Anda di halaman 1dari 23

1

ANALISIS KINERJA SIMPANG


PADA JALAN DR SETIABUDI BANDUNG

Oleh:
Supratman Agus


I. Pendahuluan
Dalam sistem Perkotaan di Wilayah Bandung Raya, ruas Jalan Dr
Setiabudi merupakan bagian dari koridor utara yang berfungsi sebagai
jalur penghubung utama kota Bandung dengan kota-kota satelit di wilayah
utara, yang memiliki peranan bagi pengembangan wilayah Metropolitan
Bandung.
Ditinjau dari aktifitas regional, jalan Dr Setiabudi terletak dalam Wilayah
Pengembangan Utara yang sangat berpotensi bagi pendistribusian
perkembangan kota-kota kecil di kawasan sekitarnya, serta berpotensi
sebagai jalur lintasan alternatif menuju pusat pengembangan utama (DKI
Jakarta). Jalan Setiabudi juga berperan sebagai jalur alternatif ke
kawasan kota Madya Cimahi yang sedang mengalami pertumbuhan
penduduk, industri dan perdagangan.
Ditinjau dari karakteristik lalu lintas, jalan Setiabudi sebagai jalan
kolektor primer merupakan jaringan jalan yang melayani angkutan
pengumpul dari jalan lokal ke jalan arteri dengan ciri-ciri perjalanan
sedang. Dengan demikian jalan ini mempunyai fungsi mobilitas, sekaligus
melayani akses ke lahan-lahan sekitarnya (UU No.34/2004). Selain itu
jalan Setiabudi juga berfungsi menghubungkan secara menerus kota orde
ke satu dengan orde-orde kota yang lebih kecil (PPRI No. 26/1985). Kota-
kota yang terletak di bagian utara Bandung itu antara lain adalah
Lembang, Subang, Pamanukan dan Indramayu
Berdasarkan karakteristik lalu-lintas, pada ruas jalan Setiabudi ada
3 macam jenis lalu lintas, yaitu lalu-lintas lokal, lalu-lintas regional dan
menerus. Bercampurnya ketiga jenis lalu-lintas tersebut menyebabkan
volume lalu-lintas yang cukup besar pada ruas jalan Setiabudi. Selain itu,
telah terjadinya perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya
2
pegerakan masyarakat, terutama pada periode pagi, siang dan sore hari,
serta meningkatnya jumlah kepemilikan Kendaraan dan pola penggunaan
lahan yang cukup pesat. Adanya terminal Ledeng type B ditepi ruas jalan
Dr Setiabudhi tanpa memiliki jalan akses dari dan ke terminal, berakibat
pula terhadap terganggunya kelancaran arus lalu lintas menerus di jalan
Setiabudi.
Pentingnya peranan ruas Jalan Dr Setiabudi ini dalam kaitannya
dengan konstelasi regional, membawa konsekuensi terhadap memusatnya
pergerakan ke Kota Bandung. Akibatnya terjadi akumulasi beban arus lalu
lintas, antara lain terjadinya penumpukan kendaraan, kemacetan lalu lintas
dan antrian kendaraan, terjadi tundaan waktu perjalanan ( delay ), serta
menurunnya tingkat pelayanan jalan Setiabudi sebagai jalan utama di
koridor utara, sehingga berpengaruh besar terhadap kelancaran pola
aliran pergerakan orang dan barang dari dan ke kota Bandung. Dengan
demikian maka jalan Dr Setiabudi memiliki peranan penting bagi wilayah
pengembangan Metropolitan Bandung dan pelayanan lalu lintas regional.
Berdasarkan hasil studi RUDS, BMA tahun 1990 (Juli 1990, ringkasan:
31:31)

Ruas jalan Dr Setiabudi perlu ditingkatkan kapasitas pelayanannya
sebagai jalan Kolektor, yang berfungsi untuk melayani lalu lintas di
kawasan koridor utara. Dengan demikian, jalan Setiabudi dapat
mendorong mempercepat pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat di
kawasan wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang dan Kota
Administrasi Cimahi.

Terhadap fenomena permasalahan lalu lintas di kawasan koridor
utara kota Bandung ini, hingga sekarang belum menunjukkan indikasi
nyata adanya program penanganan yang konfrehensif, terpadu dan
sistemik, baik dari pemerintahan kota Bandung dan oleh instansi yang
terkait, seperti Bapeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga kota Bandung.
Berdasarkan uraian tersebut maka studi analisis ini sangat diperlukan,
antara lain untuk mengungkapkan kondisi faktual terhadap kinerja
3
beberapa simpang atau pertemuan jalan di sepanjang jalan DR Setiabudi
di kawasan koridor utara kota Bandung.
2. Maksud dan Tujuan
Diharapkan hasil studi analisis ini dapat mengungkapkan kondisi faktual
kinerja beberapa simpang atau pertemuan jalan di sepanjang jalan DR
Setiabudi, dan bermanfaat antara lain :
1) Sebagai data awal bagi para praktisi dan akademisi untuk
melakukan setudi lanjut dan dalam upaya pengembangan
infrasutruktur transportasi di kawasan Bandung utara kota Bandung
2) Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam menetapkan kebijakan
strategis dan prioritas penanganan dan pembangunan Infrastruktur
bidang Transportasi di kawasan koridor utara kota Bandung, agar
mampu meningkatkan kinerja pelayanan ruas Jalan Dr Setiabudi
sebagai jalan Kolektor primer, dan sebagai jalur penghubung
utama kota Bandung dengan wilayah Kota Cimahi, kabupaten
Bandung, dan Kabupaten Subang yang merupakan pusat produksi
pertanian, peternakan dan pariwisata

