Anda di halaman 1dari 3

BAB 12 PANCASILA DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Hakikat Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat kodrati yang merupakan rahmat Tuhan bagi seluruh manusia. Oleh karena itu, manusia harus saling mengenal dan berinteraksi. Dede Rosyada, menyatakan bahwa hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,melindungi kebebasan,kekebalan,serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat hak asasi manusia adalah sebagai berikut; 1. HAM merupakan milik mutlak Tuhan yang diberikan kepada manusia; 2. HAM merupakan citra diri manusia yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang sama dengan seluruh makhluk tuhan lainnya; 3. HAM berkaitan dengan kewajiban yang harus dilaksanakan; 4. Hakikat HAM adalah persamaan dan kemerdekaan hidup manusia; 5. Persamaan dan kemerdekaan menimbulkan hak-hak manusia lainnya, dan jika persamaan dan kemerdekaan tidak diperoleh manusia,hak-hak asasi lainnya tidak akan muncul. Secara filosofis,HAM sebagai hak-hak kemanusiaan yang paling fundamental yang harus dimiliki oleh setiap individu dan kelompok tanpa membedakan apa pun dan dari sudut mana pun. Secara normatif,HAM dapat diartikan sebagai kumpulan hukum atau peraturan yang mengatur hak-hak individu dalam masyarakat. Dalam konteks hukum,HAM terkait dengan tiga bidang hukum,yaitu hukum internasional,hukum tata negara,dan hukum HAM. B. Latar Belakang Kelahiran HAM Para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya magna charta pada tahun 1215 di inggris. Magna charta mencanangkan bahwa raja yang semula memiliki kekuasaan absolut menjadi dibatasi kekuasaan nya dan mulai dapat diminta pertanggungjawaban di muka umum. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan montesqueu.

Pada prinsipnya, HAM bukan hanya merupakan norma dasar yang bersifat filosofis dan abstrak,melainkan juga telah menjelma menjadi hukum positif termasuk pranata pendukungnya. Dengan demikian, kehidupan manusia lebih terjaga dengan baik. C. Prinsip-prinsip Dasar HAM Di antara prinsip dasar yang termuat dalam HAM yang universal, antara lain prinsip persamaan,kebebasan,dan keadilan. Prinsip-prinsip ini mencakup atas hak sipil,politik,ekonomi,sosial,dan budaya,serta hak kolektif. Prinsip persamaan merupakan bentuk pengakuan yang bersifat kolektif. Prinsip kebebasan yang dimuat dalam HAM merupakan klaim bahwa seseorng dapat berbuat dan bertindak sesuai dengan hak-hak yang dimilikinya. Dalam konteks hukum tata negara,prinsip keadilan banyak bersinggungan dengan pola pembagian kekuasaan,konstitusionalisme,pengambilan keputusan,demokrasi,liberalisme,dan kebijakan publik. 1. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945) Sebagai organisasi pergerakan,Boedi Oetomo telah menaruh perhatian terhadap masalah HAM. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan , hak berserikat, hak berkumpul, hak mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Dengan demikian, gagasan dan pemikiran HAM di indonesia telah menjadi perhatian besar dari para tokoh pergerakan bangsa dalam rangka penghormatan dan penegakan HAM. Oleh karena itu, HAM di indonesia mempunyai akar sejarah yang sangat kuat. 2. Periode setelah Kemerdekaan (1945-sekarang) a. Periode 1945-1950 b. Periode 1950-1959 c. Periode 1959-1966 d. Periode 1966-1998 e. Periode 1998-sekarang D. Hak Asasi Manusia dalam Perundang-undangan Pemerintah RI Dalam perundang-undangan RI terdapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan HAM. Pertama, dalam konstitusi (undang-undang dasar negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-Undang. Keempat,

dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan, seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksaan lainnya. Adapun pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan pelaksanaanya, kelemahannya,pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan. 1. Pengaturan HAM dalam konstitusi. 2. Pengaturan HAM dalam ketetapan MPR (TAP MPR). 3. Pengaturan HAM dalam Undang-Undang. 4. Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan presiden. Keseluruhan ketentuan perundang-undangan tersebut merupakan pintu pembuka bagi strategi selanjutnya, yaitu tahaap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap ini diupayakan tumbuh kesadaran perhormatan dan penegakan HAM, baik di kalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karena HAM merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu diperjuangkan,dihormati dan dilindungi oleh setiap manusia. Selanjutnya, HAM sebagai tatanan sosial merupakan pengakuan masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai HAM dalam tatanan sosial, politik, ekonomi yang hidup. Dalam kerangka menjadikan HAM sebagai tatanan sosial, pendidikan HAM secara kurikuler ataupun melalui pendidikan kewargaan (civic education) sangat diperlukan dan terus dilakukan secara berkesinambungan.

Nama : Ratih Amaliah NIM : 1132020132 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai