Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


TOMAT (Lycopersicon esculentum)

NAMA
NIM
KELAS

DISUSUN OLEH :
:
NUR ALFIYANA W.A
:
125040201111233
:
A (N)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN

MALANG
2013

ii

DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN............................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 2
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
2. PEMBAHASAN................................................................................................. 3
3. PENUTUP...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Dengan
kandungan vitamin C dan A nya yang relatif tinggi. Pigmen warna merah pada tomat juga
banyak mengandung lycopene. Lycopene merupakan zat antioksidan yang berfungsi
menghancurkan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas dalam tubuh bisa
disebabkan karena polusi udara, sinar ultraviolet, serta akibat rokok. Selain itu, tomat
relatif mudah untuk tumbuh di Indonesia. Tetapi dari segi produksinya baik kuantitas dan
kualitas masih rendah.
Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta
hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan
iklim, serta teknis budidaya petani. Mengingat aspek budidaya memiliki peran yang
sangat besar terhadap keberhasilan usaha pertanian maka sepertinya tidak berlebihan jika
kita mempelajari lebih jauh mengenai teknis budidaya tanaman itu sendiri yang meliputi
potensi produksi, pemilihan varietas, pengamatan musim dll.
Teknologi Produksi Tanaman yang merupakan suatu ilmu untuk menunjang
keberhasilan usaha pertanian sepertinya merupakan ilmu yang wajib ditekuni bagi para
pelaku usaha pertanian mengingat didalamnya akan dikupas mengenai aspek budidaya
tanaman, Tanah dan Perlindungan tanaman untuk tercapainya produksi tanaman yang
maksimal. Dalam makalah ini akan dibahas tentang tentang tekhnik budidaya serta upaya
peningkatan produksi tomat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknis dalam
pembudidayaan tomat serta upaya untuk meningkatkan produsi tomat.

2. PEMBAHASAN
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari
keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru.
Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini hanya
untuk satu kali periode panen. Setelah produksi, kemudian mati. Tanaman ini berbentuk
perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2m. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu
diberi ajir dari turus bambu atau turus kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara
vertikal (Wilson and Walter, 1967). Klasifikasi buah tomat menurut Wilson dan Walter
(1967), tomat termasuk dalam divisi spermatophyta (tanaman berbiji), subdivisi
angiospermae (biji berada dalam buah), kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, familia
solanaceae, genus lycopersicon dan spesies Lycopersicon esculentum var. Cerasiforme
Berikut adalah varietas tomat yang banyak dibudidayakan di Indonesia menurut Pracaya
(1998):
1. Tomat Intan
Jenis ini dapat ditanam di dataran tinggi atau rendah, tahan terhadap penyakit layu tetapi
tidak tahan penyakit busuk daun, terutama pada waktu banyak hujan. Pertumbuhan
pohon determinate, tinggi sekitar 45-70 cm. Pada waktu masih muda buah berwarna
hijau muda, sesudah masak berwarna merah. Berat buah antara 30-45 g dan setiap pohon
mampu menghasilkan 2kg.
2.

Luxor
Jenis ini cocok ditanam di daerah sejuk, tahan terhadap penyakit layu, dan tergolong
determinate. Bentuk buah bulat datar, bila masih muda buah berwarna hijau dan setelah
masak berwarna merah. Lama pemasakan buah 72 hari. Berat buah antara 200-230 g.

3.

Scorpio
Jenis ini lebih cocok ditanam di daerah dingin, meskipun di daerah sejuk atau sedang
pun masih dapat menghasilkan buah cukup besar. Jenis ini tahan terhadap penyakit layu,
berdaun lebar, dan tergolong indeterminate. Berat buah antara 200-250 g. Pada waktu
masih muda buah berwarna hijau, dan setelah tua berwarna merah.

4.

Grosse Lisse
Jenis ini cocok ditanam di daerah dingin, sejuk atau sedang, tetapi tidak cocok
ditanam di daerah panas. Ketahanan tanaman terhadap penyakit layu sedang serta tidak
tahan terhadap penyakit busuk daun.

(Pracaya, 1998)
Pertumbuhan tanaman berdaun lebar ini tergolong indeterminate. Buah cukup besar,
dan dapat mencapai 200 g. Ketika masih muda buah berwarna hijau dan setelah tua
berwarna merah.
5.

