Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN IV PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ANION

A. Tujuan Mengidentifikasi dan membedakan reaksi anion-anion SO42-, CrO42-, NO2-, PO43-, dan Cl-.

B. Dasar Teori Dalam menganalisis suatu sampel atau zat analit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan kadar dari suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif adalah analisis untuk mengetahui ada tidaknya suatu analit dalam sampel (Ibnu, 2007). Tujuan analisis kimia adalah untuk mengungkapkan identifikasi kualitas, kadar senyawa kimia yang merupakan komponen utama dari suatu zat atau sampel. Identitas dan kadar terutama menyangkut zat kimia yang mempunyai kesesuaian dengan struktur kimia zat awalnya (Syukri, 1999). Metode analisis klasik berasaskan sifat kimia dari atom unsur dan molekul senyawa yang dapat bereaksi dengan suatu senyawa kimia lain yang digunakan sebagai pereaksi kimia. Analisis kimia organik kualitatif adalah analisis kation dan anion menggunakan cara basah yang sangat sederhana, tetapi membutuhkan banyak pereaksi kimia seperti asam dan basa mineral kuat yang pekat atau encer dan pereaksi kimia lainnya. Serta harus dilakukan secara sistematik untuk menemukan analit kation logam yang dipisahkan secara bertahap. Berbagai anion sisa asam seperti sulfat dan karbonat dapat dikenali dengan reaksi pengendapan dengan ion Ba2+ dan Ca2+. Ion Cl-, Br- dan I- diendapkan dengan ion Ag+ yang memberikan endapan putih sampai berwarna. Analisis kimia membutuhkan keterampilan, ketelitian, kejelian dan kesabaran serta membutuhkan cukup banyak analit dan pereaksi kimia karena kepekaannya kurang (Satiadarma, 2004).

Pemisahan anion-anion ke dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium, atau bariumnya dan garam zinknya. Pada hakekatnya proses-proses yang dipakai dapat dibagi kedalam dua proses, yaitu : 1. Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam atau disebut kelas A. 2. Proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan atau disebut kelas B. Kelas A dibagi lagi menjadi gas yang dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer, karbonat, bikarbonat, dan gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Kelas B dibagi menjadi reaksi pengendapan dan oksidasi reduksi dalam larutan (Svehla, 1985). Berikut ini adalah contoh-contoh dari anion: 1. Sulfat (SO42-) Sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis tidak larut dalam air, sulfat dari kalsium dan merkurium (II) larut sedikit dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya larut. Beberapa sulfat basa, misalnya dari merkurium, bismut, dan kromium juga tak larut dalam air tetapi larut dalam asam klorida encer atau asam nitrat encer (Svehla, 1985). Sulfat adalah anion yang mengandung belerang. Cuplikan mula-mula direaksikan dengan asam klorida kemudian belerang kemudian disaring. Ke-dalam filtrat ditambahkan larutan BaCl2 akan terjadi endapan putih BaSO4 yang tidak larut (Roth, 1988). Asam sulfat adalah cairan tidak berwarna seperti minyak dan higroskopik. Cairan ini dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak. a. Asam klorida (HCl) Sulfat larut dalam HCl encer membentuk SO4Cl2.

b. Barium klorida (BaCl2) SO42- + Ba2+ BaSO4

Endapan putih BaSO4 yang tidak larut dalam asam klorida encer dan asam nitrat encer. Tetapi larut sedikit dalam HCl pekat yang mendidih. Asam klorida dan asam nitrat tidak dapat dipakai karena akan mengendap membentuk BaCl2 atau BaNO3. Namun endapan ini larut dalam air. c. Timbal asetat SO42- + Pb2+ PbSO4

Endapan putih PbSO4, larut dalam H2SO4 pekat dalam amonium asetat dan amonium tartrat, serta dalam NaOH. d. Larutan perak nitrat SO42- + 2Ag+ 2. Kromat (CrO42-) Merupakan zat-zat padat berwarna yang menghasilkan larutan kuning bila larut dalam air. Kromat dari logam alkali dan dari kalsium serta larut dalam air. Strontium kromat larut sangat sedikit dalam dari logam-logam lain tidak larut dalam air. BaCrO4 Ag2SO4

