 1993) Kebutuhan rill setelah dihitung dgn P2KT, hasilnya 3 4 kali dari ketersediaan anggaran selama ini Juga ada kekurangan relatif, artinya program P2PL dan Promkes relatif lebih kecil dibanding anggaran RS
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
Realisasi Terlambat
Karena proses birokrasi anggaran berkepanjangan Sinyalemen: penggunaan hak budget oleh legislatif berlebihan Dampaknya: waktu pelaksanaan program sangat pendek Pelaksana program bergulat dengan urusan SPJ Akhirnya: kinerja program tidak mencapai target Atau: kalaupun mencapai target, mutunya rendah (misal: UCI campak tercapai, tapi KLB campak tetap terjadi karena lemahnya manajmen cold chain
Kurang Biaya Operasional - Biaya operasional sangat menentukan kinerja program - Kekurangan biaya operasional akibat kecenderungan belanja fisik - Bisa juga karena kelemahan data ttg biaya satuan kegiatan operasional (UC kunjungan lapangan, UC fogging, dll) Fenomena Pyramida terbalik - Anggaran terpakai banyak untuk kegiatan capacity building, pelatihan, pertemuan kordinatif - Sebagai contoh: anggaran dekon membengkak, PK-nya ada di propinsi, sering mengundang org kabupaten ke propinsi - Pekerjaan di kabupaten/kota terganggu Kinerja dan Anggaran
Kecenderungan Fisik
Ini biasa terjadi karena sdh diantisipasi realisasi akan terlambat, lebih baik diusulkan sarana fisik, bisa selesai dlm waktu relatif pendek
- Pengaggaran cenderung berorientasi pada belanja faktor input (belanja barang) - Lemah dalam mengkaitan anggaran dengan output - Ini akibat kelemahan dalam perencanaan
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
06/02/2013
Cenderung Kuratif - Kewajiban memberikan jaminan kepada penduduk miskin anggaran untuk rawat jalan dan rawat inap naik - Anggaran untuk promotif dan preventif mendapat dampaknya - Bisa juga karena eksekutif pemerintah memiliki persepsi tidak tepat ttg pembangunan kesehatan: - Kesehatan identik dengan RS, alat canggih, tenaga spesialis, dll
Peuruntukan Kaku Mau tidak mau harus ikuti nomenklatur program dan mata anggaran sesuai peraturan (SPM dan Permendagri No. 59/2007) Daftar SPM ternyata tidak memasukkan program tertentu secara spesifik (misal malaria dan tbc) Mata anggaran dalam Permendagri No. 59/2007 tidak mencakup mata anggaran yang diperlukan dalam program kesehatan
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
Bocor Tidak usah dibahas Semua sudah tahu apa maksudnya Kalau mau sharing pengalaman boleh sampaikan
Solusi
1). Siklus pemecahan masalah perlu dilakukan dimulai dari - Analisis situasi - Identifikasi masalah - Penentuan Tujuan - Penentuan Kegiatan - Penentuan Sumber daya - Pengorganisasian - Pelaksanaan - Monitoring - Evaluasi
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
10
06/02/2013
Renja KL
Pedoman
RKAKL
Pemerintah Pusat
Diacu Pedoman
RPJP Nasional
Diacu
RPJM
Nasional
RKP
RAPBN
APBN
Diperhatikan Pedoman
RPJP Daerah
RPJM Daerah
Dijabar kan
RKP daerah
Diacu
Pedoman
RAPBD
APBD
Pemerintah Daerah
Pedoman
Renstra SKPD
Pedoman
Renja SKPD
Pedoman
RKA SKPD
UU SPPN
UU KN/PERMENDAGRI 59/07
= Terdapat penyelarasan Renja KL dan kegiatan Dekon/TP dengan rancangan RKPD (PP 20/2004 Pasal 6) = Terdapat penyelarasan Renja KL menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi/kegiatan, termasuk alokasi sementara untuk Dekon/TP (PP 21/2004 Pasal 10)
DH-BP-BDG-070312
DH-BP-BDG-070312
x x x x x x x x x x x x x x x x x
11
06/02/2013
TUGAS DAN FUNGSI DINKES Berdasarkan :Pergub 32 Tahun 2009 SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN
PUSAT PROVINSI DAN KAB/KOTA
Tugas Pokok Dinkes Provinsi : melaksanakan urusan Pemda bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Fungsi : 1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan kesehatan. 2. Penyelenggaraan Urkes meliputi : regulasi dan kebijakan kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit; serta sumber daya kesehatan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas kesehatan meliputi : regulasi dan kebijakan kesehatan; pelayanan kesehatan; penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit; serta sumber daya kesehatan. 4. Penyelenggaraan tugas kesekretariatan. 5. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD.
LANDASAN HUKUM
PP RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. PP RI Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
SINERGITAS PUSAT, PROVINSI DAN KAB/KOTA DALAM PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN SESUAI URUSAN
IK
MDGs
UHH
EKPOD 8 INDIK
UPAYA KES
SDM KES
KEMITR AAN
URUSAN PROVINSI PADA PP 38 TAHUN 2007, PERDA 10/2009 DAN PERDA 11/2010 TTG SKP
06/02/2013
MDG 2015
8 Tujuan
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT RPJMD 2008-2013
