Anda di halaman 1dari 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila konsumsi Hemogobin jauh dibawah ambang batas yang ditentukan. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan trimester II ( Muryanti, 2006 ). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi, jenis pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Kekurangan zat besi (Fe) dalam tubuh pada ibu hamil salah satunya karena perdarahan menahun atau berulang di semua bagian tubuh. Faktor resiko defisiensi zat besi (Fe) terjadi pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal (Mulyanti, 2006). Anemia merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu melahirkan di negara sedang berkembang. Untuk Indonesia, hasil SKRT (1995) mencatat kematian ibu sebesar 373 orang untuk setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut untuk Jawa Barat dan NTT meupakan yang trtinggi yaitu 686 orang, sedangkan yang terendah adalah Jawa Tengah yaitu 246 orang ( Soekirman , 2000). 2. Penyebab Anemia Anemia terjadi disebabkan oleh kekurangnya zat besi dalam darah, yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Kekurangan besi dalam tubuh akan berakibat yaitu: a. Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama berasal dari sumber hewani. b. Kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi ( malaria dan penyakit kronis lainnya misalnya TBC). c. Kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan , sering melahirkan dan infeksi cacing. d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan. 3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan pada ibu hamil

Menurut Mochtar (1998) klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut: a. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu bagi wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang memerlukan asupan besi dianjurkan untuk diberikan tablet besi. Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. b. Anemia Hipoplastik Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum pemecahan sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan diantaranya darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulasi. c. Anemia Hemolitik Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau oemecahan sel darah merah yang lebih cepat pembuatannya. Gejala utama kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital 4. Upaya pencegahan dan penaggulangan anemia Upaya pencegahan dan penaggulangan anemia pada dasarnya adalah dengan mengatasi penyebab pada anemia dan biasanya dikarenakan adanya penyakit yang melatar belakangi yaitu antara lain penyakit TBC, infeksi cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemianya, perlu dilakukan pencegahan yaitu: a. Meningkatkan konsumsi besi yang bersumber dari makanan sumber hewani yang mudah diserap (hati, ikan, daging dan lain-lain). Serta penambahan vitamin C yang dapat membantu pembentukan besi dan proses pembentukan kadar hemoglobin dalam darah. b. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. c. Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat.

d. Suplemen besi atau pemberian tablet besi yang merupakan suatu upaya dalam pencegahan dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia yang terbanyak adalah anemia kekurangan besi. B. Zat Besi 1. Definisi besi Zat besi adalah mineral makro, selama zat tersebut terdapat dalam jumlah yang relatif kecil di dalam tubuh. Mineral tersebut memainkan peranan yang sangat penting dalam kesehatan dan gizi, sementara itu kekurangan gizi yang di sebabkan kekurangan besi sering terjadi. Mineral tersebut dalam darah dan dalam sel tubuh. Kebanyakan zat besi dalam sel darah merah merupakan bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah. Zat besi berfungsi dalam sintesa dan metabolisme sel merah. Mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen yang diperlukan sel dan karbondioksida dari sel paru-paru. Besi juga diperlukan melepas tenaga dalam tubuh (Suhardjo, 1986). Pada dasarnya, semua zat besi dalam tubuh berasal dari pangan. Setelah tubuh menyimpan persediaan pokok akan zat besi tersebut, kebutuhan tubuh disediakan dari 3 sumber : a. Jika sel merah usang, besi didalamnya dilepaskan untuk dipakai kembali. b. Tubuh menyimpan besi dalam hati, limpa, sumsum tulang dan mineral tersebut dapat diperoleh selama persediaan masih cukup. c. Besi tambahan yang diperlukan harus disediakan lagi oleh pangan. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama masa pertumbuhan, selama datang bulan atau waktu lain ketika darah hilang dan selama hamil dan menyusui. Dengan demikian, kebutuhan seseorang akan zat besi boleh dikatakan kecil, tetapi untuk bayi, anak-anak yang sedang tumbuh dan wanita sampai mereka mencapai setengah baya adalah lebih besar. Jika tidak tercukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang dikenal dengan anemia ( kurang darah), anemia sangat sering terjadi karena konsumsi pangan yang tidak cukup mengandung

besi,peningkatan permintaan tubuh akan besi selama pertumbuhan, hamil, menyusui, kehilangan darah, atau terlalu sedikit besi yang diserap dari tempat perecernaan.

