Kasus Seorang Ibu berusia 20 tahun membawa anak keduanya, laki laki 1 tahun ke puskesmas untuk imunisasi. Ketika ditanya apakah ada keluhan, ibu tersebut mengatakan tidak ada, anaknya dalam keadaan sehat, sehingga ingin melengkapi program imunisasi. Setelah memeriksa, dokter mengatakan bahwa anak ibu tersebut tidak sehat, tetapi masih dapat menerima imunisasi. Dokter menjelaskan bahwa anak tersebut kurang gizi dan perkembangannya terlambat. Ibu tersebut tidak setuju dengan keterangan dokter dan menerangkan bahwa anaknya tetap aktif dan biasanya semua anak kecil memang sulit makan. Terminologi Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Keyword Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Anak
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah
KONSEP SEHATSAKIT
Hipotesis
Pertanyaan Terjaring 1. Konsep sehat sakit menurut WHO dan NKRI 2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan menurut Blum, Mandala of Health, Epidemology 3. Deskripsi perjalanan terjadinya kurang gizi 4. Definisi dan ciri ciri kurang gizi serta macam macam malnutrisi energy dan protein 5. Faktor penyebab terjadinya kurang gizi (malnutrisi energi dan protein), baik secara umum maupun secara khusus 6. Upaya yang harus dilakukan, pencegahan, langkah pengobatan, serta peran serta pemerintah dalam mengatasi masalah kurang gizi
AGEN
LINGKUNGAN
Keterangan :
Pejamu (Host) : hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia,
antara lain :
Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etnik (suku) hubungan keluarga ; Bentuk anatomis tubuh ; Fungsi fisiologis atau faal tubuh ; Status kesehatan, termasuk status gizi ; Keadaan kuantitas dan respon monitors ; Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial ; Pekerjaan, dll.
(Heru
subari,dkk,2004.Manajemen
epidemiologi,Media
presindo,Yogyakarta. Hal.15-16)
Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu : a. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan Bentuk anatomis tubuh serta
b. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan sosial kemasyarakatan.
(Nur
nasry
noor,2002.Epidemiologi.Universitas Hasanuddin.Makassar.Hal.27) Agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
a) Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yaitu : Protozoa misalnya Plasmodum, amodea Metazoa misalnya arthopoda , helminthes Bakteri misalnya Salmonella, meningitis Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona Jamur misalnya candida, tinia algae, hystoples osis
b) Abiotis, terdiri dari : Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral, protein dan vitamin) Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan. Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik.
(Heru
subari,dkk,2004.Manajemen
epidemiologi,Media
pressindo,Yogyakarta. Hal.16-17.)
Unsur lingkungan (Enviroment)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit. a. Lingkungan Biologis Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi : Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen; Vektor pembawa infeksi Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ; dan Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia
(Nur nasri
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri (Nur nasri noor,2000,Dasar epidemiologi,Rinika cipta,Jakarta. Hal.28.)
c. Lingkungan sosial Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi : Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku; Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan Kebiasaan hidup masyarakat Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.
Dari keseluruhan unsur tersebut di atas, di mana hubungan interaksi antara satu dengan yang lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya di tentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat di pengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, maka dalam setiap proses terjadinya penyakit, selalu kita memikirkan adanya penyebab jamak (multiple causational). Hal ini sangat mempengaruhi dalam menetapkan program pencegahan maupun penanggulangan penyakit tertentu. Karena usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang di harapkan bila dalam perencanaannya memperhitungkan berbagai unsur di atas. (Nur nasry
noor.2002.Epidemiologi.Universitas Hasanuddin,Makassar.Hal.29)
Dari penyesalan model segitiga epidemiologi sangat berhubungan erat dan saling terkait, dan keseimbangan itulah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu penyakit. Dan pertimbangan ini menerapkan pertimbangan mendasar yang sangat terpisah, tetapi itu tidak cukup sebab masih ada beberapa pertimbangan penting lainnya yakni pertimbangan perjalanan alamiah penyakit. (http://portaltiens.com/portal)
4. Definisi dan ciri ciri kurang gizi serta macam macam malnutrisi energy
dan protein
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi / kurang energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat. KURANG GIZI (MEP Ringan), Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain: Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun. Ukuran lingkaran lengan atas menurun. Maturasi tulang terlambat. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang. MARASMUS, Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski masih anak-anak, wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-ciri lainnya adalah: Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya. Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur. Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok. Tulang-tulang terlihat jelas menonjol. Sering menderita diare atau konstipasi. Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinya.