3. Deskripsi data pelayanan pertemuan/Simpang jalan.
Pada ruas jalan DR Setiabudi terdapat empat titik simpul pertemuan
jalan yang berpotensi menimbulkan konflik arus lalu lintas pada jalan
akses keluar-masuk dari dan ke jalan kolektor primer Setiabudi dengan
kawasan sekitarnya. Pada titik simpul ini terjadi kepadatan arus lalu lintas,
antrian kendaraan dan tertundanya waktu perjalanan. Keempat simpang
jalan akses keluar-masuk ke ruas jalan DR Setiabudi tersebut adalah :
Simpang jalan Sersan Bajuri
Simpang jalan Gegerkalong Girang
Simpang jalan Gerlong Hilir dan
Simpang jalan Hegarmanah.
Adapun deskripsi data pelayanan tiap simpang, yaitu berdasarkan
volume jam puncak ( peak tour ) dan geometrik simpang adalah
sebagai berikut:

4

































10.2 M 21.3 M 21.2 M LEBAR JALAN LALU LINTAS
TIDAK ADA
TERTUTUP
PENDEKAT B
0.85 M 2.50 M LEBAR TROTOAR
SALURAN SAMPING
MEDIAN
JUMLAH LAJUR
TERTUTUP TERTUTUP
TIDAK ADA
2 3 2
JENIS KONSTRUKSI BAHU
LEBAR BAHU
GEOMETRIK SIMPANG
0.5 M
ASPAL ASPAL
0.5 M 0.29 M
ASPAL
SISI KANAN
PENDEKAT A
SISI KIRI SISI KIRI
0.85 M - -
TERTUTUP
TIDAK ADA
3 1 1
SISI KANAN
0.5 M
ASPAL
PENDEKAT C
2,22 M
ASPAL
0.72 M
ASPAL
SISI KANAN SISI KIRI
SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR
GAMBAR SITUASI
U
2
2
06
M
C
L
V
H
V
JU
M
L
A
H
HV LV MC
689
H
V
L
V
M
C
6
5 5
1
4
48
1
54
3
8
08
2
5
31
1
67
2
85
1
8
1
11
1
56
326 52 1067 532
217 317 15 127 175
3
2 4
4
9
1
0
2 8
6
5 0
2
4
7 5
4
0
8 5
1
4 6
1
8
7 3
2
0
6 7
K
PJ
SM
P
JUMLAH
KPJ SMP
J U
M
L
A
H
K
P J
S M
P
21.2
1
0
. 2
21.3
A
C
B
1.00 M
TERTUTUP TERTUTUP
6
H
V
4
5
9
M
C
2
3
4
L
V
J
U
M
L
A
H
6
9
9
K
E
N
D
.
4
7
2
S
M
P
SIMPANG JALAN GEGER KALONG GIRANG BANDUNG
GAMBAR SITUASI
GEOMETRIK SIMPANG
PENDEKAT A PENDEKAT B PENDEKAT C
SISI KIRI SISI KANAN
LEBAR BAHU
JENIS KONSTRUKSI BAHU
LEBAR TROTOAR
JUMLAH LAJUR
SALURAN SAMPING
MEDIAN
LEBAR JALAN LALU LINTAS
ASPAL
1.00M
2
TERTUTUP
TIDAK ADA
15.60 M
TERTUTUP
2
-
ASPAL
TERTUTUP TERTUTUP
13.80 M
TIDAK ADA
ASPAL
2
SISI KIRI
ASPAL
2
SISI KANAN
TERTUTUP TERTUTUP
9,10 M
TIDAK ADA
ASPAL ASPAL
1 1
SISI KIRI SISI KANAN
C
334
MC
1684
101
1146
LV
JUMLAH
4
70
HV
439
2895
KEND.
274
2074
SMP
B
KEND.
223
JUMLAH
1054
MC LV
928
164 58
HV
114 2096
2
SMP
1604
143
A
9,1
1
5
, 6
1
3
, 8
2,20M 1.00M - -
2.5M 0,5 4,5 0,45 1,20M 1,20M
5
M
C
3
3
5
1
3
0
7
L
V
H
V
J
U
M
L
A
H
K
E
N
D
A
R
A
N
S
M
P
2
6
0
9
0
1
2
0
1
0
6
6
1
5
2
3
1
4
4
5
4
1
6
9
2
27 35 3 65 52
443 287 15 745 528
HV LV MC
SMP KENDARAN
JUMLAH
7
2
H
V
1
8
4
5
M
C
1
0
7
2
L
V
J
U
M
L
A
H
2
9
8
9
K
E
N
D
A
R
A
N
2
0
8
8
S
M
P
4
. 0
0
B
C
A
SIMPANG JALAN SERSAN BAJURI
GAMBAR SITUASI
GEOMETRIK SIMPANG
PENDEKAT A PENDEKAT B PENDEKAT C
SISI KIRI SISI KANAN
LEBAR BAHU
JENIS KONSTRUKSI BAHU
LEBAR TROTOAR
JUMLAH LAJUR
SALURAN SAMPING
MEDIAN
LEBAR JALAN LALU LINTAS
2,10 M
KRIKIL
1.00M
1
TERTUTUP
TIDAK ADA
6,8 M
TERTUTUP
1
2.50 M
KERIKIL
1,20 M
TERTUTUP TERTUTUP
11,02 M
TIDAK ADA
ASPAL
2
0.85 M
0.29 M
SISI KIRI
KRIKIL
-
2
2,22 M
SISI KANAN
- -
8,22 M
TIDAK ADA
ASPAL KRIKIL
1
-
1
0.85 M
0.72 M
SISI KIRI
2.50 M
SISI KANAN
U 6,8
11,02
8,22

