Kondisi Awal Capaian Target Midterm Target 2013 (Tahun 2007) Tahun 2009 (2011) MISI PERTAMA : Mewujudkan Sumberdaya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing 1 Angka Rata-rata Lama 7,5 tahun 7,58 tahun***) 9 - 9,5 tahun 10 - 10,5 tahun Sekolah ***) 2 Angka Melek Huruf 95,32% 95,60% 95 - 96% 97 98% 3 Angka Kematian Bayi 40,26/1.000 38/1.000 KH5) 35-36/1.000 KH 33-34/1.000 KH (Kelahiran Hidup/KH) KH (2006) 4 Angka Kematian Ibu 321/100.000 321,15/100.000 215-220/100.000 205-210/100.000 (Kelahiran Hidup/KH) KH (2003) KH5) KH KH 5 Indeks Pembangunan 60,8 (2006) 61,81 (2008)10) 63-64 65-66 Gender 6 Indeks Pemberdayaan 54,4 (2006) 55,51 (2008)10) 61-63 64-65 Gender No Indikator Kinerja
Maternal Health
34 per 1000 KH (Jabar 39/1000 KH) 228 per 100.000 KH ( Jabar 321,1/ 100.000 KH thn 2003)
23 per 1000 KH (Menurunkan 2/3 nya dari tahun 1999) 102 per 100.000 KH (Menurunkan 3/4 nya dari tahun 1999)
EDUCATION
Comm. Diseases
GENDER
ENVIRONMENT
CHLD HEALTH
PARTNERSHIP
18,8%
RPJPN
DIACU
PEDOMAN
RPJMN
RKP
DIACU DAN DISERASIKAN
DIACU
DIPERHATIKAN
PEDOMAN
RENJA K/L
RPJPD PROV
PEDOMAN
RPJMD PROV
RKPD PROV
DIACU DAN DISERASIKAN
DIACU
DIACU
PEDOMAN
PEDOMAN
RPJPD K/K
RPJMD K/K
PEDOMAN RENSTRA SKPD K/K
RKPD K/K
DIACU PEDOMAN RENJA SKPD K/K
06/02/2013
NOVEMBER
DESEMBER
50 Dokumen persetujuan Raperda ttg APBD antara kepala daerah bersama DPRD
35 31 Pembahasan ranc. KU APBD antara kepala daerah bersama DPRD Pembahasan bersama ranc. PPAS antara DPRD dan kepala daerah
38 Penetapan KU APBD & PPAS kedalam Nota Kesepakatan antara kepala daerah dg pimpinan DPRD
26 Penetapan Pergub ttg RKPD 1 Peny. Evaluasi Kinerja 2 Hasil Evaluasi 3 RPJM RPJMD prov. Ranc. Awal RKP 4 Peny Ranc Awal RKPD 5 Dokumen Rancangan Awal RKPD 16 - Ranc. RKP & Ranc. Renja KL - Ranc. RKPD kab/kota - Hasil forum SKPD kab/kota - Renstra/RPJMD kab/kota 15 Dokumen Rancangan RKPD 14 Penyusunan Rancangan RKPD 17 Pelaks Pra Musrenbangprov & Musrenban g prov. 18 Dok BA Hasil Musrenbangprov 19 Penyusunan ranc. Akhir RKPD & Rapergub 20 Dok. Ranc Akhir RKPD & Rapergub 23 Penelaahan/ asistensi ranc. Akhir Renja SKPD
37 36 Dokumen KU Ranc. APBD & PPAS PPAS yg yg tlh tlh disepakat disepakati bersama i 39 Nota Kesepakatan kepala daerah dg pimpinan DPRD ttg KU APBD dan PPAS
51 Kepala daerah menyi apkan/menyusun Raperkada ttg penja-baran APBD 52 Dokumen Raperkada ttg penjabaran APBD
53 Penyampaian persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD 54 Dok Persetujuan bersama thd Raperda ttg APBD & Raperkada ttg penjabaran APBD
58 Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD 57 Penetapan kepala daerah thd Raperda APBD dan Raperkada ttg penjabaran APBD menjadi Perda ttg APBD & Perkada ttg penjabaran APBD
Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Program Bina Gizi & KIA Program Pembinaan Upaya Kesehatan
40 Penyu dok pedoman peny. RKA SKPD 41 Dok. pedoman peny. RKA SKPD
24
45 Pembahasan dg Tim Anggaran Pemda ttg kesesuaian dg KU APBD, PPAS, prakiraan maju, capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga & SPM
48 Raperda ttg APBD, nota keuangan, ranc. APBD 47 Peny. Raperda ttg APBD & dok pendukungnya oleh PPKD 46 RKA SKPD yg telah ditelaah oleh Tim Anggaran Pemda
59 65 PPKD menyiapkan PPKD mengesahkan 66 ranc. DPA SKPD dg surat DPA SKPD yg telah pemberitahuan persetujuan Sekda disah-kan oleh PPKD kpd SKPD utk 64 menyusun ranc. DPA SKPD Ranc. DPA SKPD hasil verifikasi 67 oleh Tim Anggaran Pemda Penyampaian DPA 60 SKPD kpd kepala SKPD 63 Surat Verifikasi ranc. DPA SKPD Pemberitahuan oleh Tim Anggaran Pemda
Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Program Kefarmasian dan Alkes Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
6 Peny eval. kinerja SKPD 7 Hasil Evaluasi 8 Peny.Ranc. Renja SKPD 9 Renstra SKPD, Tupoksi SKPD & hsl forum SKPD kab/kota, hsl Musrenbang kab/kota
10 Dok Ranc RenjaSKPD 11 Hasil forum SKPD kab/kota, hasil Musren kab/kota 12 Pelaksanaan Forum SKPD 13 Kesepakatan hasil forum SKPD
Penyempur naan ranc. Renja SKPD& penetapan peraturan kepala SKPD ttg Renja SKPD 25 Dok Renja SKPD
44 Penyampaian RKA SKPD kpd PPKD untuk dibahas oleh Tim Anggaran Pemda
61 Kepala SKPD menyusun ranc. DPA SKPD & menyampaikan kpd PPKD utk verifikasi oleh Tim Anggaran Pemda 62 Rancangan DPA SKPD
55 Evaluasi Mendagri
56 Keputusan Mendagri ttg hasil evaluasi Raperda APBD & Raperkada penjabaran APBD
INTERVENSI SINKRONISASI DALAM ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN DARI BERBAGAI SUMBER DANA
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BERBAGAI SUMBER DANA
KONSULTASI DGN PUSAT TTG SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI DAN KAB/KOTA DI PROVINSI SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI DAN KAB/KOTA DI PROVINSI SINKRONISASI & KOORD PERENC PUSAT PROVINSI DAN KAB/KOTA DI KAB/KOTA INFORMASI KEBIJAKAN PROGRAM PUSAT DAN PROVINSI
Musrenbangnas (April Mei) MUSRENBANG PROVINSI (AWAL APRIL) MUSRENBANG KAB/KOTA (AWAL MARET) MUSRENBANG KECAMATAN (februari) MUSRENBANG DESA/KEL (januari)
06/02/2013
OUTPUT
HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PER KAB/KOTA RUMUSAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KES 2013 RENCANA USULAN KEGIATAN PROVINSI DAN KAB/KOTA DARI BBG SUMBER DANA
