Oleh:
Satrya Adyatma Nugraha
(0911010072)
Windra Prayoga
(0911010087)
Anton Nudyanto
(0911011024)
Fadeli M. Habibie
(0911011039)
Ponco Budyanto
(0911013023)
1. Tinjauan Produk
Menurut Johnson dan Alford (1980), keju Gouda termasuk jenis keras
dan diperam dengan bantuan bakteri pembentuk lubang, sedangkan menurut
Considine (1982), keju Gouda adalah keju semi lunak sampai keras, keju ini
hampir sama dengan keju Edam kecuali pada keju Gouda memiliki lebih
banyak lemak.
Keju Gouda pertama kali dibuat di Gouda, Belanda yang dibuat
dengan bantuan S. lactis ss. Lactis, S. lactis ssp. Cremoris, Leuconostoc
cremoris. Juga L. Lactis leuconostic dan L. Lactis ssp. Diasetilatis yang
memfermentasi sitrat untuk menghasilkan karbondioksida, diasetil dan
senyawa lainnya. Keju Gouda memiliki lubang kecil-kecil yang dihasilkan oleh
bakteri asam propionat dan keju Gouda biasanya mengandung lebih banyak
lemak dan sedikit kadar airnya.
Keju Gouda terbuat dari susu sapi baik semuanya atau sebagian skim
yang memiliki bentuk dan tekstur yang semi halus sampai keras, mempunyai
rongga udara yang halus dan tidak beraturan dan kandungan lemak susunya
lebih tinggi dibanding keju jenis Edam. Keju ini dapat digunakan sebagai
pembangkit selera, makanan ringan, dan sebagai makanan pencuci mulut. Keju
Gouda mempunyai bentuk yang halus karena keseluruhan susu digunakan,
kenampakan orange atau kuning yang berlapis lilin dan mempunyai ukuran
yang medium sekitar 5-6 kg.
Curd Gouda di pres di dalam whey dengan periode yang pendek,
dicetak, dipres dan kemudian dilakukan penggaraman. Keju Gouda diperam
pada suhu 12-140C, kondisi RH 85-90% selama 4-12 minggu atau pada suhu
100C selama 2-4 bulan. Kandungan gizi keju Gouda dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi keju Gouda
Komponen
Kadar air
Kandungan (%)
36,5
Lemak
29
Protein
25
Laktosa
1,0
Kalsium
0,6
Phospor
0,38
(Webb et al, 1974)
1.
2.
(kecuali keju segar) dibuat dengan suhu koagulasi pada 28-34 0C. waktu
pengkoagulasian ( dimulai dari penambahan enzim hingga permulaan
pengkoagulasian) dan waktu pembentukan curd
(dimulai dari
Pepsin babi
Ekstrak rennet
Rennilase
6,7
75
30
22,5
6.6
30
22,5
17,5
6.5
15
15
15
6,4
11
12,5
12,5
6.3
10
11
6,2
7,5
10
(Spreer, 1998)
3.
Pemeraman
Pemeraman atau ripening adalah suatu perlakuan penyimpanan keju,
lazimnya pada suhu rendah, dalam waktu tertentu agar bakteri dan enzim
yang ada di dalamnya bekerja untuk mengubah keju segar menjadi keju
dengan aroma, tekstur, dan penampakan yang khas.
Daulay (1991) mendfinisikan pemeraman sebagai proses pematangan
keju dan pengembangan karakteristik flavor. Keju diperam di bawah
kondisi yang di kontrol dengan satu atau lebih elemen seperti temperatur,
kelembaban, garam, dan waktu. Pematangan biasanya dilakukan dalam
ruangan dengan pengontrol suhiu dan kelembaban dalam waktu 2 sampai
48 bulan, suhu berkisar antara 2-160C. permukaan keju dapat dikeringkan,
dilapisi dengan lilin, dibungkus dengan selaput plastik atau minyak.
Selama pematangan (kecuali yang dibungkus dengan selaput plastik)
secara berkala bisa dibolak-balik, dibersihkan dan digarami.
Selama pematangan, keju mengalami perubahan yang merubah flavor,
massa, tekstur, dan bau. Perubahan tersebut disebabkan:
1. Degradasi protein menjadi peptida dan asam amino yang lebih
sederhana
2. Hidrolisa lemak menjadi beberapa asam lemak yang mudah
menguap seperti asam asetat dan asam propionat
3. Fermentasi laktosa, sitrat dan senyawa organik lainnya yang
menjadi bermacam-macam asam, ester, alkohol dan senyawasenyawa pembentuk flavor dan aroma yang mudah menguap
(Buckle, 1987)
Pematangan memberi kesempatan bagi mkiroorganisme dan enzim
dalam keju untuk menghidrolisa lemak, protein, laktosa dan zat-zat lain.