KWASHIORKOR (busung lapar atau HO). Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya: Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif. Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring Anemia. Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya. Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya. Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin dan kenyal. MARASMIK-KWASHIORKOR, Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai. Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya. Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot. Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti gangguan pada ginjal dan pankreas. Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium. GAGAL TUMBUH, Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal
tumbuh adalah bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal. Tanda-tanda lainnya adalah: Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal Hilangnya lemak di bawah kulit secara signifikan Berkurangnya massa otot Dermatitis Infeksi berulang
5. Factor penyebab terjadinya kurang gizi (malnutrisi energy dan protein), baik secara umum maupun secara khusus
FAKTOR PENYEBAB Secara umum masalah malnutrisi energi-protein (MEP) disebabkan beberapa faktor. Yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimanapun MEP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi bisa dilakukan dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama.
Secara khusus, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak.
Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. Padahal, balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama untuk makan. Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Ketiga, karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakitsakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi. Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah karena makanan, sehingga si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak. Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi.
Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
Keadaan gizi kurang (undernutrition) maupun gizi lebih (overnutrition) tidak selalu disebabkan oleh masukan makanan yang tidak cukup atau berlebihan. Keadaan demikian dapat juga terjadi oleh kelainan dalam tubuh sendiri seperti ganggguan pencernaan, absorbsi, utilisasi, ekskresi dan sebagainya (Pudjiadi, 2000).
PENCEGAHAN
Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, serta pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita.
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
Ketiga, bantuan pangan kepada anak gizi kurang dari keluarga miskin. Keempat, fortifikasi bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, fortifikasi terigu dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2. Kelima, biofortifikasi, suatu teknologi budi daya tanaman pangan yang dapat menemukan varietas padi yang mengandung kadar zat besi tinggi dengan nilai biologi tinggi pula sebagai. Contoh : Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan dan kebutuhan masyarakat meliputi enam hal, yakni : Bantuan langsung tunai (BLT) bersyarat bagi keluarga miskin, Kredit mikro untuk pengusaha kecil dan menengah, Pemberian suplemen makanan khususnya pada waktu darurat, Pemberian suplemen zat gizi mikro khususnya zat besi, vitamin A dan zat yodium, Bantuan pangan langsung kepada keluarga miskin, serta Pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat dan membeli makanan dengan harga subsidi, seperti beras untuk orang miskin (raskin) dan MP-ASI untuk balita keluarga miskin. Kebijakan yang menumbuhkan permintaan adalah dengan mendorong perubahan perilaku hidup sehat dan sadar gizi, melalui pendidikan gizi dan kesehatan. Pendidikan itu bertujuan memberikan pengetahun kepada keluarga, khususnya kaum perempuan, tentang gizi seimbang, memantau berat badan bayi dan anak sampai usia 2 tahun, pengasuhan bayi dan anak yang baik dan benar, air bersih dan kebersihan diri serta lingkungan, serta mendorong pola hidup sehat lainnya. Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi enam hal. Pertama, pelayanan kesehatan dasar termasuk keluarga berencana dan pemberantasan penyakit menular.
Kedua, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketiga, kebijakan pengaturan pemasaran susu formula. Keempat, kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan. Kelima, kebijakan pengembangan industri pangan yang sehat. Keenam, memperbanyak fasilitas olah raga bagi umum.
Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan atau kebutuhan pangan dan gizi meliputi : Pembangunan ekonomi yang meningkatkan pendapatan rakyat miskin, Pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan dan memberdayakan masyarakat rakyat miskin, Pembangunan yang menciptakan lapangan kerja, kebijakan fiscal dan harga pangan yang meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan pengaturan pemasaran pangan yang tidak sehat dan tidak aman.
Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat dan gizi baik bagi anggota keluarga adalah : Meningkatkan kesetaraan gender, mengurangi beban kerja wanita terutama pada waktu hamil, dan meningkatkan pendidikan wanita.
DAFTAR PUSTAKA