PERTEMUAN SINKRONISASI DAN KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PADA MG 2 MARET
DRAFT KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN SERTA DESK PROGRAM DAN ANGGARAN PADA PRAMUSRENBANG PERWILAYAH MG KE 3 DAN MG KE 4 BULAN MARET
KONSULTASI DENGAN PUSAT TTG PROGRAM DAN ANGGARAN PROVINSI DAN KAB/KOTA
KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA MUSRENBANG PROVINSI AWAL BULAN APRIL
MUSRENBANGNAS
HASIL KINERJA 2011 KEBIJAKAN PROGRAM KES PROV 2013 MATERI SINKRONISASI PROTAP PENGUSULAN KEGIATAN DAN ANGGARAN RKA PROV 2013 RKA KAB/KOTA 2013 PENDUAN DISKUSI KELOMPOK
JML MAS
1 2 3 4 5 6
Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi
83.62 76.23 78.0 76.31 78.49 95.4 59.26 69.76 76.9 46.31 68.16 90.0 98.6
96,55
0 0 4
JUMLAH MASALAH
KATAGORI MASALAH
7
8 9
NO
1 2 3
4
5 6 7 8 9
10
11 12 13 14 15 16 17
(5X1)+(2x2)= 9 SEDANG PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA (3X1)+(6x2)=17 BERAT BERDASARKAN KATAGORI MASALAH 3 Kab. Cianjur (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG Kota Tasikmalaya 67,07 98,75 3,45 85,86 99.82 10.43 0.91 93.1 79.41 83.09 83.5 4 Kab. Bandung (2X1)+(4x2)=10 SEDANG Kab. Indramayu Kota Cimahi 2 57,37 94,24 50,14 84,76 81.45 10,43 0,91 89.4 79.25 74.04 87.7 5 Kab.Kab. Garut SubanG (5x1)+(3x2)= 11 SEDANG Kota Banjar 3 72,51 85,01 82,15 72,88 1. Kab Sukabumi 1. Kab Bogor 1. Kab Karawang 85.98 1.87 0.23 86.2 79.98 78.37 75.7 6 Kab.Tasikmalaya (2X1)+(6x2)=14 BERAT Kab.Bogor JAWA BARAT 74,53 67,2 51,35 8.09 0.94 88.01 48.07 82.02 75.9 81.01 85.60 8.6 SKORE Kota Bogor 2. Kab Tasikmalaya 2. Kab Cianjur 2. Kt Bogor 7 Kab. Ciamis (3X1)+(4X2)=11 Kab. Purwakarta SEDANG NASIONAL 11,3 3,7 92.09 80.6 69.7 84.38 85.45 94 8.7 1.85 73.1 80 52 Kota Cirebon JUMLAH 238 3. Kab Bandung 3. Kota Sukabumi (4X1)+(3X2)= 11 8 Kab. Kuningan SEDANG Kab. Cirebon 3. Kab Majalengka KETERANGAN : angka nas angka Jabar < angka Nas < angka Jabar 31 RATA2 : 9,33 4. Kab Bandung Barat 4. Kab Garut 4. Kota Bekasi 9 Kab. Cirebon (4X1)+(3X2)= 11 SEDANG Bila angka jabar lebih tinggi dp angka nasional maka angka jabar jadi patokan tertinggi BERAT : > 12 5. Kab Ciamis 5. Kota Depok 10 Kab. Majalengka (2X1)+(6x2)=13 BERAT Kab. Sumedang 11Cimahi Kab. Sumedang (3X1)+(2X2)=7 SEDANG : 6-12 SEDANG 6. Kab Kuningan Kota Kab. Majalengka JML Kota SukabumI KABUPATEN 12 Barat Kab. Indramayu (3X1)+(3x2)=9 MAS SEDANG 7. Kab Cirebon RINGAN : <6 Prev ImM KN Kab. Bandung Prev API CDR AK Gi CamKN1 LENGPN K4 K1 HIV AB JAGA Gibur MAL TBC TBC 13 Kab. Subang SEDANG rang pak KAP Kota Bandung(2x1)+(3x2)=8 8. Kab Sumedang Kab. Bogor 82,88 80,55 13,74 9 73.72 86.11 82,40 88.88 8.84 1.03 95.1 72.2 14 Kab. Purwakarta (4X1)+(2X2)= 8 SEDANG 9. Kab Indramayu Kab. Kuningan 0,59 Kab. Sukabumi 65,13 66,70 4 8.55 0.89 46.07 73.18 67.7 77,34 95.14 87.1 15 Kab. Karawang (4X1)=4 RINGAN Kab. BandunG 0 Kab. Cianjur 78,49 80,83 39,63 3 10. Kab Subang 10.15 1.35 57.80 78.37 63.2 77,67 91.19 94.3 16 Kab. Bekasi (2X1)+(5x2)=12 SEDANG Kab. Bandung 76,17 94,55 51,54 3 7.56 0.91 42.90 59.60 58.3 70,52 94.21 91.8 Kab. 78,55 Sukabumi 11. Kab Purwakarta 0,56 Kab. Garut 82,74 42,46 5 17 Kab Bandung Brt (4X1)+(5x2)=14 BERAT 7.12 1.01 69.93 93.87 74.1 93.9 82.32 0,11 12. Kab Bekasi Kab.Tasikmalaya 79,71 60,44 65,22 18,21 4 6,51 1,01 90.19 96.04 79.8 87.3 85.48 3X1 = 3 RINGAN Kab. Cianjur 18 Kota Bogor 0,92 Kab. Ciamis 63.00 69,76 63,93 88,13 74,65 2 5.85 0.46 73.74 69.2 79.3 96.81 Kota Tasikmalaya Kota Banjar 13. Kota Bandung 3X1=3 19 Kota Sukabumi RINGAN 4,18 Kab. Kuningan 73,57 74,10 90,15 1 7.68 1.26 66.64 78.38 79.3 86.3 89.06 14. Kota Cirebon (5X1)+(2x2)= 9 Bandung Kab. Cirebon 80,56 92,34 22,65 20 Kota 2 SEDANG Kab. Garut 11.54 1.68 72.56 85.59 81.2 84,72 98.27 88.8 100 Kab. Majalengka 64,53 80,26 94,03 8 (3X1)+(2X2)=7 15. Kota Tasikmalaya 9.45 1.13 29.71 28.46 68.2 82.1 82.57 21 Kota Cirebon SEDANG Kab. Sumedang 82.68 87,61 62,92 83,80 31,41 2 8.85 0.88 89.42 84.9 89.0 88.53 (1X1)+(1X2)=3 Kota Bekasi 22 16. Kota Cimahi RINGAN 46,4 Kab. Indramayu 55.71 79,76 45,28 94,94 2 Kab. Tasikmalaya 7.75 0.52 82.13 79.0 92.2 91.78 Kab. Ciamis (3X1)+(1X2)=5 Kota Depok 23 RINGAN Kab. Subang 64.38 64,33 73,70 95,98 78,87 3 17. Kota Banjar 6.22 0.58 60.45 59.2 88.3 97.08 Kab. Purwakarta 51.86 86,50 53,31 51,97 83,06 3 24 Kota Tasikmalaya (3X1)+(2X2)=7 SEDANG 5.63 0.86 78.46 81.4 100.5 92.22 Kab. Karawang 73.94 84,95 80,50 96,30 69,89 3 7.83 1.04 86.62 82.9 95.4 99.89 (5X1)+(3X2)= 11 25 Kota Cimahi SEDANG Kab. Bekasi 53.76 77,03 54,23 98,26 49,83 5 5.48 0.48 58.12 74.2 95.5 93.47 Sumber: Dinas Kesehatan (4X1)+(3X2)= 10 26 Kota Banjar SEDANG Kab Bandung Brt 81,43 56,06 87,30 86.45 19.28 7
#DIV/0! #DIV/0! 105.4 98.46 79.21
88,35
98,19
4
1
Kab. Bekasi
Kota Depok
5,13
0,70
90.4
56,15
57,72
BERAT
SEDANG
RINGAN
(5X1)+(2x2)=
Ket :
berat
sedang ringan
10.81
67.99
81.3 75.9