10.2 M 21.3 M 21.2 M LEBAR JALAN LALU LINTAS
TIDAK ADA
TERTUTUP
PENDEKAT B
0.85 M 2.50 M LEBAR TROTOAR
SALURAN SAMPING
MEDIAN
JUMLAH LAJUR
TERTUTUP TERTUTUP
TIDAK ADA
2 3 2
JENIS KONSTRUKSI BAHU
LEBAR BAHU
GEOMETRIK SIMPANG
0.5 M
ASPAL ASPAL
0.5 M 0.29 M
ASPAL
SISI KANAN
PENDEKAT A
SISI KIRI SISI KIRI
0.85 M - -
TERTUTUP
TIDAK ADA
3 1 1
SISI KANAN
0.5 M
ASPAL
PENDEKAT C
2,22 M
ASPAL
0.72 M
ASPAL
SISI KANAN SISI KIRI
SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR
GAMBAR SITUASI
U
2
2
0
6
M
C
L
V
H
V
JU
M
L
A
H
HV LV MC
689
H
V
L
V
M
C
6
5
5
1
4
4
8
1
5
4
3
8
0
8
2
5
3
1
1
6
7
2
8
5
1
8
1
1
1
1
5
6
326 52 1067 532
217 317 15 127 175
3
2
4
4
9
1
0
2
8
6
5
0
2
4
7
5
4
0
8
5
1
4
6
1
8
7
3
2
0
6
7
K
PJ
SM
P
JUMLAH
KPJ SMP
J U
M
L
A
H
K
P J
S M
P
21.2
1
0
. 2
21.3
A
C
B
1.00 M
TERTUTUP TERTUTUP
6
4. Tinjauan Pustaka
Manual Kapasistas Jalan Indonesia ( MKJI 1997) membedakan
simpang bersinyal ( traffic signal) dan simpang tak bersinyal ( non traffic
signal). Simpang tak bersinyal dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas
Indonesia yang memberi jalan pada kendaraan dari sebelah kiri,
sedangkan pada simpang bersinyal dikendalikan oleh traffic light . Metoda
ini berasumsi bahwa simpang jalan tegak lurus pada alinyemen datar,
dihitung berdasarkan pendekatan empiris tidak berdasarkan metode
pengambilan celah.
1). Simpang tak bersinyal
Menurut MKJI 1997 parameter kinerja pelayanan simpang
ditentukan oleh besaran nilai kapasitas (C), derajat kejenuhan ( DS) ,
tundaan ( D) dan peluang antrian (QP). Masing-masing parameter
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.
C = C
O
F
W
F
M
F
CS
F
RSU
F
LT
F
RT
F
MI
( smp/jam)
DS = Q / C
Dimana :
Q = Volume total lalu lintas simpang ( Smp/jam) , Q
SMP
= Q
SIMPANG
F
SMP
;
F
SMP
= (emp LV LV% + empHV HV% + emp MC MC%)/100

D = DT + DG,
Dimana DT = tundaan lalu lintas pada simpang yang terdiri dari jalan
minor (DT
MI
) dan jalan utama (DT
MA
); dan DG = tundaan geometrik

DG = (1DS) [P
T
6 + (1P
T
)3] + (DS 4) DS < 1,0;
DT = 1,0504/ ( 0,2742 0,2042 * DS ( 1 DS).2 DS > 0,6 ;
DT = 2 + 8,2078.DS.- ( 1 DS) .2 DS < 0,6

Hubungan empires antara peluang antrian dan derajat kejenuhan
dapat dihitung dengan pendekatan

QP% = 9,02 . DS + 20,66 . DS
2
+ 10,49 . DS
3
, dan
QP% = 47,71 . DS - 24,68 . DS
2
+ 56,47 . DS
3


7
2). Simpang Bersinyal ( traffic signal)
Parameter kinerja simpang bersinyal juga ditentukan oleh Kapasitas (
C) , derajat kejenuhan ( DS), tundaan (D) dan besaran nilai peluang
antrian (QP).
C = S x g/c,

dimana C = kapasitas (smp/jam), S = Arus jenuh (smp/jam hijau),
g = waktu hijau (det) dan c = Waktu siklus (det)

DS = Q/C . Kreteria tingkat pelayanan ditunjukkan pada lampiran
Panjang Antrian ( NL) suatu pendekat dihitung rumus:
W
NQ QL
20
max =
NQ = NQ1 + NQ2
Dimana :
(


+ + =
C
DS x
DS DS x C x NQ
) 5 , 0 ( 8
) 1 ( ) 1 ( 25 , 0 1
2


3600 1
1
2
Q
x
DS x GR
GR
x c NQ


=
Tundaan (D) dihitung sebagai indikator tingkat pelayanan simpang
sebagai tundaan rata-rata suatu pendekat. D = DT + DG, sedangkan
Tundaan suatu simpang diperoleh sebagai (Q x D) / Qtotal.

Menurut Akcelik (1988),
C
x NQ
A x c DT
3600 1
+ = ;
) 1 (
) 1 ( 5 , 0
2
DS x GR
GR x
A


=
DG
i
= (1 Psv) x P
T
x 6 + (Psv x 4

Untuk menghitung jumlah kendaraan terhenti tiap pendekat dihitung
dengan rumus :
NS = 3600 9 , 0 x
c x Q
NQ
x ; dan
Nsv = Q x NS,
NS
total
= N
SV
/ Q
total
Kreteria tingkat pelayanan yang menyatakan waktu tunda (delay) pada
lampiran
8
5. Kinerja pelayanan Simpang /pertemuan jalan
Dari deskripsi empat buah simpang pertemuan jalan di sepanjang ruas
jalan Setiabudi Bandung, masing-masing telah diketahui data volume
lalulinats jam puncak ( peak hour) tiap lengan, data geometrik simpang
dan type klasifikasi simpang. Proses analisis kinerja tiap simpang tak
bersinyal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1) Simpang tak Bersinyal