Seorang ibu yang dalam hamilnya telah menderita kekurangan garam besi, tentulah tidak dapat memberikan cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Sesungguhnya bayipun telah mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukan bahan-bahan makanan yang banyka mengandung garam besi, akibatnya bayi itupun akan menderita anemia. Kebutuhan zat besi bagi seorang wanita hamil sama pentingnya dengan garam lain. Zat besi adalah unsur yang sangat penting dalam pembuatan darah, karena untuk janin juga harus buat darah, maka dengan sendirinya selama hamil juga kebutuhan akan garam ini semakin banyak. 2. Fungsi Zat Besi Didalam setiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein-protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen. Zat besi juga meningkatkan kemampuan belajar. Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan sampai remaja. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap otak terutama pada reseptor saraf, jika kepekaan seresptor saraf dapat berakibat hilangnya reseptor tersebut sehingga daya konsentrasi dan daya ingat kurang serta kemampuan belajar terganggu. Besi juga memegang dalam peranan tubuh dalam sistem kekebalan tubuh dan pelarut obat-obatan yang tidak larut air karena oleh enzim yang mengandung besi dapat dikeluarkan dari tubuh (Almatsier,2002). 3. Metabolisme Zat Besi Pada dasarnya ada lima proses metabolisme yaitu pemyerapan, transportasi, pemanfaatan dan pengawetan, penyimpanan, pembuangan (ekresi). Besi didalam makanan yang dikonsumsi berada dalam ikatan ferri (umumnya dalam pangan nabati) maupun ikatan ferro (umumnya dalam pangan hewani). Besi yang terbentuk ferri oleh getah lambung, direduksi menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh sel mukosa usus. Adanya Vitamin C dapat membantu proses reduksi. Plasma darah disamping menerima besi berasal dari penyerapan makanan, juga menerima besi dari simpanan pemecahan hemoglobin. Jumlah besi yang diserap diganti sebanyak 30-40 mg. Dari jumlah ini hanya 1 mg yang berasal dari makanan. Banyaknya besi yang dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin umumnya sebesar 20-25 mg perhari. Pada kondisi dimana sumsum tulang

berfungsi baik, dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin sebesar enam kali. Besi yang berlebihan akan disimpan sebagai cadangan didalam sumsum tulang, hati dan limfa. Ekresi besi dari tubuh sebanyak 0,5-1,0 mg perhari, dikeluarkan bersama urine, keringat dan feses. Dapat pula melalui perdarahan, mestruasi dan saluran urine (Soehardjo, 1992). 4. Sumber Zat Besi Sumber zat besi yang paling baik adalah makanan hewani, seperti daging, ayam dan ikan, sumber besi lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacangkacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pada dasarnya besi dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi didalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Kandungan besi beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 1 TABEL 1 NILAI BESI BERBAGAI BAHAN MAKANAN (mg/hr) Nilai Fe 2,7 2,4 1,5 1,2 0,7 6,2 3,9 2,9 2,7 2,5 0,5 1,5

Nilai Besi Berbagai Bahan Makanan (mg/hr) Bahan Makanan Nilai Bahan Makanan Fe Tempe kacang kedelai,murni 10,0 Biskuit Tempe kacang kedelai,kering 8,0 Jagung kuning, pipil lama Kacang merah 6,7 Beras setengah giling Kelapa tua, daging 5,0 Kentang Udang segar 7,6 Daun kacang panjang Hari sapi 8,0 Bayam Daging sapi 6,6 Sawi Telur bebek 2,8 Daun katuk Telur ayam 2,7 Kangkung Ikan segar 2,0 Daun singkong Ayam 1,5 Pisang ambon Gula kelapa 2,0 Keju Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes 1975 C. Vitamin C 1. Definisi Vitamin C

