NAMA
NIM
KELAS
DISUSUN OLEH :
:
NUR ALFIYANA W.A
:
125040201111233
:
A (N)
MALANG
2013
ii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN............................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 2
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
2. PEMBAHASAN................................................................................................. 3
3. PENUTUP...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Dengan
kandungan vitamin C dan A nya yang relatif tinggi. Pigmen warna merah pada tomat juga
banyak mengandung lycopene. Lycopene merupakan zat antioksidan yang berfungsi
menghancurkan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas dalam tubuh bisa
disebabkan karena polusi udara, sinar ultraviolet, serta akibat rokok. Selain itu, tomat
relatif mudah untuk tumbuh di Indonesia. Tetapi dari segi produksinya baik kuantitas dan
kualitas masih rendah.
Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta
hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan
iklim, serta teknis budidaya petani. Mengingat aspek budidaya memiliki peran yang
sangat besar terhadap keberhasilan usaha pertanian maka sepertinya tidak berlebihan jika
kita mempelajari lebih jauh mengenai teknis budidaya tanaman itu sendiri yang meliputi
potensi produksi, pemilihan varietas, pengamatan musim dll.
Teknologi Produksi Tanaman yang merupakan suatu ilmu untuk menunjang
keberhasilan usaha pertanian sepertinya merupakan ilmu yang wajib ditekuni bagi para
pelaku usaha pertanian mengingat didalamnya akan dikupas mengenai aspek budidaya
tanaman, Tanah dan Perlindungan tanaman untuk tercapainya produksi tanaman yang
maksimal. Dalam makalah ini akan dibahas tentang tentang tekhnik budidaya serta upaya
peningkatan produksi tomat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknis dalam
pembudidayaan tomat serta upaya untuk meningkatkan produsi tomat.
2. PEMBAHASAN
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari
keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru.
Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini hanya
untuk satu kali periode panen. Setelah produksi, kemudian mati. Tanaman ini berbentuk
perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2m. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu
diberi ajir dari turus bambu atau turus kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara
vertikal (Wilson and Walter, 1967). Klasifikasi buah tomat menurut Wilson dan Walter
(1967), tomat termasuk dalam divisi spermatophyta (tanaman berbiji), subdivisi
angiospermae (biji berada dalam buah), kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, familia
solanaceae, genus lycopersicon dan spesies Lycopersicon esculentum var. Cerasiforme
Berikut adalah varietas tomat yang banyak dibudidayakan di Indonesia menurut Pracaya
(1998):
1. Tomat Intan
Jenis ini dapat ditanam di dataran tinggi atau rendah, tahan terhadap penyakit layu tetapi
tidak tahan penyakit busuk daun, terutama pada waktu banyak hujan. Pertumbuhan
pohon determinate, tinggi sekitar 45-70 cm. Pada waktu masih muda buah berwarna
hijau muda, sesudah masak berwarna merah. Berat buah antara 30-45 g dan setiap pohon
mampu menghasilkan 2kg.
2.
Luxor
Jenis ini cocok ditanam di daerah sejuk, tahan terhadap penyakit layu, dan tergolong
determinate. Bentuk buah bulat datar, bila masih muda buah berwarna hijau dan setelah
masak berwarna merah. Lama pemasakan buah 72 hari. Berat buah antara 200-230 g.
3.
Scorpio
Jenis ini lebih cocok ditanam di daerah dingin, meskipun di daerah sejuk atau sedang
pun masih dapat menghasilkan buah cukup besar. Jenis ini tahan terhadap penyakit layu,
berdaun lebar, dan tergolong indeterminate. Berat buah antara 200-250 g. Pada waktu
masih muda buah berwarna hijau, dan setelah tua berwarna merah.
4.
Grosse Lisse
Jenis ini cocok ditanam di daerah dingin, sejuk atau sedang, tetapi tidak cocok
ditanam di daerah panas. Ketahanan tanaman terhadap penyakit layu sedang serta tidak
tahan terhadap penyakit busuk daun.
(Pracaya, 1998)
Pertumbuhan tanaman berdaun lebar ini tergolong indeterminate. Buah cukup besar,
dan dapat mencapai 200 g. Ketika masih muda buah berwarna hijau dan setelah tua
berwarna merah.
5.
