BAB III TLA 6 Jun'12
BAB III TLA 6 Jun'12
3.1
3.1.1
TABEL 3.1 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011
Selaian dari data sekunder yang disampaikan terkait bagaimana PHBS dan Promosi higienis di tatanan rumah tangga untuk kabupaten Tulungagung, Pokja sanitasi telah melaksanakan studi EHRA pada bulan Mei Juni tahun 2012 oleh Tim EHRA dan Dinkes sebagai penanggung jawab dan enumerator sebagai pelaksana tingkat desa diambil dari kader posyandu setempat sedangkan untuk supervisor diambil dari sanitarian puskesmas wilayah survey. Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses
yang dinamakan Klastering. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling . Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey. Berdasarkan clustering kecamatan yaitu sebanyak 12 kecamatan dari 19 kecamatan dan disepakati dari masing masing cluster sebanyak 40 desa dari 271 desa dan total responden adalah 1600 di seluruh wilayah kabupaten Tulungagung. Adapun tujuan pelaksanaan studi EHRA adalah untuk mengumpulkan data primer tentang gambaran situasi sanitasi dan perilaku yang berisiko lingkungan kabupaten saat ini antara lain: a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Sementara studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: a. Sumber air minum, b. Layanan pembuangan sampah, c. Jamban, d. Saluran pembuangan air limbah. B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: a. Buang air besar b. Cuci tangan pakai sabun, c. Pengelolaan air minum rumah tangga, d. Pengelolaan sampah dengan 3R e. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan) Hasil pelaksanaan studi EHRA di kabupaten Tulungagung. Dapat dilihat pada tabeltabel beriku: terhadap kesehatan
Tabel 3.2 Tempat yang digunakan untuk Buang air Besar (Jumlah atau persentase KK)
No Kecamatan Jamban pribadi leher angsa Jamban umum/ MCK 1 Jamban empang /kolam Jamban ke sungai / pantai/ laut Ke kebun /pekaran gan Ke selokan /parit
Ke lubang galian
2 3 dst
Tabel 3.3 Jenis jamban yang digunakan (Jumlah atau persentase KK)
No Kecamatan Jamban jongkok leher angsa 1 2 3 dst Kecamatan .... Kecamatan .... Kecamatan ... Jamban duduk leher angsa Jamban plengsengan Jamban cemplung Tidak punya jamban
Tabel 3.4 Tempat penyaluran buangan akhir tinja (Jumlah atau persentase KK)
No Kecamatan Tanki septik Sewer Cubluk/luba ng 1 2 3 dst Saluran drainse Sungai/dana u/laut Kolam/saw ah Kebun/tanah lapang
Tabel 3.5 Pengelolan sampah Rumah Tangga (Jumlah atau persentase KK)
No Kecamatan Dikumpulkan kolekor informal untuk ulang 1 2 3 dst daur Dikumpulka n kemudian dibuang ke TPS/TPA Dikumpulk an terus dibakar Dibuang ditutup dengan tanah ke Dibuang ditutup dengan tanah ke Dibuang ke sungai/sun gai/laut Dibuang ke lahan kosong lubang terus lubang tanpa
Sumber : Laporan Dinas kesehatan dan EHRA Tabel 3.6 Frekuensi pengambilan sampah Rumah Tangga (Jumlah atau persentase KK)
No Kecamatan Tiap hari Beberapa kali dalam seminggu 1 2 3 dst Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Sekali sebulan Tidak pernah Keteranga n
3.1.2
Tatanan Sekolah PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkankesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur dan terukur 5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya Sekolah yang sehat merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan karena akan mempengaruhi keberlangsungan proses pendidikan. Sama halnya dengan rumah sehat, sekolah sehat yang ada di Kabupaten Tulungagung mempunyai empat kriteria sanitasi dasar yang sehat. Kondisi sekolah sehat berdasarkan outline pernyusunan BPS adalah dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut
Tabel 3.8: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan)
Jumlah Siswa L P Jumlah Guru L P S Sumber Air Bersih Jml Toilet/WC Jml Tempat Kencing P Guru L P Fas. Cuci Tangan Y T Persediaan Sabun Y T Siapa yang membersihkan Toilet
Nama Sekolah
PDAM
K T S
SPT
K T S
SGL
K T Guru L
Siswa
L P
Guru
L P
Pesuruh
L P
Dst
Keterangan: L = laki-laki P = perempuan S = selalu tersedia air K = kadang-kadang T = tidak ada persediaan air Y = ya T = tidak SPT = Sumur pompa tangan SGL = Sumur gali
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
Tabel 3.9: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat Ya, saat mata pertemuan / Tidak pelajaran penyuluhan pernah PenJas di tertentu kelas v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Tidak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Cara Pengelolaan Sampah Tempat buangan air kotor Dibuat kompos v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Dari Toliet v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Dari Kamar Mandi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah
Nama Sekolah
Dikumpulkan
Dipisahkan
SDN 1 Kampungdalem SDN 6 Ngunut SDN 1 Boyolangu SMPN 1 Boyolangu SMPN 3 Tulungagung SMPN 1 Tulungagung SMPN 1 Gondang SMPN 1 Sumbergempol SMPN 1 Ngantru SMPN 1 Bandung SMPN 1 Kauman MTSN Tulungagung SMKN 1 Boyolangu SMKN 2 Boyolangu SMKN 3 Boyolangu SMAN 1 ngunut SMAN 1 Boyolangu SMAN 1 Gondang SMK Santo Thomas Aquino SMAN 1 Kedungwaru MAN 2 Tulungagung
CATATAN :DATA BELUM LENGKAP PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
3.2.
Penanganan air limbah domestic bertujuan untuk mengatasi dampak buruk limbah rumah tangga yaitu terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Perkembangan kepala keluarga (KK) yang memiliki SPAL (sistem pempuangan air limbah) tahun 2011 adalah 72,1% dan yang dinyatakan memenuhi syarat sehat hanya 43,73% seperti disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.10: PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Sedangkan rencana pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: pengembangan sistem pengolahan air limbah rumah tangga setempat dan/atau terpusat; pengoptimalan Instalansi Pengolahan Lumpur Tinja berada di Desa Moyoketen Kecamatan Boyolangu; pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di kawasan industri; pembangunan pusat pengelolaan limbah non bahan berbahaya dan beracun (B3) berada di Kecamatan Kecamatan Karangrejo; dan pembangunan IPAL bersama bagi industri kecil dan menengah. 3.2.1 Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Tulungagung merupakan tanggung jawab dari Pemerintah kabupaten Tulungagung yang dikelola oleh Badan
Lingkungan Hidup , Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga & Cipta Karya Kabupaten Tulungagung, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dibawah pengawasan dari Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawa Timur. Mekanisme kerja dalam penanganan Limbah Cair mencakup kegiatan Pengawasan, Bimbingan Teknis dan Penegakan Hukum, sesuai dengan Tupoksi masing-masing
BAGAN
ORGANISASI
BLH
KABUPATEN
TULUNGAGUNG
ADALAH
SEBAGAI
BERIKUT:.................................................................................................................................................. ...............................................................................................................................
