Anda di halaman 1dari 0

SKRIPSI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS AKSELARASI


SMA NEGERI 8 JAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan








Oleh :
GADA MUGHITSA
(106017000520)


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Gada Mughitsa
NIM. : 106017000520
Jurusan : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2006
Alamat : Jl. Masjid II No.10 Rt. 01 Rw. 04 Sudimara Timur
Ciledug Tangerang Banten 15151


MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi
SMA Negeri 8 Jakarta adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan
dosen :
1. Nama : Dra. Afidah Masud
NIP. : 19610926 198603 2 004
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Firdaus,S.Si, M.Pd.
NIP. : 19690629 200501 1 003
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Maret 2011
Yang Menyatakan


Gada Mughitsa
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul: Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi SMA
Negeri 8 Jakarta disusun oleh Gada Mughitsa, NIM 106017000520, Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.


Jakarta, Maret 2011


Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II



Dra. Afidah Masud Firdaus, S.Si,M.Pd
NIP. 19610926 198603 2 004 NIP. 19690629 200501 1 003












ABSTRACT

Gada Mughitsa (106017000520). Mathematics Learning in Class Acceleration
SMAN 8 Jakarta. Skripsi Department of Mathematics Education, Faculty of
Science and Teaching Tarbiyah, State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, June 2011.
The purpose of this study is to investigate the learning of mathematics in class
acceleration SMAN 8 Jakarta. This study used descriptive qualitative, the type of
research that attempt to describe the problem with a factual analysis. To obtain
valid data and accounted for the truth of this study researchers go directly to the
field (Field Research). Subjects of the study are students in accelerated classes
SMAN 8 Jakarta students numbering 15 people. Data collection technique used
observation and interviews. The process of mathematics learning in class
acceleration SMAN 8 Jakarta conducted by applying the model of problem-based
learning (problem-based learning). Discussion of the material remains adapted to
the existing curriculum, coupled with the subject of discussion raised by students
who reviewed, discussed and looked for solving the problem collectively. In the
process of learning mathematics in the accelerated classes that most students are
very active, many involved in the learning process, was delighted to learn, to
understand the explanations given by teachers, use of study time is effective and
efficient and they are satisfied with what they've accomplished in learning
mathematics. Although there are some small states have experienced saturation
students in mathematics, had no effect on the findings that learning mathematics
is very well run, fun and more aktraktif with outbound program held outside of
class.

Key words: learning math, acceleration, problem-based learning.

ABSTRAK
Gada Mughitsa (106017000520). Pembelajaran matematika di kelas Akselerasi
SMAN 8 Jakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan,Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran matematika di kelas
akselerasi SMA 8 Jakarta. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu
jenis penelitian yang berusaha menggambarkan permasalahan dengan suatu
analisis factual. Untuk memperoleh data yang valid dan dipertanggung jawabkan
kebenaran penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan (Field Research).
Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi dikelas akselerasi SMAN 8 Jakarta yang
berjumlah 15 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (learning
based-problem). Pembahasan materi tetap disesuaikan dengan kurikulum yang
ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan oleh siswa yang dibahas,
didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah secara kolektif. Dalam proses
pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar menyatakan bahwa
siswa sangat aktif, banyak terlihat dalam proses belajar, merasa senang belajar,
memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru, penggunaan waktu belajar
sudah efektif dan efisien serta mereka puas terhadap apa yang sudah mereka capai
dalam pembelajaran matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa menyatakan
pernah mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika, itu tidak berpengaruh
pada hasil penemuan bahwa pembelajaran matematika berjalan sangat,
menyenangkan dan lebih aktraktif dengan program outbond yang diadakan diluar
kelas.

Kata kunci: pembelajaran matematika, akselerasi, pembelajaran berbasis masalah.
KATA PENGANTAR



Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan
nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan matematika.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMAN 8 Jakarta. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini.
Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat
terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungannya baik secara moril dan materil, sehingga skripsi ini
dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Afidah Masud., sebagai Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran
dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta
mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Firdausi, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing II dengan penuh
kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran,
masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
8. Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan.
9. Bapak Karto Suryo, S.Pd., selaku guru matematika di SMAN 8 Jakarta yang
telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dan
siswa-siswi khususnya kelas X Akselerasi tahun 2010/2011 yang telah
membantu penulis melaksanakan penelitian.
10. Seluruh karyawan, staf Tata Usaha (TU) dan guru-guru SMAN 8 Jakarta
yang telah membantu melaksanakan penelitian dan membantu membuat
surat keterangan penelitian.
11. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
12. Orang Tua tercinta, Bapak H. Ali Muntoro, Ibu Hj. Irodatun Hanif dan Ali
Umar Dhani (Kaka) yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan
kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis
dan yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat
dalam mengejar dan meraih cita-cita. Serta keluarga besar penulis, om, tante
dan sepupu yang selalu memberikan doa, bantuan dan semangat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 06,
kelas A dan B terutama sahabat-sahabatku di bangku kuliah yang selalu
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi yang selalu
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah
diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia
dan akhirat. Amin yaa robbal alamin.
Demikianlah, penulis telah berusaha dengan seluruh kemampuan yang ada
untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun di dalam penyusunan
skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan
kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini
akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Juni 2011

Gada Mughitsa

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 10
A. Kajian Teori ....................................................................................... 10
1. Model Pembelajaran Matematika ................................................. 10
a. Pengertian Model ....................................................................... 10
b. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 11
c. Pengertian Matematika ............................................................... 12
d. Pengertian Model Pembelajaran Matematika ............................ 14
2. Pengertian Kelas Akselerasi .......................................................... 16
a. Pengertian Kelas Akselerasi ....................................................... 16
b. Tujuan Kelas Akselerasi ............................................................ 19
c. Kelemahan dan Kelebihan Kelas Akselerasi ............................. 20
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi .... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 26
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 26
ii
B. Metode Penelitian ................................................................................ 26
C. Populasi dan Sampel . .......................................................................... 27
1. Populasi ......................................................................................... 27
2. Sampel ........................................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 27
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 28
F. Teknik Analisa Data ............................................................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIA . 44
A. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Jakarta ........................................... 44
1. Berdirinya SMA Negeri 8 Jakarta ................................................ 44
2. Visi dan Misi serta Tujuan SMA Negeri 8 Jakarta ....................... 45
3. Keadaan Siswa,Guru, Karyawan, Sarana dan Fasilitas yang
dimiliki .......................................................................................... 49
B. Deskripsi Data ..................................................................................... 54
C. Hasil Perolehan Data ........................................................................... 55
D. Pembahasan ......................................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
pasal 11 ayat 1 berbunyi : Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
1
Dari
undang-undang sistem pendidikan nasional tersebut menjadi landasan hukum
bagi pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran
(instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah
pada terlaksananya program pembelajran yang berkualitas.

1
Undang- Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
2

Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia era milenium ketiga
merupakan suatu keniscayaan yang tak boleh ditolak. Konsep pendidikan
sekarang harus, - meminjam istilah Tilaar harus meliputi aspek pedagogik
transformasif, yakni proses pembelajaran yang mampu mentransformasikan
peserta didik pada arah yang lebih baik. Baginya, paradigma pedagogik
transformatif mampu mengikuti perkembangan teknologi dan budaya yang
bergerak cepat, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
telekomunikasi.
2

Perkembangan pendidikan yang semakin progresif menjadi tantangan
tersendiri untuk dicarikan formulasi yang tepat dalam ranah lembaga
pendidikan, seperti sekolah. Lembaga pendidikan yang adaptif terhadap
perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan serta teknologi harus berada di
dalam perubahan itu sendiri. Paradigma pendidikan yang dikembangkan
dalam sekolah-sekolah tidak lagi berbasis pada kebutuhan peserta didik (child
centered-education) maupun berbasis masyarakat (society centered-
education), karena kedua-duanya dapat mengasingkan kepada masyarakat dan
budayanya sendiri.
3

Selaras dengan pemikiran Tilaar di atas, pandangan senada yang
berkaitan dengan reformasi paradigma pendidikan dalam menyongsong
perubahan budaya yang sangat cepat juga disuarakan oleh Azyumardi Azra.
Bagi Azra, untuk merespon perubahan yang begitu cepat, maka paradigma

2
H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif
Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas, hal.. 92.
3
H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional............. hal. 93

3

pendidikan harus mengaplikasikan sistem pendidikan yang berorientasi pada
pengelolaan berbasis sekolah (school based-management) atau sering disebut
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
4

Prinsip tersebut menuntut kedewasaan pemerintah untuk
mendelegasikan secara penuh kepada unit-unit terkecil lembaga pendidikan
dalam merespon gerak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem
deregulasi dan otonomisasi pelaksaan pendidikan pada sekolah-sekolah
merupakan salah satu perubahan paradigma pendidikan yang bersifat
reformatif, transformatif dan deregulatif.
Menurut Nurkolis Manajemen Berbasis Sekolah sendiri merupakan
salah satu upaya mereformasi sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap
perubahan zaman, dari keadaan pendidikan yang kurang memuaskan menjadi
upaya perbaikan dan penyempurnaan. Reformasi pendidikan memiliki dua
karakteristik dasar, yaitu terprogram dan sistemik.
5
Reformasi pendidikan
yang terprogram terletak pada inovasi kurikulum atau program sekolah yang
baru, seperti perubahan dan pengembangan kurikulum baru, penataran guru-
guru, penggunaan metode pembelajaran baru, penggunaan alat evaluasi baru,
dan perbaikan sarana dan prasarana. Sedangkan reformasi sistemik berkaitan
dengan wewenang dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol
sistem pendidikan secara keseluruhan. Bagian terakhir merupakan upaya

4
Azyumardi Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 6
5
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo, hal. 34
4

deregulasi kekuasaan pelaksaan pendidikan dari Departemen Pendidikan
Nasional kepada lembaga-lembaga sekolah.
6

Salah satu program reformasi yang dijalankan sekolah sekaligus sebagai
upaya merespon perubahan zaman yang bergerak sangat dinamis dan cepat
adalah pelaksanaan program kelas akselerasi. Merujuk pendapat Nurkolis di
atas, maka kelas akselerasi adalah salah satu upaya mereformasi pendidikan
yang terprogram. Kelas akselerasi merupakan upaya dari pihak sekolah
memanfaatkan momentum era digital dan era keterbukaan yang serba masif,
dengan program-program yang mengakomodasi kebutuhan peserta didik
secara komprehensif.
Beberapa sekolah yang siap berkompetisi di era persaingan ketat dan era
digital telah membuka program kelas akselerasi yang bertujuan untuk
mengakomodasi siswa-siswa dengan kecerdasan khusus. Kebijakan ini
memang cenderung bersifat diskriminatif, namun perlu dilakukan agar siswa-
siswa dengan keahlian dan kecerdasan khusus dapat terjembatani. Salah satu
sekolah yang telah membuka kelas akselerasi adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 8 Jakarta Selatan.
Sebagai salah satu SMA unggulan di wilayah Jakarta, SMAN 8 bersiap-
siap menyongsong era perdagangan bebas dengan mempersiapkan generasi
muda yang terampil, cerdas, dan lebih cepat merampungkan studi dari waktu
normal. Pada kelas reguler, waktu tempuh studi biasanya memakan waktu 3
tahun, maka kelas akselerasi bisa lebih cepat dari itu, 2 tahun atau kurang.

6
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori.............. hal. 35
5

Faktor pendukung terbentuknya program kelas akselerasi adalah
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dengan
konsep pemberian materi berstandar kompetensi layaknya mahasiswa di
perguruan tinggi dengan sistem kredit semester (SKS). Peluang ini
mempermudah pihak-pihak pengelola SMAN 8 Jakarta bekerja maksimal
dalam upaya menerapkan kelas akselerasi dengan sistem yang terbuka
sistematis, terprogram, dan memberikan ruang ekspresi bagi siswa-siswa
dengan kecerdasan tinggi dan siswa yang memiliki bakat khusus (gifted
students).
Karena siswa-siswa yang belajar di kelas akselerasi harus
menyelesaikan masa studi dalam kurun waktu 2 tahun, maka kurikulum dan
silabus juga dipadatkan. Konsekuensinya, guru yang mengampu mata
pelajaran dengan tingkat kesulitan tersendiri, seperti matematika, harus
memiliki strategi dan model pembelajaran yang tidak hanya mengejar target
kurikulum yang telah ditetapkan, melainkan juga efektivitas dan keberhasilan
siswa dalam menguasai materi.
Model pembelajaran yang sering dipakai di kelas akselerasi dengan
siswa-siswa yang memiliki keberbakatan khusus adalah model pemecahan
masalah, model kontekstual dan realistis, model penemuan, model
pembelajaran berbasis masalah, dan beberapa model pembelajaran lainnya.
Model pembelajaran matematika di kelas akselerasi tersebut mampu
melampaui Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yang ditetapkan oleh masing-
masing guru bidang studi berdasarkan indikator input siswa itu sendiri. Pada
6

pembelajaran matematika kelas X, nilai ketutasan minimal adalah 74. ternyata
rata-rata nilai siswa pada kelas X semester ganjil adalah pada pelajaran
matematika adalah 80,13.
7

Model pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas akselerasi SMAN 8
Jakarta berpengaruh pada prestasi siswa yang menjuarai sejumlah ajang
olimpiade sains yang diselenggarakan pihak Provinsi DKI Jakarta. Prestasi
yang diperoleh siswa kelas akselerasi antara lain sebagai juara I olimpiade
sains, bahasa, sosial Nasional pada pelajaran matematika atas nama
Muhammad Nasiruddin, juara I kimia atas nama Ihsan Akmaludin, bidang
astronomi menyabet juara I atas nama Sabrin Rizqi Aulia. Mereka itu adalah
siswa-siswa kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta.
8

Keunggulan yang dimiliki siswa-siswa kelas akselerasi adalah
kemampuan mengembangkan dan menemukan sendiri permasalahan yang
ditemukan dalam proses pembelajaran. Siswa kelas akselerasi diberikan ruang
untuk mencari solusi pada pembelajaran matematika. Selain itu, siswa kelas
akselerasi mampu melakukan terobosan dalam perhitungan matematika
dengan rumus-rumus yang lebih sederhana.
Dari beberapa deskripsi yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan
siswa akselerasi di bidang matematika, maka perlu dilakukan penelitian
deskriptif yang mendalam yang berhubungan dengan model pembelajaran
matematika pada kelas akselerasi.