Gambar 1
Diagram alir Analisa Simpang tak bersinyal

INPUT DATA
Kondisi geometrik Simpang
Data lalu lintas lalu lintas
Kondisi Lingkungan
PERHITUNGAN KAPASITAS SIMPANG
1. Lebar pendekat dan tipe simpang
2. Kapasitas dasar
3. Faktor penyesuaian lebar pendekat
4. Faktor penyesuaian median jalan utama
5. Faktor penyesuaian ukuran kota
6. Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan
samping dan kendaraan tak bermotor
7. Faktor penyesuaian belok kiri
8. Faktor penyesuaian belok kanan
9. Faktor penyesuaian belok kanan
10. Kapasitas
PERHITUNGAN PERILAKU LALU-LINTAS
1. Perhitungan Derajat Kejenuhan
2. Peritungan Tundaan Lalu lintas ( delay)
3. Perhitungan Peluang antrian
4. Penilaian perilaku lalu-lintas
Keperluan Penyesuaian Asumsi sesuai kebutuhan
Akhir analisa
TIDAK
PERUBAHAN
YA
9
Dengan berpedoman pada diagram alir dan deskripsi data tiap
simpang di atas, maka diperoleh hasil masing-masing perhitungan
kinerja simpang tak bersinyal, yaitu Simpang jalan S Bajuri, Simpang
jalan Gegerkalong Girang dan Simpang jalan Hegarmanah sebagai
berikut .

- Simpang jalan Sersan Bajuri-Setiabudi
Bentuk Simpang adalah simpang tiga tak bersinyal type 3.2.4
dengan data arus lalu lintas jam puncak (peak hour) tiap pendekat
Tabel 1
Volume arus lalu lintas jalan Setiabudi di luar terminal
Jenis
Kendaraa
n
ARAH PENDEKAT ( smp)
A B C
LT ST RT LT ST RT LT ST RT
MC - 701 - 170 654 - 15 - 222
LV - 896 - 260 901 - 35 - 287
HV - 82 - 27 155 - 4 - 20
UM - - - - - - - - --
unit 2361 - 621 2327 - 67 - 745
SMP
1679 - 457 1710 - 54 - 529

Dari daftar di atas diperoleh bahwa :
Q
total
= 4429 smp/jam
Rasio belok kiri ( PLT ) = 0,11
Rasio belok kanan (PRT) = 0,12
Rasio jalan minor terhadap jalan utama = 0,132

Berpedoman pada metoda MKJI tahun 1997 untuk simpang tak
bersinyal maka hasil perhitungan elemen simpang diperoleh sebagai
berikut:
1). Perhitungan ratio belok dan ratio arus lalu lintas
- Faktor Penyesuaian Belok Kiri (F
LT
)
F
LT
= 0,84 + 1,61 . P
LT
P
LT
=
C B A
C B A
LT LT LT
+ +
+ +
= 0,11
F
LT
= 0,84 + 1,61 . 0,11 = 1.03

10
- Faktor Penyesuaian Belok Kanan (F
RT
)
F
RT
= 1,09 0,922 . P
RT
untuk 3 lengan
P
RT
=
C B A
C B A
RT RT RT
+ +
+ +
= = 0,12 ; F
RT
= 0,98

2). Perhitungan faktor penyesesuaian lebar pendekat ( Fw)
Lebar ratarata semua pendekat
W
I
= ( A/2 + B/2 + C/2) / 3
= (6,8/2 + 11,02/2 + 8,2/2) / 3 = 4,34 m
Maka F
w
= 0,73 + 0,0760 . W
I
= 1,2
Dengan tipe simpang 3.2.4 diperoleh nilai kapasitas dasar (C
o
) = 3200
smp/jam, maka :
Type
Simpang
Lebar Pendekat (meter)
Wi
Lajur
Kapasitas
Dasar
Jalan
Minor
W
C

Jalan Mayor
Jalan
Mayor
Jalan
Minor W
A
W
B
W
AB

3.2.4
8,22 6,8 11,02 8,91 4,3
4
4 2 3.200

3). Perhitungan faktor penyesesuaian ratio arus jalan minor (F
MI
)
F
MI
= 1,19 x P
MI
2
1,19 x P
MI
+ 1,19
P
MI
= Q
MI
/ Q
TOT
= 583 / 4429 = 0,132
F
MI
= 1,19 x 0,132
2
1,19 x 0,132 + 1,19 = 1,15
4). Perhitungan kapasitas simpang
C = C
o
x F
W
x F
M
x F
CS
x F
RSU
x

F
LT
x F
RT
x F
MI


Dengan ukuran penduduk spesifikasi kota besar adalah 1-3 juta, faktor
penyesuaian jalan mayor tanpa median (F
M)
= 1,00, maka diperoleh:

C

= 3200 x 1,18 x 1,0 x 1,05 x 0,98 x 1,03 x 0,98 x 1,15
= 4587 smp/jam
Kapasitas
dasar
Lebar
Pendeka
t rata-
rata
Median
jalan
utama
Ukura
n kota
hambata
n
samping
belok
kiri
belok
kanan
Rasio
FMI/FM
A
kapasitas
Co
(SMP/jam
)
FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI
C
(smp/jam
)
3200 1,18 1,0 1,05 0,98 1,03 0,98 1,15 4587
11
5). Perhitungan Derajat Jenuh ( DS)
DS = Q
TOT
/ C,
Maka diperoleh DS = 4429 / 4587 = 0,96