Marmande
Jenis ini kurang cocok ditanam di daerah panas dan sedikit tahan terhadap penyakit
layu. Pertumbuhan tanaman tergolong indeterminate. Bentuk buah bulat datar, serta
sedikit berlekuk, dengan berat antara 100-150 g. Buah berwarna hijau pada waktu muda,
sesudah masak berwarna merah.
6.
Tropis
Jenis tropis ini tidak tahan penyakit layu, cocok ditanam di daerah sedang sampai
dingin, dan tidak cocok ditanam di daerah panas. Tanaman ini berdaun lebar,
pertumbuhannya tergolong indeterminate, dan buah berukuran besar. Tomat tropis pada
waktu muda buahnya berwarna hijau, sedudah masak berwarna merah. Berat buah dapat
mencapai 250 g.
7.
Sun Ray
Jenis ini cocok ditanam di daerah sedang sampai dingin. Tanaman berdaun lebar,
pertumbuhannya tergolong indeterminate. Buah berukuran besar dengan berat antara
4
150-200 g. Buah berwarna hijau pada waktu muda, sesudah masak menjadi kuning tua.
Selain itu, tanaman tidak tahan penyakit layu.
2.1 Fase Pra Tanam
2.1.1 Syarat Tumbuh
Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 Mm/hujan dengan
ketinggian tempat optimal 100-1000 Mdpl. Curah hujan yang tinggi dapat
menghambat persarian tomat. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam
per hari. Suhu optimal pertumbuhan tanaman tomat berkisar 25-30 C, sedangkan
proses pembungaan membutuhkan suhu malam hari 15-20 C. Air sangat
dibutuhkan oleh tanaman tomat karena 90 % kandungan tomat terdiri dari air.
Lokasi penanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan tanaman tomat atau
tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun agar diperoleh hasil
optimal.
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian
kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa
menggunakan kertas lakmus, pH meter atau cairan pH tester. Pengambilan titik
sampel bisa dilakukan secara zigzag. Bila pH tanah kurang dari 5,5 sebaiknya
tanah ditaburi kapur. Misalnya, kapur bangunan Ca(OH)2 atau dolomit (kapur
pertanian) yang mengandung CaCO3 dan MgCO3. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanah ber-pH 4,8 yang diberi kapur dolomit sekitar 7,413 ton/ha akan
menaikkan hasil tomat sekitar 10 ton.
Untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan tambahan pupuk
kandang yang telah jadi atau kompos sebanyak 25-50 ton per ha. Pada tanah yang
kurang subr sebelum ditanami tomat ditanami pupuk hijau, misalnya orok-orok
(Crotalaria juncea).
Tanaman tomat membutuhkan kelembaban yang relatif tinggi yakni sekitar
25%, kelembaban relatif yang tinggi akan merangsang pertumbuhan tanaman yang
masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang
membuka lebih banyak. Namun hal ini juga akan merangsang mikroorganisme
pengganggu tanaman untuk menyerang tanaman.
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari tanah pasir
sampai tanah lempung. Akan tetapi, tanah yang ideal adalah tanah lempung
berpasir yang subur, gembur dan benyak mengandung bahan organik serta unsur
hara. Tanah yang selalu tergenang air menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
mati.
2.1.2
Pemilihan benih
Untuk mendapatkan bibit tomat yang berkualitas, biji harus diambil dari buah yang
telah masak dan sehat. Ada bermacam-macam cara pengambilan biji. Sebelm
dibelah, buah dicelupkan dalam air panas untuk mengurangi penyakit yang
mungkin ada pada kulit buah tomat. Selain itu, buah segar yang sehat dapat
langsung dibelah, lalu diambil bijinya yang diselimuti lendir. Lendir ini harus
dihilangkan agar tidak menghambat perkecambahan.
Cara membersihkan lendir pada bijij ada bermacam-macam, antara lain dengan
menggunakan asam klorida encer 0,1 %, atau soda encer 0,1 %, ata memakai
larutan abu dapur. Selain itu, biji yang diselimuti lendir direndam selama 2-3 hari,
hingga terjadi fermentasi yang akan memudahkan lepasnya lendir dari biji.
Bijiyang telah bersih dari lendir kemudian dicuci bersih, dibilas sampai beberapa
kali. Selanjutnya, biji dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering
dengan air 5-6%. Pengeringan jangan dilakukan di bawah sinar matahari, karena
dapat mengurangi daya kecambah.
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi biji/benih tanaman tomat adalah:
Pilih biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat biasanya sulit
tumbuh.
Pilih biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama
atau penyakit.
panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng 30 cm. Jika
penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih
tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan
kedalamannya 30 cm. Dengan demikian jarak antar bedeng adalah 20-30 cm.
Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air
dengan ukuran lebar 50 cm, dan kedalamannya 50 cm.
2.3.4 Pemupukan
Sebelum tanaman tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Kompos atau pupuk kandang yang telah jadi tanah dan TSP ditabur secara
merata ke seluruh bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen
agar kompos atau pupuk kandang dan TSP tercampur merata dengan tanah.
2. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris
tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau
kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar) dan diberi TSP sebanyak + 5
gram. Lubang ditimbun tanah, kemudian diaduk-aduk sehingga kompos atau
pupuk kandang, TSP dan tanah tercampur rata.
2.3.5 Pemberian Mulsa
Dewasa ini penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa (penutup tanah) telah
banyak dipergunakan oleh para petani. Penggunaan plastik hitam-perak sebagai
mulsa lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang
telah mati, misalnya jerami padi.
2.5 Pemeliharaan
2.5.1
2.5.2 Penyiangan
11
Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi
pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi
unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi
sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian
mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan
dapat dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.
2.5.3
Pembubunan
Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan
mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga
perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat
besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan dilakukan
dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman.
Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
2.5.4 Perempalan
1. Tunas yang tumbuh di ketiak daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak
menjadi cabang. Perempalan paling lambat dilakukan 1 minggu sekali. Pada
tanaman tomat yang tingginya terbatas, perempalannya harus dilakukan
dengan hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya tanaman tidak
terlalu pendek.
2. Perempalan yang baik dilakukan pada pagi hari agar luka bekas rempalan
cepat kering dengan cara: ujung tunas dipegang dengan tangan yang bersih,
lalu digerakkan ke kanan kiri sampai tunas tersebut lepas. Apabila terlambat
merempel, tunas akan cabang yang besar dan sukar putus.
3. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau
gunting tajam yang bersih.
4. Ketinggian tanaman tomat dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman
apabila jumlah dompolan buah sudah mencapai 5-7 buah.
2.5.5 Pemupukan
Pemupukan bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman. Tata cara pemupukan
adalah:
1. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera diberi
pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk
setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling tanaman
pada jarak 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian pupuk ditutup tanah
12
dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh mengenai tanaman
karena dapat melukai tanaman.
2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah
tanam berupa campuran Urea dan KCl sebanyak 5 gr. Pemupukan dilakukan
di sekeliling batang tanaman sejauh 5 cm dan dalamnya 1 cm kemudian
pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air.
3. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk
lagi dengan Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang
dibuat makin jauh yaitu 7 cm.
2.5.6 Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak
boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman tomat
dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap
unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang tinggi
dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman
tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang.
Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga
tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi
proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga
dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi
pertumbuhan dan perkembangan generatif (buah).
Kekurangan air yang berkepanjangan pada pertanaman tomat dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman pada stadia awal, mengakibatkan pecah-pecah pada buah
apabila kekurangan air terjadi pada stadia pembentukan hasil dan dapat
menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air terjadi selama periode
pembungaan.
2.5.7 Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
1. Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100-175
cm, tergantung dari varietasnya.
2. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil akar
masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan
memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka. Jarak ajir
dengan batang tomat 10-20 cm.
13
3. Cara memasang ajir bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau
ujung kedua ajir diikat sehingga membentuk segitiga. Agar tidak dimakan
rayap, ajir diolesi dengan ter atau minyak tanah.
4. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat
pada ajir. Pengikatan jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat
berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi
gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan luka. Tali
pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap bertambah
tinggi 20 cm, harus dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu
berdiri tegak
2.7 Panen
2.7.1 Ciri dan Umur Panen
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang
14
c)
Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang
dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari
dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi
teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih
berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu,
keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam
buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam
buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi
lebih pendek.