7
Sumber nilai diambil dari data rekapitulasi nilai semester genap Tahun Ajaran
2009/2010 Kelas X akselerasi SMAN 8 Jakarta.
8
Menyangkut prestasi ang ditorehkan oleh siswa-siswa kelas akselerasi dapat dibaca pada
website www.wangsajaya.wordpress.com
7

Dari beberapa deskripsi masalah di atas, maka penulis mengajukan judul
penelitian sebagai berikut: Model Pembelajaran Matematika di Kelas
Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas
akselerasi?
2. Bagaimana model pembelajaran yang efektif dalam kegiatan belajar
mengajar matematika pada kelas akselerasi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempermudah siswa kelas akselerasi dalam
menguasai pembelajaran matematika?
4. Bagaimana siswa-siswa kelas akselerasi dapat mengukir prestasi yang
gemilang?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil survey yang bersifat sementara dan untuk
memudahkan penelitian ini, maka penelitian membatasi permasalahan pada:
1. Pembelajaran matematika yang diteliti adalah proses pembelajaran
matematika siswa kelas akselerasi.
2. Siswa yang dimaksud adalah siswa SMA Negeri 8 Jakarta kelas X
akselerasi tahun ajaran 2010/2011
8

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana model pembelajaran matematika yang dilaksanakan di
kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta?
2. Bagaimana respon siswa akselerasi terhadap pembelajaran
matematika yang diajarkan guru?


E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah cakrawala dan perspektif di
bidang pendidikan terutama pada pembelajaran matematika di kelas
akselerasi. Di samping itu pula, diharapkan lebih mengetahui tentang
aspek-aspek yang mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika
siswa di kelas akselerasi.
2. Bagi mahasiswa Tarbiyah dan Keguruan agar dapat memberikan alternatif
yang rasional dan komprehensif dalam mendidik siswa-siswa di kelas
akselerasi.
3. Bagi guru-guru, diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi yang
berguna dan sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran matematika pada siswa kelas akselerasi.
9

4. Kepada orang tua siswa, agar dapat menjadi masukan positif kepada
mereka untuk melakukan pendampingan selama siswa-siswa
melaksanakan pembelajaran di kelas akselerasi.
9

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh
Yulianti mendefiniskan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
1

Sedangkan Muhibbin Syah mendefiniskan pembelajaran sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
2
Tahapan perubahan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan intelektual dan psikologi seseorang dalam
interaksi dengan lingkungan (guru dan siswa). Hasil pengalaman juga
merdampak pada perubahan pola tingkah laku.
Senada dengan pendapat Muhibbin , Ladjid mendefinisikan
pembelajaran dengan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku
setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.
3
Sumber-sumber

1
Lia Yulianti. 2009. Pengertian Pembelajaran dalam http://gurulia.wordpress.com/
2009/03/25/pengertian-pembelajaran/ disadur pada jam 20.45, 18 Agustus 2010
2
Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya, hal. 92
3
Hafni Ladjid. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching, hal. 112
10

belajar tersebut dapat berupa lingkungan sosial, guru, literatur, benda-
benda di sekitar yang memberikan aspek edukatif bagi seseorang.
Pendapat lain tentang pengertian pembelajaran dikemukakan oleh
Hamzah dan Kuadrat yang mengartikan bahwa pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan peserta didik dengan cara memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan
dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
4

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa
pembelajaran adalah proses peningkatan kualitas tingkah laku seseorang
melalui interaksi terus menerus dengan lingkungannya, sebagai sumber
belajar dengan cara memperoleh informasi dan pengetahuan yang
dibutuhkan.
b. Pengertian Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: - mathmatik) secara
umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan
ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian
bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah
pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan
logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam
filosofi matematika.
5

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda

4
Hamzah B. Uno dan Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Suatu
Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika
11

disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.
6
Ada pendapat terkenal yang memandang matematika sebagai
pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan,
matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu
pengetahuan lain. Sejak masa sebelum masehi, misalnya jaman Mesir
kuno, cabang tertua dan termudah dari matematika (aritmetika) sudah
digunakan untuk membuat piramida, digunakan untuk menentukan waktu
turun hujan, dan sebagainya.
7

Jujun mengemukakan beberapa pengertian matematika,
diantaranya matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna yang ingin disampaikan.
8
Selain itu, matematika merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
9

Menurut Nungki matematika jenis pengetahuan yang senantiasa hadir
dalam kehidupan manusia mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi,
berupa mengeset alarm, membeli kebutuhan pokok, mengolah makanan
buah hati, memantau perolehan nilai atau waktu dalam jenis kejuaraan,
memasang wallpaper ruangan, memutuskan barang yang akan dibeli, dan
sebagainya.
10


6
http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4006.2.pdf, hal. 10
7
Suriasumantri, Jujun s. 2005. Ilmu Dalam Perspektif. Cet-22. Jakarta: Penerbit Obor,
hal. 178
8
Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, hal. 190
9
Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar .............hal. 199
10
Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu,
hal. 13
12

Ada pula yang memandang bahwa matematika sebagai bahasa
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Lambang-lambang matematika tersebut bersifat artifisial
yang baru mempunyai makna ketika lambang tersebut diberikan
kepadanya. Sedangkan pada umumnya matematika diposisikan sebagai
suatu pengetahuan yang bersifat kuantitatif. Artinya, matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan seseorang
melakukan pengukuran secara kuantitatif.
11

Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif
dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak
yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif menjadi tahap kuantitatif.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupaka konsep pengetahuan yang terdiri dari simbol-simbol
yang mengandung makna tertentu, yang dipergunakan untuk menemukan
kebenaran dan dilakukan melalui berfikir deduktif.
c. Pengertian Model Pembelajaran Matematika
Menurut Shadiq, model pembelajaran didefinisikan sebagai
kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada
penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat
digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang

11
Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar .............hal. 193
13

sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang juga dikenal sebagai strategi
pembelajaran.
12

Toeti dan Winataputra, sebagaimana yang dikutip Trianto
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
13

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani, model pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang
dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran matematika.
14
Sedangkan
Smith dan Ragan mendefinisikan model pembelajaran matematika sebagai
proses keseluruhan desain, perkembangan, implementasi, dan perbaikan
pembelajaran pada materi matematika.
15

Sedangkan Danim memberikan penjelasan tentang definisi model
pembelajaran sebagai suatu pendekatan yang menekankan kepada
bagaimana cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk memberi

12
Fadjar Shadiq. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika,
hal. 8
13
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, hal. 22
14
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika, hal. 3
15
Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan. 1993. Instructional Design. New York:
Macmillan Publishing Company, hal. 5
14

respons yang datang dari lingkungan dengan cara mengorganisasikan data,
memformulasikan masalah, membangun konsep, memecahkan masalah
secara sistematis dan menggunakan simbol-simbol baik verbak maupun
non-verbal. Dengan demikian, model pembelajaran lebih menekankan
pada aspek proses berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa di ruang
kelas atau di luar kelas.
16

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran matematika adalah proses keseluruhan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan seorang pendidik secara
sistematis dan terukur, yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.

d. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas
a). Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Trianto pembelajaran kontekstual adalah suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
17

Ada beberapa jenis kategori yang termasuk ke dalam model
pembelajaran kontekstual, yaitu:
1) Inkuiri

16
Sudarwan Danim. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 35.
17
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 104
15

Inkuiri adalah komponen dari CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Siklus inkuiri ini meliputi :
- Observasi (Observation)
- Bertanya (Quitioning)
- Mengajukan dugaan (Hiphotesis)
- Pengumpulan data (Data gathering)
- Penyimpulan (Conclusion)
18

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :
- Merumuskan masalah
- Mengamati atau melakukan observasi
- Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel dan karya lainnya
- Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekolah, guru atau audien yang lain
2) Bertanya (Quitioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
CTL.
19
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

18
Arikunto, Suharsimi. Pembelajaran Kontekstual : Suatu Pendekatan Baru. (Bandung :
Rosda Karya, 2004) h.12.
16

untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir
siswa. Aktivitas bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan orang lain yang didatangkan kekelas.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk :
a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan respon kepada siswa
d. Mengetahui sejauhmana keingin tahuan siswa
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
20
.
3) Masyarakat Belajar (Learning Comunnity)
Konsep Leaning Comunnity menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antar yang
tahu ke yang belum tahu, di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga
orang-orang yang berada diluar sana, semua adalah anggota
masyarakat belajar.

19
Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Direktorat Jenderal
Dikdasmen, hal. 4
20
Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi .............hal. 4
17

Dalam kelas CTL, guru dapat melaksanakan pembelajaran
dengan membentuk kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen. Praktek pembelajaran dengan
tehnik Learning Comunnity adalah: Pembentukan kelompok kecil,
pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja
dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, dan
bekerja dengan masyarakat
4) Pemodelan ( Modeling )
Komponen CTL ini dilaksanakan pada sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru
model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar
bola, cara melafalkan shalat, cara membaca teks bahasa Inggris, dan
seterusnya.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang atau dipergunakan dengan melibatkan siswa.
Apabila ada siswa yang mahir mendemonstrasikan keahlian tertentu,
siswa dapat menunjukan didepan kelas.
5) Refleksi ( Reflection )
Pada pendekatan CTL, refleksi difungsikan sebagai cara
berfikir tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, apa yang
baru dipelajari, atau mengulas tentang sesuatu hal yang sudah terjadi.
Dengan refleksi diharapkan pengetahuan yang sudah diperoleh
18

mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
Realisasi dari pembelajaran CTL dengan metode refleksi adalah :
- Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya.
- Catatan atau jurnal dibuku siswa
- Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini, diskusi , dan
hasil karya.
6) Penilaian yang Sebenarnya ( Autehantic Assesment )
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses belajar dengan benar. Keberhasilan
pembelajaran dapat diketahui melalui prestasi siswa.

b). Model pembelajaran Cooperative
Menurut Widyantini, model pembelajaran kooperatif
didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok, dimana siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender, yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
19

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
21

Ada beberapa model kooperatif learning yaitu:
1) Tipe Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong
dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
22

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.
23

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

21
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika, hal. 3
22
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika......................hal. 5
23
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 63
20

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Model Jigsaw membagi siswa pada masing-masing kelompok
ke dalam dua fungsi, pertama sebagai orang yang meneliti atau
kelompok peneliti yang tugasnya mencari jawaban, dan kedua,
setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan, ia berubah menjadi
orang yang mengajarkan kelompoknya.
24

2) Students Team Achievement Division (STAD)
Menurut Trianto model STAD menggunakan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 5 siswa yang bersifat
heterogen.
25
Proses pembelajaran diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,
dan penghargaan kelompok.
3) Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Model pembelajaran ini adalah jenis model pembelajaran
kooperatif yang paling sulit dilaksanakan. Model ini pertama kali
dikembangkan oleh Thelan. Pendekatan ini memerlukan norma dan
struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang terpusat
pada guru.
26


24
Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas
Publishing, hal. 89
25
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 64
26
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 78
21

Dalam pelaksanaannya model ini membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa yang bersifat
heteogen dan memiliki kesamaan minat dalam topik tertentu dan
keakraban. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih.
Kemudian, hasil laporan itu dipresentasikan di depan kelas kepada
seluruh siswa.
27

4) Think-Pair-Share (TPS)
Model berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa yang dikambangkan pertama kali oleh Frang Lman.
28

Cara membuat kelompok ini adalah yang paling mudah, karena
terdiri dari 2 siswa yang saling bertukar pendapat dan pengalaman
kepada teman pasangannya.
29

5) Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagen. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan NHT sebagaimana yang dijelaskan
oleh Widyantini adalah sebagai berikut:

27
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 79
28
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet. Ke-7, hal. 57
29
Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran...............hal. 88
22

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 45 siswa, setiap anggota kelompok
diberi nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban
salah satu siswa yang ditunjuk leh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
30

6) Teams Game Tournament (TGT)
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh David de Vries
dan Keath edward. Pada model ini siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka.
31



30
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika................hal. 7
31
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 83
23

c) Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah
yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
32

Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning),
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
33

Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis masalah
didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan
masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang ada.