Tabel 3.11: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran
3.2.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan Pengembangan Sistem Sanitasi dan Pengelolaan Air Buangan (Limbah Domestik)
Peranan pemerintah daerah masih sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan umum sanitasi sambil menyiapkan suatu institusi khusus menangani limbah cair. Mengalihkan secara bertahap sistem sanitasi individu ke sistem terpusat. Sementara tingkat pelayanan umum di setiap kota dan kabupaten akan tergantung pada kemampuan setiap pemerintah daerah untuk mendanainya, pada sumber air yang digunakan untuk air minum, kepadatan penataan, kondisi tanah, kemampuan masyarakat untuk membayar sistem yang dipilih. Menyusun rencana induk sanitasi jangka panjang (20 tahun) untuk sanitasi daerah perkotaan dengan target akhir terlayaninya seluruh lapisan masyarakat dengan sanitasi sehat. Kemudian menyiapkan dan menyiapkan program prioritas untuk daerah berkepadatan tinggi dan kumuh rawan banjir berdasarkan rencana induk tersebut, serta mensosialisasikan kepada masyarakat. Mewajibkan pengembangan daerah pemukiman baru dan kota baru untuk menyediakan sistem sewer, yang dapat berupa sewer dangkal atau small bore yang sesuai dengan kondisi daerah. Peta 3.1: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik
penyedotan lumpur tinja dilakukan oleh DKP (Dinas Kebersihan & Pertamanan) dan pihak swasta. Pembuangan limbah yang dihasilkan manusia baik limbah padat maupun cair di Kabupaten Tulungagung, saat ini menggunakan beberapa cara seperti yang terlihat dalam Diagram system sanitasi berikut:
User Interface
Penampungan Awal
Pengolahan Akhir IPLT Bidang Resapan IPAL tanah kolam tanah (kebun) tanah tanah tanah Bidang Resapan Bidang Resapan Bidang Resapan
Pembuangan/ Daur Ulang Reuse Sungai tanah sungai Reuse Sungai sungai Sungai Sungai Sungai dan dan
Kode/Nama Aliran Aliran Limbah/ AL 1 Aliran Limbah/ AL 2 Aliran Limbah/ AL 3 Aliran Limbah/ AL 4 Aliran Limbah/ AL 5 Aliran Limbah/ AL 6 Aliran Limbah/ AL 7 Aliran Limbah/ AL 8 Aliran Limbah/ AL 9 Aliran Limbah/ AL 10 Aliran Limbah/ AL 11 Aliran Limbah/ AL 12 Aliran Limbah/ AL 13 Aliran Limbah/ AL 14
pipa pipa
IPLT
volume tinja
lumpur
Dinas PU-BC
Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC
a. Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan; b. Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; c. Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan Hidup; d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengedalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup Berikut adalah table pembuangan limbah dan teknik pembuangan limbah kabupaten Tulungagung Tabel. 3.15 Pembuangan Limbah di kabupaten Tulungagung Tahun 20112
No 1 URAIAN Jumlah Timbulan Tinja/Black Water - Pengguna tangki septic dan Umum (Rumah) - Standar timbulanTinja/Org/Hr - Jumlah Timbulan (m3) 2 Jumlah Timbulan Grey Water - Standar timbulan Org/Hr - Jumlah Timbulan (m3) 3 Jumlah Tinja terangkut - Mobil tinja Milik Pemerintah (unit) Jumlah Mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m3) Jumlah Rit / 1 hari - Mobil Tinja Milik Swasta Jumlah Mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m3) Jumlah Rit / 1 hari 4 Kapasitas IPLT - Dibangun (tahun) - Umur Pakai (tahun) - Kapasitas terpasang (m3) - Kapasitas terpakai (m3) 5 Kapasitas IPAL - Dibangun (tahun) - Umur Pakai (tahun) - Kapasitas terpasang (m3) - Kapasitas terpakai (m3)
Sumber : Dinas Kebersihan/DKP/PD PAL
KETERANGAN
1 unit 3000 lt Max 1 rit/hari 2 unit 1000 lt 1 2 rit/hari 1995 16 tahun 250m3/hari 1-2 m3/hari Beroprasi 1997 Mampu mlayani 900.000 jiwa
JUMLAH/VOLUME
KETERANGAN
106.256 jiwa
OFF SITE SYSTEM IPAL - Jumlah Ipal (unit) - Kapasitas (m3) - Wilayah layanan (Ha) - Wilayah layanan/wilayah kab-kota (%) - Jumlah pelanggan (SR)
Sumber : Dinas Kebersihan/DKP/PD PAL
3.2.3
Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta dalam
pengelolaan air limbah domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban. Pola pengelolaan air limbah domestik seharusnya dijalankan oleh berbagai pihak terutama untuk lingkungan yang mempunyai kepadatan tinggi, karena sistem komunal untuk lingkungan berkepadatan tinggi merupakan solusi yang paling tepat. Target dan sasaran pelayanan diukur berdasarkan kebutuhan nyata dan mendasar dari masyarakat,disamping melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pengertian masyarakat tentang pembuangan air limbah domestik yang sehat, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengadakan serta memelihara sarana yang dibutuhkan. Diantara prasarana dan sarana sanitasi yang ada, sebagian tidak berfungsi dengan baik walaupun jamban yang dipakai telah dilengkapi dengan tangki septic. Ada pula yang memiliki jamban pribadi, yang tidak dilengkapi dengan tangki septic atau penampung air limbah/ tinja, tetapi membuang secara langsung ke badan air terbuka terdekat. Kondisi yang masih kurang layak seperti tersebut diatas masih diperparah lagi dengan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik kurang mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan pembangunan prasarana perkotaan. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum termobilisasikan dengan baik. Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik saat ini antara lain : 1. 2. 3. Pembuatan jamban keluarga di masing-masing rumah tangga Pembuatan MCK umum yang pembangunan dan pengelolaannya oleh masyarakat Sosialisasi melalui kelompok pengajian, rapat RT, rembug desa atau PKK untuk tidak BABS dan kampanye hidup sehat 4. Pembangunan resapan untuk saluran grey water
Tabel 3.17: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat
Jumlah Kecamatan RT Kec. A Kec. B Kec. C Dst RW Pddk miskin Jamban Keluarga Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya dibangun Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya dibangun Jumlah MCK Tahun MCK Jumlah Sanimas Tahun Sanimas
SUMBER .
34
Jumlah Pemakai
SUMBER .
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
35
Air Limbah Domestik: Onsite Individual Air Limbah Domestik: Onsite Komunal
SUMBER.
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
.
36
3.2.4
Pemetaan Media
Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1) Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 2) Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa 3) Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya 4) Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi Adapun hasil dari studi ini adalah : 1) Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi 2) Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang 3) Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai Media komunikasi di kabupaten Tulungagung berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Tulungagung). Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestic, dapat dilihat pada table. 3.20 sampai dengan table 3.23 berikut ini.
2012
Dishubkominfo
Masyarakat Luas
1.
Dialog Interaktif
2.