Endapan kristalin putih Ag2SO4.

magnesium

air. Tetapi kromat a. Larutan BaCl2 CrO42- + Ba2+

Endapan kuning muda BaCrO4 yang tidak larut dalam air dan dalam asam asetat. Tetapi larut dalam asam mineral encer. b. Larutan perak nitrat CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4

Endapan merah kecoklatan Ag2CrO4. Endapan larut dalam asam nitrat encer dan dalam larutan amonia, tetapi tidak larut dalam asam asetat. Asam klorida mengubah endapan menjadi perak klorida. c. Larutan timbal asetat CrO42- + Pb2+ PbCrO4

Endapan kuning timbal kromat, yang tidak larut dalam asam asetat tetapi larut dalam asam nitrat encer. Endapan larut dalam NaOH. d. Hidrogen sulfida

Larutan ion kromium (III) yang berwarna hijau. (Svehla,1985) 3. Nitrat (NO2-) Perak nitrit larut sangat sedikit dalam air. Semua nitrit lainnya larut dalam air. a. Asam klorida encer Dengan menambahkan asam ini dengan hati-hati kepada suatu nitrit dalam keadaan dingin, dihasilkan cairan biru pucat yang tidak tetap dan dilepaskan uap nitrogen dioksida yang coklat, sebagian besar terjadi karena bersenyawanya nitrogen oksida dengan oksigen dari udara (Roth, 1988). b. Larutan BaCl2, tidak terbentuk endapan. c. Larutan perak nitrat NO2- + Ag+ 4. Klorida (Cl-) Kebanyakan klorida larut dalam air. Hg2Cl2, AgCl, PbCl2 larut sedikit dalam air dingin tetapi mudah larut dalam air mendidih. CuCl, BiOCl, SbOCl dan Hg2OCl2 tak larut dalam air. a. Asam sulfat pekat Cl- + H2SO4 HCl + HSO4AgNO2

Endapan kristalin putih perak nitrit dari larutan yang pekat.

Klorida terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian adalah sempurna pada pemanasan yang disertai dengan pelepasan HCl. Dapat dideteksi dari baunya yang merangsang dan dihasilkannya asap putih yang terdiri dari butiran halus HCl. b. Mangan dioksida dan asam sulfat pekat Dapat diidentifikasi dari baunya, warnanya yang hijau kekuningan sifatnya memutihkan kertas lakmus basah. c. Larutan perak nitrat Cl- + Ag+ AgCl

Endapan perak klorida seperti dadih putih. Tak larut dalam air dan asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan KCN dan tiosulfat. Mula-mula tidak terjadi endapan karena perak klorat larut. Dengan penambahan asam sulfit, klorat akan direduksi menjadi klorida yang dengan perak nitrat akan mengendap sebagai perak klorida. d. Larutan timbal asetat 2Cl- + Pb2+ Fosfat (PO43-) Tiga asam fosfat dikenal sebagai asam ortofosfat, pirofosfat, dan asam metafosfat. Ortofosfat adalah yang paling stabil dan paling penting. Kelarutan fosfat dari amonium dan dari logam-logam alkali larut dalam air. Fosfat primer dari logam-logam alkali tanah juga larut. a. Larutan perak nitrat Endapan kuning perak ortofosfat normal, yang larut dalam amonia encer dan dalam asam nitrat encer. HPO42- + 3Ag+ b. Larutan BaCl2 Endapan amorf putih BaHPO4 yang larut dalam asam mineral encer dan dalam asam asetat. HPO42- + Ba2+ BaHPO4 (Svehla, 1985) Ag3PO4 + H+ PbCl2

Endapan putih timbal klorida dari larutan pekat. 5.