32
Susento dan Andi Rudhito. 2009. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
http://warungpendidikan.blogspot.com, retrieved pada 13 April 2011
33
Al-Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika, hal. 5
24

b. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu
apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah
yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar.
c. Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera
mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah
apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan
itu.
d. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui
serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di
dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur
kompetensi tersebut.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan oleh
guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan: Menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal
(starting point) pembelajaran. Masalah dipilih yang penting dan
relevan bagi siswa, serta membutuhkan penerapan gagasan atau
tindakan yang terkait dengan atau mengarah pada bahan pelajaran.
2. Orientasi (pengenalan):
a. Menyajikan masalah di kelas.
b. Membangkitkan ketertarikan atau rasa ingin tahu siswa pada
masalah.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi
atau maksud masalah.
25

3. Eksplorasi (penjelajahan): Memberi kesempatan kepada siswa
untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan
sendiri oleh siswa. Masalah boleh dipecahkan siswa secara pribadi
atau dalam kerjasama dengan siswa lain. Guru memberi dukungan
bagi usaha mereka, misalnya dengan menjadi pendengar yang
penuh perhatian atau memberi bantuan atau saran sejauh
diperlukan.
4. Negosiasi (perundingan): Mendorong para siswa untuk
mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses dan hasil
pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau
tindakan-tindakan yang dapat diterima oleh komunitas kelas.
5. Integrasi (pemaduan):
a. Memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan
masalah.
b. Mengidentifikasi dan merumuskan hasil-hasil belajar yang
diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.
c. Mengkaitkan hasil-hasil belajar itu dengan pengetahuan
sebelumnya, sehingga tersusun jaringan/organisasi
pengetahuan yang baru.
34





34
Susento dan Rhudhito, Op. Cit.,
26

2. Pengertian Kelas Akselerasi
a. Pengertian Kelas Akselerasi
Program kelas akselerasi mendapatkan payung hukum yang kuat
berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003. Kelas akselerasi sudah menjadi program pemerintah,
sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 4 yaitu: "Warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus".
35

Colangelo, sebagaimana yang dikutip Hartarti menyebutkan
bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan
(service delivery), dan kurikulum yang disampaikan.
36
Kelas excellent
adalah kelas yang berisikan anak-anak unggul dari segi akademik atau
kemampuan nalar. Kelas ini dalam istilah yang lain sering disebut kelas
akselerasi.
Secara konseptual, pengertian akselerasi diberikan oleh Pressey,
sebagaimana yang dikutip oleh Reni sebagai suatu kemajuan yang
diperoleh dalam program pembelajaran, pada waktu yang lebih cepat
atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional.
37
Definisi ini
menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari

35
Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003. dalam www.bapsi.undip.ac.id/.../uu%20no
.20%20thn%202003%20sisdiknas.pdf
36
Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-Hartati.pdf,
37
Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A Z Informasi Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, hal. 31
27

hambatan pemenuhan permintaan dalam pembelajaran dan mengusulkan
proses-proses yang memungkinkan siswa mendapatkan materi yang
lebih cepat dibandingkan dengan kemajuan rata-rata siswa.
Menurut Nurbayani, kelas akselerasi merupakan kelas
percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang
memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau
kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah
menyelesaikan pendidikannya.
38

Pengertian akselerasi:, pertama sebagai model pelayanan, siswa
meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya,
kedua sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan
ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini,
akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun
kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas
khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa
dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi
satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur
kecepatan belajarnya sendiri.
Kelas akselerasi dihadirkan sebagai upaya menampung anak-
anak berbakat luar biasa (gifted children). Daya tampung tersebut
menunjukkan ada upaya mengakomodasi kelebihan yang dimiliki siswa

38
Siti Nurbayani. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki
Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/
28

yang ber-IQ tinggi, memiliki bakat istimewa, kerativitas tinggi, dan
kecerdasan di atas rata-rata.
Calanglo mengingatkan bahwa akselerasi sebagai model
pelayanan, gagal dalam memenuhi tuntutan kurikulum deferensiasi bagi
anak berbakat. Artinya, anak-anak berbakat kurang memiliki waktu
untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya secara normal, yang
seharusnya membutuhkan waktu 3 tahun hanya menjadi 2 tahun. Inilah
yang dikhawatirkan Calanglo dengan program akselerasi.
Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak
berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit.
Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa
bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara
umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak
sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan
dan manajemen waktu
Menurut Felhusen, Proctor, dan Black, sebagaimana yang dikutip
Hartarti bahwa program akselerasi diberikan untuk memelihara minat
siswa terhadap sekolah mendorong siswa agar mencapai prestasi
akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat
yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat.
39

Beberapa panduan agar program akselerasi tercapai secara
memadai adalah sebagai berikut:

39
Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program.................hal. 2
29

a. Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif untuk mengetahui
berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di
samping tingkat penguasaan akademiknya
b. Dibutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan
prestasi akademiknya.
c. Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan
adanya persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi.
d. Memiliki fisik sehat
e. Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri
f. Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran
g. Guru concern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang
dibuktikan dari masukan orang tua dan psikolog
h. Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada
pertengahan tahun ajaran
i. Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan
pelayanan konseling.
40

b. Tujuan Kelas Akselerasi
Southerm dan Jones, dalam Reni menjelaskan keuntungan
program akselerasi bagi anak berbakat:
1) Meningkatkan efesiensi

40
Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-Hartati.pdf, hal. 1
30

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan
menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih
baik dan lebih efisien
2) Meningkatkan efektivitas
Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa
yang paling efektif.
3) Penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya
4) Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas
siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain
5) Membuka siswa pada kelompok barunya
Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung
dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan
akademis yang sama
6) Ekonomis
Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.
41

c. Kelemahan dan Kelebihan Kelas Akselerasi

41
Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A Z Informasi Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, hal. 7-8
31

Menurut Paulus Mujiran, kelas akselerasi memiliki banyak
kelemahan. Di antara kelemahan-kelemahan tersebut adalah Beberapa
kelemahan mengiringi penyelenggaraan kelas akselerasi itu. Pertama,
stigmatisasi pada diri siswa yang ada di kelas reguler. Dalam sebuah
kesatuan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kelas reguler adalah kelas
yang relatif jelek bila dibandingkan dengan kelas akselerasi.
Kedua, timbulnya budaya inferior, muncul kelas eksklusif,
arogansi, dan elitisme. Dengan kondisi yang betul-betul berbeda dengan
segenap potensi intelektual yang lebih tinggi, jelas siswa-siswa kelas
akselerasi akan jauh lebih berprestasi dibanding kelas reguler.
Inferioritas pun mudah menghinggapi siswa-siswi kelas reguler, dan
sebaliknya eksklusivisme, arogansi dan elitisme akan mudah melekat
pada diri siswa-siswa kelas akselerasi. Masing-masing siswa membentuk
group reference mereka sendiri-sendiri.
Ketiga, terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah.
Materi pelajaran yang diselesaikan oleh siswa reguler selama satu tahun
harus dilalap habis siswa akselerasi selama satu semester (setengah
tahun). Dengan alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini mau tidak mau
siswa harus belajar keras. Segi intelektualitas, potensi mereka memang
memungkinkan. Tetapi, mereka bukanlah mesin yang bisa diset untuk
hanya melakukan satu aktivitas.
Keempat, siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas
untuk belajar mengembangkan aspek afektif. Padatnya materi yang harus
32

mereka terima, banyaknya pekerjaan rumah yang harus mereka
selesaikan, ditunjang kemampuan intelektual yang mereka miliki dan
teman-teman sekelas yang rata rata pandai, membuat iklim kerja sama
mereka menjadi terbatas. Tugas-tugas itu bisa mereka selesaikan
sendiri.
42

Sedangkan kelebihan kelas akselerasi, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rose, berpendapat bahwa kelas akselerasi dapat
merespon perubahan sekaligus menguasai perubahan yang berlangsung
cepat melalui apa yang mereka sebut accelerated learning.
43

Cara Belajar Cepat (CBC) yang dikembangkan Rose dan Nicholl
agar siswa-siswa yang memiliki kemampuan khusus mampu
terjembatani kebutuhan-kebutuhan otaknya yang memang berbakat
tinggi (gifted students).

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi
Biehler dan Snowman dalam Psychology Applied to Teaching
membuat empat pendekatan dalam pembelajaran tingkat menengah atas
(SMA).
Pertama, karakteristik fisik (physical characteristics), yaitu
pendekatan dengan melihat perkembangan fisik siswa dengan melihat

42
Lih. Meigita Gamayanti. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius
.blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html
43
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar Cepat
Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa, hal. 35
33

kematangan (maturity) siswa semenjak masa pubertas serta implikasi yang
dihadapinya dari perubahan struktur tubuh mereka.
Kedua, karakteristik emosional (emotional characteristics), dalam
pendekatan ini siswa ditempatkan melalui wilayah emosional dimana terdapat
dua ciri yang paling dominan pada tingkat SMA, yaitu ketegangan dan stress,
serta perilaku vandalisme.
Ketiga, karakteristik sosial (social characteristics), yaitu terbentuknya
kelompok dalam peer-group yang menjadi sumber umum aturan-aturan
tingkah laku, hasrat untuk menggapai posisi puncak dalam tahun-tahun di
SMA, dan siswa cenderung berpikiran kepada orang-orang yang
memikirkannya.
Keempat, karakteristik kognitif (cognitive characteristics), yaitu ciri-
ciri yang dominan dalam periode SMA adalah suatu transisi antara tindakan
operasional yang kongkrit dan pemikiran formal, transisi antara moralitas
pembatasan dan kerja sama, serta mulai terbentuknya pemikiran yang lebih
abstrak, liberal dan cenderung lebih rasional.
44

Tipologi Biehler dan Snowman di atas merupakan unsur-unsur yang
mewakili kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI) dan
kecerdasan sosial (SI). Meskipun demikian, antara EI dan SI berkaitan sangat
erat seperti yang telah dijelaskan oleh Goleman. Oleh karena itu proses
pembelajaran matematika di kelas akselerasi seyogyanya berlandaskan pada
prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Biehler dan Snowman.

44
Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching. Sixt
Edition. Boston : Houghton Mifflin Company, hal. 126-133
34

Sedangkan Rose dan Nicholl mengembangkan prinsip Cara Belajar
Cepat (CBC atau accelerated learning). Pelakasanaan prinsip ini terletak
pada perubahan ruang kelas secara total. Pembelajaran matematika yang
dianggap menyeramkan diubah menjadi proses pembelajaran yang
menyenangkan dan efisien. Pada pelajaran matematika, seorang guru di kelas
akselerasi dapat menggunakan aneka permainan dan aktivitas, emosi dan
musik, relaksasi, visualisasi, permainan peran, warna, dan peta konsep.
45

Dengan perubahan itu maka proses belajar matematika di kelas akselerai
menjadi kejadian yang menyenangkan, sekaligus mampu menguasai delapan
jenis kecerdasan yang dikembangkan Gardner.
Dengan lebih terperinci, Nungki Menjelaskan bahwa proses
pembelajaran matematika dalam kelas akselerasi dapat dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Menggunakan matemtika dengan menyenangkan;
b) Memecahkan masalah dan bekerja sama dengan ang lain;
c) Menunjukkan berunding yang kuat;
d) Melihat lebih dari satu jalan dalam pendekatan sebuah masalah;
e) Menerapkan matematika dalam setiap kesempatan; dan
f) Menggunakan teknologi.
46


45
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning..hal. 37
46
Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu, hal.
18-19
35

Pembelajaran matematika dalam pandangan Nungki di atas
mengharuskan siswa yang mengikuti kelas akselerasi harus pula melibatkan
aspek emosional, sosial, dan alternatif pemikiran yang bersifat majemuk.

C. Program Pelaksanaan Kelas Akselerasi
Program pembelajaran akselerasi didasarkan pada amanat Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 5 Ayat 4 yaitu: "Warga negara yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus". Untuk mengakomodasi UU Sisdiknas, maka Pemerintah
pada tahun 2006 mengeluarkan Permendiknas No. 34/2006 tentang
Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
47
Untuk menampung siswa-siswa berbakat istimewa, maka
dibutuhkan kelas akselerasi sebagai wadah pelaksanaan program percepatan
siswa dengan cerdas istimewa.
Namun, pada tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa
terlihat tidak lagi memfokuskan pada penyelenggaraan kelas akselerasi
semata. Ada beberapa bentuk layanan pendidikan khusus yang ditawarkan,
seperti kelas khusus untuk siswa cerdas dalam satuan pendidikan reguler,
kelas inklusif yang dibuat untuk memberikan layanan kepada siswa cerdas
istimewa yang dalam proses pembelajarannya bergabung dengan siswa kelas

47
Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 3
36

reguler, dan satuan pendidikan khusus atau sekolah khusus yang semua
siswanya memiliki kecerdasan istimewa.
48

Kelas akselerasi yang telah berjalan satu dasawarsa silam, tentu
diperlukan bagi pengembangan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan
istimewa. Kecerdasan istimewa menurut pandangan Depdiknas memiliki
beberapa indikator berupa potensi kemampuan di bidang inteligensia umum,
akademik khusus, berpikir produktif atau kreatif, memiliki kepemimpinan,
berjiwa seni, dan aspek psikomotorik yang menonjol.
49

Banyak terjadi pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan
istimewa mengalami hambatan pembelajaran (learning disabilities). Hal itu
disebabkan antara lain oleh faktor pendekatan belajar yang kurang tepat
dalam menanangi anak yang memiliki kecerdasan istimewa, seperti
kurangnya stimulasi dan dukungan, tidak ada mekanisme diskusi yang
merangsang intelektualitasnya, anak cerdas kurang mendapat belaian yang
membearkan hati, kurang mendapat ruang gerak, materi dan kegiatan yang
memadai, dan faktor minimnya pengembangan melalui proses.
50

Mengingat potensi dan kecerdasan yang dimiliki bakat besar
tersebut, maka pemerintah memberlakukan program kelas akseleerasi sebagai
jalur khusus menampung anak-anak berbakat tinggi (gifted children).