Penguraian yang terjadi menghasilkan tekstur yang lebih lunak, bentuk
yang pliable dan aroma yang khas. Beberapa protein yang tak larut
berubah menjadi asam amino, sedangkan lemak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Oksigen yang tersedia segera terkonsumsi bakteri,
sehingga kondisi dalam keju segera menjadi anaerob. Hal ini
seperti mentega, yoghurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan
lain-lainnya untuk konsumsi manusia (Sudirman, 2009). Analisa strategi FE
UI.
A. Persiapan Bahan Baku Susu
Susu diperoleh dari peternakan sapi PFH yang dikelola oleh Dinas
Peternakan Kabupaten Malang dimana tempatnya berada di sebelah barat (50
meter) Unit Usaha Keju, sehingga secara langsung susu dapat diproses tanpa
menunggu waktu yang lama. Proses pemerahan susu dilakukan 2 tahap yaitu
pada pagi hari dan sore hari. Tiap harinya rata-rata volume susu yang
digunakan 40-45 liter.
Untuk pengujian mutu susu, dilakukan uji berat jenis susu saja karena
hanya peralatan tersebut yang dipunyai, tetapi jarang dilakukan karena susu
hanya diambil dari satu lokasi saja. Berat jenis susu mempengaruhi total
padatan dalam susu seperti protein, karbohidrat, mineral dan lain-lain.
Keju yang diproduksi Unit Usaha Keju milik Dinas Peternakan ini
termasuk jenis keju Gouda yang berasal dari Belanda.Oleh karena itu, enzim
renin dan starter langsung didatangkan dari Belanda beserta alatnya yang
dikenal Cheese Vat. Keju Gouda ini menggunakan bahan baku susu yang
berkadar
lemak
cukup
rendah
dan
kultur
starternya
menggunakan
Streptococci.
B. Penyaringan Susu
Susu yang akan digunakan sebelumnya dilakukan proses penyaringan
guna menghilangkan benda-benda asing yang ikut sewaktu proses pemerahan
seperti bulu dan rumput. Proses penyaringan menggunakan saringan yang
terbuat dari bahan nilon dengan jari-jari lubangnya sangat kecil.
C. Pasteurisasi
Proses pasteurisasi keju ini menggunakan sebuah panci besar dan
sumber api yang berasal dari kompor gas. Webb dan Whittier (1974)
menyatakan bahwa Pasteurisasi dilakukan sampai suhu 72C dengan waktu 30
menit.
Kalsium dan fosfor dari abu, ini menarik perhatian khusus sebab mempunyai
nilai gizi yang penting dan karena kalsium fosfat merupakan bagian dari
partikel kasein dan mempengaruhi tingkah laku pertikel ini terhadap
penggumpalan oleh renin, panas dan asam.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah teknik untuk mematikan
diinginkan dalam suatu bahan pangan atau produk. Biasanya sterilisasi yang
dilakukan dalam produk pangan adalah sterilisasi termal. Secara umum tujuan
dari sterilisasi termal adalah membunuh semua mikrobia yang dapat tumbuh
pada produk pangan. Ada dua macam sterilisasi yaitu sterilisasi komersial dan
sterilisasi total. Sterilisasi komersial adalah sterilisasi untuk membunuh semua
mikroba yang dapat tumbuh pada produk pangan pada suhu ruang. Sterilisasi
komersial tidak dapat membunuh spora. Sterilisasi total adalah membunuh
semua mikrobia tanpa terkecuali.
Dalam proses pembuatan produk keju gouda di Unit Usaha Keju,
Malang ini tidak ada proses sterilisasi. Dalam urutan proses yang terjadiproses
yang mengunakan suhu tertingi adalah proses pasteurisasi. Keju gouda
merupakan produk fermentasi yang sangat memerlukan bantuan enzim dalam
prsoses pembentukannya. Seperti yang dapat kita tahu bahwa enzim mudah
rusak dan tidak dapat bekerja apabila terkena suhu tinggi ataup-un suhu yang
tidak sesuai.
Proses termal yang terjadi pada proses pembuatan keju adalah pada
awal produksi yaitu pasteurisasi. Pasteurisasi adalah proses termal yang
dilakukan pada suhu kurang dari 100oC dengan suhu dan lama waktu
bervariasi.
Susu sebagai bahan baku keju dimana terjadi penggumpalan pada
bagian kaseinnya, harus dipasteurisasi untuk menjamin kestabilan kualitas
susu yang dihasilkan. Susu dalam Unit Usaha Keju ini, dipasteurisasi pada
suhu 72OC selama 15 detik sebelum diolah. Pasteerisasi ini diharapkan dapat
membunu bakteri pathogen yang ada hubungannya dengan susu, sehingga
menghasilkan peroduk yang lebih konsisten dan seragam.
Sterlisisasi sebenarnya ditujukan untuk mendapatkan produk yang
murni hasil dari fermentasi tanpa mengandung kontaminan. Sterilisasi
biasanya merupakan perlakuan akhir pada produk agar tidak ada bakteri lagi
yang tumbuh. Pada produk keju gouda ini untuk mencegah kontaminasi
mikrobia adalah dengan pengemasan menggunakan polyethylene dengan
dilaminasi oleh selulosa berlilin aluminium foil atau hidrokhlorida.