41.10
JAWA BARAT
NASIONAL
8.28 11,3
88.01 92.09
48.07 80.6
82.02 69.7
81.01 85.45
85.60 94
8.6 8.7
0,36 1.85
67,2
73.1
74,53 80
51,35 52
84.38
06/02/2013
PROPORSI BESAR ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN SUMBER DANA TAHUN 2011
APBN APBD PROV APBD KAB KOTA
YANDAS 5 3,754,070,000 3,515,200,000 4,021,860,000 3,641,000,000 2,364,560,000 4,804,330,000 4,305,980,000 1,782,410,000 2,504,420,000 1,690,520,000 6,562,880,000 3,503,100,000 4,010,780,000 4,305,050,000 5,878,280,000 2,961,960,000 1,652,120,000 2,792,770,000 2,156,300,000 1,787,120,000 1,625,300,000 10,281,290,000 79,901,300,000
TOTAL
28,874,460,000 27,836,630,000 18,286,570,000 8,261,900,000 23,666,590,000 10,151,070,000 19,399,010,000 14,716,180,000 13,227,090,000 10,929,950,000 9,829,190,000 19,126,610,000 15,068,360,000 9,790,270,000 9,225,260,000 15,795,290,000 16,528,360,000 17,344,030,000 8,716,890,000 4,194,390,000 5,832,600,000 6,104,550,000 16,896,760,000 3,699,160,000 9,960,010,000 22,915,950,000 366,377,130,000
27%
39%
34%
2,702,550,000 5,169,000,000 2,787,600,000 5,509,200,000 3,468,000,000 4,488,600,000 2,702,550,000 3,212,850,000 4,828,800,000 4,233,450,000 3,468,000,000 1,767,000,000 4,148,400,000 3,382,950,000 2,787,600,000 2,107,200,000 1,341,750,000 1,160,850,000 6,104,550,000 1,767,000,000 905,700,000 1,852,050,000 2,702,550,000 90,146,400,000
5,559,350,000 14,856,590,000 4,998,910,000 9,085,480,000 6,942,200,000 6,956,080,000 3,722,980,000 4,925,820,000 7,734,930,000 7,331,810,000 6,322,270,000 3,447,480,000 7,341,840,000 13,145,410,000 7,678,150,000 3,647,730,000 1,200,520,000 1,878,980,000 2,973,460,000 1,006,340,000 1,482,660,000 9,932,110,000 169,329,430,000
DANA APBN (TP & DAK) TAHUN 2012 RSUD, LABKESDA KAB/KOTA & RSJ PROVINSI
NO KABUPATEN/ KOTA 1KAB. BOGOR NO RS RSUD RSUD UPTD 4 RSUD 5 RSUD 6 RSUD 7 RSUD 8 RSUD 9 RSUD 10 UPTD 11 RSUD 12 RSUD 13 RSUD 14 RSUD 15 RSUD 16 RSUD
1 2 3
RUMAH SAKIT
DANA ALOKASI KHUSUS 1,705,880,000 1,705,880,000 1,628,611,000 1,861,269,000 1,633,424,000 933,385,000 1,166,731,000 2,799,760,000 2,824,600,000 2,257,710,000 1,245,604,000 1,743,846,000 3,020,480,000 1,627,195,000 1,830,595,000 3,207,890,000 2,208,620,000 3,843,040,000 -
2KAB.
SUKABUMI
3KAB.
CIANJUR
4KAB. 5KAB.
6KAB. 7KAB.
SUMEDANG GARUT
CIBINONG CIAWI LABKESDA LEUWILIANG (B) SEKARWANGI PELABUHAN RATU JAMPANG KULON CIANJUR CIMACAN LABKESDA CILILIN (B) SOREANG MAJALAYA CICALENGKA SUMEDANG Dr. SLAMET PAMEUNGPEUK (B) KAB. TASIK (B) CIAMIS MAJALENGKA CIDERES "45" KUNINGAN ARJAWINANGUN WALED INDRAMAYU PATROL SUBANG BAYUASIH KARAWANG
Kab Kota
KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA
KAB. KARAWANG
Jamkesda Kabkota
20,982,580,000 8,566,472,005 5,136,703,000 43,532,855,923 6,369,412,183 1,900,000,000 250,000,000 4,600,000,000 400,000,000 2,800,000,000 4,000,000,000
15,000,000,000
Jamkesda Kabkota
44,378,166,000 10,000,000,000 9,160,459,146 35,540,063,676 1,500,000,000 500,000,000 2,000,000,000 3,300,000,000 1,600,000,000 400,000,000 1,389,200,500 884,100,000 5,000,000,000
26,004,237,000
10.27 3.64 6.15 6.59 4.46 4.76 5.30 4.80 5.37 9.57 0.42 1.23 0.68 1.18
5.45
4.90 3.12 #DIV/0! 2.21 1.03 #DIV/0! 3.12 1.32 2.95 #DIV/0! 1.30 1.06 0.67 4.29
0.57
RSUD RSUD RSUD 20 RSUD 21 RSUD 22 RSUD 23 RSUD 24 RSUD 25 RSUD 26 RSUD 27 RSUD 28 RSUD 29 RSUD
17 18 19
17KAB.
BEKASI
16 17
18
32,717,279,296 2,567,364,980
46,834,091,267
7,583,200,000 4,500,000,000
480,000,000
2,123,018,173,785 1,198,403,512,438
1,052,577,506,898
1.54 0.21
4.45
42,813,963,642
22,120,841,000
12,000,000,000 7,601,889,000
6,000,000,000
1,926,031,272,393
1,036,822,288,204
2.22 #DIV/0!
2.13
33
RSUD
DEPOK
19 20 21 22 23 24 25 26
KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR TOTAL
34
RSUD
4,000,000,000
3,500,000,000 -
35 RSUD
36
RSUD
RSKIA 38 RSJ
37
23KOTA
TASIKMALAYA
39
RSUD
40
33,250,000,000
45,813,780,000
41
42
43
06/02/2013
Bantuan Keuangan Gubernur untuk RSUD Tahun 2010 dan Tahun 2012
NAMA KEGIATAN
Pemenuhan dan Peningkatan Sarana Prasarana RSUD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perencanaan dan Pembangunan Gedung Layanan Gakin 11 12 13 14
NAMA RSUD
Kota Bekasi Cimacan Kab. Cianjur Kab. Cianjur Pelabuhan Ratu Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Cideres Kab. Indramayu Pameungpeuk Arjawinangun Kota Tasikmalaya Kab. Bekasi Gunung Jati Cirebon Sekarwangi Kab. Sukabumi TOTAL
2010
1,5 Milyar 6 Milyar 1 Milyar 1,5 Milyar 7 Milyar 2 Milyar 1,5 Milyar 1 Milyar 3,5 Milyar 5 Milyar 30.000.000.000
2012
8.730.458.000 8.730.458.000 8.730.458.000 13.808.626.000 40.000.000.000
TAHUN
2011 214,058,100 20,145,660
179,625,000
413,828,760
489,182,577
Renstra OPD/Biro
10 Februari 2012
19 22 Maret 2012
7 - 11 Mei 2012
20
23 30 April 2012
16 20 April 2012
2.
Belum terlaksananya proses perencanaan yang formal dan sistematis berdasarkan rasa tanggung jawab; Lemah dalam menganalisa dan menelaah keputusan yang telah diambil dan yang akan timbul;
17
3.