Selanjutnya, tundaan yang terjadi serta prosentase peluang antrian yang
dapat terjadi, dapat dihitung sebagai berikut :
1). Perhitungan Tundaan Simpang (D)
Rumus: D = DG + DT
I
(det/smp)
DG = Tundaan geometrik simpang
DG = (1 - DS) x (P
T
x 6 + (1 - P
T
) x 3) + DS x 4
dimana: DG = tundaan geometrik simpang
DS = derajat kejenuhan
P
T
= ratio belok total
Maka diperoleh:
DG = (1 0,96 ) x (0,23 x 6 + (1 0,23) x 3) + 0,96 x 4
= 6,2 det/smp

DT
1
= Tundaan lalu lintas simpang
DT
I
= 1,0504 / (0,2742 0,2042 . 0,96) (1 0,96) . 2
= 6,9 det/smp
Maka diperoleh Tundaan Simpang (D) = 13,1 det/smp

2). Perhitungan tundaan lalu lintas jalan mayor (DT
MA
)
DT
MA
= 1,05034 / (0,346 0,246 . DS) (1 - DS) . 1,8
= 1,05034 / (0,346 0,246 .0,96) (1 0,96) . 1,8
= 27,8 det/smp

3). Perhitungan tundaan lalu lintas jalan minor (DT
MI
)
DT
MI
= ( Q
TOT
x DT
I
- Q
MA
x DT
MA
) / Q
MI

= ( 4429 x 6,9 3846 x 27,8) / 583 = 131 det/smp
4). Perhitungan peluang antrian (QP)
QP% = 9,02 . DS + 20,66 . DS
2
+ 10,49 . DS
3

= 9,02 . 0,96 + 20,66 . 0,96
2
+ 10,49 . 0,96
3

= 37,37 %
12
QP% = 47,71 . DS - 24,68 . DS
2
+ 56,47 . DS
3

= 47,71 . 0,96 - 24,68 . 0,96
2
+ 56,47 . 0,96
3

= 45,81 27,74 + 49,96 = 68,03 %
Arus
Lalu
Lintas
Deraja
t jenuh
Tundaan
lalu
lintas
simpang
Tundaan
lalu lintas
Jl. Utama
Tundaan
lalu lintas Jl.
Minor
Tundaan
geometrik
simpang
Tundaan
simpang
Peluang Antrian
Q
(smp/jam
)
DS DTI DTMA DTMI DG D
QP%
BA
QP%
BB
4429 0,96 6,9 27,8 131 6,2 13,1 68,37 37,37

Jadi, rentang peluang antrian yang dapat terjadi pada simpang jalan Dr.
SetiabudiSersan Bajuri adalah sebesar 37,37 % - 68,37 %
- Pelayanan simpang Geger Kalong Girang
Dari deskripsi data survai di atas telah diperoleh data arus lalu
lintas pada jam puncak (peak hour) adalah :
Q
total
= 5259 smp/jam
Rasio belok kiri ( PLT ) = 0,135
Rasio belok kanan (PRT) = 0,06
Rasio jalan minor terhadap jalan utama = 0,103
Maka elemen simpang Gegerkalong Girang sebagai berikut:
1). Perhitungan Kapasitas Simpang
D
S
= Q/C ; C = C
O x
F
W
x F
M
x F
CS
x F
RSU
x F
LT
x F
RT
x F
MI
C
O
= 3200 untuk simpang 3.2.4
W
A
= 12,6 m ; W
B
= 12,9 m ; W
C
= 6,7 m
75 , 12
2
9 , 12 6 , 12
2
=
+
=
+
=
B A
AB
W W
W m
73 , 9
2
7 , 6 75 , 12
2
=
+
=
+
=
C AB
i
W W
W m
F
W
= perhitungan lebar pendekat = 0,62 + 0,065 Wi
F
W
= 0,62 + 0,065 (9,73) = 1,2525 ; Maka:

13
Type
Simpang
Lebar Pendekat (meter)
Wi
Lajur
Kapasitas
Dasar
Jalan
Minor
W
C

Jalan Mayor
Jalan
Mayor
Jalan
Minor W
A
W
B
W
AB

3.2.4
6,7 12,6 12,9 12,7
5
9,73 4 2 3.200

F
M
= 1,0 karena tidak terdapat median lalu lintas
F
CS
= Faktor penyesuaian terhadap ukuran suatu kota, diambil 1,05
F
RSU
= Untuk lingkungan komersil dan hambatan samping cukup tinggi
dengan rasio kendaraan tak bermotor < 0,93%, maka F
RSU
yang digunakan
adalah 1-0,02 = 0,98.

F
LT
= 0,84 + 1,61 . P
LT
=> P
LT
= 0,13
maka, F
LT
= 0,84 + 1,61 (0,13) = 1,05
F
RT
= 1,09 - 0,922 . P
RT
=> P
RT
= 0,06
maka, F
RT
= 1,09 - 0,922 (0,06) = 1,03
F
MI
= factor penyesuain rasio arus jalan minor 3.2.4 diambil 1,3
maka Kapasitas simpang dapat dihitung sebagai berikut :
C = C
O x
F
W
x F
M
x F
CS
x F
RSU
x F
LT
x F
RT
x F
MI ;
C = 6019 smp/jam
Jadi, derajat jenuh diperoleh D
S
= Q/C = 5259/6019= 0,87

Kapasitas
dasar
Lebar
Pendekat
rata-rata
Median
jalan
utama
Ukuran
kota
hambatan
samping
belok
kiri
belok
kanan
Rasio
FMI/FMA
kapasitas
Co
(SMP/jam)
FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI
C
(smp/jam)
3200 1,3 1,0 1,05 0,98 1,05 1,03 1,3 6019