5. Purifikasi
teksturnya
kenyal
dan
keras.
Pemotongan
dilakukan
menggunakan pisau bershaf yang sisi bagian kirinya tajam didalam cheese
vat dan dilakukan dengan cara memutar pisau tersebut kearah kiri.
Pemotongan pertama dilakukan dengan cara memutar pisau secara
perlahan selama 5 menit, kemudian dilanjutkan dengan memutar pisau
secara cepat selama 10 menit. Teknik ini dilakukan agar curd tidak
langsung hancur serta menghindari kehilangan curd yang terlalu banyak
dalam whey. Pemotongan ini menyebabkan terbentuknya ukuran curd
yang lebih kecil sehingga sebagian besar air susu yang disebut dengan
whey dapat keluar dari curd, namun lemak tetap tertahan dalam curd.
2. Pembuangan whey
Air susu atau disebut whey hasil pemotongan curd selanjutnya
dibuang dari cheese vat melalui pipa keluar yang terdapat pada cheese vat.
Namun sebelum dilakukan proses pembuangan, pada pipa keluar dipasang
saringan besar untuk menahan curd agar tidak ikut keluar dan terbuang.
Setelah saringan terpasang, dilakukan pembuangan whey yang berwarna
kuning sampai habis (kurang lebih sebanyak satu ember ukuran sedang)
sedangkan yang tertinggal pada cheese vat adalah curd yang berwarna
putih susu.
3. Pencucian
Pipa keluar pada cheese vat ditutup kembali dan selanjutnya
dilakukan pencucian curd yang tertinggal dalam cheese vat dengan cara
menuangkan 4 Liter air panas kedalam cheese vat tersebut. Tujuan
pencucian dengan air panas ini adalah untuk mengeluarkan air (whey)
yang terikat dalam curd dimana semakin tinggi suhu air yang digunakan
untuk mencuci curd akan mempercepat keluarnya air (whey) yang terikat
dalam curd. Air panas dan curd dalam cheese vat tersebut kemudian
dicampur dengan cara diaduk menggunakan pisau bershaf yang digunakan
untuk pemotongan curd namun kali ini diputar kearah kanan selama 15
menit sebab sisi kanan pisau tersebut tumpul sehingga dapat digunakan
untuk pengadukan. Pengadukan ini berfungsi untuk mencampur air panas
dengan curd sehingga air (whey) yang terikat dalam curd lebih cepat
keluar dari curd. Setelah 15 menit,pengadukan dihentikan dan pipa keluar
pada cheese vat yang telah dipasangi penyaring dibuka kembali sehingga
air panas yang tercampur whey dapat keluar tanpa ada curd yang ikut
keluar. Pencucian ini dilakukan sebanyak 2 kali namun tidak boleh
menyebabkan seluruh whey terbuang (whey disisakan sedikit) agar
memudahlan perlakuan selanjutnya.
4. Pencetakan dan pengepresan
Pada tahap ini, curd dipindahkan dari cheese vat kedalam alat
pencetak yang berbentuk seperti mangkuk yang terbuat dari plastik yang
didalamnya terdapat saringan. Curd yang telah berada didalam alat
pencetak tersebut kemudian ditekan-tekan dengan tangan agar curd
memadat dan memnuhi semua bagian mangkuk. Pada saat ditekan dalam
mangkuk, air whey dan air panas yang tertinggal pada curd akan keluar
dan menyebabkan keju berbentuk teratur dan berkualitas baik. Dan
sebaliknya, jika tidak keluar air maka kualitas keju akan turun sebab
bentuknya tidak teratur. Selanjutnya curd ditutup dengan penutup cetakan
dan kemudian dipres dengan alat pengepres yang menyebabkan seluruh air
yang tertinggal dalam curd benar-benar keluar dan curd yang bertekstur
lunak berubah menjadi keju yang bertekstur keras dan memiliki bentuk.
Buckle, K.A; R.A. Edwards; G.H. Fleet and M. Wottn. 187. Ilmu Pangan .
Diterjemahkan oLeh H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia
Caroll, Ricki. 2002. Home Cheese Making. Storey Publishing, LLC. USA
Considine, M. 1982. Foods and Food Production Encyclopedia. Van Nostrand,
Inc. New York, USA
Daulay, Djunjung. 1991. Buku/Monograf Fermentasi Keju. Institut Pertanian
Bogor
Johnson, A.H. and J.A. Alford. 1980. Fundamentalis of Dairy Chemistry. AVI.
Publishing Company.Inc.Westport. Connecticut. New YorK, USA
Spreer, E. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcel Dekker, Inc. New
York
Webb B.H and A. Johnson. 1974. Fundamentals of Dairy Chemistry. The AVI
Publishing Company, Inc. Westport Company. USA.