Vitamin C adalah derivat heksosa yang cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan oksalat. Vitamin C stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan, apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat adalah bahan

yang kuat kemampua reduksinya dan dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi (Suharjo,1992). Vitamin C disebut juga vitamin anti askorbat karena dapat mencegah penyakit yang disebut scurvey. Penyakit tersebut ditandai oleh terjadinya perdarahan pada gusi dan mulut (Moehji, 2002). Vitamin C dalam makanan diserap usus halus dan masuk keperedaran darah terutama melalui usus kecil dalam beberapa setelah makan. Kadar vitamin C dalam darah hanya sebentar naik karena vitamin C segera diambil oleh jaringan, jika ada kelebihan akan segera dikeluarkan melalui ginjal (Suharjo, 1995). Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Disamping larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada sushu rendah (Winarno, 2002). 2. Fungsi Vitamin C Menurut Moehdji (2002:65-66), berbagai penelitian menunjukkan beberapa fungsi vitamin C antara lain adalah: a. Untuk pembentukan sel jaringan tubuh b. Untuk pembentukan Collagen. Collagen adalah sejenis protein yang diperlukan dalam pembentukan jaringan ikat. Diperlukan proses

penyembuhan luka. c. Memperkuat pembuluh darah d. Diperlukan dalam penyerapan Fe e. Beberapa dalam metabolisme kolesterol karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah. 3. Metabolisme Vitamin C Vitamin C mudah diserap secara aktif dan secara difusi pada bagian atas usus halus masuk keperedaran darah melalui Vena Porta. Rata-rata absorbsi adalah 90% untuk konsumsi antara 20-120 mg sehari kemudian vitamin C dibawa kesemua jaringan. Vitamin C stabil dalam suasana basa, asam askorbat mudah teroksidasi menjadi dehidro askorbat. 4. Angka Kecukupan Vitamin C Angka kecukupan gizi sehari vitamin C Indonesia menurut widya Karya Pangan dan gizi (1998) dapat dilihat pada tabel 2.

TABEL 2 ANGKA KECUKUPAN VITAMIN C UNTUK INDONESIA Angka Kecukupan Vitamin C untuk Indonesia Golongan Umur Wanita 10-12 13-15 16-19 20-45 46-59 60 50 60 60 60 60 60 AKG 1 mg

Hamil Menyusui 0-6 bl 7-25 bl Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998

+ 10

+25 +10

5. Sumber-sumber Vitamin C Vitamin C umumnya hanya terdapat dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria dan tomat. Vitamin C banyak terdapat dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. Kandungan vitamin C beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3.

TABEL 3 NILAI VITAMIN C BERBAGAI BAHAN MAKANAN (mg/100gr) Nilai Vitamin C Berbagai Bahan Makanan (mg/100gr) Bahan Makanan Daun singkong Daun katuk Daun melinjo Daun pepaya Sawi Kol Kembang kol Bayam Kemangi Tomat masak Kangkung Ketela pohon kuning Mg 275 200 150 140 102 50 65 60 50 40 30 30 Bahan Makanan Jambu monyet Gandaria (masak) Jambu biji Pepaya Mangga muda Mangga masak pohon Durian Kedondong (masak) Jeruk manis Jeruk nipis Nenas Rambutan Mg 197 110 45 78 65 41 53 50 45 27 24 58

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998

6. Hubungan Vitamin C dan Zat Besi Dalam absorbsi dan metabolisme zat besi, vitamin C mereduksi ferri menjadi ferro dalam usus halus sehingga mudah di absorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar di mobilisasi untuk membebaskan besi jika diperlukan. Absprbsi besi dalam bentuk non heme meningkatkan empat kali lipat jika ada vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin didalam plasma ke feritin hati (Almatsier, 2002). Vitamin C diperlukan dalam penyerapan zat besi, dengan demikian vitamin C berperan dalam pembentukan hemoglobin, sehingga mempercepat penyembuhan Anemia (Moehji, 2002).

