Anda di halaman 1dari 27

Hubungan depresi dengan nyeri

Cristin Oktavianty 11.2013.018

Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya

fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu.

A. Insidens dan prevalensi

Gangguan depresi berat paling sering terjadi


dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%, perempuan mencapai 25%. Sekitar 10% di perawatan primer dan 15% di Rumah Sakit.

Pada anak sekolah 2%dan usia remaja 5%

B. Jenis kelamin
Perempuan : Laki-laki = 2 : 1

C. Usia
- Rata-rata usia 40 tahun

D. Status perkawinan
-

Sering

pada orang yang

tidak mempunyai

hubungan interpersonal yang erat

Etiologi
Faktor organobiologi: berhubungan dengan disregulasi

heterogen pada amin biogenik.


Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmiter

yang paling terlibat dalam patofisiologi gangguan mood.


Norepinephrine:Penurunan regulasi reseptor beta adrenergic

dan respon klinik anti depresan mungkin merupakan peran langsung sistem noredrenergik dalam depresi.
Dopamin: Expresi emosi,motorik,kognitif,hedonia << aktivitas ............. DEPRESI
Serotonin: kontrol regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu

makan.

Etiologi (2)
Faktor genetik: jalur penurunannya sangat

kompleks.
Anak biologis dari orang tua dengan gangguan

mood, beresiko mengalami gangguan mood walaupun dibesarkan oleh keluarga angkat. Kembar monozigot sebesar 50%, kembar dizigot sebesar 10-25%.

Etiologi (3)
Faktor psikososial:
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan:

menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter, sistem sinyal interneuron, hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinap, yang bertahan lama. Co: kehilangan orang yang dicintai.
Faktor kepribadian:
Pasien yang mengalami stresor akibat tidak adanya

kepercayaan diri lebih sering mengalami depresi.


Pasien dengan gangguan kepribadian obsesi

kompulsif, histrionik dan ambang, beresiko tinggi

Formulasi lain depresi


Teori kognitif. Depresi merupakan hasil

penyimpangan kognitif spesifik yang menghasilkan kecenderungan seseorang menjadi depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi mencakup. Pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negative terhadap dirinya. Tentang lingkungan yaitu kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya. Tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan kegagalan

Pemeriksaan status mental


Episode depresi

Deskripsi umum. Kemunduran psikomotor secara umum merupakan gejala yang paling sering, meskipun agitasi psikomotor juga terlihat, terutama pada pasien lanjut. meremas tangan dan menarik rambut merupakan gejala dari agitasi. Secara sederhana, pasien depresi mempunyai postur tubuh yang dibungkukan, tidak ada gerakan spontan, sedih dan memalingkan wajah.

Suara. Pengurangan jumlah dan volume bicara

mereka merspon pertanyaan dengan satu-satu kata dan memperlihatkan perlambatan menjawab pertanyaan Pikiran. Pandangan negative terhadap dunia dn dirinya sendiri. Isi pikir merekaa sering meliputi rasa kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri dan kematian. Sensorium dan kognitif orientasi. Kebanyakan pasien depresi tidak terganggu orientasinya baik orang, tempat dan waktu

Memori

Sekitar 50-75 persen dari pasien depresi mempunyai hendaya kognitif, kadang-kadang ditunjukkannya sebagai pseudodementia depresi. Umumnya pasien mengeluhkan tidak mampu konsentrasi dan gampang lupa.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala utama
Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya

keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas

Tanda dan gejala lainnya


Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau

bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

Nyeri
Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan

subyek dan pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori Biasanya dirasakan hanya dalam bentuk suatu sensasi, dengan gambaran yang dapat dibandingkan dengan sensasi lain (seperti sentuhan atau penglihatan) yang mengikuti untuk membedakan kualitas, lokasi, durasi dan intensitas dari suatu stimulus.