Marmande
Jenis ini kurang cocok ditanam di daerah panas dan sedikit tahan terhadap penyakit
layu. Pertumbuhan tanaman tergolong indeterminate. Bentuk buah bulat datar, serta
sedikit berlekuk, dengan berat antara 100-150 g. Buah berwarna hijau pada waktu muda,
sesudah masak berwarna merah.

6.

Tropis
Jenis tropis ini tidak tahan penyakit layu, cocok ditanam di daerah sedang sampai
dingin, dan tidak cocok ditanam di daerah panas. Tanaman ini berdaun lebar,
pertumbuhannya tergolong indeterminate, dan buah berukuran besar. Tomat tropis pada
waktu muda buahnya berwarna hijau, sedudah masak berwarna merah. Berat buah dapat
mencapai 250 g.

7.

Sun Ray
Jenis ini cocok ditanam di daerah sedang sampai dingin. Tanaman berdaun lebar,
pertumbuhannya tergolong indeterminate. Buah berukuran besar dengan berat antara
4

150-200 g. Buah berwarna hijau pada waktu muda, sesudah masak menjadi kuning tua.
Selain itu, tanaman tidak tahan penyakit layu.
2.1 Fase Pra Tanam
2.1.1 Syarat Tumbuh
Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 Mm/hujan dengan
ketinggian tempat optimal 100-1000 Mdpl. Curah hujan yang tinggi dapat
menghambat persarian tomat. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam
per hari. Suhu optimal pertumbuhan tanaman tomat berkisar 25-30 C, sedangkan
proses pembungaan membutuhkan suhu malam hari 15-20 C. Air sangat
dibutuhkan oleh tanaman tomat karena 90 % kandungan tomat terdiri dari air.
Lokasi penanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan tanaman tomat atau
tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun agar diperoleh hasil
optimal.
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian
kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa
menggunakan kertas lakmus, pH meter atau cairan pH tester. Pengambilan titik
sampel bisa dilakukan secara zigzag. Bila pH tanah kurang dari 5,5 sebaiknya
tanah ditaburi kapur. Misalnya, kapur bangunan Ca(OH)2 atau dolomit (kapur
pertanian) yang mengandung CaCO3 dan MgCO3. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanah ber-pH 4,8 yang diberi kapur dolomit sekitar 7,413 ton/ha akan
menaikkan hasil tomat sekitar 10 ton.
Untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan tambahan pupuk
kandang yang telah jadi atau kompos sebanyak 25-50 ton per ha. Pada tanah yang
kurang subr sebelum ditanami tomat ditanami pupuk hijau, misalnya orok-orok
(Crotalaria juncea).
Tanaman tomat membutuhkan kelembaban yang relatif tinggi yakni sekitar
25%, kelembaban relatif yang tinggi akan merangsang pertumbuhan tanaman yang
masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang
membuka lebih banyak. Namun hal ini juga akan merangsang mikroorganisme
pengganggu tanaman untuk menyerang tanaman.
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari tanah pasir
sampai tanah lempung. Akan tetapi, tanah yang ideal adalah tanah lempung
berpasir yang subur, gembur dan benyak mengandung bahan organik serta unsur
hara. Tanah yang selalu tergenang air menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
mati.

2.1.2

Pemilihan benih

Untuk mendapatkan bibit tomat yang berkualitas, biji harus diambil dari buah yang
telah masak dan sehat. Ada bermacam-macam cara pengambilan biji. Sebelm
dibelah, buah dicelupkan dalam air panas untuk mengurangi penyakit yang
mungkin ada pada kulit buah tomat. Selain itu, buah segar yang sehat dapat
langsung dibelah, lalu diambil bijinya yang diselimuti lendir. Lendir ini harus
dihilangkan agar tidak menghambat perkecambahan.
Cara membersihkan lendir pada bijij ada bermacam-macam, antara lain dengan
menggunakan asam klorida encer 0,1 %, atau soda encer 0,1 %, ata memakai
larutan abu dapur. Selain itu, biji yang diselimuti lendir direndam selama 2-3 hari,
hingga terjadi fermentasi yang akan memudahkan lepasnya lendir dari biji.
Bijiyang telah bersih dari lendir kemudian dicuci bersih, dibilas sampai beberapa
kali. Selanjutnya, biji dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering
dengan air 5-6%. Pengeringan jangan dilakukan di bawah sinar matahari, karena
dapat mengurangi daya kecambah.
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi biji/benih tanaman tomat adalah:

Pilih biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat biasanya sulit
tumbuh.
Pilih biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama
atau penyakit.

Benih atau biji bersih dari kotoran.

Pilih benih atau biji yang tidak keriput.

2.1.3 Penyemaian Benih

Benih atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan


didesinfektan. Caranya, dengan merendam benih kedalan larutan fungisida agar
mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mati.
Ada beberapa cara menyemai pada bedeng persemaian. Cara pertama,
benih tomat ditaburkan merata pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah
tipis-tipis. Bedeng dibuat guritan sedalam 1 cm dengan jarak antar guritan 5 cm,
lalu biji ditaburkan kedalan guritan secara merata dan tidak saling tumpuk,
kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Cara kedua, dengan
menanamkan benih pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan jarak 5 cm dan
kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm. Dalam satu lubang tanam dapat diisikan 1
atau 2 benih, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Cara ketiga, penyemaian dapat
langsung dilakukan pada kantong-kantong polybag yang telah diisi media tanam
berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap kantong
polybag diisi satu benih saja dan tanamkan benih dengan kedalaman sekitar 1 cm.
Setelah biji ditanam, media semai sebaiknya dibasahi dengan air.

2.1.4 Pemeliharaan Penyemaian


Selama awal pertumbuhan, pemeliharaan bibit tanaman di persemaian harus
dilakukan secara intensif dengan pengawasan kontinyu. Pemeliharaan bibit
meliputi kegiatan-kegiatan:
2.1.4.1 Penyiraman
Penyiraman dilakukan sejak benih ditaburkan ke bedeng pesemaian sampai
tanaman siap dipindah ke kebun. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu
pagi dan sore hari. Penyiraman sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
alat/gembor yang memiliki lubang halus, agar tidak merusak bibit tanaman
yang sudah atau baru tumbuh.
2.1.4.2 Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara langsung mencabuti tanaman
pengganggu tanpa peralatan. Penyiangan sebaiknya dilakukan seperlunya
saja dengan melihat keadaan tanaman.
2.1.4.3 Pemupukan
Pada media persemaian selain diberikan pupuk kandang, sebaiknya juga
diberikan pupuk kimia NPK secukupnya sebagai pupuk tambahan yang
diberikan setelah benih tumbuh menjadi bibit.

2.1.4.4 Pencegahan dan pemberantasan hama penyakit


Hama yang umumnya menyerang benih atau bibit di pesemaian berasal dari
golongan serangga, seperti semut dan golongan nematoda, seperti cacing
tanah. Penyakit yang sering menyerang dari golongan cendawan. Untuk
mencegah berkembangnya hama dan penyakit dapat dilakukan sterilisasi
tanah. Untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang dapat
disemprotkan obat-obatan. Insektisida untuk memberantas hama dari
golongan serangga dan fungisida untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh golongan jamur. Nama-nama formulasi yang dapat
digunakan antara lain Furadan 3 g, Dithane Hostathion dan Antracol.

2.2 Pemindahan Bibit


Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari di
persemaian. Pada saat dilakukan penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan lagi terhadap
bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar diperoleh tanaman yang baik
pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi dalam menghasilkan buah.
Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan menarik dan baik., yaitu
penampakannya segar dan daun-daunnya tidak rusak. Pilihlah bibit yang kuat, yaitu
tegak pertumbuhannya dan pilihlah bibit yang sehat, artinya bibit tidak terserang hama
dan penyakit. Waktu yang baik untuk menanam bibit tomat di kebun adalah pagi atau
sore hari. Pada saat itu keadaan cuaca belum panas sehingga mencegah kelayuan pada
tanaman.
Ketika memindah bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik
dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga
pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan
bahkan mati.
Ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu :
1. Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup umur dicabut
dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedeng persemaian harus
dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar.
2. Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya. Namun, sebelum bibit diambil
tanah dibasahi dengan air telebih dahulu.
Kedua cara tersebut terutama ditujukan untuk pembibitan yang secara langsung
dilakukan pada bedeng tanah persemaian sedangkan untuk bibit yang disemaikan dalam
bumbung atau polybag cara pemindahannya adalah basahi bumbung terlebih dahulu,
kemudian keluarkan bibit dari bumbung beserta tanahnya dengan menyobek kantong
polybag.
8

2.3 Pengolahan Media Tanam


2.3.1 Persiapan
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus
memperhitungkan waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat
dipindah ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai siap
tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan lamanya
pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh karena
itu, agar tepat waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan tanahnya
sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah benih disemaikan.
2.3.2 Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang intensif pada dasarnya melalui 3 tahap.
1. Tahap pertama adalah membalik agregat tanah sehingga tanah yang berada
pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Pengolah tanah tahap ini
sebaiknya dilakukan dengan bajak yang ditarik oleh tenaga hewan atau dengan
menggunakan traktor. Tanah diolah dengan kedalaman 25 cm-30 cm. Setelah
dibajak, tanah dibiarkan selama 1 minggu agar bongkahan-bongkahan tanah
hasil pembajakan cukup terkena angin, terkena cahaya matahari, dan supaya
terjadi proses oksidasi (pemasaman) zat-zat beracun dari dalam tanah seperti
asam sulfida yang sangat membahayakan kehidupan tanaman.
2. Tahap kedua, tanah digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis sehingga
diperoleh struktur tanah yang gembur atau remah, sekaligus untuk
meratakannya. Selanjutnya, tanah hasil pengolahan tahap ini dibiarkan selama
1 minggu.
3. Tahap ketiga, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang masak
sebanyak 15-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum masak dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman
karena akar tanaman tidak kuat menahan panas. Pada tahap ini, tanah yang
telah ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan diratakan.
2.3.3 Pembentukan Bedengan
Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng-bedeng
membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke
seluruh tanaman. Disamping pembuatan bedeng, juga dibuat parit-parit atau
selokan untuk irigasi. Bedengan dapat dibuat lebar dengan ukuran lebar 1-1,2 m,
9

panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng 30 cm. Jika
penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih
tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan
kedalamannya 30 cm. Dengan demikian jarak antar bedeng adalah 20-30 cm.
Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air
dengan ukuran lebar 50 cm, dan kedalamannya 50 cm.
2.3.4 Pemupukan
Sebelum tanaman tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Kompos atau pupuk kandang yang telah jadi tanah dan TSP ditabur secara
merata ke seluruh bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen
agar kompos atau pupuk kandang dan TSP tercampur merata dengan tanah.
2. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris
tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau
kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar) dan diberi TSP sebanyak + 5
gram. Lubang ditimbun tanah, kemudian diaduk-aduk sehingga kompos atau
pupuk kandang, TSP dan tanah tercampur rata.
2.3.5 Pemberian Mulsa
Dewasa ini penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa (penutup tanah) telah
banyak dipergunakan oleh para petani. Penggunaan plastik hitam-perak sebagai
mulsa lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang
telah mati, misalnya jerami padi.

2.4 Teknik Penanaman


2.4.1 Penentuan Pola Tanam
Tomat dapat ditanam dengan 2 macam jarak tanam yaitu dengan sistem dirempel
dan sistem bebas.
1. Sistem dirempel
Jarak tanam sistem ini adalah 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm, bujur
sangkar atau segitiga sama sisi. Cara menanam dengan sistem ini maksudnya
yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil (dipotong) sedini mungkin, sehingga
tanaman hanya memiliki satu batang tanpa cabang.
2. Sistem bebas
10

Ukuran jarak tanam sistem bebas adalah 80 cm x 100 cm; 80 cm x 80 cm; 80


cm x 100 cm; 100 cm x 100 cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur
sangkar, segipanjang atau segitiga sama sisi. Selain itu dapat juga dibuat antar
barisan berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60 cm. Cara menanam
dengan sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang tumbuh menjadi
cabang-cabang besar dan dapat berubah.
2.4.2 Pembuatan Lubang Tanam
Bedengan yang telah dipersiapkan untuk penanaman bibit, sehari sebelumnya
hendaknya diairi terlebih dahulu supaya basah. Kemudian pada bedeng yang telah
tertutup mulsa plastik dibuat lubang tanam dengan diameter 7-8 cm sedalam 15
cm. Lubang-lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah
ditentukan.
2.4.3 Cara Penanaman
Penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Apabila
penanaman dilakukan pada musim kemarau pakailah mulsa plastik hitam perak
atau kertas alumunium.Mulsa tersebut harus sudah dipasang di bedengan sebelum
bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan pasanglah lebih dahulu
atap plastik transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan ditanami.

2.5 Pemeliharaan
2.5.1

Penjarangan dan Penyulaman


Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang
pertumbuhannya tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya
dilakukan seminggu setelah tanam. Namun jika satu minggu sudah terlihat
adanya tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal,
penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus diperhatikan
dalam penyulaman adalah bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan untuk
menyulam diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya
bersamaan dengan bibit lain yang bukan bibit cadangan.
Penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau
pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru
ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan diberi Furadan 0,5 gram bila
dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat tanaman
terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.

2.5.2 Penyiangan
11

Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi
pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi
unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi
sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian
mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan
dapat dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.
2.5.3

Pembubunan
Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan
mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga
perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat
besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan dilakukan
dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman.
Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

2.5.4 Perempalan
1. Tunas yang tumbuh di ketiak daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak
menjadi cabang. Perempalan paling lambat dilakukan 1 minggu sekali. Pada
tanaman tomat yang tingginya terbatas, perempalannya harus dilakukan
dengan hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya tanaman tidak
terlalu pendek.
2. Perempalan yang baik dilakukan pada pagi hari agar luka bekas rempalan
cepat kering dengan cara: ujung tunas dipegang dengan tangan yang bersih,
lalu digerakkan ke kanan kiri sampai tunas tersebut lepas. Apabila terlambat
merempel, tunas akan cabang yang besar dan sukar putus.
3. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau
gunting tajam yang bersih.
4. Ketinggian tanaman tomat dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman
apabila jumlah dompolan buah sudah mencapai 5-7 buah.
2.5.5 Pemupukan
Pemupukan bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman. Tata cara pemupukan
adalah:
1. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera diberi
pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk
setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling tanaman
pada jarak 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian pupuk ditutup tanah

12

dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh mengenai tanaman
karena dapat melukai tanaman.
2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah
tanam berupa campuran Urea dan KCl sebanyak 5 gr. Pemupukan dilakukan
di sekeliling batang tanaman sejauh 5 cm dan dalamnya 1 cm kemudian
pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air.
3. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk
lagi dengan Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang
dibuat makin jauh yaitu 7 cm.
2.5.6 Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak
boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman tomat
dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap
unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang tinggi
dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman
tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang.
Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga
tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi
proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga
dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi
pertumbuhan dan perkembangan generatif (buah).
Kekurangan air yang berkepanjangan pada pertanaman tomat dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman pada stadia awal, mengakibatkan pecah-pecah pada buah
apabila kekurangan air terjadi pada stadia pembentukan hasil dan dapat
menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air terjadi selama periode
pembungaan.
2.5.7 Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
1. Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100-175
cm, tergantung dari varietasnya.
2. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil akar
masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan
memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka. Jarak ajir
dengan batang tomat 10-20 cm.

13

3. Cara memasang ajir bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau
ujung kedua ajir diikat sehingga membentuk segitiga. Agar tidak dimakan
rayap, ajir diolesi dengan ter atau minyak tanah.
4. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat
pada ajir. Pengikatan jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat
berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi
gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan luka. Tali
pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap bertambah
tinggi 20 cm, harus dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu
berdiri tegak

2.6 Pengamatan Hama dan Penyakit


Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan
kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan
pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan pestisida
Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur
dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. Bersifat agravator, yaitu
sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar
buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida)
Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta
busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot dengan
pestisida
Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA,
GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang
oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala
kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

2.7 Panen
2.7.1 Ciri dan Umur Panen
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang
14

tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar


antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu
panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena
banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim
setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna
kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni
sebagai berikut :
a)
b)

kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.


bagian tepi daun tua telah mengering.

c)

batang tanaman menguning/mengering.

Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang
dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari
dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi
teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih
berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu,
keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam
buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam
buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi
lebih pendek.
2.7.2 Cara Panen
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara
hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per
satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah tomat yang sudah
terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di
tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya
dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.

2.7.3 Periode Panen


Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan
karena masaknya buah tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat
dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari sekali sampai seluruh tomat habis terpetik.