C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Pipet tetes b. Rak tabung reaksi c. Tabung reaksi 2. Bahan a. Label b. Larutan cuplikan A, B, C, D dan E c. Larutan AgNO3 0,1 M d. Larutan BaCl2 0,1 M e. Larutan CH3COOH 3 % f. Larutan FeSO4 0,1 M g. Larutan HCl 2 M h. Larutan HNO3 0,1 N

D. Prosedur Kerja 1. Cuplikan diidentifikasi menggunakan pereaksi BaCl2 0,1 M dan HCl 2 M a. Disiapkan alat dan bahan. b. Dimasukkan sampel A, B, C, D dan E ke dalam 5 tabung reaksi sebanyak 3 tetes. c. Ditambahkan 3 tetes BaCl2 0,1 M ke dalam masing-masing tabung, diamati. d. Ditambahkan HCl 2 M 3 tetes jika terbentuk endapan, diamati perubahan yang terjadi.

2. Cuplikan diidentifikasi menggunakan pereaksi AgNO3 0,1 M dan HCl 2 M a. Disiapkan alat dan bahan b. Dimasukkan sampel A, B, C, D dan E ke dalam 5 tabung reaksi sebanyak 3 tetes. c. Ditambahkan 3 tetes AgNO3 0,1 M kemudian diamati perubahan yang terjadi.

d. Ditambahkan HCl 2 N sebanyak 3 tetes kedalam tiap-tiap tabung reaksi kemudian diamati perubahan yang terjadi.

3. Cuplikan diidentifikasi menggunakan pereaksi AgNO3 0,1 M dan pereaksi HNO3 0,1 N. a. Disiapkan alat dan bahan b. Dimasukkan sampel A, B, C, D dan E ke dalam 5 tabung reaksi sebanyak 3 tetes c. Ditambahkan 3 tetes AgNO3 0,1 M kemudian diamati perubahan yang terjadi. d. Ditambahkan HNO3 0,1 N sebanyak 3 tetes ke dalam tiap-tiap tabung reaksi kemudian diamati perubahan yang terjadi. 4. Cuplikan diidentifikasi menggunakan pereaksi BaCl2 0,1 M. a. Disiapkan alat dan bahan b. Dimasukkan sampel A, B, C, D dan E ke dalam 5 tabung reaksi sebanyak 3 tetes. c. Ditambahkan 3 tetes BaCl2 0,1 M kemudian diamati perubahan yang terjadi. 5. Cuplikan diidentifikasi menggunakan pereaksi CH3COOH 3% dan pereaksi FeSO4 0,1 M. a. Disiapkan alat dan bahan b. Dimasukkan sampel A, B, C, D dan E ke dalam 5 tabung reaksi sebanyak 3 tetes. c. Ditambahkan 3 tetes CH3COOH 3% kemudian diamati perubahan yang terjadi. d. Ditambahkan FeSO4 0,1 M sebanyak 3 tetes ke dalam tiap-tiap tabung reaksi kemudian diamati perubahan yang terjadi.