48
Ibid, hal. 4
49
Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan Identifikasi
Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 5
50
Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai Masalah
yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional,
2010, hal 153-157
37

Program pelaksanaan kelas akselerasi dapat dilaksanakan dengan
beberapa cara, yaitu:
1) Siswa yang berkemampuan istimewa dapat menempuh pendidikan
formal lebih dini dari biasanya, seperti masuk usia 3 tahun dari biasanya
4 tahun, dan masuk SD usia 5 tahun dari biasanya 7 tahun (early
entrance to kindergarten or first grade).
2) Siswa ditempatkan di kelas yang lebih tinggi, khusus untuk satu atau
lebih mata pelajaran, karena ia menguasai pengetahuan dan keterampilan
yang jauh lebih tinggi daripada teman-teman seusianya (subject
acceleration/partial acceleration).
3) Mengurangi jumlah repetisi dalam proses belajar siswa atau pemadatan
kurikulum (curriculum compacting). Pemadatan kurikulum dilakukan
dengan cara a) menentukan sasaran unit pembelajaran mengggunakan
panduan kurikulum ,ruang lingkup, dan diagram urutan; b) menentukan
bahan apa yang diulang dalam suatu pertemuan; c) melakukan pretes
kepada siswa; d) mengidentifikasi kepada siswa yang telah menguasai
bahan ajar; e) menghilangkan bahan ajar yang diualng-ulang; f)
mengganti bahan ajar yang dihilangkan dengan kegiatan pengayaan.
4) Siswa dapat meninggalkan bangku sekolah dua atau tiga hari dalam
seminggu untuk mendapatkan supervisi dari para pakar dan spesialis
(mentorship).
38

5) Siswa mengikuti kursus yang dilakukan di luar sekolah. Pembelajaran
disampaikan secara tertulis melalui surat, internet, atau teleconference.
6) Siswa mengikuti suatu kursus atau kuliah pada satu tingkatan dan
mendapatkan kredit untuk suatu kursus atau kuliah paralel di tingkat
yang lebih tinggi (concurent/dual enrollment).
7) Menyajikan bahan ajar setingkat pergutuan tinggi atau bahan ajar yang
dipercepat bagi siswa sekolah menengah dan siswa diberi kesempatan
untuk mengikuti tes baku untuk mengukur penguasaannya (advanced
placement).
8) Memangkas waktu studinya dalam bidang terentu untuk memperoleh
kredit setelah berhasil menyelesaikan beberapa tes penguasaan materi
tertentu (credit by examination).
9) College in the school program menyediakan kursus di sekolah menengah
(diselenggarakan oleh perguruan tinggi) dengan didampingi oleh guru
yang telah mendapatkan pelatihan dari dosen.
51




51
Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 68-87
40


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai
dengan Februari 2011
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di kelas X Semester II
program akselerasi Sekolah Menengah Negeri (SMAN) 8 Jakarta
Selatan.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu jenis
penelitian yang berusaha menggambarkan permasalahan dengan suatu
analisis faktual. Menurut Sugiyono, metode deskriptif kualitatif adalah
metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.
1

Penelitian ini menekankan pada keadaan yang sebenarnya dan
berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan
tersebut. Untuk memperoleh data yang valid dan dipertanggungjawabkan

1
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit
Alfabeta, hal. 8
41
kebenaran penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan (Field
Research).
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi dikelas X program akselerasi
SMAN 8 Jakarta yang berjumlah 11 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Observasi
Melakukan pengamatan secara menyeluruh mengenai pelaksanaan
model pembelajaran kelas akselerasi, meliputi aspek perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, metode pembelajaran, dan aspek
kecerdasan yang mendukung kemudahan dalam pembelajaran
matematika.
2) Wawancara
Melakukan wawancara kepada pihak Kepala sekolah, Guru, siswa-
siswi dan Tata Usaha (TU) yang berhubungan dengan pelaksanaan proses
pembelajaran kelas akselerasi. yang sedang dibahas. Wawancara
digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang relevan
dengan permasalahan penelitian.


41

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur atau parameter yang
digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen ini menggambarkan secara
nyata tentang proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8
Jakarta. Instrumen yang digunakan sebagai berikut
Pertama yaitu lembar observasi, yaitu pengamatan dengan melihat
proses pembelajaran dikelas meliputi. Untuk meningkatkan validitas
penelitian menggunakan foto-foto dan alat perekam.
Kedua yaitu pedoman wawancara, yaitu pedoman yang menjadi
landasan untuk membuat pertanyaan kepada para responden. Untuk
memperoleh data tentang proses pembelajaran matematika wawancara
disusun berdasarkan pokok penelitian dari variabel yang diteliti,yaitu kondisi
pembelajaran, metode pembelajaran, strategi penyampaian dan hasil
pembelajaran. Bentuk wawancara disusun secara terstruktur berdasarkan kisi-
kisi instrumen pertanyaan.
Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman observasi siswa
No Indikator Butir Soal
1 Kesiapan mengikuti pembelajaran 1, 2, 3
2 Aktifitas siswa saat pembelajaran 4
3 Keberanian siswa dalam bertanya &
mengemukakan penemuan (partisipasi kegiatan)
5
4 Respon siswa terhadap penjelasan guru 6, 7, 8, 9, 10

41
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Guru
No Indikator Butir Soal
1 Persiapan mengajar 1, 2, 3, 4
2
Penyajian informasi dan situasi
pembelajaran
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22
3 Penutup 23, 24, 25, 26

Sedangkan kisi-kisi instrumen penelitian untuk wawancara dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Siswa
No Indikator Butir Pertanyaan
1 Persiapan pembelajaran 1
2 Jenis pembelajaran yang disenangi 2
3 Tanggapan terhadap pemberian tugas 3
4 Tingkat kesulitan dalam belajar 4, 5
5 Variasi penggunaan media 6
6 Tingkat kepuasan dalam belajar 7, 8

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Guru
No Indikator Butir Pertanyaan
1 Persiapan Mengajar 1
2 Cara penyampaian materi pembelajaran 2
3 Metode pembelajaran yang diterapkan guru 3, 4
41

4 Penggunaan media mengajar 5, 6
5 Tingkat keberhasilan Model pembelajaran yang
diterapkan
7


F. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola,kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema. Untuk menganalisis data penelitian yang berhubungan dengan
pembentukan kecerdasan siswa pada kelas akselerasi, peneliti menggunakan
prosedur sebagai berikut:
a. Mengamati apa saja yang terjadi pada tiap proses pembelajaran di kelas
akselerasi. Dari hasil pengamatan tersebut akan terkumpul data yang
dibutuhkan dalam penelitian dan dianalisis.
b. Melakukan wawancara untuk mengetahui fakta dan realita pembelajaran
matematika yang ada di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta

46

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Jakarta
1. Berdirinya SMA Negeri 8 Jakarta
SMA Negeri 8 Jakarta dibuka/ didirikan pada tanggal 1 Agustus
1958 di Taman Slamet Rijadi Jakarta dengan nama SMA Negeri
VIII/ABC dengan Sp. Menteri P.D.K. tanggal 21 Agustus 1958 No.
26/SK/B.111. Pada bulan Januari 1959 dlakukan pemindahan tempat atau
gedung sekolah di SMP Negeri III Jakarta, Jl. Manggarai Utara IV/6
Jatinegara. Dan pada tanggal 30 Maret 1971 SMA Negeri 8 Jakarta berdiri
di Jalan Taman Bukitduri Tebet dan diresmikan oleh Gubernur Ali
Sadikin.
Secara umum perjalanan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut;
a. Tahun 1971 s.d. 1984 Masa yang panjang dan kerja keras menapak
mencari jati diri.
b. Tahun 1984 s.d. 1989 Mencanangkan diri sebagai lembaga
pendidikan yang taat aturan, bebas dari perkelahian/ tawuran antar
pelajar, dan menjadikan sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar.
c. Tahun 1989 s.d. 1994 Menciptakan suasana kerja-sama yang
harmonis antar semua warga sekolah untuk meraih prestasi di bidang
akademis dan non akademis.
47

d. Tahun 1994 s.d. 1996 SMA Negeri 8 Jakarta ditetapkan dan ditunjuk
oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta sebagai Sekolah Unggulan dan
Plus tingkat Propinsi.
e. Tahun 1994 s.d. 2000 Menempatkan diri pada peringkat/papan atas
tingkat propinsi maupun nasional dalam Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (EBTANAS) dan Ujian Masuk Pergruan Tinggi Negeri
(UMPTN), sekaligus mengembangkan bentuk pelayanan dengan
membuka Program Akselerasi (Percepatan Belajar 2 tahun dari
program 3 tahun)
f. Tahun 2002 s.d. 2003 Menjadi piloting Kurikulum 2004
g. Tahun 2004 Dimulai Rintisan Kelas Internasional dan menjadi Pusat
Sumber Belajar Astronomi
h. Tahun 2005 s.d. 2006 Peringkat UAN terbaik SMA Negeri se-Jakarta
i. Tahun 2006 s.d. 2007 Ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan Menengah
Umum sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional. Kelas
Internasional resmi menjadi center dan pengunaan KTSP ( Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan )

2. Visi dan Misi serta Tujuan SMA Negeri 8 Jakarta
VISI
Menjadi sekolah bertaraf internasional terbaik di Indonesia
MISI
Melaksanakan kegiatan dan pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti.
48

Menyelenggarakan sistem pembelajaran yang mendorong aktualisasi
kompetensi siswa.
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM
Meyelenggarakan kegiatan pengembangan bakat dan minat berbasis
kebutuhan dan orientasi masa depan.
Menyelenggarakan kegiatan seni budaya dan olah raga yang
berorientasi mutu dan prestasi.
Menyelenggarakan sistem pembelajaran berbasis TI dan berbahasa
Inggris
Menyelenggarakan sistem administrasi sekolah yang berbasis TI,
terbuka dan berorientasi pelayanan.
Menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan instansi lain dalam
kemitraan strategis.
Menyediakan sarana pembelajaran dan pendukungnya yang memadai
dan berbasis TI
Tujuan
1. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan
mengacu kepada Standar nasional dan Internasional (Pengembangan
Kurikulum)
2. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang interaktif, kreatif,
partisipatif dan relevan (Proses pembelajaran)
3. Mengembangkan sistem penilaian yang valid, Reliabel dan Akurat
sebagai dasar pengambilan keputusan (Penilaian/Evaluasi)
49

4. Melakukan pembinaan dan pengembangan Profesional Guru
(Pengetahuan, Pengajaran, Kepribadian) dan Karyawan
(Pengembangan SDM)
5. Melengkapi sarana pembelajaran secara efektif dan efisien (Sarana
Prasarana)
6. Mengelola Pembiayaan pendidikan secara bertanggung jawab dan
Terbuka (Pembiayaan)
7. Pengelolaan sekolah yang berorientasi kepada perbaikan terus menerus
dan kepuasan pelanggan. (Manajemen Sekolah)
8. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan keimanan, kreativitas,
kepemimpinan dan kepribadian siswa (pembinaan Kesiswaan)
9. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kultur sekolah yang kondusif
bagi pencapaian visi (Pengembangan kultur sekolah)
10. Membuat jaringan kerjasama dengan lembaga baik dari dalam maupun
luar negeri (Kerjasama)
11. Mendorong dan mewadahi partisipasi masyarakat untuk berkontribusi
dalam meningkatkan kualitas pendidikan (partisipasi masyarakat)
KEBIJAKAN MUTU
Kebijakan mutu pendidikan dapat diperoleh melalui singkatan
SMAN DELAPAN, sebagai berikut:
S : Senantiasa sempurna dalam Input, Output, Proses dan Outcame
M : Memenuhi kebutuhan dan Tutuntan Stake Holder
A : Ajak semua bersinergi
50

N : Nilai-nilai Profesionalisme di junjung tinggi
D : Dapatkan Keunggulan Imtaq dan Iptek
E : Efektif dan Efisien dalam bekerja
L : Loyal Pada Sekolah
KEUNGGULAN
SMA Plus berstandar Nasional/Internasional
Perpaduan IMTAQ, IPTEK dan Cipta Karsa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diperkaya dengan
kurikulum CIE
Tenaga pengajar yang profesional dan kompeten dalam bidangnya
Pengembangan kreatifitas, kemandirian dan kompetitif
Siap bersaing secara lokal, nasional dan internasional
Lulusannya diterima di perguruan tinggi ternama dalam dan luar negeri
Sarana & prasarana yang memadai



51

3. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi
1. Perencanaan
Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi
SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang
akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar
tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah
disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga
menggunakan laptop sebagai media penyimpan data yang sewaktu-
waktu diperlukan dalam memberikan soal-soal yang berhubungan
dengan materi.
Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi
aspek menyiapkan rencana pembelajaran, menerangkan tujuan
pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming.
Dari kesemua indikator tersebut, semua terdapat pada guru dalam
mempersiapkan diri untuk mengajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan matang dalam
melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas
akselerasi dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari
materi yang diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem
pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam
kelas. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa
52

untuk mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang
ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika
harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan
stimulasi dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang
muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan
dengan pembelajaran berbasis masalah, pemberian tugas, dan
eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis
masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas akselerasi.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif
melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan,
membantah pendapat guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam
penyelesaian soal-soal matematika.
Dalam hal menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas
akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik
(feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru tidak
banyak berbicara dan mencatat, melainkan berdiskusi kepada siswa.
Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas
akselerasi di atas rata-rata kelas reguler.
Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi
dengan laptop yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam
kelas juga disediakan slide, jaringan internet wireless yang mudah
diakses oleh siswa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Boleh
53

dibilang bahwa proses pembelajaran yang menggunakan fasilitas di
kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT (Information
Communication Technology).
Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia
(kubus, balok, prisma, media berdimensi tiga, dan sebagainya),
program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan
beberapa media pembelajaran lainnya.
3. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang
dilakukan setiap kompetensi dasar (KD) dituntaskan oleh siswa. Siswa
yang belum tuntas menguasai kompetensi dasar tersebut dilakukan
remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu.
Jenis tugas yang diberikan kepada siswa berbentuk essay. Tugas itu
bersifat dua jenis, kelompok dan individu.
Dalam memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir,
guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu
penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut guru tersebut,
penampilan yang dinilai adalah: keaktifan siswa, gagasan yang
disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi
pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu, yaitu
memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan
kepada siswa dengan pengembangan indikator-indikator sesuai
54

kebutuhan siswa. Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen
yang telah digagas dalam bentuk tulisan.