Klasifikasi nyeri
Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena

stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan, Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan metabolik

Berdasarkan kemunculan nyeri


Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang

merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung sementara. Nyeri kronik berhubungan dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus

Hubungan depresi dengan nyeri


Didapat banyak asosiasi antara rasa nyeri dan

depresi. Penderita depresi sering mengeluh adanya rasa nyeri dan sebagian besar penderita nyeri kronik menjadi depresif. Terkadang didapatkan kesulitan menemukan penyebab yang primer (seperti masalah nyeri atau masalah depresinya) dan dalam menentukan faktor psikologis yang mengeksaserbasi rasa nyeri.

Depresi dengan nyeri kronik terdapat persamaan

yang saling tumpang tindih, dimana terdapatnya penggabungan neurotransmiter yang sama dan memiliki jalur yang sama. Hubungan antara pusat-pusat otak terlibat dengan depresi dan rasa sakit dan daerah tubuh perifer terjadi di batang otak, dengan neurotransmisi disampaikan melalui tulang belakang.

Serotonin dan neuron norepinefrin muncul dari

batang otak, dua daerah di dalam batang otak telah diidentifikasi sebagai sumber neuron ini. - raphe nucleus dorsal berfungsi sebagai dasar untuk neuron serotonin, dan - lokus seruleus berfungsi sebagai dasar untuk neuron norepinefrin

Dasar biokimia utama untuk depresi telah

difokuskan pada dua neurotransmitter : serotonin dan norepinefrin terlibat dalam patofisiologi dari nyeri kronis. Pada pasien dengan depresi , perubahan atau pengurangan dari dua neurotransmitter dan reseptor masing-masing menjadi disfungsional dari waktu ke waktu. Pada dasarnya , konsentrasi norepinefrin dan serotonin dan output menjadi tidak menentu pada pasien dengan depresi , dan antidepresan berusaha untuk mengembalikan " normal" laju pembakaran di daerah neuronal dan . aktivitas neurotransmitter di celah sinaptik.

Kedua jalur berasal dari batang otak dan proyek

ke berbagai daerah otak. Jalur serotonin berasal di inti raphe dan proyek untuk korteks frontal, ganglia basal, hipotalamus, dan daerah limbik. Jalur norepinefrin berasal dari lokus seruleus dan proyek untuk korteks frontal, daerah limbik, hipotalamus, dan otak kecil.

Gejala klinis untuk gangguan mood dapat

dikaitkan dengan korteks frontal dan daerah limbik. Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan atau keuntungan, dan hilangnya kesenangan dapat dihubungkan ke hipotalamus

Teori psikologis
Teori psikodinamik Dalam teori psikoanalitik klasik

depresi disebut sebagai akibat dari kemarahan yang secara tidak sadar dimasukkan dalam batin, ketergantungan yang eksesif pada orang lain untuk harga diri, dan perasaan gagal dan sia-sia dalam meraih tujuan. Beberapa orang menyatakan bahwa depresi pada pasien nyeri kronik merupakan sebuah manifestasi gaya kepribadian yang tergambar dari konflik perkembangan dini dari kemarahan, rasa bersalah. Dalam perspektif ini, nyeri kronik dapat merupakan gejala dari gangguan depresi

Keadaan nyeri tanpa penyebab organik yang

jelas bisa termasuk spektrum gangguan depresi. Teori prilaku Depresi berdasarkan teori prilaku yang berkonsentrasi pada gejala depresi yang paling nyata, kurangnya motivasi yang digambarkan dengan berkurangnya prilaku yang aktif.

Pada kasus nyeri kronik, seorang individu dapat

mengurangi prilakunya karena hendaya fisik atau karena takut akan cedera yang lebih parah. Dengan pembatasan pada prilaku dan kontak sosial, pasien nyeri kronis dapat mengurangi peluang untuk mencapai penguatan positif dan untuk bersentuhan dengan keuntungan sebelumnya dan hasilnya menjadi depresi.

Tatalaksana
Anti depresan

Trisiklik : amitriptilin
SSRI : Fluvoxamine, fluoxentin.

Anda mungkin juga menyukai