14 - 31 Mei 2012
21
11 Juni 2012 22 Pengesahan Renja OPD/ Biro Tahun 2013 melalui Peraturan Gubernur
29 Juni 2012 Penetapan Renja OPD/Biro Tahun 2013 melalui Peraturan Kepala OPD
06/02/2013
MATERI
SINKRONISASI DAN SHARING ACTIVITIES KEGIATAN UTAMA BIDANG KESEHATAN ANTARA DEPKES RI DINKES PROV DAN KAB/KOTA DI JAWA BARAT
Tujuan
Menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan antar pusat dan daerah
PERTEMUAN FORUM KORRDINASI BIRO PERENCANAAN DEPKES DENGAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA SE JAWA BARAT LEMBANG 12 S/D 14 NOVEMBER 2008
KONSEP
Operasionalisasi dari PP 38 (2007) Membangun kemitraan dimana pusat. Provinsi and kab/kota saling mengisi/melengkapi dalam mencapai tujuan bersama berfokus pada kesehatan ibu dan anak serta intervensi terkait yang berdampak langsung pada AKI, AKB and AK Balita :
gizi Penyakit infeksi pada anak Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi Malaria TB, HIV/AIDS dan lainnya sesuai dengan epidemiologi setempat
HAL-HAL DIPERHATIKAN:
1. 2. 3. 4. 5. RUANG LINGKUP NORMA (Apa yang seharusnya) ANALISIS PEMBERLAKUAN KHUSUS PERUMUSAN KERJASAMA MOU
Target untuk outcomes dan intervensi perlu ditentukan, kegiatan dijabarkan, tanggung jawab diidentifikasi, implikasi sumber daya ditentukan dan Masalah spesifik akan diidentifikasi di mana diperlukan upaya kerjasama utk menyelesaikannya
06/02/2013
NORMA
RUANG LINGKUP
WUS
NORMA
HAMIL KB (CU) TT2+
Indikator Antara
BAYI/BALITA
NASIONAL REGIONAL
LOKAL (KAB/KOTA)
Indikator
Kesehatan Anak
Layanan Inti
layanan neonatus Immunisasi campak, DPT3 MTBS (penanganan pneumonia, diarrhea) Gizi esensial (gizi konsul kehamilan & kehamilan, menyusui, makanan tambahan, micronutrients)
FISCAL CAPACITY
a. I. Fiscal CapacityIII. daerah Pro-equity Besaran masalah b. Alokasi APBD unt Kes Capacity Peningkatan BESAR ALOKASI Basis c. ManajemenAlokasi Kes Daerah Building APBN APBD
Formula
MISKIN
Indikator Nasional
MDGs Angka Kematian Balita Angka Kematian Bayi Cakupan imunisasi sebelum usia 1 tahun (campak)
SPM
Indikator daerah
HARUS DISEPAKATI RENSTRA DINKES
80% komplikasi
neonatal tertangani (2010) 90% bayi mendapat kunjungan post-natal (2010) 100% cakupan layanan vaksinasi di masyarakat (2010) 100% anak dengan ASI mendapat makanan tambahan (2010) 100% anak gizi buruk ditangani (2010)
II.KHUSUS: II. IV. MEMENUHI PRINSIP Eppidemiological Peningkatan HOW TO ALLOCATE KECIL ADVOKASI * Unit Cost THE SCARCITY OF Alokasi APBN Burden of Disease RESOURCES
UNT KES
Cap. Build
Pendampingan
06/02/2013
Indikator
Kesehatan Ibu
Layanan Inti
Antenatal care Pertolongan Persalinan oleh NAKES Layanan PONED/K KB STI (deteksi, pengobatan)
Indikator
Malaria
Layanan Inti
Mencari Pengobatan segera Diagnosis dan Penanganan yang efektif Profilaksis bagi Ibu Hamil Kleambua berinsektisida dan materi lainnya
Indikator Nasional
MDGs AKI Cakupan persalinan ditilong Nakes Ankga Prevalensi Konstrasepsi Angka Kelahiran paa Remaja (Adolescent birth rate) Cakupan Antenatal care (K1, K4) Unmet needs for family planning
SPM
90% persalinan ditolong oleh
Nakes (2015) 80% kehamilan berisiko tinggi mendapat penanganan layak (2015) 100% akses thdp layanan gawat darurat di tiap kab/kota (2015) Angka prevalensi KB mencapai 70% pada 2010 Cakupan K4 mecapai 95% pada 2015 90% Ibu mendapatkan akses layanan post-partum pada 2015
Indikator Daerah
HARUS DISEPAKATI RENSTRA DINKES
Indikator Nasional
MDGs Angka insiden dan kematian terkiat malaria Proporsi balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida (insecticide-bed nets) Proporsi balita mendapat pengobatan malaria secara tepat
SPM
100% deteksi dan penanganan malaria pada 2010
Indikator Daerah
HARUS DISEPAKATI RENSTRA DINKES
Indikator
TB
Layanan Inti
DOTS
Indikator
HIV/AIDS
SPM Indikator Daerah
HARUS DISEPAKATI RENSTRA DINKES
Indikator Nasional
MDGs Angka insidens, prevalensi, kematian terkait TB Cakupan deteksi TB dna pengobatan melalui program DOTS
Layanan Inti
- Blood safety -Surveilens -- Perubahan Perilaku melalui Komunikasi - Penggunaan Kondom - Uji & Konseling Sukarela (VCT) -Pencagahan transmisi dari Ibu dan anak - Aksese thdp Obat - ProgramTB terpadu - Diagnosis & manajemen pasien - Pelayanan bg anak yatim dan anak rentan lainnya
Indikator Nasional
MDGs Cakupan populasi dengan infeksi lanjut HIV mendapat akses thdp obat retrovial (ARV)
SPM
100% deteksi dan penanganan kssus pada 2010
Indikator Daerah
HARUS DISEPAKATI RENSTRA DINKES
06/02/2013
Penyakit Menular pada Anak2 yang dapat Dicegah dengan Vaksinasi Malaria
Outcome/evaluation: Penurunan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan Vaksinasi Outcome/evaluation: Penurunan angka kematian akibat Malaria(kelompok umu rbalita dan kelompok umur lainnya)
TB
Outcome/evaluation: Angka Kejadian TB: Jumlah kasus baru pada tiap 100.000 penduduk Outcome/evaluation: seroprevalence HIV pada usia15 -24
HIV/AIDS
INTERVENSI / KEGIATAN 1. Strandar dan Regulasi 2. Pemenuhan dan Pelatihan SDM 3. Pemberdayaan Masyarakat 4. 5. 6. 7. Promosi Kesehatan Perbaikan Gizi Penyediaan Obat dan vaksin Peningkt. Alkes Yankes Dasar dan Rujukan
8. Peningkt. Kualitas Yankes Dasar dan Rujukan 9. Penyediaan Biaya Operasional 10. Penelitian/Kajian Survei 11. Penguatan R/R 12. Pembinaan 13. Dll
10
06/02/2013
PEMBAGIAN PERAN PEMBAGIAN PERAN KEGIATAN DAN SUBKEGIATAN PEMBAGIAN PERAN NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN PUSAT PRO KAB/ CONTOH KEC/ Desa NO. KEGIATAN/SUBKEGIATAN SASARAN PRO KAB/ KEC/ DESA PUSK UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN AKI PUSAT VINSI VINSI KOTA PUSK KOTA
NO.
RS PONEK 24 JAM
1.