B. Gambaran Siswa SMAN 8
Pembahasan tentang pembelajaran matematika di kelas akselerasi
dimulai dengan mendeksripsikan keadaan siswa. Berikut adalah daftar siswa
kelas X program akselerasi SMAN 8 Jakarta:
Tabel 4.2. Daftar Siswa Kelas X Program Akselerasi
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1 Ardie Nirvansyah Laki-laki
2 Arsyie Patriannisa Perempuan
3 Briliant Putri Perempuan
4 Cecilia Farah Damayanti Perempuan
5 Eulogia Eldisa Ayu Lestari Perempuan
6 Geraldine Nadita Perempuan
7 Getty Innash N Perempuan
8 Indra Utami Perempuan
9 Primawesti Widya Iswari Perempuan
10 Sazkia Amanda Perempuan
11 Syamsul Hadi Saputra Laki-laki

Berdasarkan daftar siswa di atas diketahui jumlah tersebut
diklasifikasikan kepada jenis kelamin, maka diperoleh data sebagai berikut:
55

Tabel 4.3. Tabel Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-Laki 2 18,2%
Perempuan 9 77,8%
Jumlah 11 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh bahwa jumlah siswa berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dari 11 siswa (18,2%), sedangkan jumlah
siswa berjenis kelamin perempuan adalah 9 orang dari 11 siswa (77,8%). Ini
menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan siswa perempuan lebih dominan
dibandingkan dengan tingkat kecerdasan laki-laki.
Berdasarkan teknik analisis data yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Observasi dan wawancara tersebut ditujukan kepada siswa dan guru yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Variabel penelitian yang diteliti meliputi karakteristik siswa,
karakteristik pelajaran, metode pembelajaran, strategi penyampaian serta
pengelolaan kegiatan, hasil pembelajaran yang meliputi efektivitas, efisiensi
dan daya tarik pembelajaran.
Gambaran yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi proses
pembelajaran matematika yang dilaksanakan di dalam ruang kelas. Gambaran
itu meliputi aktivitas guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
evaluasi pembelajaran matematika. Dari aspek siswa, deskripsi meliputi
56

persiapan siswa sebelum proses pelajaran matematika dimulai, proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, sampai pada akhir kegiatan
pembelajaran.
Tabel 4.4
Peserta Program Akselerasi
No. Tahun Ajaran Jumlah Siswa Lulus UN Keterangan
1.

2.


3.

4.


5.

6.



2001 2002

2002 2003


2003 2004

2004 2005


2005 2006

2006 2007



15

16


15

14


12

15



15 (100%)

16 (100%)


15 (100%)

14 (100%)


12 (100%)

15 (100%)



7 orang diterima SPMB di
UI dan 6 orang di ITB, 2
orang di UNDIP.
8 orang diterima SPMB di
UI, 4 orang di UGM, 3
orang di ITB, 1 orang di
University Mitsui Jepang
10 orang diterima SPMB
di ITB, 4 orang di UI, dan
1 orang di UNPAD
7 orang diterima SPMB di
UI, 4 orang di ITB, dan 2
orang di UGM, 1 orang di
Universitas Singapore
6 orang diterima SPMB di
ITB, 4 orang di UI, 1
orang USU,dan 1 orang di
UGM
7 orang diterima SPMB di
ITB, 5 orang di UI,1 orang
di ITS,School of Busness
Management (Singapore)
1 orang, politeknik
Singapore 1 siswa
5 orang diterima SPMB di
ITB, 4 orang di UI,1 orang
57

7.



8.


9.
2007 2008



2008 2009


2009 - 2010
12



15


15
12(100%)



15 (100%)


15 (100%)
University Belanda, 2
orang di Asia Pasifik
Universty (APU), 1 orang
di NUS
8 orang diterima
SNMPTN di ITB, 4 orang
di UI,1 orang di UNDIP, 1
orang di Universty
Belanda, 1 orang di MIT
(Filipina)
8 orang di terima
SNMPTN di UI, 5 orang
di ITB, 1 orang di USU, 1
orang di Nanyang
Technological Universty
(NTU)


C. Pelaksanaan Kelas Akselerasi di SMAN 8 Jakarta
Pelaksanaan kelas akselerasi di SMAN 8 dimulai daritahapan sebagai
berikut:
1. Rekrutmen siswa
Pada tahapan rekrutmen dilakukan melalui berbagai macam kegiatan
secara bertahap yang mencakup pendataan, pengamatan, seleksi, dan
pengambilan keputusan.
Pada tahapan rekrutmen dilakukan melalui berbagai kegiatan secara
bertahap yang mencakup:
1) Pendataan, tahap pendataan dimulai sejak siswa masuk di SMA
Negeri 8 Jakarta. Hal-hal yang dilakukan yaitu dengan melihat data
58

akademis yaitu dengan melihat data akademis yang sudah diperoleh
di tingkat SLTP;
1. Nilai STTB SLTP
2. Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN)
3. Nilai Rapor tiap semester di SLTP
Berdasarkan pendataan yang diperoleh melalui di atas akan
terjaring kelompok siswa yang memiliki nilai tertinggi.
2) Pengamatan, siswa yang sudah terjaring selanjutnya dalam kurun
waktu 1 bulan secara terus meneruus diamati oleh tim yang
dibentuk yakni guru-guru yang mengajar di kelas tersebut. Hal-hal
yang di amati meliputi kecepatan menguasai materi pelajaran,
kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengemukakan pendapat
secara lisan dan tertulis
3) Seleksi, bagi siswa yang dinominasikan akan segera diberikan les
kemampuan psykhotes siswa berbakat dengan menunjuk pada teori
keberbakatan Renzuli meliputi pengukuran aspek: Intelegensi
(superior), kreativitas tinggi dan komitmen juga tinggi. Tes
akademik tertulis meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika dan IPA.
4) Pengambilan Keputusan, setelah melakukan semua tahapan Kepala
Sekolah dan Tim Guru Penyeleksi melakukan rapat membahas data-
data yang diperoleh berupa hasil tes dan nilai-nilai pengamatan
diambil beberapa siswa terbaik untuk mengikuti kelas akselerasi.
59

2. Kegiatan belajar mengajar
Keberadaan guru dalam kegiatan belajar mengajar memainkan
peran yang cukup penting dalam pelaksanaan program kelas akselerasi.
Guru yang dipilih adalah guru-guru yang mengajar di kelas reguler dan
memiliki kualifikasi serta kemampuan yang memadai untuk melayani
siswa-siswa yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa.
Strategi pembelajaran yang sering dipakai di kelas akselerasi
SMAN 8 Jakarta adalah mengarahkan siswa percepatan untuk
menemukan sendiri (discovery oriented) bukan semata-mata guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.
1

Strategi-strategi yang diterapkan di kelas akselerasi SMAN 8
Jakarta selain berorientasi penemuan adalah strategi pembelajaran
memeczhkan masalah (problem-solving strategies). Setiap pertemuan di
dalam kelas, guru mengutarakan permasalahan terbaru tentang
problematika pembelajaran matematika. Kemudian, siswa diberikan
waktu seminggu untuk mencari penyelesaian yang akurat dan
komprehensif.
Strategi berikutnya yang dipakai adalah strategi kognitif (cognitive
strategies). Strategi ini menekankan pada aspek kreativitas siswa dalam
menguasai bidang tertentu dengan jalan masing-masing. Siswa diberikan
kebebasan untuk menggunakan cara yang dianggap paling sesuai dengan

1
SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan Belajar di SMA Negeri 8 Jakarta. Tanpa Tahun,
SMAN 8 Jakarta, hal. 8
60

permasalahan yang dihadapi. Strategi ini juga menstimulasi nalar siswa
untuk berfikir kreatif dengan menjauhi strategi menghafal konsep-
konsep, rumus dan fakta.
Strategi pembelajaran lain adalah strategi variatif (variative
strategy). Siswa diberikan aneka perbedaaan berupa media, sumber dan
alat pembelajaran serta cara menganalisi sumber tersebut untuk
memperoleh kebenaran yang bersifat rasional.
3. Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan merupakan rangkaian proses yang
mesti dilakukan dalam rangka menyukseskan program akselerasi di
SMAN 8 Jakarta. Mengingat siswa pada program akselerasi berpacu
dengan waktu yang sangat terbatas sehingga mengharuskan dirinya
bekerja ekstra keras, keterbatasan waktu luang untuk bersama dan
bersosialisasi dengan teman dan keluarga, kompetisi yang sangat ketat,
itu semua berimplikasi pada tingkat tekanan psikologis siswa. Tekanan
tersebut bisa berupa stres, frustrasi, mudah marah, dan merasa terasing
dengan lingkungannya.
2
Oleh karenanya, bimbingan dan penyuluhan
sangat berperan besar untuk menetralisasi kondisi psikologis siswa pada
keadaan semula.
Hasil perolehan data dimulai dengan membahas proses
pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Proses-proses tersebut
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

2
SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan.hal.12
61

4. Perencanaan
Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi
SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang
akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar
tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah
disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga
menggunakan media laptop sebagai alat bantu pembelajaran yang
sewaktu-waktu diperlukan dalam memberikan materi yang berhubungan
dengan pokok bahasan.
Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi
aspek menyiapkan rencana pembelajaran, menerangkan tujuan
pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming.
Dari kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya
memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam
melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi.
5. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi
dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang
diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah
menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa untuk
62

mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan
sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika
harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi
dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh
karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran
berbasis masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara
pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak
diterapkan di dalam kelas akselerasi.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan
tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat
guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal
matematika.
Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas akselerasi,
guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik (feedback),
mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru melontarkan
permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa. Cara ini
dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas akselerasi di
atas rata-rata kelas reguler.
Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan
perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di
dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi (proyektor),
jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk
63

mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses
pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah
pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology).
Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat
komputer dalam membahas materi-materi matematika seperti
pembahasan bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya.
Perangkat itu digunakan untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan materi, dengan manampilkan gambar, diagram, proses
perhitungan yang merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam.
Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus,
balok, prisma, media berdimensi tiga, dan sebagainya), program
komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media
pembelajaran lainnya.
6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan
setiap kompetensi dasar (KD). Siswa yang belum tuntas menguasai
kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan
dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada
siswa berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan
individu.
Dalam memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir,
guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian
yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses
64

pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan
siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan
tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu,
yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan
kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai
kebutuhan siswa (misalnya matematika untuk olimpiade). Ketiga, hasil
membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk
tulisan.