D. Kadar Hemoglobin (Hb) Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana yaitu globin dan radikal prosterik yang berwarna yang disebut heme. Protein ini terdapat dalam butir-butir merah dan dapat dipisahkandengan cara pemusingan. Berat molekulnya yang ditentukan dengan ultrasentrifuge sebesar 68.000. ini adalah protein

pertama yang diperolah dalam bentuk hablur. Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah. Tiap liter darah mengandung kira-kira150 gr hemoglobin (Wiknjosastro.(1999). Kadar hemoglobin adalah jumlah K3Fe (CN)6 akan berubah menjadi hemoglobi yang kemudian diubah menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN dengan batas ambang berat bila Hb< 8 gr/dl,anemia ringan Hb > 8 11 gr/dl dan normal pada ibu hamil Hb > 11 gr/dl (Depkes, 1996). Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Dari kehamilan 8 minggu sampai 40 hari postpartum, kadar Hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit, ketiganya turun sehingga kehamilan ke 7 hari postpartum mencapai angka yang kira-kira sama dengan diluar kehamilan. Batas terendah untuk kadar Hemoglobin dalam kehamilan nilai 10 gr/dl, bila kurang dari itu disebut anemia dalam kehamilan. Menutur klasifikasi WHO kadar hemoglobin untuk ibu hamil ditetapkan menjadi tiga kategori yaitu Normal (>11 gr%), anemia ringan (8 11 gr%) dan anemia berat (<8 gr%) (Husaini, 1989),

Kadar haemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, meliputi: a. Makanan atau Gizi Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe (zat besi), protein. b. Fungsi Jantung dan Paru Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan energi. Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara haemoglobin dan paru mempengaruhi kerja jantung yang optimal. c. Fungsi Organ-organ Tubuh Lain Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses pembentukan eritrosit dan haemoglobin.

d. Merokok Menurut Giam, C.K dan Teh K.C (1993:47) merokok mengurangi kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga pengaliran darah ke organ-organ vital dan jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan otot) akan berkurang. Secara keseluruhan pengaruh rokok ialah berkurangnya kemampuan fisik dan timbulnya stess terhadap organ-organ vital, seperti jantung.

E. Tingkat Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari suatu kejadian setelah seorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan aatau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( Notoadmodjo, 2003). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mencakup ingatan yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2002). 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002), yang mengutip dari Bloom tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : a. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. b. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan benar tentang suatu obyek yang diketahui materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap suatu obyek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh

menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang telah dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. c. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyta sebelumnya.

d.

Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e.

Sintesis Menunjukkan bahwa suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasrkan kriteria yang sudah ada. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor (2002),yaitu: e. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. f. Informasi Seseorang mempunyai sumber iinformasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. g. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. h. Pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua). i. Sosial ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dissesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga

F. Hiperemesis Gravidarum 1. Definisi Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998). Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112) 2. Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 ) 1. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin. 2. Faktor Psikologik Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

3. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lainlain.

G. Kerangka Teori

Pendidikan Informasi Budaya Pengetahuan Gizi Sikap Perilaku Kadar Hb

H. Kerangka Konsep Pengetahuan Sumber Fe Kadar Hb Pengetahuan Sumber Vit C

I. Hipotesis 1. Ada hubungan pengetahuan makanan sumber Fe dengan kadar Hb pada ibu hamil post hiperemesis gravidarum 2. Ada hubungan pengetahuan makanan sumber vitamin C dengan kadar Hb pada ibu hamil post hiperemesis gravidarum

Anda mungkin juga menyukai