Jaundice Neonatorum
Jaundice Neonatorum
Kelompok 7
KELOMPOK VII
030.08.059 Bhastiyan D W 030.08.060 Billy Susanto 030.08.063 Cahyarani Wulansari 030.09.227 Savitri Sirait
030.09.235 Shinta Restyana Widya 030.09.236 Silvani Ully Siahaan 030.09.237 Siswanto 030.09.238 Siti Halida Zoraida SDA 030.09.239 Sitti Monica A Ambon 030.09.240 Sonia Laras Putri
Laporan Kasus
Seorang bayi usia 5 hari dibawa berobat ke poli Anak dengan keluhan utama kulit berwarna kuning. Bayi lahir spontan dengan berat lahir 2100 g dan nilai Apgar 5/7 tidak langsung menangis dan ketuban pecah 48 jam berwarna hijau. Gejala kuning terlihat sejak usia 2 hari, tanpa demam dan minum masih normal. Pemeriksaan Fisik: Bayi sadar, tidak sesak, dan ikterus pada sklera dan seluruh tubuh. Jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen tidak membuncit dan ekstremitas normal.
Keluhan Utama Seorang bayi usia 5 hari dibawa berobat ke poli Anak dengan keluhan utama kulit berwarna kuning.
Hipotesis
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang Apakah selama 5 hari ini didapatkan demam pada bayi? Apakah ada sesak pada bayi? Apakah disertai kejang? Pada saat lahir apakah ada tanda-tanda bayi kuning dalam 24 jam pertama? Kalau ada, apakah tindakan yang sudah dilakukan? Bagaimana keadaan minum bayi ini? Apakah masih seperti bayi normal atau malah tidak mau minum? Bagaimana miksi dan buang air besar pada bayi ini normal atau tidak?
Anamnesis (2)
Riwayat kelahiran Berapa berat badan bayi saat lahir? Apakah bayi cukup bulan? Apakah bayi langsung menangis saat dilahirkan? Bagaimana proses persalinan bayi ini? Normal atau tidak? Anamnesis tambahan Bagaimana konsumsi makanan selama hamil? Bagaimana imunisasi selama kehamilan? Apakah ini anak pertama atau bukan? Kalau bukan anak pertama, apakah anak sebelumnya juga mengalami ikterus? (warna kulit kuning)
Interpretasi kasus
Apgar Score 5/7
Penilaian pertama (5) Asfiksia Ringan, Pada penilaian kedua (7) APGAR scorenya sudah normal. Berat Badan Lahir Rendah
BB bayi = 2100 g
Bayi Sadar (N) Tidak Sesak (N) Ikterus pada sklera dan seluruh tubuh Jantung dan paru dalam batas normal (N) Abdomen tidak membuncit (tidak ascites, dll) Ekstremitas normal (tidak cacat/lumpuh)
Ikterus pada sklera dan seluruh tubuh bayi pada kasus ini, terdapat dua kemungkinan, yaitu ikterus fisiologik atau ikterus patologik. Berdasarkan berat badan lahir bayi, yaitu 2.100 g (BBLR) dan waktu onset ikterusnya (pada hari kedua setelah lahir), kami menyimpulkan bayi ini mengalami ikterus fisiologik.
Pemeriksaan Anjuran
Kadar bilirubin darah ( bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek) Kadar bilirubin perlu diperiksa untuk menentukan terapi selanjutnya pada pasien ini. Darah lengkap (hemoglobin, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit, LED, dan hematokrit) Konsentrasi G6PD darah
Patofisiolog i Jaundice
Penatalaksanaan
Terapi dengan penyinaran sinar matahari dan minum yang cukup Fenobarbital
Terapi sinar
Kadar bilirubin dalam darah 5-9 mg% Dosis 5-10 mg/KgBB/hari sampai kadar bilirubin < 7,5 mg% Enzyme Inducer
Terapi Sinar
Tujuan Memecah bilirubin sehingga dapat dieksresikan melalui urin dan faeces kadar bilirubin nya > 10 mg% Lama terapi 100 jam/ sampai kadar bilirubin dalam darah mencapai < 7,5 mg% Indikasi:
Saat kadar bilirubin indirek > 10 mg% Pre dan pasca transfusi tukar Ikterus pada hari pertama disertai proses hemolisis
Bayi telanjang, kedua mata dan gonad ditutupi Bayi diletakkan 8 inci dibawah lampu Posisi bayi diubah-ubah setiap 6 jam Suhu bayi diukur setiap 4-6 jam sekali kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam Hemoglobin juga diperiksa secara berkala Perhatikan hidrasi bayi
Terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerasi bilirubin indirek yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hati kedalam saluran empedu.
Komplikasi
Dehidrasi Frekuensi defekasi meningkat dan faeces lunak kelainan kulit flea bite rash di daerah muka, badan dan ekstremitas Overheating Hipotermi Bronze baby
Tujuan mengurangi akumulasi zat toksik yang dapat dilakukan untuk mencegah efek serius dari ikterus Indikasi
Bila kadar bilirubin darah nya > 20 mg% Kenaikan kadar bilirubin indirek darah yang cepat Anemia berat disertai payah jantung Bayi dengan Hb tali pusat < 14 mg% & tes coombs + Polisitemi neonatus darah menjadi kental Fototerapi tidak berhasil
Persiapan
Kateter Stopcocks Waste bag Kalsium glukonat Dilakukan dengan teknik yang steril
Teknik transfusi darah Lambung bayi harus kosong Semua tindakan harus dilakukan dengan cara ansepsis dan antisepsis Awasi keadaan vital bayi Bayi tidak boleh kedinginan
(next)
Bila masih segar, tali pusat dipotong rata dengan dinding perut Salah satu ujung kateter polyethylene dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam vena umbilicalis, sebelumnya harus diisi dengan larutan heparin encer. Periksalah tekanan vena umbilicalis (next)
Keluarkan darah sebanyak 20 ml dan masukkan darah sebanyak 20 ml. Memasukkan dan mengeluarkan darah di perlahan lahan kirakira dalam waktu 20 detik.Kalau bayi lemah atau prematur,cukup sebanyak 10-15 ml sekali masuk dan keluar.Banyaknya darah yang dikeluarkan 190 ml per kg berat badan dan yang dimasukkan 170 ml per kg berat badan. Semprit harus sering dibilas dengaan larutan hepatin encer dalam air garam fiologik.
Setelah darah masuk sebanyak 150 ml, kateter dibilas dengan larutan heparin encer itu. Kemudian dimasukkan gluconas calcicus 10 % secara perlahan lahan (2 menit ) ,sesudah itu,dibilas dengan larutan heparin encer ( 1 ml).Denyut jantung harus selalu diawasi Bila tali pusat telah kering dan tidak dapat dapat dipakai lagi,dapat dipakai vena saphena magna,yaitu cabang vena femoralis.Lokasinya ialah 1 cm dibawah ligamentum inguinalis dan medial dari arteri femoralis
Pasca tindakan
V.umbilikalis dikompres, kateter dapat ditinggalkan lalu tutup secara steril Berikan antibiotic spectrum luas Pemeriksaan Hb dan bilirubin darah dilakukan tiap 12 jam sekali Berikan terapi sinar
Komplikasi
Mortalitas 0,3 % Air embolism Penularan penyakit Transient bradycardia Thrombocytopenia Transfusion reaction Sepsis Gangguan elektrolit
Prognosis
KESIMPULAN
Pada kasus ini masih sulit menegakkan diagnosis dengan data yang ada. Namun, kami mencoba untuk menegakkan diagnosis sementara yaitu Jaundice Fisiologis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ada. Namun, untuk menegakkan diagnosis kerja kami menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada pasien, diberikan terapi dengan penyinaran matahari terlebih dahulu untuk beberapa hari bersamaan dengan itu dipantau kadar bilirubin pasien, tidak hanya untuk menegakkan diagnosis tapi juga untuk memutuskan terapi tahap selanjutnya sampai pasien pulih.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani S, Retayasa I.W., Surjono A, Suryantoro P. Percentage birth weight loss and hyperbilirubinemia during the first week of life in term newborns. Paediatri Indonesia. 2009; 49(3):149-54 Ikterus Fisiologis. Available at : http://www.scribd.com/doc/56383150/8/Ikterus-fisiologis. Accessed on November 15, 2011. Neonatal Jaundice. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/974786-overview. Accessed on November 15, 2011. Newborn Jaundice. Available at : http://www.emedicinehealth.com/newborn_jaundice/article_em.htm. Accessed on November 15, 2011. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan medik: pedoman penatalaksanaan praktis. Jakarta: binarupa aksara;2000.p.230-2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah : Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Infomedika;1985.p.1110-4.
THANK YOU