2.7.2 Cara Panen
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara
hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per
satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah tomat yang sudah
terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di
tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya
dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.
15
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tomat petani dianjurkan untuk
menggunakan teknologi mulsa. Menurut rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimatan Timur mulsa yang dapat digunakan untuk tanaman
tomat adalah jenis mulsa plastik. Mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya
yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma
dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan optimal.
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari
permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya
lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya
terjadi melalui proses transpirasi.
Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam satu kali musim tanam. Menurut hasil
penelitian Lesmana (2010), Jumlah produksi yang diperoleh 10 responden yang
menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar 101.800,00 kg mt-1 dengan
rata-rata produksi sebesar 10.180,00 kg mt-1 dan 10 responden yang tidak menggunakan
mulsa plastik sebesar 48.100 kg mt-1 dengan rata-rata produksi sebesar 4.810 kg mt-1.
Sementara berdasarkan hasil perbandingan pendapatan diperoleh, pendapatan 10
responden yang menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar
Rp.248.391.666,67 mt-1 dengan luas tanam 5,75 ha dan rata-rata pendapatan
Rp.24.839.166,67 mt-1 dengan rata-rata luas tanam sebesar 0,58 ha. Sedangkan
pendapatan 10 responden yang tidak menggunakan mulsa plastik di Desa Bangunrejo
sebesar Rp. 76.839.316,67 mt-1 dengan luas tanam 3,75 ha dan rata-rata pendapatan Rp.
7.683.931,67 mt-1 dengan rata-rata luas tanam sebesar 0,38 ha.
Perbedaan pendapatan ini disebabkan oleh penggunaan mulsa plastik yang dapat
menambah produksi tomat, murahnya biaya perawatan dan berbedanya luas tanam tiap
responden. Selisih pendapatan 10 responden pengguna mulsa plastik dan 10 responden
nonpengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo sebesar Rp. 17.155.523,00 mt-1 atau
69,06%. Pendapatan yang diterima oleh responden yang menggunakan mulsa plastik
lebih besar meskipun biaya yang dikeluarkan juga cukup besar, akan tetapi hasil
produksi tomat yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada hasil produksi tomat yang
diterima oleh responden yang tidak menggunakan mulsa plastik.
16
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai potensi
untuk di budidayakan. Dengan tekhnik budidaya yang tepat, efisien dan baik,
produksi dari tomat akan meningkat. Salah satu contoh perlakuan/teknologi yang
dapat diaplikasikan dalam upaya peningkatan produksi tomat yakni dengan
menggunakan mulsa plastik. Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan produksi serta
pendapatan dari petani.
Jumlah produksi petani pengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo adalah
sebesar 101.800 kg mt-1 dengan rata-rata 10.180 kg mt-1. Sedangkan jumlah produksi
petani non pengguna mulsa plastik di Desa Bangunrejo adalah sebesar 48.100 kg mt-1
dengan rata-rata 4.810 kg mt-1. Selisih produksi yang menggunakan mulsa plastik
dan yang tidak menggunakan mulsa plastik adalah sebesar 53.700 Kg mt-1 dengan
rata-rata 5.370 Kg mt-1.
3.2
Saran
Petani harusnya menerapkan teknik budidaya yang tepat jika ingin
menghasilkan produksi yang maksimal. Dalam penggunaan mulsa plastik, jika petani
terkendala biaya maka dapat mulsa jerami dapat diaplikasikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
Provinsi
Jawa
Barat.
(online)
http://www.diperta.jabarprov.go.id/ Diakses tanggal 27 September 2013 Pukul 09.50
Lesmana, Dian. 2010. Dampak Teknologi Mulsa Plastik Terhadap Produksi dan Pendapatan
Petani Tomat (Lycopersicum esculentum L. Mill) Di Desa Bangunrejo Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP.Vo. 7. No 1. 2010 :
14-19
Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Yogyakarta: Kanisius
Tabloid Sinar Tani. (online). http://www.tabloidsinartani.com. Diakses pada tanggal 27
September 2013 pukul 09.54 WIB.
Trisnawati, Y. dan A.D. Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara
Komersial. Jakarta. Penebar Swadaya. 123 hal
Wilson, C.L. and Walter E. L. 1967. Botany. Holt, Rinehart and Winston. Inc. USA. 626p
18