Radio jos
3.2.5
Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah cair domestic di Kabupaten Tulungagung, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment) dengan data sekunder dalam table berikut ini
Tabel 3.24: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota
No a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Provider b KSM ESTU (Enak Susah Tetep usaha) Kelurahan Karangwaru Kec.Tulungagung KSM PODHO NGGAWE Kelurahan Kampungdalem Kec.Tulungagung KSM GUYUB RUKUN Desa Beji Kec.Boyolangu KSM KARYA BERSAMA Desa Beji Kec.Boyolangu KSM KALISONG GUYUB RUKUN Kelurahan Sembung Kec.Tulungagung KSM RAHAYU Desa Gedang sewu Kec.Boyolangu KSM SIDO INDAH Desa Sidorejo kec. Kauman KSM MARGO RUKUN Desa Serut Kec.Boyolangu KSM RUKUN WARGA SATU Desa Sobontoro Kec.Boyolangu Tahun mulai operasi c 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 Jenis kegiatan d Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan IPAL Pembangunan IPAL Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++ Pembangunan MCK Plus++
3.2.6
Tabel 3.25: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domestik
No a A B Subsektor/SKPD b Air limbah Retribusl air limbah n-4 c n-3 d n-2 e n-1 f n g Rata-rata Pertumbuhan (%)
SUMBERBPKAD
Table 3.26 Realisasi anggaran Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten tulungagung 2005 - 2010 No A B C D Sub sektor Anggaran APBN Air Limbah Anggaran APBD Prov Air Limbah Anggaran APBD Kab./Kota Air Limbah Anggaran Dari Swasta Air Limbah JUMLAH Realisasi anggaran (Rp.000) 2006 2007 2008
2009
2010
SUMBERBPKAD
3.2.7
Permasalahan pada pengelolaan limbah cair domestic di kabupaten Tulungagung adalah: 1) 2) Cakupan akses masyarakat terhadap jamban masih rendah Belum adanya peraturan yang di buat oleh Pemerintah Daerah terkait dengan pengelolaan limbah cair baik skala rumah tangga maupun industri 3) Sebagian besar masyarakat menggunakan jamban dengan septictank yang tidak memenuhi syarat konstruksi sehingga menimbulkan kerawanan pencemaran 4) Pemerintah Kabupaten Tulungagung belum dapat menerapkan sistem pengolahan tinja terpusat 5) Jangkauan sasaran untuk bantuan sanitasi dasar belum bisa dikembangkan secara optimal. 6) Tingkat peran aktif masyarakat dalam rangka perubahan perilaku pengawasan TTU, TPM serta akse masyarakat terhadap SAB dan Jamban masih kurang. 7) Forum fasilitator dari lntas sector untuk pengembangan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) belum/kurang optimal.
Berikut isu permasalahan strategis pengelolaan air limbah di Tulungagung dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel. 3.28 Permasalahan Mendesak di sub sector Pembuangan Limbah di kabupaten Tulungagung Tahun 2011.
No Uraian A 1 ON SITE SYSTEM - User interface (kloset) - Pengumpulan/penampungan - pengangkutan - IPLT Penetapan peraturan mengenai kewajiban penyedotan WC untuk masyarakat B Isu Strategis dan Permasalahan Non Teknis C D -
E Peningkatan peran serta masyarakat melalui sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya pengolahan limbah domestic kurang -
Teknis 2 -
Sumber : Hasil analisis Keterangan : A = kebijakan daerah dan kelembagaan B = keuangan C = komunikasi D = partisipasi dunia usaha E = parisipasi masyarakat dan PMJK 1 = Sistem 2 = Konstruksi
42
3.3.
Pengelolaan Persampahan
Limbah domestik atau sampah rumah tangga merupakan salah satu jenis sampah
yang ikut memperberat masalah persampahan yang dihadapi oleh pemerintah, khususnya di wilayah perkotaan. Saat ini sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga mencapai 340 m/hari dan yang terangkut ke TPA sekitar 70,59%. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk pengelolaan sampah merupakan salah satu kendala dalam pengendalian pencemaran limbah sampah di samping keterbatasan sarana dan prasarana persampahan, sehingga seringkali masyarakat membuang sampah sembarangan dan membakar sampah. Menyadari bahwa masalah sampah rumah tangga tidak bisa diselesaikan hanya oleh Pemerintah maka saatnya masyarakat berperan aktif untuk menanganinya melalui pemilahan sampah dan komposting. Masyarakat diharapkan dapat membiasakan diri untuk mengikuti program 3R (Reduce-Reuse-Recycle). 3.3.1. Kelembagaan Di Kabupaten Tulungagung, permasalahan persampahan merupakan prioritas yang harus dicermati dalam pembangunan. Persampahan merupakan permasalahan yang kompleks untuk dapat mengatasinya, diperlukan suatu penanganan secara menyeluruh serta harus terus diupayakan suatu koordinasi terkait antar satuan kerja. Untuk penanganan permasalahan persampahan yang ada di wilayah. Administratif Kabupaten Tulungagung merupakan tanggungjawab dari Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Mekanisme kerja dalam penanganan persampahan mencakup kegiatan
Pengawasan, Bimbingan Teknis dan Penegakan Hukum, sesuai dengan Tupoksi masingmasing SKPD. Berikut bagan susunan organisasi dinas kebersihan dan pertamanan
:.................................................................................................................................................................. ...............................................................................................................
Tabel 3.29: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat
44
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan
v v Perda No.19 Th. 2010 Perda Nomor 16 tahun 2010 tentang retribusi Jasa Umum v v
45
3.3.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum, dengan sasaran penanganan rata-rata mencakup sekitar 100% penduduk di daerah perkotaan sampai dengan akhir periode. Pengelolaan sampah di Kabupaten Tulungagung sudah cukup optimal, hal ini dibuktikan dengan sistem pengelolaan sampah di Tempat Penanganan masalah persampahan pada kenyataannya dari tahun ke tahun selalu meningkat volumenya namun disisi lain sarana dan prasarana yang ada masih dirasakan kurang. Daerah-daerah yang berpotensi sebagai penghasil sampah seperti pasar, terminal, dan pemukiman padat penduduk merupakan prioritas utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada saat ini. Dan untuk hasil yang maksimal dukungan sarana dan prasarana yang optimal sangat diperlukan, missal pengangkutan sampah dari depo sampah dengan truk sampah guna dibuang di tempat pembuangan akhir sampah dilakukan 2 kali sehari Permasalahan persampahan pada umumnya adalah semakin bertambahnya produksi sampah yang tidak diimbangi dengan kapasitas sistem pengelolaan yang memadai. Jenis sampah menurut unsur bahannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam (dapat didaur ulang secara alami), misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya, dan sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami, misalnya sampah plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya.
Sedangkan menurut sumber produksi dan jenisnya sampah dibedakan atas : a. Sampah rumah tangga (domestik), yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik; b. Sampah sejenis sampah rumah tangga (non domestik), berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya c. Sampah spesifik, meliputi : sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik. Pengelolaan sampah di Kabupaten Tulungagung secara umum telah sistem off-site (diangkut ke tempat pemrosesan sampah) Sistem pengelolaan sampah saat ini terutama di kawasan perdesaan masih dilakukan secara individual dan dibuang di sekitar permukiman, sungai atau lahan kosong lainnya.Untuk perencanaan masa mendatang sistem ini harus diganti dengan sistem pengelolaan secara komunal.Arahan sistem pengelolaan sampah di kawasan perencanaan
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
meliputi Proses collection (pengumpulan), Haulage (pengangkutan) dan Treatment (pengolahan akhir). Konsep secara umum dalam pengelolaan sampah di kawasan perencanaan pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut : Pengembangan persampahan ditujukan untuk meningkatkan pelayanan
prasarana dan sarana persampahan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Pengelolaan sampah berdasarkan kesamaan karakteristik sampah (domestik, komersil, daerah khusus) dengan prinsip 3 R (Recycle, Reuse, Reduce) pada awal timbunan sampah sehingga volume sampah yang diangkut TPA dapat dikurangi. Rencana sistem pengelolaan sampah di kawasan perencanaan pengumpulan dilakukan dengan menggunakan dua pola pengumpulan, yaitu : Pola Individual Pola pengumpulan sampah yang pengumpulannya pada titik pengumpulan sampah dilakukan secara individu, yaitu masing-masing rumah memiliki wadah sendiri berupa kantong plastik, bin, keranjang dan lain-lain. Pola ini terdiri dari dua jenis, yaitu: Pola Individu Langsung, yaitu pengumpulan sampah dari rumah kerumah dengan truk untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pola Individual Tidak Langsung, yaitu pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut jarak pendek (misal: gerobak) untuk diangkut ke stasiun transfer terdekat. Pola Komunal Pola pengumpulan sampah yang dilakukan secara bersama-sama, yaitu beberapa rumah/bangunan memanfaatkan satu wadah. Pola komunal ini juga terbagi menjadi dua, yaitu : Pola Komunal Langsung, yaitu pengumpulan sampah untuk beberapa rumah dilaksanakan pada satu titik pengumpulan. Pola Komunal Tidak Langsung, yaitu pengumpulan sampah untuk beberapa lokasi pada satu titik pengumpulan. Sampah kemudian diangkut ke TPA Segawe dengan sistem semi controlled landfill.Berikut adalah konsep pengelolaan persampahan:
Gambar 0.1 Konsep Pengumpulan Sampah Secara Individual Sedangkan pengangkutan sampahnya menggunakan pola sebagai berikut :
Tingkat Kecamatan
Tingkat Desa
(4)
(1) PEWADAHAN
(3) PEMINDAHAN
Gambar 0.2 Konsep Pengangkutan Sampah Sedangkan untuk kegiatan jalan pengelolaan sampahnya dengan pola pengumpulan massal yang terkoordinasi di pusat/sub pusat wilayah, sedangkan tempat lainnya dilakukan secara individual. Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan
persampahan di Kabupaten Tulungagung dibedakan berdasarkan perwilayahan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan sistem : Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
Penimbunan
saniter
adalah
teknik
penimbunan
sampah
yang
dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5 meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm. Pembuatan Kompos (Composting) Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk.
Gambar 0.3 Pembuatan Kompos
Pemanfaatan Ulang (Recycling) Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan yang sebelumnya dengan cara dibakar maka sebaiknya tidak diperkenankan. Sistem pengelolaan sampah di pedesaan yang diajukan adalah dengan ditimbun atau dengan pengomposa.Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar). Dalam operasionalnya sistem ini memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang antara lain terdiri dari : o o o o Tong Sampah (keranjang/tempat sampah atau bin sampah) sebagai sarana pengumpulan sampah di lokasi sumber sampah. Gerobak Sampah atau Gerobak Motor Sampah untuk memindahkan sampah keluar lokasi sumbernya. Tranfer Depo dan atau Tempat Penampungan Sementara (TPS), yang dapat berupa bak permanen maupun kontainer.
Truk Sampah (truk kontainer) berupa Arm-Roll dan Dump-Truck untuk mengangkut sampah dari Tranfer Depo atau TPS ke Tempat Pemrosesan Akhir. o Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai lokasi akhir pembuangan sampah yang selanjutnya diolah dengan metode sanitary landfill Sedangkan Rencana jaringan persampahan sebagaimana meliputi: penyusunan rencana induk pengelolaan persampahan kabupaten; pengembangan sistem pengelolaan sampah secara sanitary landfill di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Segawe berada di Kecamatan Pagerwojo; pengembangan TPS (Tempat Penampungan Sementara) pada wilayah perkotaan; pengelolaan sampah dengan cara komposting; dan pengelolaan sampah melalui prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Sampah Organik Tempat sampah rumah tangga tempat sampah lingkungan Tempat sampah umum (Jalan, tempat-tempat Kompos sekala umum) rumah tangga Tempat sampah rumah tangga tempat sampah lingkungan Tempat sampah umum (Jalan, tempat-tempat Taman/fasum umum) Daur sekala tangga SUMBERAnalisa Ulang rumah
Produksi kompos
Sampah anorganik
Teknologi digunakan
b
(Perkiraan) Data
d
Jumlah (kuantitas) User Interface Tempat tangga sampah rumah KK Jumlah (kuantitas) Gerobak Pengumpulan setempat pick up sihanling Penampungan Awal Container Bak TPS Dump truk Pengaliran Amrol truk Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang kompos daur ulang TPA Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) dan sistem Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas) Jumlah (kuantitas)
273,401 ts 297,925 kk
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas Kesehatan Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC Dinas PU-BC
59.64%
35 unit 2 unit 12 unit 41 unit 42 unit 4 unit 6 unit 5 m/hari 51 m/hari 1 lokasi TPA di Segawe dengan sistem sanitary landfill
SUMBERPU B-C
Sedangkan terkait pengelolaan persampahan di kabupaten Tulungagung untuk cakupan wilayah pelayanan di TPA segawe adalah seperti terlihat dalam table berikut :
Tabel 3.33 Daerah Pelayanan Sampah Kabupaten Tulungagung No Kecamatan Klurahan/Desa
Sumber : ......
3.3.3
Kesadaran Masyarakat dan PMJK Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini antara lain :
1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. 2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo / kontainer, bak sampah yang telah disediakan 3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan masing-masing. Uraian di atas menjelaskan perlunya kampanye 3R di masyarakat, sehingga penanganan sampah domestik dapat dimaksimalkan ditingkat rumah tangga sehingga mengurangi timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian karena pembuangan sampah. Selanjutnya perlu didorong suatu penanganan sanitasi yang terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat), sehingga akan dihasilkan suatu pengelolaan persampahan yang menyeluruh dan terintegrasi dengan melibatkan masyarakat (sumber sampah) secara langsung dan lembaga-lembaga informal daur ulang yang terkait, disertai dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang efisien guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pada khusunya adalah rumah tangga sebagai fokus utama . Dalam pengelolaan persampahan berikut bisa dilihat dalam tabel
Jenis Kegiatan
Keterangan
P -
Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para penyapu jalan
SUMBERBPMPD
Jenis Kegiatan
Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan
SUMBERBPMPD
56
Pelaksana/PJ
Tahun Mulai
Desa
2011
Desa Desa
2011 2011
57
3.3.4 Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 5) Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 6) Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa 7) Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya 8) Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi Adapun hasil dari studi ini adalah : 4) Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi 5) Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang 6) Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai Media komunikasi di kabupaten Tulungagung berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Tulungagung). Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestic, dapat dilihat pada table. 3.40 sampai dengan table 3.43 berikut ini.
58
2012
Dishubkominfo
Masyarakat Luas
1.
Berita
2.