2.7 Teknologi Peningkatan Produksi

15

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tomat petani dianjurkan untuk
menggunakan teknologi mulsa. Menurut rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimatan Timur mulsa yang dapat digunakan untuk tanaman
tomat adalah jenis mulsa plastik. Mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya
yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma
dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan optimal.
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari
permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya
lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya
terjadi melalui proses transpirasi.
Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam satu kali musim tanam. Menurut hasil
penelitian Lesmana (2010), Jumlah produksi yang diperoleh 10 responden yang
menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar 101.800,00 kg mt-1 dengan
rata-rata produksi sebesar 10.180,00 kg mt-1 dan 10 responden yang tidak menggunakan
mulsa plastik sebesar 48.100 kg mt-1 dengan rata-rata produksi sebesar 4.810 kg mt-1.
Sementara berdasarkan hasil perbandingan pendapatan diperoleh, pendapatan 10
responden yang menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar
Rp.248.391.666,67 mt-1 dengan luas tanam 5,75 ha dan rata-rata pendapatan
Rp.24.839.166,67 mt-1 dengan rata-rata luas tanam sebesar 0,58 ha. Sedangkan
pendapatan 10 responden yang tidak menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo
sebesar Rp. 76.839.316,67 mt-1 dengan luas tanam 3,75 ha dan rata-rata pendapatan Rp.
7.683.931,67 mt-1 dengan rata-rata luas tanam sebesar 0,38 ha.
Perbedaan pendapatan ini disebabkan oleh penggunaan mulsa plastik yang dapat
menambah produksi tomat, murahnya biaya perawatan dan berbedanya luas tanam tiap
responden. Selisih pendapatan 10 responden pengguna mulsa plastik dan 10 responden
nonpengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar Rp. 17.155.523,00 mt-1 atau
69,06%. Pendapatan yang diterima oleh responden yang menggunakan mulsa plastik
lebih besar meskipun biaya yang dikeluarkan juga cukup besar, akan tetapi hasil
produksi tomat yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada hasil produksi tomat yang
diterima oleh responden yang tidak menggunakan mulsa plastik.

16

3. PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai potensi
untuk di budidayakan. Dengan tekhnik budidaya yang tepat, efisien dan baik,
produksi dari tomat akan meningkat. Salah satu contoh perlakuan/teknologi yang
dapat diaplikasikan dalam upaya peningkatan produksi tomat yakni dengan
menggunakan mulsa plastik. Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan produksi serta
pendapatan dari petani.
Jumlah produksi petani pengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo adalah
sebesar 101.800 kg mt-1 dengan rata-rata 10.180 kg mt-1. Sedangkan jumlah produksi
petani non pengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo adalah sebesar 48.100 kg mt-1
dengan rata-rata 4.810 kg mt-1. Selisih produksi yang menggunakan mulsa plastik
dan yang tidak menggunakan mulsa plastik adalah sebesar 53.700 Kg mt-1 dengan
rata-rata 5.370 Kg mt-1.

3.2

Saran
Petani harusnya menerapkan teknik budidaya yang tepat jika ingin
menghasilkan produksi yang maksimal. Dalam penggunaan mulsa plastik, jika petani
terkendala biaya maka dapat mulsa jerami dapat diaplikasikan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Dinas

Pertanian
Tanaman
Pangan
Provinsi
Jawa
Barat.
(online)
http://www.diperta.jabarprov.go.id/ Diakses tanggal 27 September 2013 Pukul 09.50

Lesmana, Dian. 2010. Dampak Teknologi Mulsa Plastik Terhadap Produksi dan Pendapatan
Petani Tomat (Lycopersicum esculentum L. Mill) Di Desa Bangunrejo Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP.Vo. 7. No 1. 2010 :
14-19
Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Yogyakarta: Kanisius
Tabloid Sinar Tani. (online). http://www.tabloidsinartani.com. Diakses pada tanggal 27
September 2013 pukul 09.54 WIB.
Trisnawati, Y. dan A.D. Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara
Komersial. Jakarta. Penebar Swadaya. 123 hal

Wilson, C.L. and Walter E. L. 1967. Botany. Holt, Rinehart and Winston. Inc. USA. 626p

18

Anda mungkin juga menyukai