2. Perhitungan Perilaku Lalu Lintas
1) Perhitungan Tundaan Simpang
DT
1
=
( )
2 ) 1 (
2042 , 0 2742 , 0
0504 , 1
x DS
xDS

= 10,62 det/smp
2) Tundaan pada Lalu Lintas Utama Jalan Mayor (DT
MA
)
14
DT
MA
=
( )
8 , 1 ) 1 (
246 , 0 346 , 0
05034 , 1
x DS
xDS

= 7,8 det/smp
3) Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor Rata-Rata (DT
MI
)
DT
MI
=
( ) ( )
MI
MA MA TI TOT
Q
xDT Q xD Q
= 35,11 det/smp
4) Tundaan Geometrik (DG) Untuk DS 1
DG = (1 DS)(PT x 6) + (1 PT) x 3 + (DS x 4) = 6,05 det/smp
5) PerhitunganTundaan Simpang (D)
D= DG + DT1 = 6,05 + 10,62 = 16,67
6) Peluang Antrian
a. Peluang antrian batas atas
QP % = 47,71 x DS 24,68 x DS
2
+ 56,47 x DS
3

= 47,71 x 0,87 24,68 x (0,87)
2
+ 56,47 (0,87)
3
= 60,02 %
b. Peluang antrian batas bawah
QP % = 9,02 x DS + 20,66 x DS
2
+ 10,49 x DS
3

= 9,02 x 0,87 + 20,66 x (0,87)
2
+ 10,49 (0,87)
3
= 30,39%
Arus
Lalu
Lintas
Derajat
jenuh
Tundaan
lalu
lintas
simpang
Tundaan
lalu
lintas Jl.
Utama
Tundaan
lalu lintas
Jl. Minor
Tundaan
geometrik
simpang
Tundaan
simpang
Peluang
Antrian
Q
(smp/ja
m)
DS DTI DTMA DTMI DG D
QP%
BA
QP%
BB
5259 0,87 10,62 7,8 35,11 6,05 16,67 60,02 30,39

Peluang antrian yang terjadi pada simpang Setiabudhi Geger Kalong
Girang adalah sebesar 30,39 % s/d 60,02 %

- Kinerja pelayanan simpang Hegarmanah
Dari volume jam puncak (peak hour) arus lalu lintas simpang Hegarmanah di
atas dapat diketahui bahwa Q
total
= 5553 smp/jam, Rasio belok kiri ( PLT )
= 0,23 ; Rasio belok kanan (PRT) = 0,00 dan Rasio jalan minor terhadap
15
jalan utama = 0,09, Maka perhitungan elemen simpang Gegerkalong Girang
sebagai berikut:
1) Perhitungan Kapasitas simpang
a) Perhitungan lebar pendekat
W
A
=9,4 m ; W
B
= 8,5 m ; W
C
= 6,2 m
W
AB
= 95 , 8
2
5 , 8 m 4 , 9
2
=
+
=
+
B A
W W

Wi = 58 , 7
2
2 , 6 95 , 8
2
=
+
=
+
c AB
W W

FW = 0,62 + 0,065*7,58 = 1,11

Type
Simpang
Lebar Pendekat (meter)
Wi
Lajur
Kapasitas
Dasar
Jalan
Minor
W
C

Jalan Mayor
Jalan
Mayor
Jalan
Minor W
A
W
B
W
AB

3.2.4 6,2 10,9 8,5 7,95 7,95 4 2 3.200

b) Factor penyesuaian median jalan utama
FM = diambil 1,0 ; FCS = diambil 1,05
c) Factor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping (FRSU ) untuk
rasio kendaraan tak bermotor kurang 10 %, dihitung diperoleh = 0,98
d) Factor penyesuaian % belok kiri
FLT = factor penyesuaian terhadap belok kiri
FLT = 0,84 + 1,61.PLT = 1,21
e) Factor penyesuaian belok kanan
FRT = 1,09 0,922*PRT = 1,09 0,922*0 = 1,09
f) Factor penyesuaian rasio arus jalan minor
FMI = factor penyesuaian arus jalan minor, diambil = 1,3
C = C
O
.F
W
.F
M
.F
CS
.F
RSU
.F
LT
.F
RT
.F
MI
C = 3200*1,11*1*1,05*0,98*1,21*1,09*1,3 = 6.267
Jadi, DS =
C
Q
= 89 , 0
267 . 6
553 . 5
=
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kinerja pelayanan simpang
tidak stabil, lalu lintas padat, arus kendaraan tiap lajur tersendat, antrian
16
sering terjadi dan kecepatan rencana tidak tercapai, dimana kecepatan yang
ada dilapangan lebih rendah dari kecepatan rencana.
2) Perhitungan Perilaku Lalu Lintas
a) Perhitungan tundaan simpang
DT
1
=
( )
2 ) 1 (
2042 , 0 2742 , 0
0504 , 1
x DS
xDS


= 11,45 det/smp
b) Tundaan pada Lalu Lintas Jalan Mayor
DT
MA
=
( )
8 , 1 ) 1 (
246 , 0 346 , 0
05034 , 1
x DS
xDS


= 8,07 det/smp
c) Tundaan Pada Lalu Lintas Jalan Minor Rata-rata
DT
MI
=
( ) ( )
MI
MA MA TI TOT
Q
xDT Q xD Q

= 45,09 det/smp
d) Tundaan Geometrik

DG = (1 DS)(PT x 6) + (1 PT) x 3 + (DS x 4 = 3,99 det/smp
e) Tundaan Simpang
D
44 , 15
45 , 11 99 , 3
=
+ =
+ = DTI DG

f) Peluang Antrian
Peluang antrian batas atas
QP %
% 76 , 62
89 , 0 * 47 , 56 89 , 0 * 68 , 24 89 , 0 * 71 , 47
* 47 , 56 * 68 , 24 * 71 , 47
3 2
3 2
=
+ =
+ = DS DS DS