F. Pembahasan Cara pemisahan anion tidak begitu sistematik seperti pada pemisahan kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam Perak, garam-garam Kalsium, Barium dan Seng. Anion golongan I, yang terdiri dari SO42-, CO32-, CrO42-, PO43- dan BO42dalam suasana basa dapat mengendap dengan Ba2+. Sulfat (SO42-) dalam suatu cuplikan jika ditambahkan dengan BaCl2 maka akan mengendap sebagai BaSO4 yang tidak larut dalam asam klorida encer dan pekat. Dengan AgNO3 membentuk kristal putih Ag2SO4 dan larut pada penambahan asam. Penambahan pereaksi CH3COOH dan FeSO4 larut. Kromat (CrO42-) termasuk ke dalam logam yang terdiri dari zat-zat berwarna yang menghasilkan larutan kuning bila dilarutkan dengan air. Dengan reagen BaCl2 menghasilkan endapan kuning muda BaCrO4 yang tak larut dalam air dan CH3COOH, tetapi larut dalam asam mineral encer, seperti HCl dan HNO3. Dengan reagen AgNO3 membentuk endapan merah kecokelatan Ag2CrO4. Endapan larut dalam nitrat encer dan asam klorida mengubah endapan menjadi perak klorida (putih). Penambahan reagen CH3COOH larut, begitu pula dengan penambahan reagen FeSO4. Fosfat (PO43-) dalam suatu cuplikan, bila ditambahkan reagen BaCl2 membentuk endapan amorf yang putih BaHPO4 yang larut dalam asam mineral encer. Penambahan reagen AgNO3 menyebabkan terbentuknya endapan kuning Ag3PO4 yang larut dalam HCl dan HNO3. Penambahan reagen CH3COOH larut, sedangkan penambahan reagen FeSO4 menyebabkan terbentuknya endapan putih kekuningan FePO4 yang larut dalam asam-asam mineral encer, tetapi tidak larut dalam asam asetat encer. Anion golongan II (golongan halida), terdiri dar Cl-, Br-, I-, dan S2-, akan mengendap dengan Ag+ dalam suasana asam. Klorida (Cl-) dalam suatu cuplikan jika ditambahkan reagen BaCl2 larut. Penambahan reagen AgNO3 menyebabkan terbentuknya endapan AgCl yang

seperti dadih dan putih. Endapan ini tidak bereaksi dengan HCl dan tidak larut dalam larutan HNO3. Penambahan CH3COOH dan FeSO4 larut. Anion golongan III (golongan nitrat), terdiri dari NO3-, NO2-, dan CH3COO-, dimana semua garam golongan III dapat larut. Nitrit (NO2-) dalam suatu cuplikan jika ditambahkan reagen BaCl2 tidak terjadi endapan. Penambahan AgNO3 membentuk endapan Kristal putih AgNO2 yang tidak bereaksi dengan HCl dan HNO3. Begitu pula dengan penambahan reagen CH3COOH dan FeSO4, NO2- akan larut. Percobaan identifikasi anion ini bertujuan untuk membedakan reaksi dan identifikasi beberapa senyawa anion dari golongan I-III. Pereaksi-pereaksi yang digunakan dapat digolongkan ke dalam reaksi spesifik terhadap anion dan pereaksi-pereaksi tidak spesifik terhadap anion. BaCl2 merupakan pereaksi spesifik pada anion golongan I, AgNO3 merupakan pereaksi spesifik pada anion golongan II. Dalam analisis kualitatif pengamatan visual yang meliputi perubahan warna larutan dan terbentuknya endapan merupakan dasar identifikasinya. Cuplikan A yang pada awalnya berwarna jingga ketika ditambahkan pereaksi BaCl2 terbentuk endapan kuning dari barium kromat yang tak larut dalam air dan dalam asam asetat tetapi larut pada penambahan HCl. Penambahan AgNO3 menyebabkan terbentuknya endapan cokelat perak dari perak kromat dan endapan menjadi cokelat dalam larutan berwarna kuning pada penambahan HCl, tetapi seharusnya pada penambahan HCl endapan coklat perak tersebut berubah menjadi endapan putih dari perak klorida. Sedangkan pada penambahan HNO3 warna endapan tetap cokelat perak (tidak larut), tetapi seharusnya endapan tersebut larut dalam asam nitrat encer dan dalam larutan amoniak. Penambahan reagen CH3COOH tidak menimbulkan endapan pada cuplikan dan membentuk larutan berwarna jingga pada penambahan FeSO4. Hasil pengamatan menunjukkan identifikasi bahwa cuplikan A mengandung anion CrO42-. Uji spesifiknya adalah kesesuaian antara hasil pengamatan dengan dasar identifikasi, yaitu pada penambahan reagen BaCl2 dan HCl, AgNO3, dan CH3COOH dan FeSO4. Sementara itu

beberapa hasil pengamatan kurang sesuai dengan dasar identifikasi, yaitu penambahan reagen HCl (pada AgNO3) dan HNO3. Hal ini dikarenakan sampel dan pereaksi mempunyai konsentrasi yang tidak sebanding sehingga endapan yang terbentuk lambat atau tidak bisa larut. Cuplikan B awalnya berwarna bening, pada penambahan reagen BaCl2 tidak menimbulkan endapan. Dengan reagen AgNO3 membentuk endapan putih kristalin dari perak nitrit dan tidak bereaksi pada penambahan HCl dan HNO3. Penambahan reagen CH3COOH larut dan penambahan reagen FeSO4 menyebabkan terbentuknya larutan cokelat muda dengan adanya cincin cokelat. Namun, harus diperhatikan untuk dapat membuktikan adanya cincin cokelat, harus dilakukan penetesan FeSO4 dengan hati-hati dan perlahan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan cuplikan B mengandung anion NO2-. Cuplikan C berwarna bening. Penambahan BaCl2 pada cuplikan membentuk endapan putih yang tak larut dalam penambahan HCl. Penambahan reagen AgNO3 membentuk endapan kuning yang tak larut dalam HCl dan HNO3. Sedangkan pada penambahan CH3COOH larut dan membentuk endapan gel putih dengan FeSO4. Dapat disimpulkan bahwa isi cuplikan ini adalah anion PO43-. Dasar identifikasinya adalah pada penambahan reagen AgNO3, BaCl2, dan CH3COOH. Sedangakan pada penambahan HNO3 dan HCl yang seharusnya endapan larut, tidak terjadi. Hal ini dikarenakan sampel dan pereaksi mempunyai konsentrasi yang tidak sebanding. Cuplikan D yang berwarna bening membentuk endapan putih barium sulfat dan tak larut dengan HCl pada penambahan BaCl2. Penambahan AgNO3 membentuk larutan pekat yang akan membentuk endapan kristalin perak sulfat pada penambahan HNO3. Penambahan CH3COOH membentuk suatu larutan dengan endapan-endapan kecil yang melayang menyerupai jarum dan tidak larut dalam penambahan FeSO4. Cuplikan ini diduga mengandung anion SO42. Hal ini berdasarkan kemiripan dasar identifikasi dengan hasil percobaan. Kemiripan terlihat pada penambahan reagen BaCl2, dan AgNO3. Sedangkan

pada penambahan CH3COOH tidak dapat diketahui kebenarannya karena tidak ditemukannya dasar identifikasi yang sesuai. Cuplikan E berwarna keruh. Penambahan BaCl2 pada cuplikan larut, begitu pula pada penambahan HCl. Namun penambahan BaCl2 pada prosedur keempat menyebabkan terbentuknya endapan putih. Begitu pula pada penambahan AgNO3 yang dilanjutkan dengan penambahan HCl atau HNO3, tidak larut. Pada penambahan CH3COOH menyebabkan terbentuknya endapan berwarna cokelat muda dan larutan kuning terbentuk pada penambahan FeSO4. Cuplikan ini teridentifikasi mengandung anion Cl-. Dasar

identifikasinya adalah pada penambahan reagen AgNO3 dan BaCl2 pada prosedur keempat. Sedangkan pada penambahan BaCl2 pada prosedur pertama terjadi ketidaksesuaian dengan dasar identifikasi dikarenakan sampel dan pereaksi mempunyai konsentrasi yang tidak sebanding.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar; Yogyakarta.

Roth, J. Hermann dan Gottfried B., 1988, Analisis Farmasi, Gadjah Mada University; Yogyakarta. S. Syukri., 1999, Kimia Dasar 3, ITB; Bandung.

Satiadarma, Kosasih, dkk., 2004, Asas Pengembangan Prosedur Analisis, edisi pertama, Airlangga; Surabaya. Svehla G., !985, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi V, bagian II, PT. Kalman Media Pustaka; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai