Anda di halaman 1dari 7

04/03/2012

Pendahuluan
Istilah bahan tambahan berasal dari bahasa latin excipiens, dari kata kerja excipere yang artinya menerima, mengambil. Awalnya istilah ini digunakan untuk menyatakan senyawa yang berguna untuk menjamin bahwa produk obat mempunyai berat, konsistensi dan volume yang diperlukan untuk pemberian senyawa aktif pada dosis yang tepat pada pasien.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Pendahuluan
Pada tahun 1957, bahan tambahan didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan sebagai pembawa suatu sediaan obat. Pada tahun 1974, muncul istilah vehicle, yaitu senyawa inert yang ditambahkan pada suatu resep atau formula untuk menghasilkan konsistensi atau bentuk obat yang sesuai. Awalnya vehicle digunakan terbatas pada pembuatan pil, sekarang lebih banyak digunakan untuk bentuk sediaan tablet dan kapsul. Beberapa bahan alam yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan pil antara lain laktosa, glukosa, lycopodium, gliserin dan gelatin.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 3

Pendahuluan
Formularium Nasional US pada tahun 1994 menyatakan bahwa bahan tambahan merupakan semua senyawa selain bahan aktif yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam formulasi, atau semua senyawa dalam formula selain bahan aktif. Termasuk di dalamnya adalah senyawa berfungsi untuk menjamin stabilitas, ketepatan dosis, memperbaiki karakteristik organoleptis dan kepatuhan pasien. Teknologi farmasi modern juga membutuhkan verifikasi sifat fisik bahan tambahan, yang penting dalam fase produksi maupun untuk kontrol pelepasan zat aktif, dengan tujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan efikasi obat.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 4

04/03/2012

Sumber Bahan Tambahan


binatang (contoh laktosa, gelatin, asam stearat), tumbuhan (contoh pati, gula, selulosa, alginat), mineral (contoh kalsium posfat, silika), dan sintetik (contoh PEG, polisorbat, povidon). Sekarang tersedia banyak bahan tambahan dengan berbagai fungsi, dalam bentuk tunggal maupun kombinasi, antara lain sebagai pelarut, pelicin, pewarna, pemanis dll.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Persyaratan bahan tambahan

Persyaratan bahan tambahan


Baik obat maupun bahan tambahan harus memenuhi syarat kualitas dan keamanan. Obat juga harus memenuhi syarat efikasi, sedangkan bahan tambahan harus memenuhi syarat fungsionalitas, yang didefinisikan sebagai : sifat fisik, fisikokimia dan biofarmasetika. Keamanan merupakan syarat yang penting, karena selama ini bahan tambahan dianggap inert sehingga kurang diperhatikan keamanannya.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

04/03/2012

Persyaratan bahan tambahan


Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam keamanan bahan tambahan: (a) produksi, distribusi dan penggunaan bahan tambahan (b) interaksi antara bahan obat dengan bahan tambahan (c) toksisitas bahan tambahan

a. Produksi, distribusi dan penggunaan bahan tambahan


Efek samping dari bahan tambahan mulai tercatat pada tahun 1930an, pada kasus eliksir sulfanilamid. Beberapa kasus kematian terjadi di Nigeria dan India (1990), di Bangladesh (1992) dan di Haiti (1996) karena pelarut yang terkontaminasi, yaitu gliserin yang mengandung etilen glikol.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

10

a. Produksi, distribusi dan penggunaan bahan tambahan


Sebagian besar bahan tambahan digunakan dalam jumlah besar dalam produk herbal, namun kadangkadang menggunakan bahan bukan berkualitas pharmaceutical grade. Diperlukan perhatian khusus terhadap bahan kontaminan, supaya tetap di bawah batas minimal. Jadi definisi, klasifikasi, sumber dan verifikasi batas toleransi pengotor/kontaminan harus diperhatikan. Pada kasus produk herbal termasuk residu pelarut organik yang digunakan untuk ekstraksi.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 11

a. Produksi, distribusi dan penggunaan bahan tambahan


Fase distribusi bahan awal maupun produk akhir, bila tidak dikontrol juga bisa menjadi penyebab kualitas yang buruk dari obat atau makanan. Gliserin yang terkontaminasi, dilaporkan menyebabkan kematian 8 anak akibat gagal ginjal akut. Obat atau produk pangan harus menempuh perjalanan panjang dari pabrik, ke distributor hingga ke tangan pasien/konsumen, dimana karakteristik bahan tambahan bisa berubah bila kondisi transportasi tidak memadai atau terjadi kontaminasi selama perjalanan.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 12