Peluang antrian batas bawah
QP %
% 79 , 31
89 , 0 * 49 , 10 89 , 0 * 66 , 20 89 , 0 * 02 , 9
* 49 , 10 * 66 , 20 * 02 , 9
3 2
3 2
=
+ + =
+ + = DS DS DS

Jadi, peluang antrian yang terjadi pada simpang Hegarmanah adalah
sebesar 31,79% sampai dengan 62,76 %.
17

2). Simpang Jalan Geger Kalong Hilir ( simpang bersinyal )
Simpang Gergerkalong Hilir merupakan simpang bersinyal,
yaitu pergerakan lalu lintas tiap lengan diatur dengan lampu lalu
lintas. Proses analisis kinerja simpang dilakukan sebagai berikut





























Gambar 2 : Diagram alir Analisa Simpang bersinyal


Adapun perhitungan kinerja simpang bersinyal Gergerkalong Hilir
dihitung secara tabelaris sebagai berikut:





PERUBAHAN
Ubah penentuan fase
sinyal, lebar pendekat,
aturan membelok dsb.
Perhitungan Kapasitas simpang
Kapasitas
Keperluan untuk perubahan
Perhitungan Waktu Sinyal
1) Tipe pendekat
2) Lebar pendekat efektif
3) Arus jenuh dasar
4) Faktor-faktor penyesuaian
5) :Rasio arus/arus jenuh
6) :Waktu siklus dan waktu hijau
Penggunaan Sinyal
Fase sinyal
Waktu antar hijau dan hilang
Data Masukan
- Kondisi Geometrik
- Volume arus lalu lintas
- Pengaturan lalu-lintas
- Kondisi lingkungan
Perhitungan Perilaku Lalu-lintas
1) Persiapan
2) Panjang antrian
3) Kendaraan terhenti
4) Tundaan
2

PERHITUNGAN ANTRIAN DAN WAKTU TUNDA ( DELAY )
SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR - JALAN SETIABUDI BANDUNG


Kode
Arus
Lalu Kapsitas Derajat Rasio Jumlah kendaraan antri (smp) Panjang Rasio E Kend Tundaan
Pendekat Lintas smp/jam Kejenuhan hijau Total NQ antrian Kendaraan terhenti Lalu lintas Geometrik Rata-rata Total
smp/jam DS GR N1 N2 NQ1+NQ2=

maks (m)
Stop
smp/jam smp/jam det/smp
rata-rata
det/smp det/smp smp.det
Q C Q/C g/c NQ QL NS Nsv DT DG D=DT+DG D x Q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
BST 2250 3496 0,644 0,39216 0,403 29,11 29,51 42 78,873 1,056 2131,083 14,570 4,223 18,793 42284
CRT 611 949 0,644 0,18774 0,402 8,984 9,39 14,9 58,431 1,379 443,1461 23,019 5,516 28,535 17438
ART 190 296 0,644 0,10587 0,400 2,908 3,31 7,7 58,113 2,287 83,27603 29,440 9,147 38,587 7349

Tot.
Arus 3052 Total 2658 total 67071
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp 0,871
Tundaan Simpang Rata-rata D1
(det/smp) 22
Keterangan Pol diambil 10%

Keterangan :
BST = Lengan Jalan Setiabudi lalu lintas menerus Lembang - Bandung
CRT = Lengan jalan S Bajuri lalu lintas belok kanan
ART = Lengan jalan Setiabudi lalu lintas belok kiri
3
Tabel 3
Hasil Perhitungan Kinerja Simpang tak bersinyal pada ruas jalan Dr Setiabudi



N0

Nama
dan type
Simpang

Arus
Lalu
lintas


Arah
Lalu
lintas

Volume jam
puncak

Rasio
jalan
Minor


Kapasitas
( C )


DS


Tundaaan Lalu
lintas

Tundaan
Geometrik

Tundaan
Simpang

Peluang
antrian
( % )

Panjang
Antrian
( m )
kpj

Smp *)
Jalan
Utama
Jalan
Minor


1
Simpang
Sersan
Bajuri
( 3/2/4 )
Jalan
utama +
jalan
Minor
LT 688 511 0.11
4587

0,96

27,8

131

6,2

13,1

33.37
s/d
68,37


ST 4688 3389
RT 745 529 0.120
Jumlah 6121 4429 0.132


2
Simpang
Gegerkalong
Girang
Jalan
utama +
jalan
Minor
LT 1063 708 0.135
6019

0,87

7.8

35.11

6.05

16.67

30.39
s/d
60.02

ST 5744 4234 0.805
RT 507 317 0.060
Jumlah 7314 5259

3
Simpang
Gegerkalong
Hilir
Jalan
utama +
jalan
Minor
BST 3516 2250 -- 3496 0.64 14.5
23.02
4.2 18.79 78.9
CRT 1227 529 0,710 949 0.64 5.5 28.53 58.4
ART 328 190 0,008 296 0.64 29.4 9.1 38.6 58.11
Jumlah 5071 3052

4
Simpang
Hegarmanah
Jalan
utama +
jalan
Minor
LT 1742 1268 0.230
6.267

0,89

8,07

45,09

3,99

15.44

31.79
s/d
62.76

ST 5945 4285
RT -- -- --
Jumlah 7687 5553
Keterangan
*) PCU : MC = 0,25 ; LV = 1,0 ; HV = 1,3
A. RT = arus lalu lintas belok kanan dari jalan Setiabudi arah Lembang
B. ST = Arus Lalu Lintas menerus dari Jalan Setiabudi arah Bandung
C. RT = arus Lalu Lintas belok kanan radi Jalan Gegerkalong Hilir ke arah Bandung