Berita
kampung
C CATATAN
:DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHAS AN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
59
3.3.5
Tabel 3.27: : Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota
No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur Tahun mulai operasi c 2008 2007 Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHAS AN L ANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
3.3.6
Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan
No a A B Subsektor/SKPD b Persampahan Retribusl Sampah
tahun 2007 (Rp) tahun 2008 (Rp) tahun 2009 (Rp) tahun 2010 (Rp) tahun 2011 (Rp) Rata-rata (Rp) Pertumbuhan (%)
c
92,000,000
d
92,000,000
e
92,000,000
f
92,000,000
g
105,611,000 94,722,200
SUMBERPU B-C
CATA CATATAN
3.3.7
:DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHAS AN L ANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
1. Cakupan layanan sampah masih rendah. 2. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan sehingga sebagian masyarakat memperlakukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya. 3. Belum memasyarakatnya pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R. 4. Kurang memadainya transportasi dan peralatan 5. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah
60
Tabel. 2.3 Permasalahan Mendesak di sub sector Persampahan di kabpaten Tulungagung Tahun 2012. No Uraian Non Teknis a 1 2 3 4 5 6 Pewadahan Pengumpulan Penampungan Sementara Pengangkutan Pengolahan Pembuangan akhir
Sumber : Hasil analisis Keterangan : A = kebijakan daerah dan kelembagaan B = keuangan C = komunikasi D = partisipasi dunia usaha E = parisipasi masyarakat dan PMJK 1 = Sistem 2 = Konstruksi
61
3.4
Kabupaten Tulungagung secara terpadu, untuk pekerjaan fisik salah satu pendekatan program yang dilaksanakan yaitu pembenahan system drainase. Sebagaimana diketahui bersama bahwa permasalahan banjir yang ada di kawasan kota Kabupaten Tulungagung, khususnya pada system drainase pada saluran wilayah Kecamatan Kota Tulungagung di karenakan kondisi system drainase yang belum optimal, terjadinya perubahan land use (dari kawasan pertanian menjadi kawasan industri, perdagangan dan permukiman), serta kondisi topografi yang relative rendah dan datar. Masalah banjir timbul ketika lahan dataran banjir telah berkembang menjadi kawasan budidaya seperti untuk pemukiman, perkotaan, perdagangan, industri, pertanian dan sebagainya.Banjir bisa terjadi kapan saja dengan kuantitas yang merupakan fungsi dari intensitas hujan dan karakteristik Daerah Pengaliran Sungai. Mengatasi masalah banjir, tidak cukup hanya dengan upaya yang bersifat struktur tapi juga perlu ditunjang dengan upaya yang bersifat non-struktur, sehingga membentuk upaya terpadu dan menyeluruh. 3.4.1 Kelembagaan Mengingat sistem drainase yang ada di Kabupaten Tulungagung merupakan satu bagian kesatuan utuh dari bagian dari hulu ke hilir, maka untuk penanganan secara komprehensif harus diupayakan suatu koordinasi terkait dengan pemerintah daerah lain. Untuk penanganan permasalahan sistem drainase yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam hal ini melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya. Namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
BERIKUT:.................................................................................................................................................. ...............................................................................................................................
62
Tabel 3.29: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan
SUMBERPENGAIRAN
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 63
SUMBERPENGAIRAN
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
64
3.4.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan Pekerjaan struktur adalah usaha pencegahan banjir dengan suatu sistem pengaman
banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk saluran banjir (floodway) dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Sebaliknya pekerjaan Non-Struktur adalah usaha
pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan tata ruang kota, tata ruang wilayah. Pekerjaan non-struktur diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada tingkat yang paling minimum dengan mengarahkan genangan-genangan pada daerah-daerah yang tidak penting, dengan usaha pemberitahuan dini dan mencegah terjadinya tanah longsor. Beberapa arahan pengendalian banjir adalah: pembangunan embung dan/atau bendungan meliputi: Kecamatan Kalidawir; Kecamatan Kauman; Kecamatan Tanggunggunung; Kecamatan Pucanglaban; Kecamatan Boyolangu; dan Kecamatan Campurdarat. pembangunan tangkis lautmeliputi: Kecamatan Besuki; Kecamatan Tanggunggunung; Kecamatan Kalidawir; dan Kecamatan Pucanglaban. Sistem drainase adalah sistem buangan air hujan dalam suatu wilayah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan banjir.Sistem drainase dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip gravitasi bumi untuk mengalirkan air dari tempat yagn lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.Persoalan lancar atau tidaknya suatu sistem drainase menjadi sangat berarti dalam suatu lingkungan perkotaan, khususnya dilingkungan padat terutama di areal-areal pusat aktifitas kegiatan manusia.Titik kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini adalah lancar tidaknya aliran air hujan yang mengalir di permukaan tanah. Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal antara lain; besarnya curah hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar kecilnya daya serap air oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien serap permukaan yang sangat tergantung dari jenis material penutup permukaan; luasnya bidang penyerapan air hujan.
Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak volume yang harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainse), demikian pula sebaliknya.Dan hal ini sangat menentukan dimensi pipa yang digunakan sebagai sarana pembuangan. Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainse yang baik. Sistem ini akan mengalirkan buangan air hujan dari kawasan terbangun ke jaringan drainase perkotaan melalui gaya gravitasi. Sistem jaringan pematusan di Kabupaten Tulungagung terdiri dari sistem jaringan drainase primer yang terdapat pada 25 aliran sungai. Sistem jaringan pematusan meliputi: Sistem jaringan pematusan meliputi jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier; sistem jaringan pematusan disesuaikan dengan sistem drainase tanah yang ada dan tingkat peresapan air kedalam penampang/profil tanah, serta arah aliran memanfaatkan topografi wilayah; pemeliharaan kelestarian sungai-sungai sebagai sistem drainase primer, melalui kegiatan normalisasi sungai-sungai dan konservasi sempadan sungai. Rencana pengembangan sistem pematusan di kabupaten Tulungagung di utamakan pada jalan arteri dan kolektor primer yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan pada pusat permukiman real estate.Selain itu juga pengembangan jaringan pematusan juga terdapat pada diprioritaskan pada Kecamatan yang rawan banjir.Selain itu, pengembangan jaringan drainase diarahkan pada wilayah kecamatan yang berada di pesisir selatan dan saling terintegrasi. Rencana yang kedua yaitu perbaikan teknis prasarana drainase yang terdiri atas: Normalisasi saluran Normalisasi dilakukan pada saluran-saluran yang mengalami penyumbatan baik itu oleh sampah maupun oleh endapan. Rehabilitasi saluran dengan cara melakukan pelebaran saluran terhadap wilayahwilayah yang mengalami genangan dan banjir Penambahan saluran baru Wilayah-wilayah yang belum memiliki saluran drainase akan akan dibuat saluran baru. Pembangunan bangunan-bangunan dan bangunan penunjang prasarana drainase Secara keseluruhan, rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Tulungagung, antara lain: pengembangan sistem drainase pada jalan arteri dan kolektor primer pada pusat permukiman;
penyusunan rencana induk sistem drainase wilayah Kabupaten dan rencana penanganan kawasan rawan banjir; mengembangkan saluran drainase di setiap blok kawasan terbangun; mengembangkan sumur resapan pada wilayah perkotaan; dan koordinasi pengelolaan saluran drainase khususnya pada saluran drainase permanen di kawasan perkotaan. Peta 3.5: Peta jaringan drainase Kabupaten/Kota (atau peta zone drainase) Pada kenyatannya dilapangan daerah banjir/genangan air di beberapa lokasi yang cukup luas, hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan drainase di Kota Tulungagung masih belum berfungsi secara maksimal. Di kota Tulungagung sudah terdapat saluran pematusan yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Sistem Drainase Mayor, Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro, Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase
mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Dalam PPSP, system drainase yang menjadi tangung jawab daerah (kabupaten/kota) adalah system drainase mikro. Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Tulungagung terutama pada saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan. Diagram sistem sanitasi untuk sektor drainase yang ada di Kabupaten Tulungagung seperti yang terlihat pada berikut.
Tabel 3.31: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan
Input Grey water - air cucian dari dapur - air bekas mandi - air bekas cucian pakaian Air hujan dari halaman
Air hujan dr jalan dan selokan Air dari ruang publik
User Interface tempat cuci piring lubang pembuangan kamar mandi Pembuangan air cucian atap Atap bangunan dan Talang
Pengolahan Akhir -
Kode/Nama Aliran Aliran AA1 Aliran AA2 Aliran AA3 Aliran AA4 Aliran AA5 Aliran AA6 Aliran AA7 Aliran AA8 Air/ Air/ Air/ Air/ Air/ Air/ Air/ Air/
selokan/got jalan
saluran sungai
dari
SumberAnalisis
Kelompok Fungsi a
Teknologi yang digunakan b - tempat cuci piring - lubang pembuangan kamar mandi - lunbang Pembuangan air cucian
Jenis Data Sekunder c data jumlah rumah Jumlah KK data timbulan limbah rumah tangga/grey water debit banjir data curah hujan data luas lahan terbuka hijau data luas lahan terbuka data luasan bangunan data luas genangan persatuan debit data jaringan saluran terbuka data jaringan saluran tertutup Nama-nama sungai dan debit data satuan luas volume tampungan
Kecamatan/kelurahan
Luas (Ha)
Tinggi (m)
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA data genanangan per desa yg ada juga dipakai untuk analisis penentuan area beresiko dr data sekunder (berdasarkan kesepakatan pokja)
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Mampet _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Kelurahan
Swasta _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Ada _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Tidak Ada _
72
Desa
2011
Desa Desa
2011 2011
Desa
2011
Desa
2011
73
3.4.4
Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam
komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Media komunikasi di kabupaten Tulungagung berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Tulungagung). Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan drainase, dapat dilihat pada table. 3.10 sampai dengan table 3.13 berikut ini.
Tabel 3.10: Kegiatankomunikasi yang ada di Kabupaten Tulungagung
No Kegiatan Tahun Dinas pelaksana Tujuan kegiatan Menyebarluaskan Informasi pentingnya sanitasi yang baik melalui Media Radio Khalayak sasaran Pesan kunci Sanitasi yang baik hrs didukung infrastruktur yg baik Pembelajaran
2012
Dishubkominfo
Masyarakat Luas
1.
Dialog Interaktif
2.
3.4.5
Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Tulungagung, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment
Tabel 3.39: Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten/Kota
No a 1 2 Nama Provider b LSM Rejo Mandiri PT Tirta Sari Makmur Tahun mulai operasi c 2008 2007 Jenis kegiatan d .. .. .. .. (silakan deskripsikan) .. .. .. .. (silakan deskripsikan)
SUMBERBLH/PU CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
3.4.6
Tabel 3.40: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase
No A B Subsektor/SKPD Drainase Retribusl Drainase Lingkungan n-4 n-3 n-2 n-1 n Ratarata Pertumbuhan (%)
SUMBERBPKAD
C CATATAN
:DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHAS AN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
3.4.7
Permasalahan dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Tulungagung adalah: 1) Kurangnya kesadaran masyarakat sehingga masih dijumpai banyak saluran drainase yang mengalami pendangkalan dan tertimbun sampah 2) Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase
Kerusakan lingkungan: Musim hujan berdampak erosi dan mengakibatkan banjir di sebagian wilayah terutama terjadi pada lahan yang intensif diolah untuk kegiatan pertanian, erosi akan menurunkan kesuburan tanah, mengurangi daya serap dan daya simpan air tanah yang berakibat lahan menjadi kering dan tandus.
Tabel. 3.3 Permasalahan Mendesak di sub sector Drainase di kabupaten Tulungagung Tahun 2012
No Uraian Non Teknis a 1 2 3 Saluran primer Saluran sekunder Saluran tersier b c d e 1 Teknis 2 Isu Strategis dan Permasalahan
Sumber : Hasil analisis Keterangan : A = kebijakan daerah dan kelembagaan B = keuangan C = komunikasi D = partisipasi dunia usaha E = parisipasi masyarakat dan PMJk 1 = Sistem 2 = Konstruksi
SUMBERPENGAIRAN
77
3.5.
3.5.1
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun kualitas dan keberlanjutan air baku tersebut dalam kondisi kurang baik. Perlu adanya upaya untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan sumber air di Kabupaten Tulungagung.
Tabel 0.1 Sumber Air di Kabupaten Tulungagung No UPTD dan Sumber Air Nama Lokasi Dusun Desa Nglurup Nyawangan Nyawangan Sukorejo Gedangan Kecamatan Sendang Sendang Sendang Karangrejo Karangrejo Debit Detik) 2006 40 22 22 18 17 119 31 37 84 29 181 19 25 18 106 13 24 205 9 27 2 15 2 55 560 13 7 23 1 3 21 22 2 (Liter/ 2007 37 24 22 21 18 122 23 29 86 26 164 14 14 13 69 10 25 2 147 11 28 2 18 2 61 372 13 7 23 1 3 21 22 2 Pemanfaatan Irigasi Air Min (Ha) um 22 10 (Lt/ 17 Dtk 36 ) 12 87 25 30 79 29 163 16 21 15 89 10 20 4 175 10 24 2 17 2 55 392 31 57 2 6 38 38 11 10 7 -
UPTD KARANGREJO Sumber Ngebel Sumber Cining Sumber Beringin Sumber Biru Sumber Manggis Sumber UPTD Karangrejo UPTD Gondang 1 Puring 2 Ngresep I Ngresep II 3 Pucung Total Sumber Song 4 Judek 1 2 3 4 5 Total
Gondanggunung Sidomulyo Kradinan Pagerwojo Samar Sidomulyo Wonorejo Samar Mulyosari Mulyosari Kedung Cangkring Sidem Sidomulyo Sidem Sidomulyo Wonokromo
Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Pagerwojo Gondang Gondang Gondang Gondang Gondang
Wangi
Total Sumber Sengon Total Sumber UPTD Gondang UPTD Bandung 1 Sumber Ece 2 Sumber Lo 3 Sumber Gondang 4 Sumber Beji Bokor 5 Sumber Dr. Bokor 6 Sumber Kundung 7 Sumber Temon 8 Sumber Gomo -
Sukoharjo Soko Sebalor Nglampir Nglampir Tanggul Kundung Tanggul Turus Keboireng
Lokasi Dusun Sumber Nguri Sumber UPTD Bandung UPTD KALIDAWIR Sumber Beji Sumber Banyak Bang Sumber Songo Sumber Bendo Banger UPTD Kalidawir Sumber UPTD NGUNUT Sumber Kandung Sumber Cemenung Sumber UPTD Ngunut UPTD Boyolangu Sumber Sepatan Sumber Bedalem Sumber Nongko Sumber Tlogo Buret Sumber UPTD Boyolangu
Nama
Desa Sebalor
Kecamatan Bandung
Pemanfaatan Irigasi Air Min 5 (Ha) um 183 12 (Lt/ Dtk 6 ) 28 34 135 10 145 6 6 -
Tanen Sukorejo
Rejotangan Rejotangan
Selanjutnya pengembangan jaringan air minum untuk kebutuhan regional atau luar Kabupaten Tulungagung yang potensial untuk dikembangkan perlu diakomodasi
kebutuhannya. Dengan adanya sumber mata air tersebut dan juga adanya peningkatan kebutuhan air bersih bagi daerah lain di sekitar Tulungagung, maka Kabupaten Tulungagung perlu membuat badan/institusi yang mewadahi pemanfaatan dan pengelolaan air bersih regional dalam bentuk PDAB atau lainnya. Di Kabupaten Tulungagung tersedia potensi sumber-sumber air baik air permukaan maupun air tanah. Untuk lebih jelasnya mengenai sumber daya air yang ada di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat di bawah ini: Air Permukaan di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat dari pola aliran 2 Daerah Pengaliran Sungai atau Das yaitu: DAS Brantasyang ada di Kabupaten Tulungagung dibagi menjadi: Sub DAS Ngrowo Ngasinan Sub DAS ini menempati bagian tengah Kabupaten Tulungagung dengan pola aliran sungai yaitu Sungai Ngrowo/ Parit Agung/ Parit Raya sebagai sungai orde I beserta anak percabangannya baik sebagai sungai orde II, orde III dan orde IV. Anak percabangan sungai tersebut antara lain : Sungai Kalidawir, Sungai Ngasinan, Sungai Song, Sungai Klantur, Sungai Babaan, Sungai Wudu, Sungai Gondang, Sungai Bajalpicisan, Sungai Keboireng dan lain sebagainya.
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
Sub DAS Lahar Sub DAS ini menempati bagian utara Kabupaten Tulungagung dengan pola aliran sungai utama yaitu Sungai Brantas sebagai sungai orde I beserta anak percabangannya sebagai sungai orde II, orde III dan seterusnya. Anak-anak percabangan sungai yang dimaksud antara lain Sungai Catut, Sungai Boto dan lain sebagainya. DAS Gedangan Dlodo Ds Daerah Aliran Laut (DAL) Selosewu di Kabupaten Tulungagung menempati bagian selatan.Secara umum bentuk morfologinya miring ke arah selatan dengan pola pengaliran maupun pengeringan sungainya mengalir dan bermuara di Samudera Indonesia/ Hindia. Sungai-sungai yan dimaksud antara lain Sungai Dlodo, Sungai Kerecek, Sungai Ngelo, Sungai Urang, Sungai Molang dan lain sebagainya. Selain dua DAS besar yang ada di Kabupaten Tulungagung terdapat juga daerah tangkapan (Catchment Area) air hujannya pada sistem Sub DAS yang ada, khususnya pada 2 (dua) Sub DAS yaitu pada sistem Sub DAS Ngrowo-Ngasinan ekosistemnya yang mempengaruhi mencakup 3 wilayah kabupaten yaitu Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. Sedang pada sistem Sub DAS Lahar pengaruh ekosistemnya mencakup 3 wilayah kabupaten yaitu Tulungagung, Blitar dan Kediri. Berdasarkan kenampakan karakteristik fisiknya pada sistem DAS-Sub DAS di Kabupaten Tulungagung, secara umum dapat dibedakan menjadi daerah bagian hulu dan daerah bagian hilir. Daerah bagian hulu di Kabupaten Tulungagung menempati kawasan perbukitan/ pegunungan dan lereng tenggara Gunung Wilis. Kawasan ini mempunyai peranan sebagai embung/ bendungan, waduk, tandon air dan lain sebagainya. Sedangkan pada daerah bagian hilir, secara umum menempati daerah dataran rendah/ daerah muara sungai yang merupakan daerah pemanfaatan dan penataan air oleh aktivitas kegiatan manusia. Maka pengembangan air permukaan di Kabupaten Tulungagung yang sangat besar tersebut perlu di tingkatkan peranannya untuk dimanfaatkan secara optimal dalam memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku untuk air minum, industri, perikanan dan lain sebagainya. Di samping pemanfaatan tersebut, dalam rangka penataan air maka banyak dilaksanakan program-program/ kegiatan-kegiatan
pembangunan seperti pengembangan jaringan irigasi, pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul sungai, pembuatan plengsengan dan lain sebagainya. Air Tanah, proses terbentuknya air tanah berawal dari air hujan yang membasahi tanah dan mengalami infiltrasi (peresapan) membentuk air dalam zone akar ( soil water),
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
kemudian mengalami perkolasi dan membentuk air tanah (ground water).Air tanah menempati suatu formasi geologi yang mampu menyimpan air. Formasi geologi yang mampu menyimpan dan sekaligus meloloskan air tersebut sebagai lapisan pembawa air (akifer). Seperti halnya air permukaan, air tanah yang berada di bawah muka tanah itu pun bergerak, baik ke arah vertikal maupun horizontal.Di Kabupaten Tulungagung terdapat 8 (delapan) kecamatan yang memiliki kondisi air tanah dangkal dan air tanah sedang relatif baik (secara kualitas dan kuantitas) yaitu di Kecamatan Kalidawir, Kecamatan Ngunut, Kecamatan Sumbergempol, Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, Kecamatan Ngantru, Kecamatan Gondang. Sedangkan Kecamatan Campurdarat dan Rejotangan memiliki kondisi air tanah dangkal dan air tanah sedang relatif tidak baik.Secara umum kondisi air tanah dalam di Kabupaten Tulungagung relatif baik. Hasil akhir yang diharapkan dari rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air adalah meningkatnya produksi pangan dengan penyediaan air irigasi sepanjang tahun dari sumbernya baik sungai maupun mata air/danau sampai ke lahan pertanian
(sawah) sesuai dengan luas areal irigasi yang direncanakan. Untuk mencapai target tersebut ada beberapa faktor kunci dalam rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air, yaitu: Pelestarian fungsi hidrologi terutama peresapan di daerah hulu; Peningkatan jaringan irigasi sampai ke tingkat kwarter; Peningkatan manajemen pengelolaan sarana dan prasarana sumber daya air dan kerja sama antar institusi terkait. Rencana pengembangan air minum di Kabupaten Tulungagung secara garis besar adalah sebagai berikut: pengembangan air minum meliputi: Kecamatan Karangejo; Kecamatan Gondang; Kecamatan Ngantru; Kecamatan Bandung; Kecamatan Besuki; Kecamatan Pakel; Kecamatan Campurdarat; Kecamatan Kalidawir; Kecamatan Ngunut; dan Kecamatan Rejotangan. pengembangan Water Sanitary Low Income Communities (WSLIC) dan Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) meliputi:
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
Kecamatan Sendang; Kecamatan Pagerwojo; Kecamatan Pucanglaban; Kecamatan Tanggunggunung; Kecamatan Besuki; Kecamatan Kalidawir; dan Kecamatan Bandung. pemanfaatan potensi air tanah dan air telaga di wilayah selatan. Data mengenai air minum di Kabupaten Tulungagung dikumpulkan dari Perusahaan Daerah Air Minum dan HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) yang mencakup jumlah pelanggan, banyaknya dan nilai air minum yang disalurkan. Kebutuhan air terbesar yaitu kebutuhan domestik kemudian pertanian dan industri. Kebutuhan air bersih PDAM masyarakat di Kabupaten Tulungagung sebesar 2.936.349 m /tahun. Kebutuhan
masyarakat akan air bersih untuk berbagai keperluan disalurkan oleh Pemerintah Daerah melalui Perusahan Daerah Air Minum (PDAM). Air untuk minum ini tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan air bersih di perkotaan saja, namun juga untuk mencukupi masyarakat pedesaan, mengingat air sumur gali masyarakat terutama wilayah Tulungagung bagian selatan banyak mengandung kapur. Sampai dengan tahun 2007 ini belum semua masyarakat dapat tercukupi air bersih dari PDAM sehingga masih menggunakan air sumur atau dari sumber lain. Tabel 2.5. Sumber Air PDAM Kabupaten Tulungagung Debit (1) No 1. 2. 3. (2) Sumber Air Sungai Air tanah Mata Air (3) Lokasi Pengambilan Sungai Song (Pagerwojo) Plosokandang Sungaiombok (Pagerwojo) (4) digunakan 60 (liter/detik) 75 65 14 15 6 2 yang (5) Ket.
Pemakaian air untuk kebutuhan Campurdarat 20 Bandung rumah tangga yang 5 mempergunakan air PDAM sebanyak 4,32%, sumur pompa 79,97%, air tanah/sumur gali 13.34% dan lainnya 2,37%. Persentase penggunaan air sumur pompa yang tinggi menunjukkan bahwa rumah tangga yang air baku untuk minum belum terpenuhi secara layak sesuai baku mutu air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/PER/IX/1980 atau Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 413/1987 dari kuantitas maupun kualitasnya. Pemenuhan kebutuhan air minum diwilayah kota Tulungagung maupun di daerah daerah yang diindikasikan sebagai daerah rawan air minum sudah dapat
berjalan cukup optimal, namun yang perlu mendapatkan perhatian untuk penanganan kebutuhan air minum adalah pada kawasan kawasan permukiman nelayan diwilayah selatan Kabupaten Tulungagung.
3.6: Peta cakupan layanan air bersih (atau peta jaringan PDAM)
Air bersih di kota Tulungagung dilakukan PDAM, selain dari PDAM pada kota Tulungagung terdapat sumur baik sumur gali maupun sumur pompa. Untuk distribusi air bersih PDAM dilakukan melalui jaringan pipapipa di dalam tanah.
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
SUMBERPDAM
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS dan data SR per desa juga HU dipakai untuk analisis
Konsumsi air bersih yang telah disalurkan oleh PDAM sebagian besar adalah rumah tangga (84,49%), selain itu pertokoan (6,16%), sosial (seperti badan sosial, rumah sakit dan tempat peribadatan) 5,40% dan lainnya untuk instansi pemerintah, kran umum/hidran dan niaga/industri.
............................................................................................................................................ ..................................................................................................................................... CATATAN : BAGAN BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA
3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Berdasarkan hasil skenario pengembangan Kabupaten Tulungagung, serta adanya rencana kawasan industri (pertanian dan pengolahan hasil tambang) di Kabupaten Tulungagung, maka konsep penanganan limbah untuk Kabupaten Tulungagung serta konsep struktur ruang Kabupaten Tulungagung dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Penanganan limbah padat rumah tangga (black water) dilakukan dengan cara yaitu setiap rumah diwajibkan mempunyai septic tank, sedangkan untuk kawasan permukiman yang padat mempergunakan sistem septic tank komunal. 2) Penanganan air limbah untuk kawasan ekonomi, sistim yang dipakai adalah gabungan antara sistem indiviual dan cara kolektif.
3)
Instalasi pengolahan air limbah yang harus ada pada kawasan industri, terutama untuk kawasan industri terencana yang terdapat di Kabupaten Tulungagung yang terdiri dari pengolahan secara kimia dan biologis (disarankan memakai proses lumpur aktif). Diagram alir proses tersebut adalah;
INLET
OUTLET
Gambar 0.4Rencana Penanganan Limbah Keterangan : A. Bar Screen Untuk memisahkan benda-benda terapung yang mungkin terbawa oleh air limbah seperti : potongan kayu, kertas, plastik dan lain sebagainya. B. Grit Chamber Tempat untuk memisahkan pasir-pasir yang bercampur di dalam air limbah guna mencegah terjadinya kerusakan terutama pada pompa-pompa yang digunakan. C. Bak Pengendap I Tempat dimana terjadinya proses pemisahan antara air limbah dengan partikel diskrit yang terkandung secara gravitasi. D. Tangki Aerasi (Proses Lumpur Aktif) Proses dimana pertumbuhan biologis yang terflokulkasi dicampurkan dengan air limbah dan diaerasi. E. Bak Pengendap II Berfungsi untuk mengendapkan flok-flok pertumbuhan biologi yang terbentuk pada pengolahan lumpur aktif. F. Bak Tampung Air Bersih Berfungsi untuk penampungan air yang sudah di proses, kemudian untuk di salurkan kembali. 4) Setiap kawasan industri harus memiliki lembaga internal yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah dan bertanggung jawab terhadap Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulungagung dimana pengelolaan limbahnya adalah sebagai berikut: Pembangunan IPAL bersama bagi industri kecil, seperti industri pelapisan logam, pencelupan kain, pembuatan pupuk, industri kulit, pabrik tahu yang terletak dalam suatu kawasan pedesaan, dengan target pengurangan sifat berbahaya (detoksifikasi) dari Iimbah yang dihasilkan per produksi. Memberi kemudahan kredit pembelian alat pengolahan limbah bagi industri kecil, atau mengurangi pajak import alat pengolah Iimbah.
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
Peningkatan kualitas, fungsi dan managemen sungai terpadu, seperti Prokasih. Peningkatan kemampuan institusional (law enforcement) dalam memberi fungsi bagi pencemar, pemberlakuan secara ketat tentang baku mutu Iingkungan.
Meningkatnya pembangunan khususnya di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Limbah B3 kebanyakan dihasilkan oleh kegiatan industri elektroplating, rumah sakit dan laboratorium medis yang pada umumnya pengelolaanya masih sangat sederhana sekali yaitu ditampung saja. Upaya yang telah dilakukan sementara ini untuk penggunaan polutan di media lingkungan dikurangi, meningkatkan koordinasi lintas sektoral serta melakukan pembinaan dan sosialisasi. Apabila memungkinkan dikembangkan penggunaan tehnologi bioremediasi seperti yang telah dikembangkan di salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Tulungagung. Adakah uraian.. LEBIH LANJUT TERKAIT ADANYA HOME INDUSTRI YANG BERPENGARUH TERHAPAT LINGKUNGAN PERLU BAHASAN LANJUT DARI POKJA (BLH) UTAMANYA
Tabel 3.42: Pengelolaan limbah industri rumah tangga kabupaten/kota Jenis Industri Lokasi Jumlah industri Jenis RT Pengolahan Kapasitas (m3/hari)
Rumah Tangga
Dst
SUMBERBLH/
CATATAN :DATA BELUM TERSEDIAKAN PERLU BAHASAN LANJUT POKJA karena ada di QA produk BPS
3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Di Kabupaten Tulungagung, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal dari rumah sakit dikelola oleh masing-masing rumah sakit. Rumah sakit bertanggung jawab penuh untuk membangun dan mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dari Kementrian Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Pengawasan dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, sebagai SKPD yang bertanggung jawab dalam pengawasan dan pemantauan pengelolaaan limbah medis rumah sakit. Pengelolaan limbah medis sudah dimulai dari sumber/asal timbulan sampah. Secara umum, disetiap sarana pelayanan kesehatan sudah dilakukan pemisahan untuk sampah medis maupun non medis. Hal ini ditunjukkan dengan disediakan tempat sampah dengan
Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi
warna yang berbeda sehingga masyarakat dapat mengetahui cara membuang sampah berdasarkan jenisnya. Berdasarkan pantauan dari dinas kesehatan kabupaten masih djumpai sarana dan prasarana teknis Puskesmas di Puskesmas belum sesuai dengan kebutuhan terendah : Sanitarian Kit Incenerator Bangunan IPAL untuk limbah medis.
Jumlah Desa ODF (Open Defecation free) 72 Desa atau 26,6 %
Beberapa rumah sakit di Kabupaten Tulungagung sudah memiliki incinerator untuk data rumah sakit dan penanganan limbahnya sampai saat ini bisa dilihat dalam tabel berikut:
SUMBERDINKES