PEMBAGIAN PERAN
VPUSAT
V V
KEGIATAN/SUBKEGIATAN Sosialisasi
Kab
RS Kab
PRO VINSI V
V
KAB/ KOTA V
V
KEC/ PUSK
DESA
2.
Puskesmas DSOG
1.
Pengadaan Stiker
Biaya Pertemuan Rutin di Puskesmas Sosialisasi FasilitasI On The Job Training Kampanye
NO . 1
2.
3. 3.
KEGIATAN/SUBKEGIATAN Kab
SASARAN
V V
V V
PEMBAGIAN PERAN
VV V
V V VV V
PUSAT V V
V
4.
4. 5. 4.
Dokter Re-orientasi di Pusat, Provinsi, Kabupaten Puskesmas Ormas dan Puskesmas Bidan Desa 2 Audit Pelayanan Kunjungan Rumah : Monitoring dan Evaluasi DSOG Bumil Kab Dokter Puskesmas Bidan Desa
PRO V V VINSI V
5
V
V
KAB/ KOTA
6
V
3
V
4
V V V
V V
H.
F.
6. 7.
5.
1.
Lokakarya DTPS
Kab/Kota V
V Kab/Kota
V V
V
V
VV
PELAYANAN KB BERKUALITAS 8 Buku KIA Penyempurnaan 2. Pengadaan Pendampingan 1. Pengadaan Alakon PUSKESMAS PONED
Biaya Operasional RS PONEK Advokasi
Bumil Hasil
Aseptor
UTD RS Pemda RS Kab
RS Kab
B D
V V V
V V
5.3.
Kab/Kota
V V
V V V
V V V V
3.
Peningkatan Sarana
Puskes.
V
V
V V
2.
4
V V
V
V
G.
5.
Perawat
Kab/Kota
V V
V
V
V
3.
3.
3. 4. 5.
VV
Bidan Dr.
v v V
V V V
v
V v
V V V V
Puskesmas
DSOg
APBD
Kab/ Kota 7
11
06/02/2013
PEMBAGIAN PERAN PERAN PUSAT PUSAT PROVINSI PROVINSI DAN KABUPATEN KABUPATEN KOTA KOTA DALAM DALAM DAN MDGs PEMBAGIAN DAN PENCAPAIAN IPM IPM DAN DAN MDGs PEMBAGIAN PERAN PENCAPAIAN MDGs NO. KEGIATAN SASARAN
NO KEGIATAN C RS PONEK 24 JAM NO 1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas KEGIATAN 1 2 . I PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN 1APembiayaan 2 Pelatihan Petugas yankesPONEK maskin2 B PUSKESMAS PONED 1 Jamkesmas 2 jamkes Provinsi 1 Peningkatan Sarana dan Fasilitas 3 On The Job Training
4 1 2
PEMBAGIAN PERAN PUSAT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA DALAM PENCAPAIAN IPM
SASARAN
RS vertikal SASARAN 3 RS Provinsi RS Kab DSOG 3 Dokter maskin BPS Bidan maskin non bangunan DSOG kuota alat Dokter kesehatan Bidan jamkesmas DSOG pemeliharaan maskin Dokter non dokter kuota Bidan RS Puskesmas Provinsi jamkesmas bidan RS Pemda
PUSAT 4
PUSAT PROVINSI KAB/KOTA 100% PEMBAGIAN PERAN 4 5 6 50% 50% PUSAT PROVINSI KAB/KOTA 100% 50% 50% 100%
50% 4 50% 50%
APBN
Dekon TP DA K 5 Prov
APBD
Kab/ Kota 7 Kec/ Pusk 8
APD
Desa
40% 50%
50%
3 2 9
5
Audit Pelayanan
100%
100% 100%
100%
BPembiayaan persalinan D BERFUNGSINYA UTD / UTD RS 1. ibu bersalin 1 jaminan Peningkatan Sarana II 2 PENINGKATAN KESEHATAN IBU Pelatihan Tenaga UTD 2 DI Pelatihan Petugas PONED 3 Fasilitas AP4K SETIAP PUSKESMAS
4 1 5
Sosialisasi
Kampanye F. 3 PELAYANAN KB BERKUALITAS 3 Fasilitasi 1 Pengadaan Alakon 4 Re-orientasi di Pusat, 2 Pelatihan Petugas
KABIDANG ttd
H.
Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas Kunjungan RumahKB Audit Medik Pelayanan 6 Peningkatan Fasilitasi 3 Biaya Operasional Puskesmas DISTRICT TEAM PROBLEM 7 Monitoring dan evaluasi 3.1. Dalam Gedung 5 3
1 2 3 Lokakarya DTPS Pendampingan Penyempurnaan Hasil 3.2. Luar Gedung Advokasi
Bidan desa ibu UTD bersalin perawat Dokter Bidan Bumil Ormas Perawat Ormas Provinsi PUS Maskin Ormas Dokter Kab/Kota Bidan Puskesmas Bumil Dokter
Bidan Kab/Kota Puskesmas Kab/Kota Kab/Kota
100% 100%
V V
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% V 100% 100% 100%
100% 100% 100%
DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG AKAN DIKERJASAMAKAN DEPKES, DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT TAHUN 2009-2010
DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG AKAN DIKERJASAMAKAN DEPKES, DISKES PROVINSI DAN KAB/KOTA SE JAWA BARAT TAHUN 2009-2013
EXCELL
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE JUM JUMLAH PERSENTASE JUM JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE DAN SUMBER BIAYA DAN SUMBER BIAYA LAH DAN SUMBER BIAYA 2009- LAH DAN SUMBER BIAYA DAN SUMBER BIAYA 2010 2013 2009 2011 2012 BIA SUBTARGE BIA SUB SUB APBD APBD YA APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD APBD SUB PROG KEGI T YA APBN/P APBN/P APBN/P APBN/P APBN/P BIDA KEGIAT BIDA RAM ATAN KINERJ 200 PROVIN KAB/KO 200 PROVIN KAB/KO PROVIN KAB/KO PROVIN KAB/KO PROVIN KAB/KO NG AN HLN HLN HLN HLN HLN SI TA SI TA SI TA SI TA SI TA 9 NG A 9201 AB AB AB AB AB AB ABS % ABS % ABS % % ABS % ABS % % ABS % ABS % % % ABS % % % ABS % 3 S S S S S S 1. 1. Pence Bantu Pengad Upaya Pence gahan an aan alat 919 919 Kes. gahan dan Peng suntik 9,19 4,59 1,83 2,75 1,83 ,55 367, 551, 1,83 919, 367, 551, 1,83 919, 367, 551, 1,83 ,55 367, 551, dan Pena adaan 0,05 ml 5,51 7,75 9,10 8,65 9,10 1,7 820, 731, 9,10 551, 820, 731, 9,10 551, 820, 731, 9,10 1,7 820, 731, Pemb nggul Alat Desa 7,50 8,75 3,50 5,25 3,50 50. 700. 050. 3,50 750. 700. 050. 3,50 750. 700. 050. 3,50 50. 700. 050. eranta angan suntik 0.00 0.00 50 0.00 20 0.00 30 0.00 00 50 00 20 00 30 0.00 00 50 00 20 00 30 0.00 00 50 00 20 00 30 0.00 00 50 00 20 00 30 UCI san Penya dan Pengad Penya kit Safet aan alat 10, 10, kit Menul y box suntik 101, 50,6 20,2 30,4 20,2 136 20,2 10,1 20,2 10,1 20,2 136 ar Immu 0,5 ml 368, 84,2 73,6 10,5 73,6 ,84 73,6 36,8 73,6 36,8 73,6 ,84 4,05 6,08 4,05 6,08 4,05 6,08 4,05 6,08 nisasi 4,73 2,10 4,73 2,10 4,73 2,10 4,73 2,10 431, 15,7 86,3 29,4 86,3 3,1 86,3 43,1 86,3 43,1 86,3 3,1 00.0 50.0 00.0 50. 00.0 50.0 00.0 50.0 00.0 50. Cakupa 500. 50.0 7,26 5,89 7,26 5,89 7,26 5,89 7,26 5,89 00 0 50 0 20 0 30 0 00 50 0.00 20 0.00 30 0 0 50 0.00 20 0.00 30 0 0 50 0.00 20 0.00 30 0 00 50 0.00 20 0.00 30 n Pengad aan alat 587 587 suntik 5 5,87 2,93 1,17 1,76 1,17 ,79 235, 352, 1,17 587, 235, 352, 1,17 587, 235, 352, 1,17 ,79 235, 352, ml 7,90 8,95 5,58 3,37 5,58 0,3 116, 674, 5,58 790, 116, 674, 5,58 790, 116, 674, 5,58 0,3 116, 674, 3,12 1,56 0,62 0,93 0,62 12. 124. 187. 0,62 312. 124. 187. 0,62 312. 124. 187. 0,62 12. 124. 187. 0.00 0.00 50 4.00 20 6.00 30 4.00 00 50 80 20 20 30 4.00 00 50 80 20 20 30 4.00 00 50 80 20 20 30 4.00 00 50 80 20 20 30
JUMLAH PERSENTASE DAN SUMBER BIAYA 2013 APBD APBD APBN/P PROVIN KAB/ HLN SI KOTA AB AB AB % % % S S S 919 1,83 ,55 9,10 1,7 3,50 50. 0.00 00 50 10, 20,2 136 73,6 ,84 86,3 3,1 00.0 50. 0 00 50 587 1,17 ,79 5,58 0,3 0,62 12. 4.00 00 50 367 ,82 0,7 00. 00 20 4,0 54, 737 ,26 0.0 0 20 235 ,11 6,1 24. 80 20 28, 870 ,42 9.8 0 20 4,6 86, 544 ,51 4.6 0 20 551 ,73 1,0 50. 00 30 6,0 82, 105 ,89 0.0 0 30 352 ,67 4,1 87. 20 30 43, 305 ,64 4.7 0 30 7,0 29, 816 ,77 1.9 0 30
Safety Box
72, 72, 72, 721, 360, 144, 216, 144, 176 28,8 43,3 144, 72,1 28,8 43,3 144, 72,1 28,8 43,3 144, 176 28,8 43,3 144, 176 760, 880, 352, 528, 352, ,07 70,4 05,6 352, 76,0 70,4 05,6 352, 76,0 70,4 05,6 352, ,07 70,4 05,6 352, ,07 745. 372. 149. 223. 149. 4.5 29.8 44.7 149. 74.5 29.8 44.7 149. 74.5 29.8 44.7 149. 4.5 29.8 44.7 149. 4.5 00 50 50 00 20 50 30 00 0 50 0 20 0 30 00 0 50 0 20 0 30 00 0 50 0 20 0 30 00 0 50 0 20 0 30 00 0 50 11, 23,4 716 32,7 ,36 22,5 1,2 73.0 86. 0 50 50 11, 23,4 716 32,7 ,36 22,5 1,2 73.0 86. 0 50 50 11, 23,4 716 32,7 ,36 22,5 1,2 73.0 86. 0 50 50
TOTAL
12
06/02/2013
Public-private contracting
Tantangan
Target setting
Apa implikasi dari sumber daya? Di mana sumber daya ini bisa didapatkan?
Tenaga, Fisik, Keuangan Pembangunan, Rutin
Epidemiologi
Permasalahan kesehatan apa yang spesifik di daerah? Bagaimana daerah menyikapinya? Manajemen Informasi Kesehatan yang Adekuat Sistem Manajemen Keuangan dan Administrasi yang adekuat * * * Butuh bantuan teknis, layanan konsultasi dari Pusat?
Untuk kinerja manajemen Untuk penyediaan layanan kesehatan
13
Siklus Utama Aktivitas Perencanaan Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran Provinsi & Kabupaten/Kota
Oleh : Kabid Renstik Bappeda Provinsi DIY
1
Unlimited Learning Experience Unlimited Learning Experience
PROSES PERENCANAAN
1. Proses Politik Pemilihan Presiden/kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik, khususnya penjabaran Visi, Misi dalam RPJM/D 2. Proses Teknokratik Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu 3. Proses Partisipatif Perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan (stake holder), al. Melalui musrenbang. 4. Proses Bottom-Up dan Top Down Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas kebawah, atau dari bawah ke atas menurut jenjang pemerintahan.
1.Proses Politik
Telaah atas hasil Forum SKPD & Rencana tindak lanjut dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert
Long list Usulan Kab/Kota Verifikasi: long list menjadi short list Short List Usulan Kab/Kota
2-9 April
Top Down
Trilateral Desk
Penutupan Musrenbang
Penggunaan data dan informasi, serta kapasitas SDM dan institusi dalam proses penyusunan prioritas pembangunan RKPD Provinsi Tahun 2012
Persiapan Penyusunan RKPD
2. Proses Teknokratik
RPJMD
Tema
10 Prioritas
23 Sasaran
244 Program
Jika program/kegiatan tidak sesuai dengan indikator sasaran yang harus dicapai (telah ditetapkan), maka program/kegiatan yang diusulkan akan terpental/tertolak/tidak bisa masuk karena tidak punya kontribusi terhadap Indikator Sasaran (target yg hrs dicapai).
Interface www.jogjaplan.com yang berbasis web
Unlimited Learning Experience Unlimited Learning Experience
3. Proses Partisipatif
RPJMD
4. Proses Buttom-Up
Forum Lintas Sektor & Lintas Wilayah
Pasca Musrenbang
Masyarakat dapat berpartisipasi pada setiap tahapan Musrenbang terutama di Forum SKPD dan Gabungan (baik sektoral maupun kewilayahan), serta melalui surat, telepon, ataupun website Bappeda
Unlimited Learning Experience
5. Proses Top-Down
Hirarki Perencanaan
Arahan Pusat (Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu) Telaah atas hasil Forum SKPD & Rencana tindak lanjut dari Bidang2 sektoral Bappeda dikombinasi dengan konsep Expert Entry di Aplikasi Jogjaplan 19-26 Maret 12-20 Maret Pembukaan Musrenbang Forum SKPD 28 Maret Forum Gabungan SKPD 27 Maret
Penyaji Kepala SKPD
Penyaji Kabid Bappeda
UKPPD
Top Down
Rancangan RKPD
Penyaji Kab/Kota
RENJA KL
Pedoman
RKA - KL
RINCIAN APBN
Pemerintah Pusat
RPJP NASIONAL
pedoman
RPJM NASIONAL
Pedoman
dijabarkan
diacu
RPJMD 2009-2013
dijabarkan
RKP
Pedoman
RAPBN
APBN
RPJP DAERAHggara n
pedoman
diacu
RPJM DAERAH
RENSTRA SKPD
PERENCANAAN
diperhatikan Pedoman
RKPD
dijabarkan
PERGUB
RKPD
Pedoman
KUA PPAS
Pedoman
RAPBD
APBD
Pemerintah Daerah
KUA
PPAS 2012
dijadikan dasar
NOTA KESEPAKATAN
Pedoman
RENJA SKPD
Pedoman
RKA SKPD
PENJABARAN APBD
PENGANGGARAN
Unlimited Learning Experience
APBD 2012
Pentingnya Keterkaitan
Ketahanan Pangan
RKP
Infrastruktur Iklim Investasi dan Usaha Energi Lingkungan Hidup dan Bencana
RKPD
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bidang Perekonomian Bidang Kesejahteraan Rakyat
Visi RPJPD
Visi RPJMD
Tema RKPD
RKP
RKPD DIY
Bantul Gunungkidul Pengembangan Usaha Masyarakat dan Daya Dukung Pariwisata Serta Peningkatan Pelayanan Dasar
Misi 2: Pariwisata
Prioritas 3: Pariwisata
Prioritas 5: Iklim Investasi & Usaha Prioritas 6: Infrastruktur Prioritas 7: Penanggulangan Kemiskinan
Sleman
Peningkatan kesejahteraan dan percepatan pemulihan pasca bencana melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan yang berkualitas
Kota Yk Mewujudkan visi kota yogyakarta dengan jiwa dan gerakan segoro amarto
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan IPTEK, mengoptimalkan sumber daya alam berwawasan lingkungan serta mengembangkan daya saing ekonomi lokal berbasis penanggulangan bencana
Prioritas 10: Pengarusutamaan Gender Unlimited Learning Experience Unlimited Learning Experience
Pentingnya Konsistensi
Anggaran 2.124.288.709.311
Unlimited Learning Experience
34
244
2.364
Ranc. Awal RKPD Ranc. Awal Renja-SKPD Ranc RKPD Musrenbang Ranc. Akhir RKPD
RKPD
Pasca Musrenban g
Sidang Kelompok
Musrenban g
APBD
Pasca Musrenbang
Sidang Kelompok
Musrenbang
Forum Gabungan
Musrenban g
Sidang Kelompok
Unlimited Learning Experience Unlimited Learning Experience
Pra Musrenba ng
Pembukaan Musrenbang
Forum SKPD
Rangkaian Acara Musrenbang Provinsi DIY Tahun 2012 Forum Gab SKPD Penutupan Musrenbang Trilateral Desk Forum Kab/Kota
Forum SKPD
Forum Gabungan
RKPD
Pasca Musrenbang
Unlimited Learning Experience
Usulan Kab/Kota
Menjadi
Lebih substansial & terbuka terhadap partisipasi masyarakat (waktu 1 bulan) Kombinasi Fokus dan Lokus (Keterkaitan antar sektor) Trilateral Desk (membahas persandinganpersandingan guna mensinergikan kab/kota, prov, dan pusat) Didukung Aplikasi Jogjaplan, SIPR, SIPD dan Web Monev
Unlimited Learning Experience
Top Down
Top Down
Pembukaa n Musrenban g
Forum SKPD
Trilateral Desk
Terima kasih
10
2/6/2013
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA BIDANG KESEHATAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROV DIY Dr. SARMINTO, M.KES
Pusat
Daerah
SKPD/ Unit2
SINKRONISASI
Sinkronisasi
Kebijakan Pusat Provinsi Kab/kota
Perencanaan
Penganggaran
2/6/2013
Kebijakn Kab/kota
Kebijakan Provinsi
1. kematian akibat penyakit degeneratif ; kardiovaskuler, diabetes dll 2. kematian & Kesakitan akibat akibat kecelakaan dan rudakpaksa 3. gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih 4. prevalensi penyakit TB 5. prevalensi HIV/AIDS d 6. kematian & Kesakitan DBD, dan malaria 7. penyakit akibat penyalahgunaan Napza dan IMS 8. aksesibilitas terhadap yankes yg berkualitas 9. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap beban pembiayaan kesehatan.
1. d
Renstra Depkes
RPJMD Renstra Kota Sinkronisasi Renstra Bantul Renstra Klprogo Renstra Gnkidul Renstra Sleman Kebijakan Pokok DInkes Rakor Program2 dg Kab/kota Renstra SKPD Dinkes DIY Sintesa & Usulan Rakor Program2 di Pusat Rakerkesda
Kematian Umum
Kematian Balita
Kematian Bayi
Kematian Ibu
MASALAH PRIORITAS
Status Gizi
Penyakit Tidak menular CVD - Jantung, Stroke, Hipertensi dll Diabetes Mellitus
Sinkronisasi Sinkronisasi
NAPZA
Kecelakaan
2/6/2013
Sediaan farmasi per bekalan kes &makanan Pendidikan Kesehatan dan SDM
Pembiayaan kesehatan
Harapan
Sinkronisasi dalam permasalahan pokok Sinkronisasi dalam arah kebijakan Sinkronisasi dalam manajemen
Perencanaan Penganggaran Evaluasi
Contoh Program / kegiatan yang berhasil disinkronkan melalui sharing dana (2012)
Malaria (APBD Provinsi >< APBD Kab Kulon Progo) TFC (APBD Prov >< APBD G Kidul dan K Progo) Penanganan Gizi Buruk/Gizi Kurang (APBN >< APBD) UKBM / Desa Siaga (APBN versus APBD Prov >< APBD Kab/kota) Kab/kota Sehat (APBD Prov >< APBD kab/kota) Pengembangan Pasar Sehat (APBD Prov >< WHO) Audit Maternal Perinatal ( APBD Prov ><APBD kab/kota) Survailance Penyakit ( APBN >< BBTKL><APBD Prov ><APBD kab/kota) Pengendalian Penyakit dan KLB ( APBN >< BBTKL><APBD Prov ><APBD kab/kota) dll
Implementasi :
Pusat - Provinsi kab/kota Pemerintah Swasta Masyarakat LSM Lintas Sektoral (horisontal vertikal di DIY) Lintas Program Unit termasuk UPT Lintas Penyandang Dana (BHLN-Donor dll)
2/6/2013
Permasalahan Sinkronisasi
Jenis
Dis-sinkron antar Level (Pusat Daerah) Dis-sinkron antar Fungsi (Lintas Sektor) Dis-sinkron antar Program (internal)
Ancaman
PROSES 2013\rekap rinci per kab diambil dari sheet renja dinkes 2013 pasca quality.xlsx
Outcome : Pencapaian tujuan Pembangunan nasional dan daerah Impact : inefisiensi inefektifitas Output : kekacauan sistem pembangunan kes.
2/6/2013