20



6. Analisis dan Pembahasan
Dari perhitungan parameter kinerja empat buah simpang di sepanjang
ruas jalan DR Setiabudi di atas, diantaranya adalah simpang tak
bersinal ( non traffic signal ) telah diketahui, bahwa

1) Derajat jenuh ( DS) pada setiap simpang diperoleh pada nilai yang
bervariasi, yaitu DS = 0,87 sampai dengan 0,96. Tundaan
geometrik simpang masing 6,2 dan 6,05 pada simpang S Bajuri
dan simpang Gergerkalong Girang. Kemudian 4,0 pada simpang
Hergarmanah
2) Tundaan simpang ( delay) adalah 13,1 - 16,7 detik/smp
3) Peluang antrian yang mungkin terjadi adalah dari batas bawah
30,4 33,4% dan batas atas 60,02 68,4.%
Sedangkan kinerja simpang bersinyal ( Simpang Gegerkalong Hilir) adalah
38,6 detik/smp dan panjang antrian pada ketiga lengan sampai lebih dari
25 meter, dan tinginya faktor hambatan samping maka berdampak
tehadap tejadinya peluang antrian yang tinggi yaitu 28,53 38.6 %.

Oleh sebab itu secara keseluruh, maka tingkat pelayanan arus
lalulintas di sepanjang ruas jalan DR Setiabudi digolongkan dalam
kalasifikasi D dengan arus lalu lintas tidak stabil, kendaraan padat, lalu
lintas tersendat, dan volume simpang lebih tinggi dari kapasitasnya.
Keadaan ini berakibat terhadap kerugian yang harus dipikul oleh
pengemudi, antara lain meningkatnya biaya operasional kendaraan ( BOK)
, tertundanya waktu perjalanan dan pertambak pula terhadap
kenyamanan, dan resiko biaya pemeliharaan jalan yang harus dipikul oleh
Pemerintah Daerah kota Bandung.

.




21
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan.
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengolahan tentang kinerja pelayanan
Terminal Ledeng dan Ruas Jalan DR Setiabudi Bandung studi yang telah diurakan
di atas, maka diperoleh kesimpulan hasil studi sebagai berikut :
1) Bahwa kinerja semua simpang di sepanjang Jalan DR Setiabudi pada jam
puncak (peak hour) dikategorikan pada tingkat pelayanan D ( level of
service ) dengan arus lalu lintas tidak stabil, lalu lintas padat, kendaraan
pada tiap lajur lalu lintas pada mulut simpang tersumbat, terjadi antrian
panjang dan kecepatan laju kendaraan rendah
2) Bahwa kinerja pelayanan ruas jalan DR Setiabudi Bandung
diklasikasikan dalam golongan tingkat pelayanan D, yaitu arus lalu lintas
tidak stabil, arus lalu lintas padat, sering terjadi antrian dan kemacetan
lalulintas dan kecetapan rata-rata kendaraan 27 kilometer/jam.

B. Saran/Rekomendasi
Dari fenomena rendahnya kinerja pelayanan dan kapasitas daya tampung terminal
Ledeng, serta rendahnya tingkat kinerja pelayanan ( level of service ) pada ruas
jalan dan simpang yang ada di sepanjang jalan DR Setiabudi Bandung, maka
disaran antara lain :
1) Agar Pemerintah daerah kota Bandung, instansi yang terkait, para praktisi
dan akademisi bersama-sama menetapkan kebijakan strategis, baik program
jangka panjang maupun jangka pendek mengembangkan sistem pelayanan
moda transportasi yang aman dan nyaman sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di kawasan koridor utara kota Bandung, dan sistem
pengoperasian moda transpotasi kawasan Bandung Raya tahun 2025.
2) Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan intensif dari pihak yang terkait
dengan pengelola sarana infrastruktur dan fasilitas Jalan raya, untuk secara
persuasif edukatif melaksanakan program penertiban penggunaan badan
jalan,serta peningkatan disiplin penguna jalan , khususnya ruas jalan DR
Setiabudi Bandung.
Semoga,

22

DAFTAR PUSTAKA



Adolp D. May, 1990 . Traffic Flow Fundamenatls ; Prentice hall, New
Yersey.
Cornes, Richard and Sandler, Todd, 1996. The Theory of Externalities, Public
Goods, and Club Goods. Cambridge University Press, United States of
America.
Clarkson H.Oglesby, R.Gary Hicks; 1975; Highway Engineering; John Wiley
& Sons, Fourth Edition
Edward K. Morlok. 1988, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,
Erlangga, Jakarta
F.D Hobbs; Suprapto TM; 1995; Perencanaan dan Teknik Lalu lintas; Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, Edisi kedua
Nachmias, David and Nachmias, Chava, 1987. Research Methods in The
Social Sciences. St. Martins Press, Inc. United States of America.
OFlaherty, CAO, 1997. Transport Planning and Traffic Engineering. John
Wiley & Sons, America.
Robert J.Kodoatie; 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka
Fajar, Yogyakarta
Rosenbloom, Sandra, 1992. Peak-Period Traffic Congestion: A State-of-The-
Art Analysis and Evaluation of Effective Solutions.
The Institute of Highways and Transportation,1997. Transport in The Urban
Environment. United Kingdom.
The Royal Commission on Environmental Pollutions Report, 1995. Transport
and The Environment. Oxford University Press.










23










TUGAS MATA KULIAH TEORI ALIRAN

( KULIAH MATRIKULASI S-3 )





Dosen Pengampu

IR. Wahyudi Kushardjoko MT







Dikerjakan oleh

Supratman Agus, LA5 00.8010






PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2 0 0 9

Anda mungkin juga menyukai