04/03/2012

a. Produksi, distribusi dan penggunaan bahan tambahan


Pada tahap penggunaanpun sering terjadi masalah, terutama pada sediaan parenteral. Pencampuran sediaan injeksi harus memperhatikan sifat fisik maupun kimia dari bahan aktif dan bahan tambahan (umumnya solven).

b. Interaksi obat-bahan tambahan


Bahan tambahan umumnya digunakan dalam jumlah besar, dan sering mengandung gugus fungsi reaktif yang dapat menyebabkan perubahan secara kimia maupun fisik. Interaksi sering terjadi antara bahan tambahan dan bahan aktif dari pada antara sesama bahan aktif. Interaksi digolongkan menjadi dua, yaitu interaksi fisik dan interaksi kimiawi.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

13

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

14

b. Interaksi obat-bahan tambahan


Interaksi fisik dapat menyebabkan perubahan kecepatan disolusi atau homogenitas sediaan. Suatu senyawa dapat menjerap obat pada permukaannya, sehingga meningkatkan tegangan antar muka, kemudian meningkatkan kemampuan terbasahi dan akhirnya meningkatkan laju disolusi. Sebaliknya, suatu lubrikan (misalnya magnesium stearat) terdispersi pada partikel bahan aktif, sehingga menurunkan disolusi dan bioavailabilitas.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 15

b. Interaksi obat-bahan tambahan


Interaksi kimiawi dapat menyebabkan degradasi obat, menghasilkan senyawa tak aktif atau kontaminan produk degradasi. Reaksi yang paling sering terjadi adalah hidrolisis, karena air merupakan pelarut utama dalam sediaan cair. Untuk sediaan padat yang mengandung bahan higroskopis, kelembaban harus dikontrol dan diturunkan. Adanya oksigen, bila diaktifkan oleh katalis (logam berat, cahaya, panas, dll) dapat menyebabkan reaksi oksidasi-reduksi dan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas (misal peroksidasi lipid).
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 16

04/03/2012

b. Interaksi obat-bahan tambahan


Reaksi lain yang lebih jarang adalah fotolisis, isomerasi dan polimerasi, yang bisa terjadi pada bahan tambahan tertentu, menyebabkan penurunan kadar bahan aktif dan degradasi menjadi senyawa yang berbahaya. Contohnya bentuk polimer dari obat beta-laktam, seperti ampisilin, yang bertanggung jawab terhadap reaksi alergi. Bahan aktif tak terion dapat beraksi dengan bahan tambahan ionik, menghasilkan senyawa tak larut karena interaksi muatan, misalnya alginat Na dan neomisin basa mengendap dalam larutan air.
Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan 17

b. Interaksi obat-bahan tambahan


Jenis interaksi kimiawi lain dapat terjadi antara gugus karbonilat dari berbagai bahan tambahan seprti polivinilpirolidon dengan obat yang mengandung gugus hidrogen, seperti famotidin dan atenolol yang dapat menyebabkan terjadi inkompatibilitas.

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

18

c.Toksisitas bahan tambahan


Sejak bencana eliksir sulfanilamid, diberlakukan regulasi untuk bahan tambahan. Dalam Handbook of Excipient ada bagian tentang keamanan :

Peraturan di Indonesia ttg BA


1

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

19

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

20

04/03/2012

c.Toksisitas bahan tambahan

c.Toksisitas bahan tambahan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

21

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

22

c.Toksisitas bahan tambahan

c.Toksisitas bahan tambahan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

23

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

24

04/03/2012

c.Toksisitas bahan tambahan

Bahan Aditif_Dr.RH. Pendahuluan

25

Anda mungkin juga menyukai