D. Analisis Temuan Penelitian
Hasil perolehan data dimulai dengan membahas proses pembelajaran
matematika di kelas akselerasi. Proses-proses tersebut dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi
SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang akan
dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar tersebut
menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah disusun di awal
tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga menggunakan media
laptop sebagai alat bantu pembelajaran yang sewaktu-waktu diperlukan
dalam memberikan materi yang berhubungan dengan pokok bahasan.
65

Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi
aspek menyiapkan rencana pembelajaran, menerangkan tujuan
pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari
kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya
memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam
melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi
dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang
diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah
menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa untuk
mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan
sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika
harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi
dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena
itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis
masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut,
pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas
akselerasi.
66

Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan
tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat
guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal
matematika. Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas
akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik
(feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru
melontarkan permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa.
Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas
akselerasi di atas rata-rata kelas reguler.
Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan
perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di
dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi (proyektor),
jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses
pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah
pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology).
Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat
komputer dalam membahas materi-materi matematika seperti pembahasan
bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya. Perangkat itu
digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi,
dengan manampilkan gambar, diagram, proses perhitungan yang
merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam. Media yang sering
dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus, balok, prisma, media
67

berdimensi tiga, dan sebagainya), program komputerisasi untuk membuat
aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya.
3. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan
setiap kompetensi dasar (KD). Siswa yang belum tuntas menguasai
kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan
dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa
berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu.
Guru memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru
melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang
diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan
siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan
tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu,
yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan
kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai
kebutuhan siswa (misalnya matematika untuk olimpiade). Ketiga, hasil
membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk
tulisan.
Berikut adalah hasil temuan penelitian di lapangan berdasarkan
kisi-kisi instrumen yang telah dibuat:
1. Persiapan proses belajar mengajar.
68

Persiapan siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran
matematika di kelas akselerasi dapat dijelaskan pada aspek berikut ini:
a. Membaca materi pelajaran, jumlah siswa yang menjawab jenis ini
sebanyak 3 siswa.
b. Mendengarkan musik untuk mendapatkan penyegaran otak.
Jumlah responden ini sebanyak 1 orang.
c. Melakukan latihan-latihan dalam menjawab soal matematika,
jumlah siswa yang menjawab ini sebanyak 4 siswa.
d. Jarang membaca buku matematika dengan alasan kurang suka
pelajarannya. Hanya ada 1 orang siswa.
Dari gambaran tersebut di atas diketahui bahwa siswa lebih
banyak mempersiapkan diri dengan membaca materi atau
mengerjakan soal-soal matematika di rumah. Fakta ini
mengindikasikan bahwa persiapan matang mutlak diperlukan dalam
menguasai materi di kelas. Fakta tersebut mengindikasikan dengan
kuat bahwa para siswa kelas akselerasi memiliki persiapan matang
dengan mengeksplorasi terlebih dahulu materi di rumah sebelum
dibahas bersama di dalam kelas. Dengan aktivitas demikian, proses
pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien.
Fakta lain juga ditemukan, bahwa sebagian besar para siswa rajin
mencari sumber-sumber bahan ajar di internet yang ada di rumah
mereka, atau di sekitar rumah. Bahan-bahan ajar itu dipelajari secara
69

serius untuk dicari pemecahan dan mengintroduksi ke dalam materi yang
ada pada kurikulum.
Sedangkan persiapan mengajar guru lebih pada sistem
koordinasi, memberikan fasilitas dan ketersediaan sumber-sumber bahan
ajar yang akan dibahas. Selain RPP dan silabus serta buku panduan, guru
juga mencari sumber-sumber bahan ajar tersendiri di internet. Dengan
demikian, terjadi proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan
siswa.
Guru juga tidak lupa mempersiapkan perangkat-perangkat
teknologi seperti laptop dan bahan presentasi dalam format power point.
Tetapi ini tergantung materi dan tingkat kesulitan pelajar matematika
yang diberikan. Menurut sebagian guru matematika, penggunaan slide
tidak dilakukan setiap waktu.
2. Aktivitas Pembelajaran dan Pengajian Informasi
Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas akselerasi berbeda
dengan kelas-kelas reguler lainnya yang ada pada SMA Negeri 8 Jakarta.
Perbedaan tersebut terletak pada aspek berikut ini:
a. Formasi tempat duduk di kelas
Di dalam formasi tempat duduk siswa kelas akselerasi
menggunakan formasi yang mobile. Artinya, di setiap waktu dan
kesempatan, perubahan bentuk tempat duduk bisa berbentuk huruf
U. Pada kesempatan yang lain berbentuk oval (berbentuk bulat
dengan guru yang berada di tengah-tengah), pada kesempatan lain
70

dapat berbentuk per kelompok dengan dua siswa yang saling
berhadap-hadapan.
Formasi yang berganti-ganti ini dilakukan karena jumlah
siswa yang mengikuti program kelas akselerasi dalam satu kelas
tidak lebih dari 15 siswa. Dengan demikian, ruang kelas dengan
mudah disetting sesuai dengan kebutuhan dan keadaan materi yang
diajarkan.
b. Interaksi guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suasana
keakraban, tidak ada jarak antara kedua belah pihak tanpa
mengurangi rasa hormat siswa kepada guru. Guru tidak sungkan-
sungkan mengakui dan menghargai pendapat dan temuan siswa hasil
rekayasa teknik dan kalkulasi matematis yang tidak konvensional.
Pada sisi siswa, mereka juga sering diberikan kesempatan
oleh guru menjadi pengajar sementara untuk mempresentasikan hasil
penemuan yang diperoleh sebelum masuk ke dalam kelas. Menurut
hasil pengamatan dan wawancara, diperoleh fakta bahwa sistem
asisten guru berlaku di kelas akselerasi. Sistem ini layaknya sistem
yang diberlakukan di perguruan tinggi, dengan menempatkan asisten
dosen pada mata kuliah tertentu. Yang membedakan dari sistem
asisten dosen adalah bahwa siswa diberikan kesempatan yang sama
pada suatu waktu untuk mempresentasikan temuan inovatif yang
berhubungan dengan materi yang diberikan kepada mereka.
71

c. Kematangan guru dalam mengajar
Dari jawaban senang, banyak asalan yang mengemuka, antara
lain dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Karena guru selalu mengajarkan sesuai dengan petunjuk atau
cara yang berurutan;
2) Karena cara menyampaikan pesan penuh dengan humor dan
hiburan yang dapat menghilangkan kejenuhan;
3) Karena guru mnyampaikan penuh melalui cara-cara yang
interaktif yang membuat siswa dapat mengembangkan bakat dan
potensinya;
4) Karena guru memberikan kesempatan yang luas kepada para
siswa untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan jawaban yang kadang-kadang hanya beralasan
bahwa apa yang disampaikan oleh guru matematika sulit dimengerti
oleh siswa tersebut. Dan bagi siswa yang menjawab tidak senang
dengan apa yang disampaikan guru memiliki alasan bahwa siswa
tersebut hanya menangkap materi pelajaran di sekolah dengan
kisaran pemahaman antara 15 20%.
d. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas
Guru menyelesaikan suatu masalah matematika, siswa
diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari,
menemukan, dan memformulasikan perhitungan matematika di luar
jalur yang tersedia. Oleh karena itu, mereka selalu memanfaatkan
72

fasilitas laboratorium matematika yang tersedia di SMAN 8 Jakarta,
dengan fasilitas internet dan aplikasi-aplikasi matematika lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, mereka lebih
senang mengerjakan tugas secara individual dibandingkan
berkelompok. Fakta ini mempertegas bahwa, siswa kelas akselerasi
yang memiliki kecerdasan tinggi ingin berusaha secara mandiri
dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika.
Mereka mencari rumus-rumus dan konsep-konsep dasar
matematika di internet, jurnal-jurnal langganan sekolah, buku
matematika terbitan luar negeri yang tersedia di perpustakaan
sekolah, sampai mereka menemukan misteri matematika tersebut
secara maksimal.
e. Teknik menyelesaikan soal matematika
Mayoritas dari jawaban siswa-siswa adalah dikerjakan
dengan sendiri sampai menemukan jawabannya. Sekiranya tidak
memperoleh jawaban maka pilihan berada pada pihak berikut:
1) Guru, pihak guru menjadi alternatif terakhir untuk memperoleh
jawaban yang benar;
2) Orang tua dan anggota keluarga, rata-rata pihak keluarga
merupakan kelas menengah ke atas, dari aspek pendidikan
setiangkat level sarjana dan pasca sarjana. Sehingga, ketika
siswa-siswa mengalami kesulitan orang tua menjadi tumpuan
jawaban;
73

3) Teman sekelas dan kelas di atasnya, biasanya ini dilakukan untuk
memperoleh jawaban dengan cepat dan efektif.
Temuan yang lain adalah bahwa guru jarang menggunakan
media pembelajaran di kelas, meskipun tersedia fasilitas internet dan
slide di kelas. Dari jawaban siswa-siswa kelas akselerasi
menyebutkan bahwa semua siswa (100%) menjawab guru
matematika tidak menggunakan media pembelejaran di kelas. Alat-
alat yang biasa digunakan adalah spidol, papan tulis, dan buku
pelajaran.
Beberapa jawaban yang mengemuka meskipun guru tidak
menggunakan media:
1) Pemahaman matematika tidak tergantung pada media yang
dipakai oleh guru, melainkan sering tidanya siswa berlatih (drill)
menjawab soal-soal matematika setiap kesempatan mempelajari
matematika itu sendiri;
2) Justru dengan metode problem based-learning (memberikan
umpan yang harus diselesaikan siswa), memberikan tugas dan
resitasi, siswa-siswa lebih menangkap esensi pelajaran
matematika.
Hal itu sesuai dengan jawaban siswa atas hasil wawancara
diketahui bahwa siswa yang menjawab tentang cara yang paling
mudah dalam memahami materi pada pelajaran matematika adalah
dengan pembelajaran berbasis masalah dengan jumlah 8 siswa
74

(72,8%). Kemudian jawaban siswa yang menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pemahaman materi matematika berjumlah 2
siswa (18,2%), dan yang menjawab dengan cara atraktif dengan
jumlah siswa yang menjawab sebanyak 1 orang (9,1%).
Jawaban yang menjadi mayoritas dari responden adalah
dengan pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang menemukan
masalah pada materi tertentu menjadi bahasan yang akan
didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah. Setiap kesempatan
pembelajaran matematika, lebih dari satu masalah muncul yang pada
umumnya bersumber dari siswa.
Meskipun demikian, mereka merasa pelajaran matematika
tetap sulit dan rumit karena padatnya kurikulum yang harus di
selesaikan dalam waktu relatif cepat. Deskripsi jawaban yang
mengalami kesulitan adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kerumitan matematika itu sendiri, terutama menyangkut
rumus-rumus dan konsep matematika;
2) Kurang konsentrasi;
3) Kurang cepat memahami penjelasan guru;
4) Tidak menyukai pelajaran matematika.
Para siswa kelas akselerasi merasakan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah. Karakteristik jawaban yang menjawab
mudah dalam pelajaran matematika adalah:
1) Karena gemar dengan pelajaran matematika;
75

2) Karena merasa materi pelajaran matematika yang ada di sekolah
relatif mudah, kecuali untuk soal-soal yang diujikan mada
olimpiade matematika dan sains.

f. Kehadiran siswa
Kehadiran siswa hanya dipatok 75% dari keadaan normal. Ini
berbeda dengan kelas konvensional dengan kewajiban kehadiran
95% dari jumlah hari yang aktif dalam satu semester. Namun, siswa
diberikan buku supervisi belajar yang dilakukan di luar kelas atau
sekolah.
Para siswa biasanya diberikan waktu belajar di tempat lain
secara berkelompok, dengan menyerahkan bukti kunjungan atau
tugas dengan disertai hasil penelitian atau temuan. Tugas tersebut
dapat dipresentasikan di dalam kelas dengan diundang beberapa
perwakilan kelas yang berada di lingkungan sekolah SMAN 8
Jakarta.
g. Tempat belajar
Kelas akselerasi dilaksanakan dalam format yang berbeda,
tidak sama dengan kelas-kelas reguler atau konvensional lainnya
yang pada umumnya dilakukan. Pada kelas akselerasi di SMAN 8
Jakarta, rasio tempat pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas
adalah 50 : 50. Rasio ini menunjukkan bahwa target kurikulum yang
harus diselesaikan siswa dan guru dalam rentang waktu yang relatif
76

singkat (3 tahun harus selesai dalam 2 tahun), maka strategi dan
kerativitas pembelajaran mutlak dilakukan, termasuk pemilihan
tempat pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ada beberapa
tempat yang digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu:
1) Laboratorium matematika. Di tempat ini biasanya siswa seharian
penuh melakukan analisa dan penyelesaian soal-soal matematika
di laboratorium matematika SMAN 8 Jakarta.
2) Perpustakaan sekolah. Selain laboratorium matematika, proses
pembelajaran juga dilangsungkan di perpustakaan sekolah yang
cukup memadai, terutama ketersediaan buku-buku referensi
matematika dan jurnal luar negeri yang sangat membantu siswa
menyelesaikan masalah.
3) Perpustakaan Fakultas MIPA perguruam tinggi yang ada di
wilayah jakarta, seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri
Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Gunadarma,
Universitas Trisakti dan sebagainya. Di tempat itu pula dilakukan
sharing dan kajian bersama dengan beberapa mahasiswa senior
dan dosen-dosen matematika di perguruan tinggi setempat.
4) Lembaga-Lembaga Riset dan Kajian Strategis seperti LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Puspitek Serpong,
LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa Nasional), dan
sebagainya.
77


h. Model Pembelajaran yang digunakan
Model pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran
mandiri terstruktur dengan model pembelajaran berbasis masalah
(problem based-learning). Model pembelejaran yang mengemuka dari
jawaban siswa-siswa adalah dengan berlatih soal-soal setiap hari,
menggunakan alat peraga, dan disampaikan dengan menyenangkan.
Namun, landasan pembelajaran yang sering dilaksanakan adalah
pembelajaran berbasis masalah.

E. Pembahasan
Perolehan data penelitian yang telah dideskripsikan di atas secara
komprehensif, maka diperoleh beberapa hal baru yang berhubungan dengan
proses pembelajaran matematika di dalam kelas X program akselerasi SMA
Negeri 8 Jakarta.
Bahwa proses pembelajaran matematika dilakukan dengan cara-cara
yang lebih menekankan keaktifan siswa. Siswa-siswa pada kelas akselerasi
diberikan fasilitas yang memadai, seperti pemberian laptop untuk masing-
masing siswa. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung di
dalam kelas dapat diimplementasikan melalui metode ICT (information
communication technology).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh penemuan
bahwa setiap bulan dilakukan aktivitas outbond. Aktivitas ini bertujuan untuk
78

mengasah kreativitas siswa, menumbuhkembangkan inovasi dan solusi dalam
suatu permasalahan, meningkatkan kerja sama yang bersifat konstruktif-
akademis, dan menghilangkan kejenuhan beban belajar yang begitu padat per
minggu.
Pelaksanaan outbond sendiri terselenggara berkat kerja sama dengan
orang tua siswa, yang menginginkan anak-anak mereka memperoleh
penyegaran (fresh). Pihak sekolah memfasilitasi kegiatan tersebut dengan
memberikan bantuan tenaga ahli, ahli psikologi dan shock teraphy.
Model atau metode pembelajaran matematika yang sering digunakan
pada kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta adalah pembelajaran berbasis
masalah (learning based-problem). Setiap siswa diberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengemukakan masalah yang muncul pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi instrumen
pokok materi yang akan dibahas tentu diperluas dengan masalah-masalah yang
muncul di kelas. Masalah tersebut harus didiskusikan dan dicarikan
pemecahan di antara siswa itu sendiri.
Permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh siswa akan dikonsultasikan
kepada guru untuk dijadikan jalan keluarnya. Namun, guru tetap memberikan
kesempatan memecahkan masalah untuk pertemuan berikutnya. Siswa
diharuskan mencari di solusi di luar kelas.



79

















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data penelitian melalui observasi dan
wawancara kepada pihak guru dan siswa, serta pembahasan di atas maka
disimpulkan beberapa aspek sebagai berikut:
80

1. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
(learning based-problem). Pembahasan materi tetap disesuikan dengan
kurikulum yang ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan
oleh siswa yang dibahas, didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah
secara kolektif.
2. Dalam proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar
menyatakan bahwa siswa sangat aktif, banyak terlibat dalam proses
belajar, merasa senang belajar, memahami penjelasan yang disampaikan
oleh guru, penggunaan waktu belajar sudah efektif dan efesien serta
mereka puas terhadap apa yang sudah mereka capai dalam pembelajaran
matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa menyatakan pernah
mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika, itu tidak berpengaruh
pada hasil penemuan bahwa pembelajaran matematika berjalan sangat
baik, menyenangkan dan lebih aktraktif dengan program outbond yang
diadakan diluar kelas.
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti,
antara lain kepada pihak:
1. Guru, hendaknya menggunakan perangkat media yang lebih atraktif
sehingga mengurangi rasa jenuh dan kesulitan di dalam kelas, meskipun
soal yang dihadapi sangat berat.
81

2. Siswa-siswa kelas akselerasi, hendaknya mengedepankan aspek
kontekstual, yaitu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan
kehidupan nyata.
3. Pihak kepala sekolah, hendaknya memberikan fasilitas yang memadai
berupa laboratorium matematika yang berisi dengan alat-alat peraga,
sketsa rumus-rumus dan segala hal yang berhubungan dengan matematika.
4. Orang tua siswa, hendaknya memberikan dukungan penuh berupa
bimbingan moril dan arahan yang bermanfaat bagi pertumbuhan motivasi
dalam mempelajari matematika.








DAFTAR PUSTAKA

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen
Ambarjaya, S. Beni. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta
Emas Publishing
82

Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas
Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching.
Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company
Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan
Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai
Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Gamayanti, Meigita. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius
.blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html
Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-
Hartati.pdf
Hawadi, Reni Akbar. 2003. Akselerasi: A Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet.-7.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika Departemen Pendidikan Nasional
Marsigit. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Pecahan di SMP
dalam http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/ disadur pada 5 Agustus 2010
Munandar, S. C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo
Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit
Tugu
83

Nurbayani, Siti. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang
Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo
Riduwan. 2004. Pengantar Statistik. Bandung: Penerbit Alfabeta
Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar
Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa
Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan
Investigasi. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika
Departemen Pendidikan Nasional
Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Matematika
Smith, L. Patricia dan Ragan, J. Tillman. 1993. Instructional Design. New York:
Macmillan Publishing Company
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bdung:
Penerbit Alfabeta
Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tilaar, H.A.R.. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif
Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kosntekstual di SMP.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Direktorat
Jenderal Dikdasmen
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika

84



















LAMPIRAN 1
Tabel 1. Daftar Proses Pembelajaran di Kelas Akselerasi
No Penyajian informasi dan situasi
Pembelajaran
Jawaban Keterangan
Ya Tidak
1 Membahas PR
2 Mengadakan apersepsi
85

3 Menerangkan materi dengan metode
ceramah

4 Menerangkan manfaat materi dalam
kehidupan sehari-hari

5 Menerangkan materi dengan sistematis
6 Menjelaskan penerapan rumus dengan
contoh

7 Menguasai bahan ajar
8 Menjelaskan materi dengan
LCD/Laptop

9 Memperhatikan siswa secara
menyeluruh

10 Menerangkan dengan suara jelas
11 Memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya

12 Memberikan latihan individual
13 Memberikan latihan kelompok
14 Memberikan rewards kepada siswa
15 Membahas latihan yang diberikan
16 Mengumpulkan tugas yang diberikan
17 Mengembalikan hasil latihan siswa
yang dikumpulkan

18 Memberikan tugas PR individu



72

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data penelitian melalui observasi dan
wawancara kepada pihak guru dan siswa, serta pembahasan di atas maka
disimpulkan beberapa aspek sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
(learning based-problem). Pembahasan materi tetap disesuikan dengan
kurikulum yang ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan
oleh siswa yang dibahas, didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah
secara kolektif.
2. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar responden
menyatakan bahwa pembelajaran matematika berlangsung sangat aktif,
banyak terlibat dalam proses belajar, merasa senang belajar, memahami
penjelasan yang disampaikan oleh guru, penggunaan waktu belajar sudah
efektif dan efesien serta mereka puas terhadap apa yang sudah mereka
capai dalam pembelajaran matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa
menyatakan pernah mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika.



73

B. Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti,
antara lain kepada pihak:
1. Guru, hendaknya menggunakan perangkat media yang lebih atraktif
sehingga mengurangi rasa jenuh dan kesulitan di dalam kelas, meskipun
soal yang dihadapi sangat berat.
2. Siswa-siswa kelas akselerasi, hendaknya mengedepankan aspek
kontekstual, yaitu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan
kehidupan nyata.
3. Pihak kepala sekolah, hendaknya memberikan fasilitas yang memadai
berupa laboratorium matematika yang berisi dengan alat-alat peraga,
sketsa rumus-rumus dan segala hal yang berhubungan dengan matematika.
4. Orang tua siswa, hendaknya memberikan dukungan penuh berupa
bimbingan moril dan arahan yang bermanfaat bagi pertumbuhan motivasi
dalam mempelajari matematika.








74

DAFTAR PUSTAKA

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen
Ambarjaya, S. Beni. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta
Emas Publishing
Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas
Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching.
Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company
Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan
Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai
Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Gamayanti, Meigita. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius
.blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html
Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-
Hartati.pdf
Hawadi, Reni Akbar. 2003. Akselerasi: A Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet.-7.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika Departemen Pendidikan Nasional
74
75

Marsigit. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Pecahan di SMP
dalam http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/ disadur pada 5 Agustus 2010
Munandar, S. C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo
Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit
Tugu
Nurbayani, Siti. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang
Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo
Riduwan. 2004. Pengantar Statistik. Bandung: Penerbit Alfabeta
Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar
Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa
Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan
Investigasi. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika
Departemen Pendidikan Nasional
Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Matematika
Smith, L. Patricia dan Ragan, J. Tillman. 1993. Instructional Design. New York:
Macmillan Publishing Company
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bdung:
Penerbit Alfabeta
Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tilaar, H.A.R.. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif
Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
76

Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kosntekstual di SMP.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Direktorat
Jenderal Dikdasmen
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika










LAMPIRAN-LAMPIRAN













Hasil Wawancara dengan Guru Bidang Studi Matematika

Hari, tanggal : Rabu, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Karto Suyoso
Waktu : 11.30 WB
Lokasi : Ruang Wakil Kepala Sekolah
Peneliti : Persiapan apa saja yang bapak lakukan terlebih dahulu sebelum mengajar?
Guru : tidak ada persiapan apa-apa,yang paling penting badan sehat saja. Persiapan
materi dan metode instan saja dan sudah hafal di luar kepala. Untuk
Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) sudah dibuat di awal semester dan
itu kita buat bersama-sama dan sudah baku, dan kita di kelas tinggal
menggembangkan saja, karena materi sudah hafal dan metode itu tidak bisa
dipersiapkan jadi kita lihat situasi dan kondisi siswanya dan nanti kita
sesuaikan.
Peneliti : Bagaimana cara bapak menyampaikan materi pelajaran kepada siswa?
Guru : ya biasa saja tergantung suasananya, tergantung materi yang diajarkan apa,
kadang ada materi tertentu yang kita harus kreatif artinya tidak baku dan
metodenya bervariasi.
Peneliti : Metode pembelajaran seperti apa yang sering bapak gunakan?
Guru : Tidak ada metode yang istimewa di kelas akselerasi, hanya perlu
penanganan khusus pada kelas ini karena kelas ini kelas kecil dari kelas
yang lain. Namun karena aksel anaknya cerdas-cerdas metodenya lebih
bervariatif seperti tanya jawab,penemuan, resistasi dan eksperimen.
Setidaknya mereka lebih antusia dalam belajar matematika dibandingkan
kelas regular.
Peneliti : Selama mengajar apakah ada kesulitan yang bapak hadapi?
Guru : Insyaallah tidak ada.
Peneliti : Dalam penggunaan metode tersebut, apa saja yang menjadi pertimbangan?
Guru : ya lihat situasi dan kondisi, dalam hal ini materinya apa dan situasi anaknya
bagaimana. Dan anaknya sangat amat cepat nangkap.
Peneliti : Fasilitas apa saja yang disediakan untuk menunjang metode tersebut?
Guru : Fasiltas yang digunakan tidak banyak,Cuma menggunakan fasilitas yang ada
dikelas saja, Alhamdulillah di kelas aksel dapat bantuan dari pemerintah
untuk penggadaan komputer (laptop) untuk anak-anak dan juga dikelas
tersebut ditunjang akses internet.
Peneliti : Media apakah yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas
akselerasi?
Guru : Pengguanaan media disesuaikan saja dengan kebutuhan.
Peneliti : Bagaimana cara bapak menilai keberhasilan belajar siswa ?
Guru : Biasa saja dengan test-test. Namun ada penilain tambahan di kelas ini bisa
lewat pembelajaran berlangsung atau keaktifan siswa dikelas, test individu,
dan juga penugasan-penugasan, baik itu PR atau pun tugas kelompok.



Panduan wawancara dengan siswa

1). Apa yang anda lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai ?
2). Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru?
3). Bagaimana cara anda menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru ?
4). Apakah anda mengalami kesulitan dalam belajar matematika? Kenapa,faktor-faktor
apa yang mempengaruhi !
5). Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit?
6). Apakah guru kamu menggunakan media pada tiap kali pembelajaran? Dengan
media itu apakah kamu lebih paham?
7). Model pembelajaran seperti apa yang menurut anda lebih mudah,ketika memahami
materi?
8). Berapa nilai tes akhir matematika anda ?





















Panduan wawancara dengan Guru

1). Persiapan apa saja yang bapak lakukan terlebih dahulu sebelum mengajar ?
2). Bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa?
3). Metode pembelajaran seperti apa yang sering bapak gunakan?
4). Dalam penggunaan metode tersebut,apa saja yang menjadi pertimbangan?
5). Fasilitas apa saja yang disediakan untuk menunjang metode tersebut?
6). Media apakah yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas akselerasi?
7). Bagaimana cara menilai keberhasilan belajar siswa ?

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Ardie Nivansyah
Waktu : 09.45 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Mempelajari ulang pelajaran yang diajari saat KBM sebelumnya.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Cukup senang, karena gurunya sering ngelawak,jadi tidak terlalu membosankan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : seperti biasa, mengerjakan sendiri apabila ada kesulitan Tanya-tanya ke teman dan
guru
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : ya, lumayan karena banyak rumusnya dan saya juga kurang teliti juga.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : akan berusaha sebisa saya, kalau sudah nyerah, Tanya kepada orang yang lebih
bisa.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : nggak.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Mengerjakan soal-soal.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : nggak terlalu bagus. Rata-rata 75


Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Arsyi Patriannisa
Waktu : 11.00 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Berdoa kadang sebelum belajar, mendengarkan musik terlebih dahulu
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Senang-senang saja. Apalagi jika diajarkan dengan cara dan suasana yang
menyenangkan
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Mmengerjakan di rumah terlebih dahuluu, jika ada kesulitan baru mengerjakan
dengan teman-teman.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Ada kesulitan, salah satunya saya kurang cepat memahami yang diajarkan, selain itu
saya sering hilang konsentrasi.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : saya meminta bantuan kepada teman-teman saya, jika kami masih belum
menemukan jawabannya saya akan bertanya kepada guru.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Tidak, sebenarnya pemahaaman tidak tergantungg dari ada/tidaknya media tapi
frekuensi berlatihnya
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Menurut saya, sebelum guru menerangkan bagaimana cara mengerjakan baru
kemudian saya mencoba mengerjakannya.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 90 dan 75
Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Briliant Putri
Waktu : 10.00 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Pertama-tama siapin dulu kertas coret-coretan terus kerjain soalnya.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Seneng-seneng aja sih, karena metode pembelajaraannya standar sih. Tapi gurunya
banyak lawak jadi seru.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Dihitung aja.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Sebenarnya kalau mata pelajaran matematika di sekolah saya masih bisa mengikuti
dengan cukup baik. Tetapi untuk soal matematika olimpiade, saya masih perlu
bimbingan dari orang tua dan guru.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Saya kerjain sampai ketemu karena bagi saya merupakan sebuah kepuaasaan
tersendiri ketika saya bisa menyelesaikan soal-soal yang sulit. Tetapi kalau masih
belum ketemu juga Tanya ke papa saya.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Tidak, guru saya menerangkan secara langsung meskipun tanpa media, tapi saya
tetap dapat memahami pelajaran dengan baik
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : diberi materi lalu drill soal.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 100
Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Chintya R
Waktu : 10.45 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : buka-buka buku, siapin kertas untuk coret-coretan,coba-coba ngerjain soal, kalau ga
bisa, Tanya guru di sekolah.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Suka-suka aja, gurunya tidak monoton dan suka melawak.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Lihat caranyadi buku, terus coba ngerjain sendiri. Kalau tidak bisa, Tanya teman.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Sebenarnya tidak terlalu, tetapi kadang-kadang setelah beberapa lama lupa materi
sebelum-sebelumnya. Jadi, saya sering mengulang-ngulang.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Mencoba mengerjakan sendiri, kalau masih gagal, Tanya teman, kalau masih gagal,
Tanya kakak, kalau masih gagal juga tanya guru.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Tidak, walaupun hanya menjelaskan di papan tulis, karena mengajarnya enak. Jadi
paham-paham saja.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Yang biassa saja, santai, tapi setelah diajarkan dikasih soal-soal biar lebih paham.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 92




Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Eulogia Eldisa Ayu Lestari
Waktu : 10.00 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Latihan-latihan iseng aja. Kerjain soal-soal yang ada.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Lumayan senang, selain interaktif juga lumayan bikin anak berkembang.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Dikerjakan aja yang bingung Tanya teman atau guru-guru.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : kadang-kadang biasanya kalau belum begitu ngerti konsepnya.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Istirahat dulu, minta pencerahan sama tuhan. Mudah-mudahan dapat pencerahan.
Kadang kali inspirasi datang setelah bangun tidur.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Nggak, metode ngajat konvesional biasa, malah lebih ngerti.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Interaktif & aktif ngerjain soal-soal aja yang bingung minta bahas.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 92 terakhir.




Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Geraldine Nadita
Waktu : 09. 30 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Mengulang yang sudah dipelajari di sekolah sebelumnya dan mengerjakan latihan
dari buku-buku soal yang lain.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ?
Siswa : Yang diajarkan oleh guru menyenangkan walau kalau kadang-kadang ada yang sulit
dimengerti jadi harus belajar lagi di rumah.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Belajar sendiri dan Tanya-tanya saudara yang bisa dan mahir matematika.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Tidak begitu karena saya suka matematika ditambah bantuan saudara jika saya ada
kesulitan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : berdoaa dan berusaha, kalo kita sudah berusaha pasti di situ ada jalan,semua
hasilnya di serahkan kepada allah swt.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : tidak, hanya buku biasa.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : dibawa santai aja,yang penting saya bisa mengerti apa yang diajarkan guru.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : ada yang bagus ada yang sedang, kalo dirata-ratakan sekitar 80


Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Getty Innashi N
Waktu : 11.00 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Mengisi soal-soal yang saya bisa.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Kadang tidak, karena saya ga nyambung kadang-kadang
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Gurunya jarang kasih tugas, kalupun ada saya ngerjain yang sebisa saya. Kalo ada
yang tidak bisa, jika tiddak males akan nanya ke guru les.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Kadang-kadang, banyak pikiran jadi susah mikirin pelajaran matematika.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Mencoba mengerjakan, jika tidak bisa saya akan bertanya.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Tidak
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Tidak usah
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : sekitar 80an - 90an.



Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Indra Utami
Waktu : 11.30 WB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Saya sangat jarang belajar matematika
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : tidak, yang saya tangkap di sekolah cuma sekita 15-20 %
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : gurunya sangat jarang memberikan tugas
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : iya,kurang teliti kak,hehehe. Kalo dimensi 3, sulit ngebayaginya.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : di coba-coba,kalo mentok Tanya guru
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Tidak, tetapi saya senang apa yang diajarkan oleh guru.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : mungkin dengan alat peraga, okoknya yang bicara konsep dasar..begitu deh.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 86, statis sih nilainya.sekitar itu semenjak di SMA


Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Mohamad Yafi Zachary
Waktu : 09.40 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Terkadang mempelajari dahulu bab yang akan dipelajari namun tidak rutin.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Ya, terkadang untuk belajar rutin.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Terkadang mengerjakan bersama teman atau orang tua.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Ya, kurang teliti. Terkadang tidak paham konsep karena kurang latihan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Berusaha mengerjakan. Jika tidak bisa, bertanya pada teman, orang tua dan guru.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : Belum
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Dengan banyak latihan
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 76




Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Noni Nabilah Ulfah
Waktu : 10.15 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Mendengarkan music sambil mencoba belajar dikamar sendiri.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : biasa saja, kadang iya, kadang tidak.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Ya dikerjakan saja. Kalo ada yang tidak mengerti bertanya pada orang lain.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Kadang-kadang, kalau tidak bisa mengerjakan soal, tidak ada yang bisa dimintai
bantuan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Mencoba sebisanya, kalau tidak bisa minta diajarin.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : tidak hanya menggunakn spidol dan papan tulis.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : ada alat bantu atau peraga
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 70



Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal : Kamis, 2 Februari 2011
Yang diwawancara : Primawestri Widya Iswari
Waktu : 09.50 WIB
Lokasi : Kelas Akselerasi
Peneliti : Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?
Siswa : Membaca teorinya terlebih dahulu lalu mencoba mengerjakan soal-soal latihannya.
Peneliti : Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan
oleh guru ? mengapa!
Siswa : Ya, karena guru selalu mengajarkan dengan petunjuk atau dengan cara berurutan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?
Siswa : Mengerjakan tugas sesuai dengan cara dan rumus yang ada di buku atau yang duru
berikan.
Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor
apa yang mempengruhi?
Siswa : Terkadang saya mengalami kesulitan karena soal yang cara menghitungnya rumit
dan kemampuan saya yang terbatas. Tetapi kesulitan itu dapat deselesaikan dengan
ketekunan.
Peneliti : Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?
Siswa : Saya berusaha menyelesaikan soal-soal itu sampai soal itu dapatt terselesaikan.
Peneliti : Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar?
Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?
Siswa : tidak, hanya menggunakan buku pedoman, spidol dan papan tulis.
Peneliti : Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah,
ketika memahami materi ?
Siswa : Suatu solusi yang menurut saya lebih menyenangkan misalnya setiap hari
mengerjakan soal secara rutin.
Peneliti : Berapa nilai tes matematika kamu ?
Siswa : 100 dan 88


LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Gada Mughitsa
NIM : 106017000520
Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi SMA Negeri 8
Jakarta

No Referensi
Paraf Pembimbing
I II

1




2




3


4





5



6


7





Undang- Undang No. 23 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf

H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan
Nasional: Tinjauan dari Perspektif
Postmodernisme dan Studi Kultural.
Jakarta: Penerbit Kompas, hal.. 92.

H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan
Nasional............. hal. 93

Azyumardi Azra. 2006. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit
Kompas, hal. 6

Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah
Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo, hal. 34

Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah
Teori.............. hal. 35

Sumber nilai diambil dari data rekapitulasi
nilai semester genap Tahun Ajaran
2009/2010 Kelas X akselerasi SMAN 8
Jakarta.











8





9










10





11



12




13





14


15


16


Menyangkut prestasi ang ditorehkan oleh
siswa-siswa kelas akselerasi dapat
dibaca pada website
www.wangsajaya.wordpress.com


Abdul Wahid Chairulah. 2005. Pengembangan
Model Penilaian Kinerja Pegawai
Negeri Sipil Pada Kantor Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Dan Dinas Di Lingkup Pertanian
Kabupaten Sampang.Dalam
http://www.damandiri.or.id/detail.ph
p?id=323 disadur tanggal 18 Agustus
2010 jam 22.00, hal. 7

Lia Yulianti. 2009. Pengertian Pembelajaran
dalam
http://gurulia.wordpress.com/2009/03
/25/pengertian-pembelajaran/ disadur
pada jam 20.45, 18 Agustus 2010

Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya, hal. 92

Hafni Ladjid. 2005. Pengembangan Kurikulum
Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Ciputat: Penerbit
Quantum Teaching, hal. 112

Hamzah B. Uno dan Kuadrat. 2009.
Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran: Suatu Konsep
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4


http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4006.
2.pdf, hal. 10

Suriasumantri, Jujun s. 2005. Ilmu Dalam


17



18



19


20






21




22






23



24









Perspektif. Cet-22. Jakarta: Penerbit
Obor, hal. 178

Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer. Cet-17.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal.
190

Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar .............hal. 199

Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar
Matematika. Yogyakarta: Penerbit
Tugu, hal. 13

Fadjar Shadiq. 2009. Model-Model
Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Matematika,
hal. 8

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, hal. 22

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan
Kooperatif. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika, hal. 3

Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan. 1993.
Instructional Design. New York:
Macmillan Publishing Company, hal. 5

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan,
Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan
Model Pembelajaran. Dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008
/09/12/pengertian-pend ekatan-strategi-
metode-teknik-taktik-dan-model-
pembelajaran/ didownload pada tanggal 14

25


26




27





28



29





30


31



32



33


34


35


36
Agustus 2010Erman Suherman, dkk,
Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung: JICA UPI,
2003), h. 68.

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 104

Arikunto, Suharsimi. Pembelajaran
Kontekstual : Suatu Pendekatan Baru.
(Bandung : Rosda Karya, 2004) h.12.

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik,
Model, dan Strategi dalam
Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan
Penataran Guru Matematika
Direktorat Jenderal Dikdasmen, hal. 4

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik,
Model, dan Strategi .............hal. 4

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan
Kooperatif. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika, hal. 3

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran
Matematika......................hal. 5

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 63

Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model
Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta
Emas Publishing, hal. 89

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 64

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 78


37


38


39


40



41





42




43




44


45





46





47
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 79

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo, cet. Ke-7, hal. 57

Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model
Pembelajaran...............hal. 88

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran
Matematika................hal. 7

Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif..............hal. 83

Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003. dalam
www.bapsi.undip.ac.id/.../uu%20no
.20%20thn%202003%20sisdiknas.pdf

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program
Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam
http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdoc
uments/Akselerasi-Hartati.pdf,

Siti Nurbayani. Program Percepatan Kelas
(Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki
Kemampuan Unggul, dalam
http://pusdiklatdepdiknas.net/

Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A Z
Informasi Program Percepatan Belajar
dan Anak Berbakat Intelektual.
Jakarta: Grasindo, hal. 31

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi
Program.................hal. 2

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program
Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam
http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocum
ents/Akselerasi-Hartati.pdf, hal. 1






48




49




50




51



52







53

54








55


Hartarti. Perspektif Psikologi Program
Akselerasi Bagi Anak Berbakat
Akademik.dalam
http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocum
ents/Akselerasi-Hartati.pdf

Lih. Meigita Gamayanti. 2009. Persoalan
Kelas Akselerasi dalam
http://meigitarius
.blogspot.com/2009/10/persoalan-
kelas-akselerasi.html

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009.
Accelerated Learning: Cara Belajar
Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt
Nuansa, hal. 35

Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990.
Psychology Applied to Teaching. Sixt
Edition. Boston : Houghton Mifflin
Company, hal. 126-133

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009.
Accelerated Learning..hal.
37


Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar
Matematika. Yogyakarta: Penerbit
Tugu, hal. 18-19

Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua
Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah
Kementrian Pendidikan Nasional,
2010, hal. 3

Ibid, hal. 4

Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang
Tua Pengertian, Konsep, dan
Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa.













56







57



58



59
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah Kementrian Pendidikan
Nasional, 2010, hal. 5

Depdiknas. Memahami dan Menangani
Cerdas Istimewa dengan Berbagai
Masalah yang Menghambat Prestasi
Akademis. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah
Kementrian Pendidikan Nasional,
2010, hal 153-157

Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua
Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah
Kementrian Pendidikan Nasional,
2010, hal. 68-87

SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan Belajar
di SMA Negeri 8 Jakarta. Tanpa Tahun,
SMAN 8 Jakarta, hal. 8

SMAN 8 Jakarta, Program
Percepatan.hal.12

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta, hal. 8

Pembimbing I Pembimbing II



Dra. Afidah Masud Firdaus, S.Si,M.Pd
NIP. 19610926 198603 2 004 NIP. 19690629 200501 1 003

Anda mungkin juga menyukai